Beranda / Pernikahan / TERTAWAN GODAAN CINTA / Bab 5. Sempat menolak kenyataan

Share

Bab 5. Sempat menolak kenyataan

Penulis: Nida Aulia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Belva mendengus dengan kasar. Ia merasa kesal bukan karena cemburu, melainkan masih kecewa dengan sikap Ravin yang pembohong. Dan, menurutnya pria itu juga lumayan munafik. Walaupun dulu Belva sangat memuja Ravin, tetapi baginya itu hanyalah kisah masa lalu sewaktu remaja. Saat ini tipikal prianya bukan lagi seperti Ravin. Apalagi setelah mengetahui banyak kekurangan yang menonjol dari pria itu.

“Aku laporin aja sama Om Givari dan Oma Tarra, biar mampus tuh si Ravin!” gerutu Belva, ia membuka kaleng minuman soda lalu meneguknya.

“Nyonya ...” Suara Bi Yola membuat Belva nyaris menyemburkan lagi minuman dari mulutnya.

Ia menoleh dan menghela napas. “Ya ampun, Bi. Bikin kaget aja!”

Wanita paruh baya itu hanya tersenyum lebar dan merasa tak enak. “Maaf, Nyonya. Kok belum tidur? Apa ada yang bisa saya bantu?”

“Oh, nggak ada, Bi. Saya ... cuma lagi gak bisa tidur aja. Maklum kalau ditempat baru memang agak lama adaptasinya.” Belva berujar lugas. “Bibi sendiri ngapain? kok udah larut gini belum tidur?”

Bi Yola tersenyum manis kemudian berkata, “Saya mau ambil botol minum dikulkas. Biasalah, sedia aja untuk di kamar.” Wanita itu langsung membuka kulkas dan mengambil sebuah botol minum kepunyaannya yang berukuran 1 liter.

Ia sempat termangu, melihat majikan barunya itu. Tetapi tampaknya ia sudah bisa membaca situasi yang terjadi. Apalagi ketika melihat wajah Belva yang begitu masam sembari sesekali melirik ke arah kamar utama.

“Bibi udah berapa lama kerja di sama Ravin?” tanya Belva tiba-tiba. Bi Yola yang tadinya ingin beranjak pamit, tetapi ia urungkan.

“Hm... baru 1 tahun ini, Nyonya. Waktu pertama kali Tuan Ravin membeli rumah ini, saya langsung ikut sama beliau.” Bi Yola tersenyum.

Belva mengangguk. Kemudian menarik kursi memberikan kode agar wanita paruh baya itu duduk bersamanya.

“Sini, Bi. Temanin ngobrol-ngobrol.” Belva tersenyum hangat. Ia memang cepat akrab dengan orang baru.

Bi Yola pun langsung duduk di sebelah Belva. Ia mengerti, wanita itu pasti sedang membutuhkan seorang teman.

“Berarti Bibi sudah ada di sini sebelum Ravin menikah? maksud saya menikah sama Alana?” tanya Belva, membuat Bi Yola sedikit gugup. Matanya menilik ke arah kamar utama, seolah takut perbincangan mereka akan terdengar.

“I-iya, Nyonya,” jawab Bi Yola.

“Aku bingung deh, kenapa Alana adem-adem aja pas tau Ravin nikah lagi? maksud saya gak marah atau gimana gitu. Apalagi aku langsung di boyong ke rumah ini! aneh kan?” Belva mengernyit.

Bi Yola mengangguk paham. Senyuman tipis pun terukir di wajahnya. Sembari melipat beberapa serbet yang sudah ia cuci, Bi Yola pun mulai berujar.

“Sebenarnya Nyonya Alana juga sempat marah. Malah sangat marah sampai mengancam ingin bercerai!” kata Bi Yola, membuat ekspresi Belva menjadi begitu penasaran.

“Oh ya? jadi ... sebelumnya Alana sudah tau?” tanya Belva.

Bi Yola mengangguk. Kemudian menoleh lagi ke arah kamar utama. Memastikan majikannya sudah tertidur.

Perlahan Bi Yola mendekatkan wajah ke arah Belva dan berbicara pelan.

