Share

Undangan Pak Tarno

Author: Kasih Dgreen
last update Last Updated: 2023-01-18 08:15:15

Tetangga Sebelah Rumah

Part 2

Tak lama terdengar suara pintu diketuk, Tok! Tok! Tok!

Aku pun langsung bergegas menuju ke ruang tamu untuk segera membukakan pintu.

Dan ternyata yang datang adalah Mbak Ella, dia membawa sepiring pisang goreng di tangannya.

"Maaf, Mbak. Saya ganggu ya? Ini ada sedikit makanan untuk Suaminya," dia menyodorkan piring berisi pisang goreng tersebut ke arahku, jelas aku terpaku bukan karena pemberiannya tapi karena ucapannya.

"Mbak, kok bengong sih? ini silahkan diambil," seketika aku terkesiap dan tersadar kembali dari lamunan, dia sedikit memaksa dengan menyuruhku mengambil piring tersebut.

Lalu mau tak mau karena aku orangnya yang nggak enakan akhirnya piring tersebut kuambil dari tangannya, dia tersenyum licik.

"Makasih Mbak Ella, atas pemberian pisang gorengnya. emangnya lagi ada acara apa ya pake acara ngasih pisang goreng segala? mana buat suami saya doang lagi? disini kan juga ada saya juga sama anak-anak?" sindirku.

"Hhm … nggak ada acara apa-apa sih, Mbak. itu cuma sebagai tanda perkenalan aja sama tetangga baru, apalagi Mbak baru pindahan kan ya? pasti belum sempet masak buat suaminya, kasihan kan suaminya takut kelaparan. nah itu buat ganjel perut kan juga lumayan, daripada kelaparan," jelasnya panjang lebar, sambil memamerkan deretan giginya yang sepertinya abis dibikin putih, sedangkan aku hanya tersenyum kecut menanggapinya.

'Tadi aja jutek banget sama gue, giliran sekarang kesini datang bebawaan ternyata ada maunya, bilang aja mau kenalan sama laki gue, jangan harap Markonah!' rutukku dalam hati.

"Oh gitu, iya juga sih Mbak Ella bener, kok Mbak Ella tau sih kalau saya belum masak? Jangan-jangan Mbak Ella mata-matain saya ya?" dia malah melotot, wajahnya berubah jadi menakutkan, eh nggak deh, berubah menjadi jutek maksudnya.

"Ya, namanya abis pindahan kan pasti belum sempet masak, Mbak. kasihan kan suaminya takut kelaparan. Ehem, dari tadi saya nggak disuruh masuk nih? pegel nih kaki saya berdiri terus disini," sekarang gantian aku yang melotot, nggak salah denger nih gue, kenapa ada ya orang kayak gini?

Astaghfirullah. kirain abis ngasih pisang goreng, dia mau langsung pamit terus pulang, ternyata dia minta masuk ke rumah guys! nekat banget ya? 

Terus tadi dia bilang apa? Katanya kasian suami gue takut kelaparan? gue istrinya, Mbak. kenapa situ yang panik sih? gggrrr.

"Masuk? Mbak mau masuk? tadi pagi saya tawarin nggak mau, sekarang minta masuk? Ah plin-plan nih Mbak Ella," sindirku lagi, dia berdecak kesal, sambil menghentak-hentakkan kakinya.

"Ya udah kalau nggak di bolehin juga gapapa, saya permisi dulu, dasar tetangga nggak tau terima kasih. Udah dikasih makanan tapi malah diusir." Dia mencak-mencak sambil berlalu pergi, aku pun hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah tetangga aneh tersebut.

Alhamdulillah akhirnya pergi juga wewe gombel itu, hayati sampai lelah ngadepinnya. Baru kali ini nemu tetangga absurd kaya gitu. Kalau ditanya di dunia nyata ada apa nggak? jawabannya ada. Wkwkwk.

πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹

Sesampainya di dapur aku menaruh piring pisang goreng tadi di atas meja dekat Mas Rian dan anak-anak yang sedang makan.

"Lama amat sih kamu diluar. memangnya siapa yang datang? terus ini dari siapa?" Mas Rian merenteti dengan banyak pertanyaan sambil menunjuk piring pisang goreng tadi.

