Home / Pernikahan / TERTAWAN GODAAN CINTA / Bab 2. Istri Muda Vs Istri Tua

Share

Bab 2. Istri Muda Vs Istri Tua

Author: Nida Aulia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ravin mengesah lelah. Sepertinya suasana mulai menegang. Ia hanya bisa menarik napas dalam. Mencoba tenang.

“Belva, akan aku jelaskan semuanya. Tapi tolong jangan buat keributan!” Ravin segera bergegas menuju kamar istri mudanya.

Alana tersenyum. Kemudian matanya menilik ke arah Belva yang begitu sinis padanya. Namun, Alana tetap tersenyum, kemudian berbalik badan kembali ke kamarnya.

“Tunggu!” panggil Belva, membuat langkah Alana terhenti.

Belva memperhatikan lekat-lekat wanita dihadapannya. Dari ujung kaki hingga kepala. Alana memang bukan dari kalangan keluarga ningrat atau keturunan bangsawan. Tetapi dari segi paras, Alana memang terbilang sangat cantik dan menawan. Rambutnya hitam dan ikal, ada lesung pipi ketika ia tersenyum, bulu mata yang lentik, matanya bulat dan cerah. Persis seperti dewi yunani.

Pantas Ravin tergila-gila.

Belva pun sebetulnya tak kalah cantik dengan Alana. Memiliki paras khas asli Indonesia yang manis dan mempesona. Ia pun wanita yang cerdas dan multitalenta.

“Aku sepertinya tidak asing sama kamu?” kata Belva. Mengingat-ingat.

“Ahh, kalau tidak salah, kamu pernah ikut audisi modeling bride di event Jakarta dua tahun lalu, ‘kan?” Belva mulai teringat. Ia pun mengikuti audisi. Namun di acara itu, Belva bukan sebagai talent model, melainkan sebagai salah satu sponsor terbesar serta perancang busana pengantin termewah saat acara tersebut.

Kebetulan juga saat acara itu, Alana menjadi salah satu model pengantin dan meraih juara favorit pertama. Tentu saja nama dan wajahnya pasti lebih dikenal banyak orang setelah ajang tersebut.

“I-iya betul. Kok, kamu tau acara itu?” tanya Alana terheran.

Sementara Belva melangkah dan tatapannya begitu sulit untuk diartikan.

“Kebetulan gaun yang kamu menangkan saat audisi adalah rancanganku.” Belva tersenyum bangga.

Alana melebarkan mata tak percaya. Ia tertegun.

“Oh ya, woah! aku aja sampe gak tau siapa perancangnya, lebih tepatnya mungkin aku lupa!  ternyata kamu toh. Hebatnya ...” Alana memuji. Kemudian matanya menilik ke arah ruang tengah yang dindingnya terpampang sebuah pigura foto pernikahannya dengan Ravin.

Belva pun melihat pigura itu. Sesaat ia sempat termangu, kemudian ada senyuman terukir diwajah. Ternyata salah satu gaun rancangannya pun dipilih oleh Alana saat pernikahannya dengan Ravin.

“Gaun itu juga aku pesan di bridal boutique yang sama dengan gaun saat aku memenangkan audisi.” Alana tersenyum hangat. “Ternyata pemiliknya adalah kamu.”

“Nggak nyangka kita ketemu di sini!” ujar Belva dengan ekspresi datar.

“Iya, aku juga gak nyangka. Apalagi ... perancang busana pengantin termewah itu sekarang menjadi maduku.” Alana tersenyum manis. Kata-katanya terkesan menyindir, tetapi baginya itu hanyalah ungkapan yang sangat lugas. Tidak berniat menyinggung.

Namun, Belva yang merasa tersinggung langsung melengos dan berkata, “Aku juga ga nyangka. Finalis bride model di acara bergengsi malah jadi istri simpanan!”

“Padahal, lelaki kaya dan tampan banyak yang ngantri buat dapatin kamu, ‘kan?” sambung Belva. Tatapannya begitu sinis.

Alana termangu. Ia tersadar bahwa ucapannya telah menyinggung.

