“bisa saja dia bukan laki-laki yang baik” ucap Pak Manager sambil menarik tuas rem
“ pak manager tau dari mana? Dia teman saya pak! Bapak tidak boleh seenaknya seperti ini” kesal
“jika dia laki-laki yang baik, dia tidak akan membiarkan kamu menunggu dijalan”
“tapi saya tidak merasa keberatan kok pak, kenapa ini jadi masalah untuk Bapak?”
“dia tidak seharusnya membiarkan wanita sendirian dijalan”
“Pak, Bapak tidak tau apapun dan saya tidak sedang dikantor. Tolong jangan atur-atur saya!”
Seketika suasana hening, aku melihat beliau memandangku sepintas dan melanjutkan perjalanan karena lampu merah sudah berganti. Aku memeriksa HP-ku untuk whatsapp Bagas dan meminta maaf, sungguh Pak Manager kali ini sangataneh dan menyebalkan. Untung saja Bagas mengerti dan tidak marah saat aku tinggal begitu saja karena ulah Pak Manager.
Aku lempar pandanganku ke jalan, iya ini arah jalan pulang sedangkan aku meninggalkan motorku diparkiran kantor. Apalagi ini?
“Pak kenapa Bapak antar saya pulang? Saya ninggalin motor saya sama pak Danu di kantor”
“saya tidak mau lihat kamu keluyuran dijalan”
“maksud Pak Manager gimana sih? Aneh” ucapku sarkas
“apa kamu masih tidak mengerti? Sangat tidak baik pergi dengan orang asing yang baru kamu kenal, banyak terjadi kasus perampokan, pembunuhan dan pemerkosaan, kalau dia culik kamu bagaimana?!”
Aku melepas beltset yang melekat pada tubuhku dan beranjak ketika mobil warna hitam itu benar-benar berhenti didepan pagar rumahku.
“Seharusnya Bapak sadar, Pak Manager sendirilah yang telah menculik saya! Selamat sore!”
Aku membanting pintu mobil itu, beberapa langkah aku masuk ke rumah dan belum sampai memegang daun pintu aku mendengar langkah itu menyusulku.
“Kenapa kamu terdengar sangat tidak sopan seperti itu Fii?”
“hufft, maaf Pak, saya juga punya alasan melakukan semua itu. Pak Manager juga tidak sopan sudah ikut campur urusan saya. Sudah, saya masuk dulu Pak, terima kasih!”
****
Keesokan harinya aku berangkat ke kantor bersama Pay karena motorku yang masih ada dikantor sejak kemarin. Jika ini adalah sebuah film romantis, mungkin Pak Manager akan minta maaf dan menjemput aku berangkat kerja sebagai gantinya. Hah! Jangan terlalu halu Fii. Sosok dingin itu tidak akan mungkin mempunyai sikap manis seperti itu.
Jam menunjukan 7:35 terlalu pagi untukku yang datang jam 8 lebih dan selalu telat. Dari jauh aku melihat Pak Manager berjalan dari area parkiran kantor, aku pura-pura tidak melihat beliau, malas. Aku menyusuri lobi kantor dengan roti selai kacang ditanganku, aku memang terbiasa sarapan sambil berjalan karena aku hampir setiap hari telat jadi memang tidak ada waktu sarapan dengan santai-santai. Aku memeriksa Hp-ku saat sampai dimeja kantor dan aku dapat chat dari Bagas yang membuatku berhenti memakan rotiku sesaat. Aku sangat asik dengan ponselku sampai tidak menyadari Mbak Nik yang sudah menyodorkan beberapa map penjualan yang harus segera aku periksa.
“Fii, jangan lupa diperiksa lho, ditunggu pak Bos jam 10 buat meeting sama client”
Aku hanya mengacungkan jempol pada Mbk Nik seraya ia berlalu, namun sebenarnya aku tidak benar-benar mendengarkan apa yang dikatakan Mbak Nik padaku. Aku masih asik dengan chat dari Bagas yang sedang membahas film yang akan tayang dibioskop.
“Nanti malem mau nonton gak kak?”
“... boleh lah, kebetulan aku belum ada rencana pergi”
“ oke, jam 7 malem aku bakal jemput kamu, aku lihat dulu jadwal film-nya...”
“...sip!”
Kusantap kembali rotiku yang tersisa, minum dan ku lihat jam dinding besar warna hitam diseberang bilik mejaku. Pukul 9:48, what the ---- !!! aku melihat tiga map yang belum kusentuh sama sekali dan jam 10 aku harus berikan ke Pak Manager. Ya Allah!!! Bisa-bisanya gue!!! Aku mengutuk kebodohanku sendiri, sambil ku lirik ruang pak Manager dengan kaca besar disebrang sana. Sial aku benar-benar tidak bisa konsentrasi apalagi dalam keadaan panik, tanganku pasti langsung basah berkeringat. Gak! Gak mungkin kelar dalam waktu 10menit aja!!! Siall...!!!
“Fii, udah kelar belum? Kamu telat 5 menit lhoo”
“bentar Mbak”
“Fiani, bawa laporan penjualan ke ruangan saya sekarang” Pak Manager dari pintu ruangan
Tak ada jawaban dari aku.
“...Fiani?”
f*ck! Gak bisa. Aku menutup wajahku, tanganku berkeringat. Aku bangkit dari kursiku dan memeluk map yang belum selesai aku kerjakan. Berjalan ke arah ruangan dengan pintu kaca buram, kubuntuti sosok tinggi berkemeja putih dengan lengan tersingsing itu, wangi parfum beliau yang strong sama sekali tidak memecah ketakutanku. Saat masuk ke ruangan beliau, suhu rungan benar-benar lebih dingin dari Indomart. Beliau duduk dan meletakan kacamatanya, aku duduk disebrang meja kuserahkan map itu dengan tangan bergetar.