"Itu, orang yang tadi kita omongin. si 'tetangga aneh'. dia ngasih pisang goreng ini katanya buat kamu, takut kamu kelaparan, perhatian banget ya? wewe gombel satu itu, cie cie …" jawabku sambil meledek Mas Rian yang terbengong karena mendengar ucapanku barusan.

"Apaan sih, ngarang kamu ah. buat rame-rame kali maksud dia. makan aja sama kamu atau kasihin ke orang aja, aku lagian juga udah kenyang, aku mau istirahat dulu ya? capek nih pegel-pegel badan ngerentek semua," Mas Rian bersiap untuk segera ke kamar, sedangkan aku hanya senyum-senyum sendiri dari tadi.

Aku memang sudah yakin sedari tadi, kalau suamiku itu nggak bakal mau makan pemberian dari tetangga, karena entah kenapa dia paling nggak suka makan makanan dari pemberian orang, apalagi ini dari tetangga baru yang absurd itu.

Pernah dulu waktu kami tinggal di kontrakan lama, ada salah seorang tetangga memberikan kami makanan berupa sayur asem dan lauk pauknya, menurutku itu sangat lezat dan kebetulan juga memang belum masak. 

Saat Mas Rian pulang kerja, lalu aku tawari makanan tersebut, dia malah menolak dan menyuruhku untuk membeli makan saja di warung masakan padang tak jauh dari rumah, alasannya nggak doyan masakan orang. Aneh! Padahal kan kalau beli juga namanya masakan orang juga.

Makanya aku tak terlalu khawatir saat wewe gombel tadi memberikan pisang gorengnya untuk Mas Rian, karena udah pasti dia nggak bakal mau.

"Mah! Dih, dia malah bengong sambil senyam-senyum sendiri lagi? Kamu kenapa? sehat kan?" Mas Rian membuyarkan lamunanku lagi, kali ini dia malah memegang keningku dengan telapak tangannya, emangnya aku sakit apa?

"Apaan sih, Mas. orang aku nggak kenapa-napa kok. yaudah sana istirahat jangan lupa mimpiin aku ya Cinta," aku menepis tangannya, kemudian memberikan kata-kata romantis untuk Suamiku yang satu itu.

"Iya Sayangku." Dia pun berlalu pergi.

Kami memang selalu menggunakan panggilan romantis, agar rumah tangga selalu terasa hangat, dan prinsip dalam rumah tangga kami selalu menggunakan moto 4K yaitu Keterbukaan, Kesetiaan, Kerja Sama, dan Kasih Sayang.

Semoga Rumah tangga kami selalu dilindungi oleh Allah, dan dijauhkan dari pelakor. Aamiin.

πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹

Mas Rian hari ini sudah mulai masuk kerja lagi, karena semua printilan pindahan udah beres sejak kemarin.

"Aku berangkat dulu ya, Mah. doain suaminya kalau lagi cari nafkah," dia menyodorkan tangannya, lalu kucium tangannya dengan penuh hormat.

"Hati-hati, ya Mas. semoga hari ini berkah, rejekinya lancar mengalir deras, Aamiin," ucapku sambil mendoakan.

"Aamiin." Lalu Mas Rian segera menaiki motornya dan berlalu pergi.

Aku melirik ke arah rumah Mbak Ella, dia sedang mengintip kami dari tadi sepertinya dari celah pagar, kudiamkan saja dan segera berlalu untuk masuk ke dalam rumah.

"Mbak, Mbak … tunggu!" tiba-tiba suara seseorang memanggilku.

Lalu saat aku membalikkan badan, ternyata seorang laki-laki paruh baya, siapa ya kira-kira?

"Mbak orang baru ya disini? Pindah kapan?" Dia menelisik dari atas sampai bawah, tentu saja membuatku merasa canggung.

"Iya, Pak. kemarin Pak saya pindahannya. ada apa ya Pak?" tanyaku lagi pada laki-laki paruh baya ini.

"Kenalin saya Tarno, jangan panggil Bapak, panggil Mas aja ya? saya kan belum terlalu tua, masih umur 50 an lah," ucapnya sambil memamerkan giginya yang hampir semuanya berwarna emas, membuatku bergidik ngeri membayangkan kalau dilahap oleh Bapak tua ini. Mana pede banget lagi suruh panggil Mas. Wkwkwk.