“Maaf. Aku permisi. Selamat beristirahat.” Alana langsung beranjak meninggalkan Belva yang tampak kesal. Tidak mau berdebat lebih jauh. Dan itu yang dipesan oleh Ravin padanya.

Belva menatap terus sampai Alana hilang di balik pintu kamar utama. Rasanya jika mengikuti amarah, ia ingin sekali mengacak-acak seisi rumah itu. Bukan hanya kecewa setelah mengetahui ia menjadi madu, tetapi kecewa juga dengan takdir hidupnya.

“Nyonya? kamarnya di atas.” Bi Yola menepuk pelan bahu Belva. Membuat wanita itu mengerjap dan menghela napas.

“Oh, iya, Bi.”

Bi Yola langsung mengarahkan Belva untuk menaiki lantai dua dan menunjukkan sebuah kamar. Belva memasuki kamar yang terbilang cukup luas dengan kasur berukuran sedang. Suasananya cukup nyaman dengan pemandangan yang langsung menyuguhkan bibir pantai.

Belva membuka jendela kaca, menikmati hembusan angin. Sementara Bi Yola sudah beranjak dan kembali pada pekerjaannya.

Sejenak Belva merenungi perjalanan hidupnya yang sangat menyedihkan. Terlahir dari keluarga terpandang, memiliki segalanya, tetapi soal percintaan ia selalu saja gagal.

Tak lama kemudian Ravin pun memasuki kamar itu. Dengan cepat, ia pun langsung menutup dan mengunci pintu kamar.

Awalnya Belva mengira ia sengaja dikurung didalam kamar. Namun, saat berbalik badan rupanya sang suami masih ada di tempat yang sama.

“Di rumah ini, aku yang memiliki wewenang. Bukan karena aku laki-laki, tapi aku juga seorang suami. Yang perkataannya harus kamu turuti!” Ravin berujar tegas.

Sejenak Belva terdiam. Ia ingat, bahwa pertanyaannya belum juga mendapatkan jawaban.

“Suami pembohong!” umpat Belva. Ekspresinya pun sangat masam.

Ravin menelan ludah. Mungkin ini saatnya untuk ia jujur.

“Belva, beri aku kesempatan untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Tapi ... jangan katakan hal ini pada keluarga kita.” Ravin mendekat dengan sorot wajah penuh permohonan. Membuat Belva semakin tak mengerti.

“Katakan, ada apa sebenarnya?” Belva melipat tangan di dada. Tidak ingin berbasa-basi.

Ravin berdiri di sebelah Belva yang sedang menatap pemandangan pantai. Sorot wajah wanita itu terlihat memendam amarah. Ravin sempat ragu untuk berucap, membuat waktu banyak terbuang.

“Kenapa diam? aku masih sabar menunggu penjelasanmu. Karena kalau tidak, kamu masih ingat bukan seperti apa jika aku sudah murka?” tandas Belva.

Ravin menarik napas dalam-dalam. Ia mencoba mengumpulkan keberanian. Dalam benaknya pun sudah menyusun rangkaian kata untuk di sampaikan.

“Aku dan Alana sudah menikah tiga bulan lalu. Aku ... dan dia saling mencintai. Kami terpaksa menikah diam-diam karna tidak ada restu dari orang tuaku. Alana hidup sendiri. Dia hanya punya aku. Aku pun tidak mungkin membiarkan dia hidup sendirian,” jelas Ravin.

Belva melipat bibir yang bergetar. Ia memang membutuhkan penjelasan, walaupun mendengar setiap untaian kata dari Ravin, sungguh seperti sebuah sayatan dalam hatinya. Sangat menyakitkan.

“Lalu kenapa kamu masih tetap ingin menikahiku? kenapa saat kejadian itu kamu tidak langsung berkata jujur di hadapan semua keluarga?” tanya Belva.

“Tidak mungkin. Ayahku sakit, Oma Tarra juga sedang sakit parah, apa jadinya jika mereka tahu hal ini, Belva?” balas Ravin. Sejenak ia terdiam, jakunnya naik turun dengan berat.