“Saat tau Tuan Ravin akan menikah, Nyonya Alana marah besar. Mereka bertengkar hebat. Nyonya Alana sampai pergi dari rumah. Tapi, besoknya Tuan Ravin berhasil membujuk dan membawa Nyonya Alana kembali ke rumah. Waktu itu keadaannya sudah mulai stabil, sampai saya sempat mendengar perbincangan mereka.”

Bi Yola menerawang ingatan saat mendengar perbincangan dan perdebatan antara Ravin dan Alana kala itu.

“Aku gak mau di madu, Mas!” Alana terisak-isak.

“Aku paham. Tapi keadaan aku mendesak, Alana. Ayah sakit, Oma Tarra juga kemarin sempat koma. Nggak ada yang bisa aku perbuat!” Ravin mencoba terus menjelaskan.

“Memangnya sepenting apa sih hubungan kamu dan keluarga Belva sampai-sampai kamu harus membayar dengan cara menikahi dia?” tanya Alana bersungut-sungut.

Ravin meraih kedua sisi lengan istrinya. Mengecup singkat dan kemudian berkata, “Beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya ya? tapi aku mohon kamu tenang dan jangan emosional!” ujarnya dengan lembut.

Alana terdiam seraya menyeka pipi. “Katakan, aku siap mendengar!”

“Sebuah jasa yang sangat besar dari keluarga Belva pada keluargaku tidak bisa dilupakan begitu saja. Ayah Belva pernah membantu mengembalikan seluruh aset milik keluargaku yang nyaris di sita karena tuduhan dari musuhnya dalam berpolitik. Ayah kami bersahabat sudah sangat lama, mereka sama-sama keturunan ningrat dan berdarah biru. Sejujurnya aku tidak terlalu peduli dengan silsilah keluarga yang seperti apa.” Ravin menjeda sesaat ucapannya.

“Tapi, orang tua dan tetua di keluarga kami sejak dulu sudah memasang standar untuk keturunan mereka agar memilih pasangan hidup yang sepadan. Artinya harus ningrat juga, keturunan bangsawan juga. Tidak peduli meskipun aku mencintai artis, model siapapun kalau bukan keturunan ningrat, maka mereka tidak akan pernah setuju. Sangat kolot memang. Tetapi itulah tradisi di beberapa budaya dan kepercayaan!” sambung Ravin.

Sementara sang istri malah melengos dan mencibir. “Itu bukan demi tradisi tapi demi gengsi! memangnya mereka tau apa yang terbaik untuk anak dan cucunya?”

“Dengarkan dulu, Alana. Ceritaku tidak sampai di situ saja.” Ravin kembali berusaha menenangkan.

Alana terdiam dengan ekspresi gusar.

“Sebelum Ayah Belva meninggal, dia menitipkan amanah yang besar pada Ayahku dan Oma Tarra selaku ibu kandungnya. Dia akan mewariskan seluruh aset kekayaan pada Belva, dan meminta agar putri semata wayangnya itu bisa menikah dengan putra tunggal sahabatnya. Dalam hal ini adalah aku.

Selain itu, tradisi dua keluarga yang terus akan mengaliri keturunan ningrat harus tetap berjalan. Hanya kami satu-satunya harapan mereka. Apalagi Ayahku juga memiliki hutang budi yang besar, ia merasa terus berhutang dan bersalah kalau sampai aku tidak menikah dengan Belva. Oma Tarra pun sempat jatuh sakit setelah tahu kalau Belva kawin lari. Itulah, yang membuat Belva harus menebus kesalahannya dengan terpaksa menyetujui pernikahan ini.”

Alana menunduk mendengarkan segala penjelasan dari suaminya. “Tapi, yang membuat aku lebih sakit adalah, karena wanita itu adalah cinta pertamamu, kan?”

Ravin menatap lekat manik mata istrinya yang basah. “Alana, mengertilah. Aku dan Belva memang pernah saling mencintai. Tetapi itu dulu, kisah kami sudah selesai, bahkan kami tidak pernah memiliki komitmen apa-apa. Hanya sebatas rasa yang tak pernah tersampaikan lalu menghilang. Itu hanya kisah anak remaja yang belum banyak mengerti apa-apa. Cintaku yang sesungguhnya hanya untuk kamu, sayang.”