"Iya Pak, eh Mas Tarno. ada apa ya tadi manggil saya?" tanyaku lagi penasaran.

"Eh, iya lupa kan tuh. Ini ada undangan buat Mbak-nya ya? anak saya yang pertama mau nikah, jangan lupa datang ya Mbak?" Dia menyerahkan selembar undangan kepadaku sambil cengar-cengir nggak jelas. Aneh.

"Makasih Pak, sudah undang saya. Padahal saya orang baru loh disini, oh iya sebentar Pak." lalu aku segera buru-buru ke dalam untuk mengambil piring berisikan pisang goreng kemarin yang sudah dihangatkan sebelumnya, karena sayang juga mau dibuang, maka dari itu aku kasihkan saja pada Pak Tarno.

"Ini Pak, silahkan dicicipi ya? Mudah-mudahan doyan," aku memberikan piring isi pisang tersebut ke Pak Tarno dan langsung diterimanya tanpa basa-basi.

"Ya Ampun, makasih loh Mbak. Pakai acara ngasih-ngasih segala, nggak enak saya jadinya," dia masih cengar-cengir nggak jelas.

"Iya, Pak, gapapa kok santai aja. Jangan lupa dicobain ya, Pak?" 

"Sipp. saya pamit dulu ya? Oh iya, inget! Jangan panggil Bapak, panggil Mas aja biar akrab," ujarnya lagi sebelum pergi, apa-apaan udah tuir begitu maunya di panggil Mas? dasar aneh juga nih tetangga.

"Ok Pak. Hati-hati awas kesandung." Dia hanya mengacungkan jempol tangannya dan berlalu pergi.

Lalu aku masuk ke dalam rumah, tiba-tiba terdengar pintu diketuk dengan keras.

Dug!

Dug!

Dug!

"Iya sebentar, sabar napa." teriakku dari dalam, karena memang aku sedang di dapur.

Saat kubuka ternyata yang datang adalah Mbak Ella lagi.

"Ada apa ya Mbak? mengetuk pintunya pelan saja, saya belum budeg kok," dia melotot lagi mendengar ucapanku barusan.

"Maksud Mbak apa? kenapa pisang goreng yang saya kasih kemarin malah dikasihkan lagi ke Pak Tarno? nggak sopan sama pemberian tetangga!" dia marah-marah guys sama aku.

"Loh, kan Mbak udah ngasih buat saya ya? terserah saya dong mau saya apain tuh pisang goreng, mau saya ancurin juga urusan saya, bukan urusan Mbak," jawabku sambil memandangnya dengan sinis.

"Jangan kepedean ya kamu, itu buat suami kamu, bukan buat kamu. Ngerti!" Lalu dia pergi sambil menghentak-hentakan kakinya lagi, kebiasaan jalannya begitu.

Related chapters

  • TETANGGA SEBELAH RUMAHΒ Β Β Membuang Pisang Goreng

    Tetangga Sebelah RumahPart 3 (POV ELLA)Pintu rumah Mbak Nina akhirnya terbuka."Ada apa ya Mbak? ngetuk pintunya pelan aja, saya belum budek kok," sontak aku melotot mendengar ucapan Mbak Nina barusan, dasar tetangga aneh."Maksud Mbak apa? kenapa pisang goreng yang saya kasih kemarin malah dikasihin lagi ke Pak Tarno? nggak sopan sama pemberian tetangga!" aku pun langsung memarahi tetangga baru itu."Loh, kan Mbak udah ngasih buat saya ya? terserah saya dong mau saya apain tuh pisang goreng, mau saya ancurin juga urusan saya, bukan urusan Mbak," jawabnya sambil memandangku dengan sinis."Jangan kepedean ya kamu, itu buat suami kamu, bukan buat kamu. Ngerti!" Lalu aku pun langsung pergi sambil menghentak-hentakan kaki, karena rasa kesal yang sudah tak tertahankan.πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹Sejak kemarin daerah kami memang kedatangan tetangga baru, mereka tinggal persis di samping rumahku yang hanya dipisahkan oleh jalan kecil, mereka pindahan dari luar kota. Mereka sepertinya keluarga kecil yang terli