“Ayahku dan mendiang ayahmu sudah lama menginginkan kita bersama. Keluargamu banyak berjasa dalam menolong perusahaan keluargaku. Tidak mungkin aku menyakiti hati mereka. Maafkan aku.” Ravin menunduk dalam. Meski masih banyak yang ingin ia sampaikan. Namun, rasanya masih sangat menyesakkan.

Belva terdiam membuang pandangan. Matanya mulai berair. Sebuah isakan kecil lolos dari bibirnya. Keadaan memang sangat menghimpit Belva dan Ravin. Mereka terpaksa menikah dua hari lalu karena mengikuti permintaan dari keluarganya.

Belva saat itu hanya memiliki seorang nenek. Yaitu Oma Tarra. Ayahnya sudah meninggal dan menitipkan amanah pada Givari—ayah Ravin, untuk menjaga Belva dan menjalankan perjanjian untuk menikahi anak tunggal mereka. Sebagai pewaris perusahaan dan menyambung keturunan ningrat dan bangsawan.

“Tidakkah kamu menyadari, bahwa yang kamu lakukan ini telah menyakiti mereka?” Belva menatap kosong dan jauh. “Ada banyak hati yang kamu lukai, Ravin.”

“Aku tau. Jauh sebelum itu aku sudah tau hal ini akan terjadi. Tapi, tolong maafkan aku, dan jangan pernah katakan kebenaran ini pada keluarga kita. Aku mohon! sebagai gantinya aku akan berikan segalanya untukmu. Apa saja, akan aku kabulkan untukmu, Belva.”

Belva tersenyum getir. Seolah tidak tertarik dengan imbalan apa pun.

“Tanpa hartamu, aku masih bisa hidup bahagia, Ravin. Aku hanya sedang meratapi nasib sialku. Tidak disangka, aku ternyata hanyalah madu di rumah ini. Sementara jauh di sana, keluarga kita sedang merayakan bahwa kita sepasang suami istri yang bahagia. Dan, yang mereka ketahui adalah aku ini istri pertamamu!” Belva berbalik badan dan berjalan menuju cermin.

Ia menatap pantulan dirinya di dalam sana. Menatap kemalangan nasibnya saat ini. Dari pelupuk mata terbayang kembali kisah cintanya dengan seorang pria yang juga sempat menjadi bagian dari hidupnya.

“Andai dia masih hidup, mungkin aku gak akan pernah bertemu dengan kamu lagi, Ravin!” kata Belva dengan nada penuh penyesalan. Sementara Ravin menautkan kedua alis dan mendekat ke arah Belva.

“Ayahmu ... pasti sudah bahagia di sana. Jangan menangis!” Ravin meraih kedua sisi lengan Belva, berusaha menenangkan. Ia berpikir wanita itu bersedih karena merindukan ayahnya.

Akan tetapi, tampaknya bukan itu yang membuat Belva menangis.

“Air mata ini bukan untuk ayahku!” kata Belva. Ia mengangkat wajah menatap Ravin yang semakin termangu.

“Apa maksudmu?” tanya Ravin terheran.

“Dia adalah Arav. Suamiku.” Belva berujar serius.

Related chapters

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   Bab 3. Menolak malam pertama

    “Pria yang mengajakmu kawin lari itu?” tanya Ravin.Belva mengangguk pelan. Kemudian ia mulai menceritakan kisahnya.“Aku pernah menikah tepatnya 4 bulan yang lalu. Sama sepertimu, aku kawin lari. Tapi beberapa jam setelah akad nikah, Arav di ringkus polisi karena tuduhan pembobolan bank senilai 100 M. Dia di tahan, demi menikah dan hidup bersamaku dia rela melakukan aksi bodohnya. Kamu pasti dengar beritanya bukan?”Ravin melebarkan mata. Ternyata kasus terhangat beberapa bulan yang lalu tentang seorang lelaki melakukan pembobolan bank itu adalah Arav, suaminya Belva. Kalau tadi Belva yang nyaris ingin pingsan, lalu sekarang Ravin tampaknya juga seperti itu.Pasalnya lelaki bernama Arav itu pun dikabarkan bunuh diri di dalam sel tahanan sekitar dua minggu yang lalu. Itu artinya, tepat saat hari di mana Ravin melamar Belva. Mungkin Arav patah hati.“Saat aku tahu Arav melakukan itu, aku marah besar dan menuntut untuk bercerai. Jadilah, dia tak punya pilihan selain melepaskan ikatan ya