“Tapi setelah ini wanita itu akan hadir kembali dalam hidupmu. Tidak menutup kemungkinan kalian akan membangkitkan kembali rasa yang pernah terkubur itu!” kata Alana yang kembali terisak.

“Tidak ada. Aku tidak akan pernah memberikan tempat untuk Belva dihatiku. Aku hanya menganggapnya sebagai adik, tidak lebih! karena dalam hati ini sudah full terisi olehmu!” ujar Ravin. Terkadang ucapannya terkesan berlebihan, dan itulah yang membuat Belva seiring waktu menghindar dan ilfeel pada Ravin.

Sedangkan Ravin menghindar dari Belva karena kurang cocok dengan kepribadian wanita itu yang terlalu tangguh dan mandiri. Tidak senang dibantu selagi masih bisa mengerjakan sendiri, tidak ketergantungan pada orang lain serta sedikit keras kepala.

Sementara Ravin, menyukai tipikal wanita yang penurut, manja, dan apa pun yang justru bertolak belakang dengan kepribadian Belva. Dan, semua itu ia temukan dalam diri Alana.

Perbedaan yang lambat laun mulai terasa di antara Ravin dan Belva setelah menginjak usia 17 tahun, membuat keduanya perlahan menjauh. Mencari kehidupan dan kebahagiaannya masing-masing. Andaikan bertemu dalam acara keluarga, mereka hanya berinteraksi sewajarnya. Karena kisah cinta monyet yang mereka rasakan benar-benar hanya sesaat.

“Lantas bagaimana dengan Belva?” tanya Alana lagi.

“Aku yakin, pria idamannya sudah bukan aku lagi. Dia wanita pekerja keras, mandiri, cerdas. Pergaulannya cukup luas dan besar. Banyak pria yang lebih baik dariku dan pastinya dekat dengannya. Kami memiliki pandangan hidup yang berbeda. Jadi, tidak mungkin cinta itu tumbuh kembali!” seru Ravin.

Senyuman kecil terukir di wajah Alana. Ia mulai percaya yang dikatakan oleh suaminya itu mungkin saja memang benar.

“Lalu, apa rencanamu setelah menikahi dia?” tanya Alana serius.

“Aku akan tetap bersikap layaknya menjadi seorang suami. Tapi soal hati, mungkin kami akan membuat kesepakatan lagi. Aku akan mengatakan tentang kamu saat dia kubawa ke rumah ini. Aku juga akan membuatkan rumah untuknya, agar kalian tidak saling selisih paham jika terus menerus berada dalam satu atap!” ujar Ravin.

“Alana, percayalah padaku. Aku sangat mencintai kamu. Hati ini pasti selalu utuh untukmu! Belva tidak akan mencintaiku. Dia hanya akan bersandiwara juga dalam pernikahan ini.” Ravin terus meyakinkan sang istri.

Jadilah, sejak saat itu Alana mulai menerima kenyataan bahwa dirinya akan dimadu. Karena Ravin selalu berhasil meyakinkan dirinya tentang cinta. Mereka bisa dikatakan pasangan yang sama-sama bucin. Hanya dengan untaian kata yang manis, maka akan mudah terbuai.

Cerita tentang Belva pun cukup masuk akal menurut Alana. Apalagi setelah mengetahui fakta bahwa Belva sudah pernah menikah. Walaupun usia pernikahannya hanya satu hari. Itu cukup membuktikan kalau wanita itu sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi selain kekeluargaan dengan Ravin.

“Pantas aja, sebelum pernikahan kemarin, Ravin sempat gak ada kabar selama tiga hari. Ternyata dia nemuin istri tuanya di sini!” Belva memijat pelipisnya yang berdenyut-denyut.

Teringat Ravin sebelum menikah sempat menghilang tak ada kabar.

Bab terkait

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   Bab 6. Siapa pria itu?