    Last Updated : 2023-01-18
  • TETANGGA SEBELAH RUMAHΒ Β Β Pesona Mas Rian

    Tetangga Sebelah RumahPart 4 (POV ELLA)Saat aku berjalan untuk menuju ke arah rumah, aku melihat Suaminya Mbak Nina sedang berboncengan dengan seorang laki-laki yang kemungkinan teman kerjanya.Dia mengendarai motornya menuju ke arahku, bukan deh. lebih tepatnya ke arah rumahnya. Karena kan rumah aku sama rumah dia emang berdekatan.Aku pun buru-buru mengejarnya, agar kami bisa sampai berbarengan.Kini aku pun sudah sampai di dekat rumahnya, aku melihat jelas wajah suaminya Mbak Nina tersebut. ya Allah gantengnya bukan main. beda tipis lah sama Mas Al yang main di sinetron ikatan batin. Mas Aldebaran yang membuat hatiku jadi berdebar tak karuan.Aku makin yakin, kalau dia benar kakak kelasku waktu di SMA dulu. soalnya mirip banget. Apalagi dari dekat gini.Lalu aku berniat untuk pura-pura terjatuh di depannya dan berharap dia menolongku, lalu memandang wajahku dan kami saling jatuh cinta. Uhuy.@@@@Dia sudah sampai di depan rumahnya, tampak istrinya belum keluar dari rumah, apa mun

    Last Updated : 2023-01-18
  • TETANGGA SEBELAH RUMAHΒ Β Β Si Tetangga Aneh

    Tetangga Sebelah RumahPart 5 Aku benar-benar tak habis pikir dengan tetangga baru itu. baru saja dua hari kami menempati rumah ini, tapi dia sudah mulai membuat resah keluargaku, terutama Suamiku--Mas Rian.Entah kenapa dia sepertinya ingin sekali mencari perhatian dengan Mas Rian. seperti kejadian kemarin sore, dia membawakan sepiring pisang goreng, yang katanya untuk Mas Rian, tapi karena Mas Rian yang nggak mau makan pemberian orang dan aku pun yang sudah kenyang, karena kami baru saja selesai makan bersama, setelah lelah beberes rumah seharian karena baru pindahan.Jadi pisang goreng itu pun akhirnya aku simpan di lemari makan, dan niatnya untuk kuberikan saja pada Bu Ijah besok, daripada sayang dibuang lalu jadi mubazir.@@@Keesokan paginya setelah Mas Rian pergi berangkat untuk bekerja. aku langsung masuk kedalam rumah beserta Anak-anak.Tapi belum sempat aku masuk, ternyata ada seseorang yang memanggilku. lelaki tua yang baru kuketahui bernama Pak Tarno, lalu aku pun mengena

    Last Updated : 2023-01-18
  • TETANGGA SEBELAH RUMAHΒ Β Β Bab 6

    Ceklek. Pintu pun terbuka dan ternyata benar feelingku kalau itu pasti dia lagi. Huft!"Mbak Ella? ada apa ya?" dia malah senyam-senyum sendiri, membuatku bergidik ngeri. takut-takut kalau ternyata dia lagi kesurupan."Hm … Mbak Nina, aku boleh nggak minta tolong?" jawabnya sok manis sambil garuk-garuk kepalanya sendiri."Minta tolong apa, Mbak? kalau saya bisa ya bakal saya bantu," ujarku lagi."Hm … saya mau pinjem suaminya, eh nggak deh, maksudnya mau minta tolong sama Mas Rian, untuk membetulkan kran air di rumah saya, soalnya suami saya belum pulang kerja, tolong ya Mbak?" seketika mataku terbelalak saat dia bilang mau meminjam suamiku? what? Big No!!@@@Seketika aku tertegun mendengar ucapan si tetangga aneh ini, yang tak lain yaitu Mbak Ella. Astaghfirullah! sabar Nina, istri sabar disayang suami."Mbak, gimana? boleh nggak minjem Mas Rian-nya sebentar? Aku janji nggak bakal sampe semalaman kok, apalagi sampai nginep, hehe." dia mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahku ya