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   Bab 4. Masa Lalu Belva

    “Pergilah! Aku mengizinkan kamu bersama dengan istri yang kamu cintai. Mengertilah keadaanku! kita menikah terpaksa dan tanpa cinta. Jadi, beri aku waktu.” Sesaat Belva merasa begitu puas. Ia hanya ingin menenangkan hati dan pikirannya dari segala problematika ini.Soal berdosa dan lain sebagainya, mungkin ia kesampingkan dulu. Daripada melayani setengah hati, apalagi dalam keadaan yang dibohongi, lebih baik seperti ini dulu saja. Ia meminta untuk sendiri.Dari sorot wajah Ravin pun cukup menjelaskan, bahwa ia hanya sebatas nafsu saja dengan Belva, bukan atas dasar cinta kalau saja tadi mereka langsung terbuai dilautan cinta.***“Jadi cerita saat kamu bilang Belva kawin lari itu memang benar?” tanya Alana.Setelah tadi banyak berbincang dengan Belva, akhirnya Ravin kembali ke kamar istri pertamanya. Mereka sedang di atas kasur, Ravin bersandar di paha Alana, sementara wanita itu mengusap lembut rambut sang suami. Romantis sekali.“Ya. Tapi statusnya tetap masih perawan, karena setela

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   Bab 5. Sempat menolak kenyataan

    Belva mendengus dengan kasar. Ia merasa kesal bukan karena cemburu, melainkan masih kecewa dengan sikap Ravin yang pembohong. Dan, menurutnya pria itu juga lumayan munafik. Walaupun dulu Belva sangat memuja Ravin, tetapi baginya itu hanyalah kisah masa lalu sewaktu remaja. Saat ini tipikal prianya bukan lagi seperti Ravin. Apalagi setelah mengetahui banyak kekurangan yang menonjol dari pria itu.“Aku laporin aja sama Om Givari dan Oma Tarra, biar mampus tuh si Ravin!” gerutu Belva, ia membuka kaleng minuman soda lalu meneguknya.“Nyonya ...” Suara Bi Yola membuat Belva nyaris menyemburkan lagi minuman dari mulutnya.Ia menoleh dan menghela napas. “Ya ampun, Bi. Bikin kaget aja!”Wanita paruh baya itu hanya tersenyum lebar dan merasa tak enak. “Maaf, Nyonya. Kok belum tidur? Apa ada yang bisa saya bantu?”“Oh, nggak ada, Bi. Saya ... cuma lagi gak bisa tidur aja. Maklum kalau ditempat baru memang agak lama adaptasinya.” Belva berujar lugas. “Bibi sendiri ngapain? kok udah larut gini be

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   Bab 6. Siapa pria itu?

    Mendengar seluruh cerita tentang kesaksian Bi Yola dalam perbincangan Ravin dan Alana, membuat Belva tak tahu harus berkomentar apa.“Saya juga tidak menginginkan pernikahan ini, Bi. Itu sebabnya aku sendiri yang meminta Ravin untuk kembali ke tempat istri tuanya.” Belva menghela napas, kemudian menyandarkan punggung di sandaran kursi.“Tapi, soal hubungan Ravin dan Alana yang ditentang keluarga, jujur saja aku baru tau,” sambung Belva. “Memangnya apa yang salah dari Alana? dia kan cantik, model, kalau gak salah anak seorang pengusaha juga! kenapa keluarga Ravin menolak wanita seperti Alana?”“Balik lagi ke tradisi dan standar yang sudah ditetapkan sama keluarga Tuan Ravin, Nyonya. Mereka kan menginginkan keturunan ningrat juga. Jaman sekarang kan banyak orang kaya, pengusaha, tetapi silsilah keluarganya tidak ada yang berdarah biru.” Bi Yola menjelaskan.“Ah, lebay banget ya. Padahal kan nikah ya nikah aja. Ngapain pake liat silsilah segala! Selagi orang itu baik dan sama-sama cinta