    Mendengar seluruh cerita tentang kesaksian Bi Yola dalam perbincangan Ravin dan Alana, membuat Belva tak tahu harus berkomentar apa.“Saya juga tidak menginginkan pernikahan ini, Bi. Itu sebabnya aku sendiri yang meminta Ravin untuk kembali ke tempat istri tuanya.” Belva menghela napas, kemudian menyandarkan punggung di sandaran kursi.“Tapi, soal hubungan Ravin dan Alana yang ditentang keluarga, jujur saja aku baru tau,” sambung Belva. “Memangnya apa yang salah dari Alana? dia kan cantik, model, kalau gak salah anak seorang pengusaha juga! kenapa keluarga Ravin menolak wanita seperti Alana?”“Balik lagi ke tradisi dan standar yang sudah ditetapkan sama keluarga Tuan Ravin, Nyonya. Mereka kan menginginkan keturunan ningrat juga. Jaman sekarang kan banyak orang kaya, pengusaha, tetapi silsilah keluarganya tidak ada yang berdarah biru.” Bi Yola menjelaskan.“Ah, lebay banget ya. Padahal kan nikah ya nikah aja. Ngapain pake liat silsilah segala! Selagi orang itu baik dan sama-sama cinta

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   Bab 7. Suami dingin dan Aneh

    Panggilan tidak terjawab. Sesaat setelah melihat nama pemanggil, Ravin termangu dengan benak yang berputar. Menebak-nebak asal siapa pria bernama Tigor itu. Ia menilik ke arah pintu kamar mandi yang masih tertutup. Sepertinya Belva masih membutuhkan waktu untuk berganti pakaian.Namun, saat akan beranjak, ponsel sang istri kembali menyala. Kali ini sebuah pesan masuk dari nama yang sama. Ravin melirik singkat dan sempat membaca sebagian pesan itu.Tigor : Dua jam lagi aku tiba di Bali. Aku akan langsung menuju lokasi.Ravin mengeryit. Sepertinya pria itu telah melakukan janji temu dengan istrinya. Tak lama kemudian, Belva yang baru selesai berganti pakaian langsung keluar dan kembali terkejut saat melihat Ravin masih berada di dalam kamarnya.“Loh, kamu masih di sini?” tanya Belva seraya mengeringkan rambutnya.Ravin tak langsung menjawab. Sejenak ia memperhatikan istrinya yang pagi ini terlihat lebih segar dan cantik. Mengenakan blouse hitam dan celana jeans dengan rambut coklatnya y

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   Bab 8. Madu Manis dan Pahit

    Notifikasi pesan berbunyi. Belva yang sedang gusar karena kedatangan Ravin secara tiba-tiba langsung melihat pesan itu. Matanya membulat, pasti Tigor sudah tiba di tempat itu.Ia mengedarkan pandangan ke segala arah. Sampai di ujung sebuah meja dekat jendela kaca besar, ia melihat seorang pria tampan dengan setelan kasualnya sedang mengangkat tangan dan melambai ke arahnya. Itulah Tigor.Beva pun tersenyum dan memberikan kode agar Tigor ke tempatnya. Kemudian, Ravin pun menoleh ke arah Tigor lalu menyipitkan mata dan berekspresi datar.“Kenapa dia duduk di sana?” tanya Ravin.“Gak tau!” balas Belva.“Dia benar managermu atau ....” Ravin menyelidik. Membuat Belva menatapnya dengan sengit.“Atau apa? kamu akan mengira aku selingkuh?” Belva geram. Mengerti arah pikiran suaminya.“Kalau dia memang orang terdekatmu, kenapa harus duduk jauh dari kita? harusnya ya hampiri saja kita di sini!” kata Ravin santai.Belva terdiam dengan ekspresi yang sangat muak. Malas berdebat dengan suaminya. Ke