    Last Updated : 2023-04-14
  • TETANGGA SEBELAH RUMAHΒ Β Β Bab 7

    Mas Rian menoleh ke arahku, tanda meminta persetujuan, lalu aku pun berfikir sejenak, dan membolehkannya, tapi dengan syarat aku dan anak-anak harus ikut. "Ya udah, Mah. kamu ikut ya? sekalian ajak anak-anak, tunggu sebentar ya Mbak? kalau nggak duluan aja, nanti saya nyusul kesana," seakan Mas Rian tau isi hatiku, lalu dia menyuruhku untuk segera mengajak anak-anak ke rumah Mbak Ella, namun Mbak Ella malah melongo saat mendengar perkataan Mas Rian. emangnya enak, nggak bisa berduaan! huft.Tampak raut wajah Mbak Ella seperti tak suka, saat tahu kalau aku beserta anak-anak akan ikut bersamanya. ya iyalah gue bakal ikut, mana rela melihat suami berduaan di rumah perempuan yang jelas-jelas kelihatannya ngebet banget.@@@Akhirnya kami berempat sampai juga di depan rumah Mbak Ella, dia menyuruh kami semua untuk masuk, bukan kami sih sebenarnya, hanya Mas Rian yang disuruh masuk, menyebalkan! Tapi aku tetap saja masuk, dan pura-pura nggak dengar omongannya."Mari, silahkan masuk Mas Rian

    Last Updated : 2023-04-14
  • TETANGGA SEBELAH RUMAHΒ Β Β Bab 8

    "Ya terserah saya dong, itu kan suami saya. ngapain saya takut Mas Rian selingkuh, saya yakin kok kalau suami saya bakal setia, saya serahin semuanya sama Allah yang maha membolak-balikkan hati manusia," ucapku yakin. Dia memutar bola matanya, meremehkan ucapanku. biarin aja nanti kualat matanya keseleo trus jadi juling. Ggrrr!"Ye ... Mbak tau kan, ibarat kucing kalau tiap hari disodorin ikan asin pasti bakal apa? bakal kesini mulu kan? nah, gitu juga nanti Mas Rian ke aku." Jawabnya kepedean, membuatku makin geleng-geleng kepala.Ya Allah lihat aja nanti, nih wewe gombel bakal aku kerjain, karena sangking geramnya.@@@"Dih, Mbak Ella mah mungkin levelnya ikan asin kali ya kucingnya? Kalau kucing saya levelnya ikan dori kalau nggak ikan salmon, yang mahalan dikit dong, kaya harga diri," sahutku sinis, dia memutarkan bola matanya lagi, mudah-mudahan nggak keseleo tuh mata diputer-puter terus."Terserah Mbak-nya aja ya? udah deh mending sana pulang duluan aja, disini ngeribetin saya d

    Last Updated : 2023-04-15
  • TETANGGA SEBELAH RUMAHΒ Β Β Bab 9

    Saat aku sedang menangis, tiba-tiba ada tangan yang menoel lenganku, aku pun terperanjat kaget, lalu cepat-cepat menoleh, tanpa kuhiraukan lagi wajah yang sudah amburadul."Nih, tissue. ingusnya udah banyak tuh, sayang jilbabnya pasti kotor," seorang lelaki menawarkanku sebungkus tissue. Aku mengenalnya, dia salah satu staf di supermarket tempatku bekerja, yang terkenal dingin dengan perempuan."Mas Rian?" ucapku terkejut, lalu dia hanya tersenyum kecut."Iya kenapa? kaget ada aku disini?" dia malah bertanya balik, dan meletakkan tissue di tanganku."Kok, Mas Rian ada disini? kenapa belum pulang? bukannya Mas Rian shift pagi ya?" tanyaku lagi dan belum menjawab pertanyaannya yang tadi. Karena kami satu toko, maka kami sering bertemu tapi tak pernah menyapa, karena memang dia lelaki yang sangat dingin pada perempuan.Mas Rian berbicara hanya pada saat Briefing toko saja atau berbicara jika ada perlu pada karyawan-karyawan yang berada di supermarket tersebut."Iya, saya nungguin kamu pu