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   Bab 7. Suami dingin dan Aneh

    Panggilan tidak terjawab. Sesaat setelah melihat nama pemanggil, Ravin termangu dengan benak yang berputar. Menebak-nebak asal siapa pria bernama Tigor itu. Ia menilik ke arah pintu kamar mandi yang masih tertutup. Sepertinya Belva masih membutuhkan waktu untuk berganti pakaian.Namun, saat akan beranjak, ponsel sang istri kembali menyala. Kali ini sebuah pesan masuk dari nama yang sama. Ravin melirik singkat dan sempat membaca sebagian pesan itu.Tigor : Dua jam lagi aku tiba di Bali. Aku akan langsung menuju lokasi.Ravin mengeryit. Sepertinya pria itu telah melakukan janji temu dengan istrinya. Tak lama kemudian, Belva yang baru selesai berganti pakaian langsung keluar dan kembali terkejut saat melihat Ravin masih berada di dalam kamarnya.“Loh, kamu masih di sini?” tanya Belva seraya mengeringkan rambutnya.Ravin tak langsung menjawab. Sejenak ia memperhatikan istrinya yang pagi ini terlihat lebih segar dan cantik. Mengenakan blouse hitam dan celana jeans dengan rambut coklatnya y

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   Bab 8. Madu Manis dan Pahit

    Notifikasi pesan berbunyi. Belva yang sedang gusar karena kedatangan Ravin secara tiba-tiba langsung melihat pesan itu. Matanya membulat, pasti Tigor sudah tiba di tempat itu.Ia mengedarkan pandangan ke segala arah. Sampai di ujung sebuah meja dekat jendela kaca besar, ia melihat seorang pria tampan dengan setelan kasualnya sedang mengangkat tangan dan melambai ke arahnya. Itulah Tigor.Beva pun tersenyum dan memberikan kode agar Tigor ke tempatnya. Kemudian, Ravin pun menoleh ke arah Tigor lalu menyipitkan mata dan berekspresi datar.“Kenapa dia duduk di sana?” tanya Ravin.“Gak tau!” balas Belva.“Dia benar managermu atau ....” Ravin menyelidik. Membuat Belva menatapnya dengan sengit.“Atau apa? kamu akan mengira aku selingkuh?” Belva geram. Mengerti arah pikiran suaminya.“Kalau dia memang orang terdekatmu, kenapa harus duduk jauh dari kita? harusnya ya hampiri saja kita di sini!” kata Ravin santai.Belva terdiam dengan ekspresi yang sangat muak. Malas berdebat dengan suaminya. Ke

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   Bab 9. Di Pantai

    Belva mengangkat bahu dan menggeleng pelan. “Entahlah, aku seperti terjerat selama-lamanya!”“Apa kamu punya rencana? Maksudku apa yang akan kamu lakukan setelah ini?” tanya Tigor lagi.Hening beberapa saat, hanya terdengar suara deburan ombak dan angin yang bertiup lembut.“Aku ingin lebih sibuk. Aku tidak ingin banyak menghabiskan waktu di rumah. Jadi, kita harus membuka cabang besar di sini. Aku akan membuat boutique sekaligus membuka kelas desainer. Keduanya harus berbeda tempat. Supaya aku tidak stay di satu tempat saja,” jelas Belva.Tigor mengangguk mengerti. “Itu gampang. Aku akan bantu mengurus segala keperluannya. Bahkan, jika kamu izinkan, aku akan memulainya besok!”“Baguslah.” Belva menghela napas lega dan tersenyum. “Setelah urusan butik selesai, aku mau kita juga mengadakan event besar seperti di Jakarta dua tahun lalu. Kalau perlu lebih besar lagi. Kali ini kita bisa mengundang dan mengajak kerja sama dari rekan di Australia.”“Okay. Ide bagus! kebetulan sekali untuk i