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   Bab 9. Di Pantai

    Belva mengangkat bahu dan menggeleng pelan. “Entahlah, aku seperti terjerat selama-lamanya!”“Apa kamu punya rencana? Maksudku apa yang akan kamu lakukan setelah ini?” tanya Tigor lagi.Hening beberapa saat, hanya terdengar suara deburan ombak dan angin yang bertiup lembut.“Aku ingin lebih sibuk. Aku tidak ingin banyak menghabiskan waktu di rumah. Jadi, kita harus membuka cabang besar di sini. Aku akan membuat boutique sekaligus membuka kelas desainer. Keduanya harus berbeda tempat. Supaya aku tidak stay di satu tempat saja,” jelas Belva.Tigor mengangguk mengerti. “Itu gampang. Aku akan bantu mengurus segala keperluannya. Bahkan, jika kamu izinkan, aku akan memulainya besok!”“Baguslah.” Belva menghela napas lega dan tersenyum. “Setelah urusan butik selesai, aku mau kita juga mengadakan event besar seperti di Jakarta dua tahun lalu. Kalau perlu lebih besar lagi. Kali ini kita bisa mengundang dan mengajak kerja sama dari rekan di Australia.”“Okay. Ide bagus! kebetulan sekali untuk i

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   Bab 10. Alur kehidupan

    Suasana mendadak hening. Belva termangu saat Tigor malah bertanya seperti itu. Namun, tak lama kemudian pria itu pun tergelak. Melihat ekspresi Belva yang menurutnya sangat lucu.“Tegang amat, Neng!” kata Tigor sambil terus tertawa.Sementara Belva langsung meninju pelan lengan pria itu. Menyebalkan sekali ketika Tigor susah sekali di ajak bicara serius.“Aku serius, Tigor! kamu senang banget becanda.” Belva menggerutu.“Ya nggak dong, Bel. Gini-gini aku masih normal kali!” ujar Tigor yang kali ini membuat Belva tersenyum.“Syukurlah...” Belva menghela napas lega. Kemudian kembali bertanya, “Tapi kamu pernah pacaran gak, sih?”Sejenak Tigor menerawang. Memperlambat waktu dan membuat Belva kembali penasaran.“Ah, aku tuh sebenarnya paling males kalau bahas masa lalu. Karena gak ada yang menarik dari kisah aku itu!” seru Tigor. Membuat bahu Belva merosot.“Setiap orang pasti punya kisah yang menarik. Udah jatahnya setiap orang punya!” timpal Belva yang sok tau. Ia hanya ingin terus mema

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   Bab 11. Godaan dari Alana

    Belva menghela napas. Karena malas berdebat, jadilah ia mengakhiri kesenangannya hari ini.“Ya sudah, antar aku pulang!” kata Belva.Tigor hanya tersenyum kemudian mereka beranjak dari pantai. Mereka bergegas menuju area parkir mobil.Belva di antar oleh Tigor untuk pulang. Di sela-sela perjalanan, ponselnya berdering. Ada panggilan masuk dari Ravin. Ia hanya menilik sesaat, membiarkan ponselnya terus berdering hingga panggilan tidak terjawab.“Kenapa gak di angkat?” tanya Tigor.“Paling juga marah-marah dia!” jawab Belva.“Dia khawatir kali sama kamu!” kata Tigor. Dia hanya terus berusaha mengingatkan Belva akan statusnya saat ini.“Kan ada istri tuanya. Tanpa aku juga dia pasti baik-baik aja!” ketus Belva.“Bukan itu ... dia pasti mencemaskan kamu, Belva. Bagaimanapun kan sekarang kamu itu istrinya. Sudah menjadi tanggung jawabnya!” seru Tigor.&ld

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   Bab 12. Harus siap berbagi

    Kalimat itu tanpa disengaja tiba-tiba membuat hati Alana sakit. Sejenak ia termangu dan menoleh ke arah dapur. Melihat madunya yang sedang bersenda gurau dengan asyik bersama ART.“Ya sudah, kalau begitu pergilah! lagipula kemarin kita sudah bersama bukan?” Alana berusaha menerima dan bersikap wajar.“Tidak apa-apa, kan?” tanya Ravin, memastikan.“Tidak apa. Pergilah! kalau begitu, aku mau langsung beristirahat saja, Mas.” Alana tersenyum kemudian masuk ke dalam kamar seraya menutup pintu dengan sedikit memaksa. Membuat Ravin menggeser posisi dengan cepat.“Alana, tunggu!” Ravin menahan pintu yang hendak tertutup.“Ya, Mas?” sahut Alana. Nada suaranya pun terdengar lemah. Sepertinya dia kecewa.“Kamu gak marah kan sama aku?” tanya Ravin.Alana menarik napas dalam, kemudian menjawab, “Andai aku marah, aku gak punya hak untuk melarangmu bersama istri muda. Ini