    Last Updated : 2023-04-15
  • TETANGGA SEBELAH RUMAHΒ Β Β Bab 10

    Hari ini adalah hari Minggu dan bertepatan dengan pesta pernikahan anaknya Pak Tarno, kami semua berniat untuk datang siang nanti.Karena Mas Rian harus ke toko dulu untuk mengecek laporan stok barang di toko, Mas Rian memang masih bekerja di tempat yang dulu, tapi posisinya sekarang sudah menjadi staff leader."Mah, nanti kamu siap-siap aja dulu ya? jadi nanti pas aku pulang, kamu sama anak-anak udah rapi, dan tinggal berangkat," pesannya sebelum berangkat ke toko."Siap, Pak Bos!" jawabku sambil hormat. dia mencubit pipiku, aku tersipu malu. lalu aku mencium punggung tangannya dan Mas Rian segera berlalu.@@@Sambil mengulur waktu, aku pun pergi ke ruang cuci untuk mencuci pakaian yang belum terlalu banyak. tapi berhubung lagi rajin, akhirnya aku tetap mencuci.Selesai mencuci, aku pun akan menjemurnya di luar depan teras rumah.Saat menjemur aku melihat Bu Ijah lewat di depan rumah, langsung saja kutegur."Bu, mau kemana?" dia menoleh dan tersenyum, serta langsung mendekat ke arahk

    Last Updated : 2023-04-17

Latest chapter

  • TETANGGA SEBELAH RUMAHΒ Β Β Bab 17

    "Assalamualaikum, Ella!" terdengar suara Bu Ijah dari luar memanggil namaku. Oh ternyata mereka sudah pulang, kirain mereka bakalan nginep, abis lama banget sih disana.Aku pun langsung buru-buru membuka pintu. karena pasti Bu Ijah ingin mengantarkan Zahra.Ceklek! saat pintu terbuka ternyata bukan Bu Ijah saja yang berada disitu. ada si Hanum juga, Mas Rian, serta si Nina bobo dan juga anak-anak mereka."Wa'alaikum-salam." jawabku yang tetiba jadi galfok kan, sambil sesekali merapikan rambut, jangan sampai kaya kejadian tadi.Mas Rian memakai baju batik lengan panjang beserta celana chino model terkini. ya Allah calon imamku, jauh beda banget sama Mas Gino yang … ah, nggak usah dibahas deh! cuma bikin badmood."Mama …." Zahra langsung menghampiriku sambil memegang es krim di tangannya, aku pun langsung memeluk Zahra. berusaha bersikap lemah lembut di depan Mas Rian, biar dibilang ibu yang penyayang. Heheh."Sini masuk Bu Ijah, Hanum, Mas Rian. sini masuk! makasih ya, udah repot-repot

  • TETANGGA SEBELAH RUMAHΒ Β Β Bab 16

    Saat aku sedang sibuk menangis tiba-tiba datanglah seorang Ibu paruh baya dengan dandanan menor dan berperawakan besar, sepertinya dia mau ke toilet juga.Dia memperhatikanku dari atas sampai bawah, kepo banget sih jadi orang?"Ngapain ngeliatin saya kaya gitu, Bu?" refleks dia terkejut saat aku bertanya."Oh, kamu bisa ngomong? kirain saya kamu bisu?" kini gantian aku yang terkejut dengan ucapannya, mulutku langsung melongo."Maksud Ibu apaan? kenapa ngatain saya bisu? ini saya bisa ngomong, sembarangan ngatain orang!" jawabku sengit."Kamu waras apa gila sih? saya jadi bingung," dia malah garuk-garuk kepalanya yang mungkin udah penuh kutu."Enak aja ngatain saya gila, sembarangan banget! saya waras lah!" ucapku berapi-api, karena sudah sangat emosi sekali.Seenaknya banget ngatain aku yang cantik jelita begini dibilang orang gila. Mentang-mentang dandanan aku kaya gini! Huh."Kalau kamu waras, nggak mungkin dandanan kamu kaya orang gila begini. Oh iya, saya baru ingat. Kebanyakan or

  • TETANGGA SEBELAH RUMAHΒ Β Β Bab 15

    Di dalam ruangan pesta masih sangat ramai sekali, rasanya malas sekali mau masuk ke dalam. Apalagi aku sudah mengganti baju dengan baju rumahan.Tapi demi bertemu dengan Zahra mau tak mau aku pun langsung masuk ke dalam. aku masih mencari ke sekeliling ruangan ini, Zahra juga belum tampak sama sekali. Berharap ada orang yang aku kenal disini.Tamu undangannya Pak Tarno sangat banyak sekali, jadi ruangan ini terasa sangat ramai. tak kupedulikan lagi orang-orang yang memandangku dengan tatapan aneh, mungkin mereka terpesona dengan kecantikanku yang sangat alami.Aku berjalan ke samping kiri ruangan tersebut, dan Alhamdulillah akhirnya aku melihat Zahra sedang bersama Bu Ijah dan Hanum. hatiku seketika sangat plong sekali saat melihat Zahra berada disana.Zahra juga tak menangis seperti perkiraanku. Dia malah asyik bermain souvenir yang diberikan oleh penjaga tamu tadi bersama Rara dan Adit."Zahra!" aku berteriak memanggil Zahra, dia menoleh ke arahku, beserta Bu Ijah dan Hanum. aku pun