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   Bab 10. Alur kehidupan

    Suasana mendadak hening. Belva termangu saat Tigor malah bertanya seperti itu. Namun, tak lama kemudian pria itu pun tergelak. Melihat ekspresi Belva yang menurutnya sangat lucu.“Tegang amat, Neng!” kata Tigor sambil terus tertawa.Sementara Belva langsung meninju pelan lengan pria itu. Menyebalkan sekali ketika Tigor susah sekali di ajak bicara serius.“Aku serius, Tigor! kamu senang banget becanda.” Belva menggerutu.“Ya nggak dong, Bel. Gini-gini aku masih normal kali!” ujar Tigor yang kali ini membuat Belva tersenyum.“Syukurlah...” Belva menghela napas lega. Kemudian kembali bertanya, “Tapi kamu pernah pacaran gak, sih?”Sejenak Tigor menerawang. Memperlambat waktu dan membuat Belva kembali penasaran.“Ah, aku tuh sebenarnya paling males kalau bahas masa lalu. Karena gak ada yang menarik dari kisah aku itu!” seru Tigor. Membuat bahu Belva merosot.“Setiap orang pasti punya kisah yang menarik. Udah jatahnya setiap orang punya!” timpal Belva yang sok tau. Ia hanya ingin terus mema

Latest chapter

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   94. Menyembuhkan luka

    Tigor terdiam beberapa detik. Cindy bisa melihat ada air mata yang membasahi pipi pria itu. Tigor bangkit dari tempat tidur dan berjalan sempoyongan ke arah pintu.“Mama ....” Tigor bergumam lirih, tak lama ia terkulai di atas lantai dan kehilangan kesadaran.Cindy bergegas menghubungi pihak keamanan untuk membatunya membawa Tigor ke layanan kesehatan.“Dia mabuk berat. Tapi tidak perlu khawatir, kami sudah memberikan terapi yang tepat untuk pasien. Hanya saja dalam waktu beberapa jam, dia masih harus tertidur.” Dokter menjelaskan keadaan Tigor.Cindy bersandar lelah di kursi tunggu. Dia memberi kabar pada Aisyah mengenai keadaan Tigor. Tetapi berharap agar Aisyah tidak memberitahu hal ini pada Maria. Khawatir akan memperburuk keadaan.Wanita cantik itu bahkan tak mengerti, mengapa dia bisa dihadapkan dengan situasi yang sangat rumit ini. Dia berada ditengah-tengah kisah cinta yang beragam. Belva dan Rizwan yang kini tengah

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   93. Perasaan Hancur

    Di sela-sela perjalanan, untuk pertama kalinya Tigor merasakan patah hati yang lebih dalam. Ini lebih menyakitkan daripada melihat Belva menikah dengan pria lain. Pikirnya, Belva hanya menikah sebagai status, dan kesuciannya tak akan pernah dia berikan.Namun, kenyataan tak semanis itu. Kali ini Belva menikah sungguhan karena landasan cinta. Bukan hanya cinta saja, melainkan karena satu keimanan. Tigor tak pernah berpikir, Belva akhirnya mengandung benih pria lain. Ini amat sangat menyakitkan.Tigor menatap pantulan dirinya di dalam kamar apartement. Bahkan di pipinya pun masih tergambar jelas telapak tangan Cindy yang menamparnya semalam. Wanita yang dulu mendukung hubungannya dengan Belva, kini malah menorehkan rasa sakit di pipinya.“Arrgggghhh!!” Tigor berteriak kencang di dalam kamar. Hatinya remuk dan hancur. Setelah ini, dia tidak tahu dengan cara apa menyatukan kembali serpihan hatinya yang berserakan itu.***Kabar kehamilan Be