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   Bab 13. Permintaan Ravin

    Perasaannya semakin resah tak karuan. Terkadang menyesali keadaan ini. Mengapa juga ia harus teringat orang lain, sementara dirinya telah menjadi seorang istri. “Stop, Alana. Aku harus kuat! biarkan Mas Ravin berbahagia dengan istri mudanya. Ikhlaskan keadaan bahwa saat ini Ravin bukan hanya milikku. Dan, satu lagi, jangan pernah mengingat masa lalu lagi!” Alana terisak kecil. Berbicara pada dirinya sendiri. Rasanya masih begitu sulit untuk mengikhlaskan. Sementara dalam keterpurukan, bayang-bayang masa lalu justru mulai merongrong. Menciptakan desiran aneh dalam tubuhnya. Terbesit rasa rindu akan seseorang. “Oh Tuhan ... tolong hempaskan dia dalam benakku! aku dan Titan sudah lama berakhir. Tapi kenapa kalau aku sedang kecewa pada Ravin, bayang-bayang pria itu selalu muncul dalam pikiranku?” Alana menjadi gusar. Ia seperti berperang dengan pikiran dan hatinya sendiri. Tidak bisa dipungkiri, ia sangat merindukan sosok pria lain tanpa disadari. Membuat gejolak hasrat itu kembali me

Bab terbaru

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   94. Menyembuhkan luka

    Tigor terdiam beberapa detik. Cindy bisa melihat ada air mata yang membasahi pipi pria itu. Tigor bangkit dari tempat tidur dan berjalan sempoyongan ke arah pintu.“Mama ....” Tigor bergumam lirih, tak lama ia terkulai di atas lantai dan kehilangan kesadaran.Cindy bergegas menghubungi pihak keamanan untuk membatunya membawa Tigor ke layanan kesehatan.“Dia mabuk berat. Tapi tidak perlu khawatir, kami sudah memberikan terapi yang tepat untuk pasien. Hanya saja dalam waktu beberapa jam, dia masih harus tertidur.” Dokter menjelaskan keadaan Tigor.Cindy bersandar lelah di kursi tunggu. Dia memberi kabar pada Aisyah mengenai keadaan Tigor. Tetapi berharap agar Aisyah tidak memberitahu hal ini pada Maria. Khawatir akan memperburuk keadaan.Wanita cantik itu bahkan tak mengerti, mengapa dia bisa dihadapkan dengan situasi yang sangat rumit ini. Dia berada ditengah-tengah kisah cinta yang beragam. Belva dan Rizwan yang kini tengah

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   93. Perasaan Hancur

    Di sela-sela perjalanan, untuk pertama kalinya Tigor merasakan patah hati yang lebih dalam. Ini lebih menyakitkan daripada melihat Belva menikah dengan pria lain. Pikirnya, Belva hanya menikah sebagai status, dan kesuciannya tak akan pernah dia berikan.Namun, kenyataan tak semanis itu. Kali ini Belva menikah sungguhan karena landasan cinta. Bukan hanya cinta saja, melainkan karena satu keimanan. Tigor tak pernah berpikir, Belva akhirnya mengandung benih pria lain. Ini amat sangat menyakitkan.Tigor menatap pantulan dirinya di dalam kamar apartement. Bahkan di pipinya pun masih tergambar jelas telapak tangan Cindy yang menamparnya semalam. Wanita yang dulu mendukung hubungannya dengan Belva, kini malah menorehkan rasa sakit di pipinya.“Arrgggghhh!!” Tigor berteriak kencang di dalam kamar. Hatinya remuk dan hancur. Setelah ini, dia tidak tahu dengan cara apa menyatukan kembali serpihan hatinya yang berserakan itu.***Kabar kehamilan Be