  • TETANGGA SEBELAH RUMAHΒ Β Β Bab 14

    'Emangnya enak lu, dilabrak Ibu-ibu di tempat rame kaya gini. Rasain!' ucapku dalam hati bersorak girang, karena telah berhasil mempermalukan Mbak Nina di muka umum."Pelakor? Maksud ibu, yang pelakor itu saya?" Mbak Nina tampak menghampiri Ibu tersebut sambil menahan amarah yang seakan membuncah."Iyalah, kamu pelakor kan? udah berani-beraninya ngambil pacarnya Mbak Ella? dan sekarang kalian malah menikah, dasar nggak tahu malu!" ucap Ibu tersebut membelaku sambil berkata sinis pada si Nina bobo, sedangkan ibu-ibu yang lainnya hanya mengangguk-angguk membenarkan ucapan ibu tersebut."Duh, kok saya makin bingung aja ya? mending daripada ibu seenaknya nuduh saya tanpa tahu yang sebenarnya, ibu cari bukti dulu deh, jangan sampai nanti ibu malah malu sendiri, karena ketahuan sudah memfitnah saya. Ingat loh, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan! dan hal kaya gini juga bisa mencemarkan nama baik saya, ibu tahu kan kalau mencemarkan nama baik seseorang, bisa dituntut?" ucap Mbak Nina

  • TETANGGA SEBELAH RUMAHΒ Β Β Bab 13

    Kini kami semua akhirnya berangkat ke rumah Pak Tarno, untuk menghadiri acara pesta pernikahan putrinya.Sepanjang perjalanan, Mbak Ella benar-benar membuatku naik darah. gimana nggak naik darah, dia malah berani-beraninya memegang lengannya Mas Rian. Padahal di sebelah Mas Rian ada aku--istrinya.Mas Rian tampak risih dengan kelakuan absurd Mbak Ella dan merasa nggak enak juga karena dilihat banyak orang yang lalu lalang. karena emosiku sudah sampai ke ubun-ubun akhirnya aku tegur lagi dia."Mbak. tolong ya, jaga sikapnya. Ini suami orang loh yang lagi dipepet, masih ada istrinya juga? tolong dong jadi perempuan itu jaga image dan punya harga diri sedikit. Lagian kenapa nggak ajak suami Mbak aja sih?" Ujarku kesal.Karena mendengar aku yang tiba-tiba marah, seketika kami semua berhenti. Ya, kami semua memang berjalan kaki. Karena rumah Pak Tarno tak terlalu jauh juga dari rumahku, makanya kami semua memutuskan untuk berjalan kaki."Ye … biasa aja kali, Mbak. Nggak usah ngegas gitu ng

  • TETANGGA SEBELAH RUMAHΒ Β Β Bab 12

    Seketika aku terhenyak melihat statusnya Mbak Ella, walaupun agak kepikiran dan refleks membuat kepala jadi pusing, tapi tak mau kubiarkan berlarut-larut."Mah, kok bengong sih? dari tadi dipanggil nggak nyahutin. kirain keluar taunya malah bengong disini," suara Mas Rian mengejutkanku yang masih terdiam karena memikirkan kata-kata Mbak Ella di status.Kayaknya aku sekarang harus mulai tegas, agar Mbak Ella nggak seenaknya untuk mendekati suamiku, walau dengan alasan apapun.Aku seketika jadi ingat kata pepatah. Dimana ada gula disitu ada semut. Ah, ngomong apaan sih? ngawur kan tuh pepatahnya. Hehehe.Kini kami semua udah rapi, Mas Rian juga sudah rapi, anak-anak juga sudah rapi. Tinggal menunggu Bu Ijah yang katanya mau bareng juga biar rame, kalau nggak rame nggak seru katanya."Nggak bengong kok, Pah. aku cuma lagi bertapa aja. biar kamu nggak diambil si Ella, minimal nggak tergodalah," jawabku sambil nyengir."Bertapa itu di gua, sayang. Jangan di rumah. percuma nggak bakal mempa