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   92. Anugerah yang cepat

    “Tigor?” Belva termangu. Sementara pria itu malah duduk santai sembari melipat kaki dan tersenyum erotis menatapnya.“Hai, sayang. Long time no see!” Tigor beranjak dari sofa dan berjalan ke arah Belva.Belva menelan ludah dan masih tak menyangka, pria itu kembali juga hari ini.“Ke mana aja kamu? Ninggalin kerjaan gitu aja. Gak bertanggung jawab!” ketus Belva sembari berjalan ke arah meja kerja untuk merapikan tas dan barang bawaannya.“Sengaja. Biar dapat hukuman dari kamu!” Tigor meraih tangan Belva tanpa ragu dan dengan gerakan cepat Belva menghentakkan genggaman itu.“Jangan kurang ajar!! Kamu gak pantas melakukan itu ini! Keterlaluan!” Belva menatap tajam.“Kenapa, Bel? Kamu mau mengelak apa lagi? Jelas, yang kamu lakukan hari ini adalah bukti bahwa kamu masih mencintai aku, kan?” Pria tampan itu menatap serius.Sementara Belva mendelik jengkel. &ld

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   91. Mencemaskan

    Sampai waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Belva pun berpamitan. Dia menyetir mobil sendiri menuju hotel.Di sela-sela perjalanan, ponselnya berdering. Belva melirik sekilas, kemudian matanya melebar saat melihat orang yang dicari-cari tengah menghubungi.Tigor is calling...Cepat-cepat Belva menepikan mobilnya di bahu jalan, dan gegas menjawab panggilan itu.“Kamu ke mana aja, Tigor?” Belva langsung berujar tegas.Tak ada jawaban.“Hallo? Tigor?”“Hai, Belva.” Suara pria itu terdengar santai sekali.“Kamu nggak usah sok misterius mendadak ilang-ilangan kayak gini, Tigor. Kamu kekanak-kanakan tau nggak! Ninggalin kerjaan dan nyusahin kita semua!” Belva mengomel kesal.“Kamu yang udah buat aku kayak gini, Belva. Apa salah kalau aku pergi!” Pria di seberang panggilan itu tertawa kecil. “Ah, tapi aku berhasil. Ternyata ... kamu gak benar-benar ning

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   90. Profesional Kerja

    Sejenak Rizwan berpikir. Sebenarnya ini adalah ide yang bagus juga. Hitung-hitung sebagai bulan madu mereka yang sempat tertunda.“Aku mau temanin kamu. Tapi aku harus izin dulu sama kiyai Rahman. Karena pasti kita di sana dalam waktu yang tidak sebentar kan?” ujar Rizwan.Belva tersenyum manis dan melingkarkan tangan di leher suaminya. Kini semakin lama sepasang suami istri itu kian lekat dan romantis. Sudah tidak canggung lagi dalam menunjukkan cinta dan sayangnya.“Beliau pasti mengizinkan kamu, Mas. Lagian ... ini kan sudah masuk minggu ke tiga pernikahan kita, tapi kita belum pernah pergi berdua. Maksudnya seperti berbulan madu.” Belva merona sendiri mengatakannya.Rizwan pun menciup pipi sang istri dan berkata, “Baiklah, permaisuriku. Kita akan sekalian honeymoon. Meskipun setiap malam setelah pernikahan kita ini, rasanya seperti bulan madu terus bagi aku.”Keduanya merona dalam pelukan mesra. Setiap malam

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   89. Pacaran setelah menikah

    Tempat itu menjadi saksi dari bersatunya sebuah cinta yang halal. Seorang istri telah menjadi hak penuh untuk suaminya. Akhirnya apa yang dulu sangat dijaga, kini waktunya untuk dijelajahi. Apa yang dulu sempat haram di pandang, kini menjadi nilai ibadah untuk dilakukan.Beberapa waktu kemudian, mereka terbaring lelah bersebelahan. Merasakan pelepasan yang sangat sulit dilukiskan bagaimana rasanya. Hanya bisa saling pandang dalam senyuman yang penuh cinta. Mereka sudah cukup dewasa untuk mengartikan kenikmatan itu. Yang jelas, setelah ini hanya ada harapan-harapan baik juga benih-benih cinta yang akan selalu mereka tanam.“Mau mandi bareng?” Rizwan mengulurkan tangan. Mengajak sang istri untuk sama-sama membersihkan tubuh.Belva mangangguk malu-malu. Semua yang mereka lakukan malam ini, adalah pengalaman pertama yang sangat menyenangkan. Rizwan pun memberitahu bagaimana cara mandi dan bersuci dengan benar. Bagi Belva, ini pengetahuan yang baru dan se