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   92. Anugerah yang cepat

    “Tigor?” Belva termangu. Sementara pria itu malah duduk santai sembari melipat kaki dan tersenyum erotis menatapnya.“Hai, sayang. Long time no see!” Tigor beranjak dari sofa dan berjalan ke arah Belva.Belva menelan ludah dan masih tak menyangka, pria itu kembali juga hari ini.“Ke mana aja kamu? Ninggalin kerjaan gitu aja. Gak bertanggung jawab!” ketus Belva sembari berjalan ke arah meja kerja untuk merapikan tas dan barang bawaannya.“Sengaja. Biar dapat hukuman dari kamu!” Tigor meraih tangan Belva tanpa ragu dan dengan gerakan cepat Belva menghentakkan genggaman itu.“Jangan kurang ajar!! Kamu gak pantas melakukan itu ini! Keterlaluan!” Belva menatap tajam.“Kenapa, Bel? Kamu mau mengelak apa lagi? Jelas, yang kamu lakukan hari ini adalah bukti bahwa kamu masih mencintai aku, kan?” Pria tampan itu menatap serius.Sementara Belva mendelik jengkel. &ld

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   91. Mencemaskan

    Sampai waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Belva pun berpamitan. Dia menyetir mobil sendiri menuju hotel.Di sela-sela perjalanan, ponselnya berdering. Belva melirik sekilas, kemudian matanya melebar saat melihat orang yang dicari-cari tengah menghubungi.Tigor is calling...Cepat-cepat Belva menepikan mobilnya di bahu jalan, dan gegas menjawab panggilan itu.“Kamu ke mana aja, Tigor?” Belva langsung berujar tegas.Tak ada jawaban.“Hallo? Tigor?”“Hai, Belva.” Suara pria itu terdengar santai sekali.“Kamu nggak usah sok misterius mendadak ilang-ilangan kayak gini, Tigor. Kamu kekanak-kanakan tau nggak! Ninggalin kerjaan dan nyusahin kita semua!” Belva mengomel kesal.“Kamu yang udah buat aku kayak gini, Belva. Apa salah kalau aku pergi!” Pria di seberang panggilan itu tertawa kecil. “Ah, tapi aku berhasil. Ternyata ... kamu gak benar-benar ning

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   90. Profesional Kerja

    Sejenak Rizwan berpikir. Sebenarnya ini adalah ide yang bagus juga. Hitung-hitung sebagai bulan madu mereka yang sempat tertunda.“Aku mau temanin kamu. Tapi aku harus izin dulu sama kiyai Rahman. Karena pasti kita di sana dalam waktu yang tidak sebentar kan?” ujar Rizwan.Belva tersenyum manis dan melingkarkan tangan di leher suaminya. Kini semakin lama sepasang suami istri itu kian lekat dan romantis. Sudah tidak canggung lagi dalam menunjukkan cinta dan sayangnya.“Beliau pasti mengizinkan kamu, Mas. Lagian ... ini kan sudah masuk minggu ke tiga pernikahan kita, tapi kita belum pernah pergi berdua. Maksudnya seperti berbulan madu.” Belva merona sendiri mengatakannya.Rizwan pun menciup pipi sang istri dan berkata, “Baiklah, permaisuriku. Kita akan sekalian honeymoon. Meskipun setiap malam setelah pernikahan kita ini, rasanya seperti bulan madu terus bagi aku.”Keduanya merona dalam pelukan mesra. Setiap malam

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   89. Pacaran setelah menikah

    Tempat itu menjadi saksi dari bersatunya sebuah cinta yang halal. Seorang istri telah menjadi hak penuh untuk suaminya. Akhirnya apa yang dulu sangat dijaga, kini waktunya untuk dijelajahi. Apa yang dulu sempat haram di pandang, kini menjadi nilai ibadah untuk dilakukan.Beberapa waktu kemudian, mereka terbaring lelah bersebelahan. Merasakan pelepasan yang sangat sulit dilukiskan bagaimana rasanya. Hanya bisa saling pandang dalam senyuman yang penuh cinta. Mereka sudah cukup dewasa untuk mengartikan kenikmatan itu. Yang jelas, setelah ini hanya ada harapan-harapan baik juga benih-benih cinta yang akan selalu mereka tanam.“Mau mandi bareng?” Rizwan mengulurkan tangan. Mengajak sang istri untuk sama-sama membersihkan tubuh.Belva mangangguk malu-malu. Semua yang mereka lakukan malam ini, adalah pengalaman pertama yang sangat menyenangkan. Rizwan pun memberitahu bagaimana cara mandi dan bersuci dengan benar. Bagi Belva, ini pengetahuan yang baru dan se