  • TETANGGA SEBELAH RUMAHΒ Β Β Bab 11

    "Ngomong opo koe, Ella, Ella. yowes bubar, saya mau masak dulu, sekalian siap-siap. mari, Mbak Nina?" sela Bu Ijah sambil berpamitan untuk pulang."Iya, Bu." jawabku pada Bu Ijah.Setelah Bu Ijah pulang, kini hanya ada aku dan si wewe gombel disini. Tadi katanya mau pulang, tapi nggak pulang-pulang. Huft!"Mbak. emang Mas Rian-nya pulang kerja jam berapa?" dia memulai pembicaraan absurdnya lagi."Tergantung sih, kalau udah selesai ya pulanglah, masa nginep." jawabku seadanya dan memasang wajah sinis."Hhmm, gitu. ya udah deh saya pulang dulu, mau dandan yang cantik. siapa tau Mas Rian mau ganti istri baru, hehehe." dia cekikikan kaya kunti sambil berlalu pergi, sedangkan aku hanya tersenyum getir menanggapi ucapannya yang absurd.Aneh, benar-benar aneh orang kaya gitu! Apa dia dulunya pas lahir gak langsung di adzanin ya? makanya modelnya kaya gitu orangnya.@@@"Assalamualaikum, Mah! Papa pulang." suara Suamiku terdengar memanggil dari luar, sambil membuka pintu yang memang tak terku

  • TETANGGA SEBELAH RUMAHΒ Β Β Bab 10

    Hari ini adalah hari Minggu dan bertepatan dengan pesta pernikahan anaknya Pak Tarno, kami semua berniat untuk datang siang nanti.Karena Mas Rian harus ke toko dulu untuk mengecek laporan stok barang di toko, Mas Rian memang masih bekerja di tempat yang dulu, tapi posisinya sekarang sudah menjadi staff leader."Mah, nanti kamu siap-siap aja dulu ya? jadi nanti pas aku pulang, kamu sama anak-anak udah rapi, dan tinggal berangkat," pesannya sebelum berangkat ke toko."Siap, Pak Bos!" jawabku sambil hormat. dia mencubit pipiku, aku tersipu malu. lalu aku mencium punggung tangannya dan Mas Rian segera berlalu.@@@Sambil mengulur waktu, aku pun pergi ke ruang cuci untuk mencuci pakaian yang belum terlalu banyak. tapi berhubung lagi rajin, akhirnya aku tetap mencuci.Selesai mencuci, aku pun akan menjemurnya di luar depan teras rumah.Saat menjemur aku melihat Bu Ijah lewat di depan rumah, langsung saja kutegur."Bu, mau kemana?" dia menoleh dan tersenyum, serta langsung mendekat ke arahk

  • TETANGGA SEBELAH RUMAHΒ Β Β Bab 9

    Saat aku sedang menangis, tiba-tiba ada tangan yang menoel lenganku, aku pun terperanjat kaget, lalu cepat-cepat menoleh, tanpa kuhiraukan lagi wajah yang sudah amburadul."Nih, tissue. ingusnya udah banyak tuh, sayang jilbabnya pasti kotor," seorang lelaki menawarkanku sebungkus tissue. Aku mengenalnya, dia salah satu staf di supermarket tempatku bekerja, yang terkenal dingin dengan perempuan."Mas Rian?" ucapku terkejut, lalu dia hanya tersenyum kecut."Iya kenapa? kaget ada aku disini?" dia malah bertanya balik, dan meletakkan tissue di tanganku."Kok, Mas Rian ada disini? kenapa belum pulang? bukannya Mas Rian shift pagi ya?" tanyaku lagi dan belum menjawab pertanyaannya yang tadi. Karena kami satu toko, maka kami sering bertemu tapi tak pernah menyapa, karena memang dia lelaki yang sangat dingin pada perempuan.Mas Rian berbicara hanya pada saat Briefing toko saja atau berbicara jika ada perlu pada karyawan-karyawan yang berada di supermarket tersebut."Iya, saya nungguin kamu pu

DMCA.com Protection Status