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   88. Kekasih Halal

    Ada gelenyar aneh dalam debaran hati mereka masing-masing. Belva tak pernah merasakan desiran yang sangat memanjakan dalam hatinya ketika bibir manis pria itu menyentuh jemarinya untuk pertama kali.Sejenak, hanya keheningan di antara keduanya. Saling menatap penuh makna.“Jangan menatap aku begitu, Rizwan. Aku ... malu.” Belva menunduk. Menyembunyikan rona kemerahan di wajah cantiknya.Rizwan tersenyum manis. Jemarinya menyentuh dagu sang istri agar wajah itu kembali terangkat dan menatapnya.“Aku kan sudah bilang, jangan panggil nama.” Suara bariton pria itu semakin sensual di telinga.Belva tersenyum gugup. Padahal belum ada satu menit suaminya memberikan permintaan, tetapi rasa canggung mengalahkan ingatannya.“Oh ... i-iya. Maaf, aku lupa, Riz. Eh, M-Mas....” Sebisa mungkin Belva membunuh rasa gugupnya. Mencoba tetap tenang di hadapan sang suami.Belva memang tidak memiliki pengalaman terlalu j

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   87. Suntikan Penyemangat

    Sementara itu, Laila tampak termenung di tengah-tengah kebahagiaan itu. Meskipun dia merasa bahagia juga, tetapi di sisi lain hatinya, terbesit sebuah rasa gelisah yang tak menentu. Benaknya teringat dengan seorang pria yang jauh di sana. Bertanya dalam hati, apakah pria itu baik-baik saja? Apalagi setelah mengetahui kenyataan ini.“Abi, Umi, aku mau langsung pamitan aja ya.” Laila menghampiri orang tuanya dan berniat untuk berpamitan.Kiyai Rahman dan istrinya tampak bingung. “Loh, cepat sekali, Nak? Katanya kamu libur?”“Iya, tapi kerjaanku ternyata masih banyak, Abi. Ada kendala tekhnis yang gak bisa aku biarkan.” Laila beralasan. Namun, sebetulnya alasannya cukup masuk akal. Beberapa menit tadi, salah satu pegawai memang menghubungi Laila dan memberi informasi tentang sebuah kendala kecil di kantornya.“Ya sudah, kalau urusan kerjaan, kita tidak bisa menghalangi. Nanti Abi antar kamu ke Bandara ya,” ujar

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   86. Pernikahan sesungguhnya

    “Wah, nantangin nih ceritanya?” Ravin menatap kembali. Ekspresi wajahnya masih terkesan mengejek.Laila tersenyum tipis dan menimpali. “Siapa yang nantangin? Aku cuma mau membuktikan omongan aku aja!”“Baiklah, sekarang coba katakan, sejauh apa pengetahuan dan proyek yang sudah kamu jalani?” tanya Ravin masih tak ingin kalah.Laila melirik ke arah Givari yang sedari tadi hanya memperhatikan keduanya. Kemudian gadis itu membuang napas pelan.Sebenarnya Ravin pun tak bermaksud meragukan kinerja dan masa depan Laila. Tentu saja aslinya dia paham betul gadis seperti apa Laila itu. Hanya saja, Ravin sejak dulu senang menggoda dan meledek.“Dua bulan lalu, aku baru aja menyelesaikan dua projek yang sangat menyenangkan!” kata Laila sembari tersenyum bangga.Ravin menaikkan sebelah alis dan berkata, “Oh ya? Projek apa tuh?”“Butiknya Mbak Belva dan toko buku punya Mas Rizwan!&r

DMCA.com Protection Status