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   88. Kekasih Halal

    Ada gelenyar aneh dalam debaran hati mereka masing-masing. Belva tak pernah merasakan desiran yang sangat memanjakan dalam hatinya ketika bibir manis pria itu menyentuh jemarinya untuk pertama kali.Sejenak, hanya keheningan di antara keduanya. Saling menatap penuh makna.“Jangan menatap aku begitu, Rizwan. Aku ... malu.” Belva menunduk. Menyembunyikan rona kemerahan di wajah cantiknya.Rizwan tersenyum manis. Jemarinya menyentuh dagu sang istri agar wajah itu kembali terangkat dan menatapnya.“Aku kan sudah bilang, jangan panggil nama.” Suara bariton pria itu semakin sensual di telinga.Belva tersenyum gugup. Padahal belum ada satu menit suaminya memberikan permintaan, tetapi rasa canggung mengalahkan ingatannya.“Oh ... i-iya. Maaf, aku lupa, Riz. Eh, M-Mas....” Sebisa mungkin Belva membunuh rasa gugupnya. Mencoba tetap tenang di hadapan sang suami.Belva memang tidak memiliki pengalaman terlalu j

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   87. Suntikan Penyemangat

    Sementara itu, Laila tampak termenung di tengah-tengah kebahagiaan itu. Meskipun dia merasa bahagia juga, tetapi di sisi lain hatinya, terbesit sebuah rasa gelisah yang tak menentu. Benaknya teringat dengan seorang pria yang jauh di sana. Bertanya dalam hati, apakah pria itu baik-baik saja? Apalagi setelah mengetahui kenyataan ini.“Abi, Umi, aku mau langsung pamitan aja ya.” Laila menghampiri orang tuanya dan berniat untuk berpamitan.Kiyai Rahman dan istrinya tampak bingung. “Loh, cepat sekali, Nak? Katanya kamu libur?”“Iya, tapi kerjaanku ternyata masih banyak, Abi. Ada kendala tekhnis yang gak bisa aku biarkan.” Laila beralasan. Namun, sebetulnya alasannya cukup masuk akal. Beberapa menit tadi, salah satu pegawai memang menghubungi Laila dan memberi informasi tentang sebuah kendala kecil di kantornya.“Ya sudah, kalau urusan kerjaan, kita tidak bisa menghalangi. Nanti Abi antar kamu ke Bandara ya,” ujar

  • TERTAWAN GODAAN CINTA   86. Pernikahan sesungguhnya

    “Wah, nantangin nih ceritanya?” Ravin menatap kembali. Ekspresi wajahnya masih terkesan mengejek.Laila tersenyum tipis dan menimpali. “Siapa yang nantangin? Aku cuma mau membuktikan omongan aku aja!”“Baiklah, sekarang coba katakan, sejauh apa pengetahuan dan proyek yang sudah kamu jalani?” tanya Ravin masih tak ingin kalah.Laila melirik ke arah Givari yang sedari tadi hanya memperhatikan keduanya. Kemudian gadis itu membuang napas pelan.Sebenarnya Ravin pun tak bermaksud meragukan kinerja dan masa depan Laila. Tentu saja aslinya dia paham betul gadis seperti apa Laila itu. Hanya saja, Ravin sejak dulu senang menggoda dan meledek.“Dua bulan lalu, aku baru aja menyelesaikan dua projek yang sangat menyenangkan!” kata Laila sembari tersenyum bangga.Ravin menaikkan sebelah alis dan berkata, “Oh ya? Projek apa tuh?”“Butiknya Mbak Belva dan toko buku punya Mas Rizwan!&r

DMCA.com Protection Status