“how are you? kamu pagi ini berangkat kantor dengan siapa?”
“e...em dengan P-Pay dari divisi 1 Pak”
“baik, bukan masalah ya” mulai membuka map
“Maaf pak“
“iya?” memandangku
“t-tapi laporan itu belum selesai saya periksa”
Damn! Kelarlah hidupmu Fii. Aku ingin kabur dari ruangan ini, selama satu tahun lebih aku bekerja belum pernah melakukan kesalahan separah ini. and here we go... Aku melihat map hijau itu dibuka secara acak oleh beliau, raut wajah beliau berubah menandakan kecewa. Bruakkkk... di lempar map hijau itu memecah keheningan, dengan kertas-kertas didalamnya berhamburan keluar sampai ke lantai.
“FIANI! PAGI INI SAYA MINTA APA SAMA KAMU...?!”
“... laporan penjualan yang sudah diperiksa Pak” cicitku
“MANA?!... apa yang kamu lakukan pagi ini?!! saya tidak suka karyawan yang tidak disiplin seperti ini!!”
“maaf Pak” aku ambil kertas-kertas yang berhamburan itu.
“siang ini laporan itu saya butuhkan untuk meeting harusnya sudah selesai!! Tapi mana??”
“m-maaf Pak saya mohon berikan saya 1 jam lagi untuk periksa laporan ini, saya minta maaf” Aku tidak berani mengangkat kepalaku
“ck! jam 11 harus sudah ada dimeja saya, dan segera kamu keluar dari ruangan saya”
Aku membungkuk dan segera keluar dari ruangan tersebut dengan hati ingin meledak, aku berjalan menuju mejaku dengan diiringi pandangan Mbak Nik, dan Pay yang memasang wajah kasihan padaku. Suara Pak Manager galak itu pasti terdengar sangat jelas dari luar ruangan. Aku memberikan senyum datar pada mereka, aku duduk dan mulai membuka kembali laporan yang beberapa bagian sudah kusut. Aku bernafas dengan berat, tenggorakan tercekat, mataku sangat panas dan air mataku jatuh. Pak Manager galak sekali, dalam hatiku. Sambil terus berusaha konsentrasi dengan tenggang waktu yang sangat sedikit. Jika belum selesai aku akan skip makan siang untuk menyelesaikan laporan ini.
*****
Jam menunjukan pukul 3:23 sore, perutku sangat lapar, aku meneguk air dari botol, aku berjalan ke dapur kantor, menyeduh energen untuk mengobati rasa laparku. Siang tadi aku melewatkan makan siang karena laporan yang harus aku koreksi memakan waktu lebih lama. Aku kembali ke mejaku, disana aku melihat Pak Manager berdiri disebelah mejaku, aku membawa mug panas dengan sedikit tergesa-gesa yang membuatnya isinya tumpah ke tanganku.
“aakhh”
“kamu jangan ceroboh, ada apa denganmu?!”
Pak manager menarik beberapa lembar tisu untuk mengelap dan menutup tanganku yang terkena air panas. Sial, karena terlalu lapar membuatku oleng, membawa mug saja harus tumpah dan haruskah di depan Manager galak ini juga?
“revisi laporan kamu, harus selesai hari ini, kalau perlu kamu lembur”
Whattt....?! dia berbicara seperti itu dan pergi begitu saja. Aku benar-benar mengutuk map hijau ini. Aaakkhhh.....!!!
*****
Kantor sangat sepi, karena semua temanku sudah pulang jam 4 sore tadi, tersisa aku dan Pak Manager yang terdengar masih sibuk dengan zoom meetingnya. Jam menunjukan pukul 5:33 sore, aku tidak bisa menahan rasa laparku yang sudah mulai terasa menyakitkan. Aku lupa, mungkin aku bisa delivery order. Aku meneguk botol air mineralku dan tangan kiriku scrolling HP.
“Fiani ikut saya”
Dari belakang ku Manager galak itu mengintruksi, hampir saja aku tersedak air. Ya Allah apalagi ini...? keluhku dalam hati. Aku mengikuti langkah beliau, ingin sekali aku mengeluarkan sumpah serapah pada manusia tinggi yang ada didepanku ini. Sampai di dapur kantor beliau terlihat berdiri sedang membuat teh disamping dispenser.
“biar saya saja pak”
“tidak usah kamu duduk saja”
Didepanku sudah ada beberapa kotak makanan, tanganku reflek mengambil kotak tersebut dan membukanya. Astaga! Lupa...
“ayo dimakan, aku beli beberapa menu karena aku tidak tau kamu suka makanan apa, semua saya belikan buat kamu” menyodorkan teh hangat dengan tangan kanannya.
Aku memandangi kotak makanan dengan ayam saus teriyaki favofitku, tidak kuat lagi aku harus makan. Aku segera mengambil sendok plastik itu dan memakan makanannya. Pak manager yang duduk disebrangku dengan perlahan meminum teh dan sesekali memandangku, untuk beberapa detik padangan kami bertemu tapi aku langsung membuang tatapanku. Pak manager mengeluarkan kotak warna putih dari balik lemari dapur disana.
“coba lihat tangan kamu yang terluka?” beliau mengeluarkan beberapa obat dan handuk kecil
“saya baik-baik saja pak”
Pak Manager menatapku tajam dan seketika aku mengulurkan tangan kiriku yang terdapat luka melepuh disana. Beliau membersihkan tanganku sebentar dan mengoleskan salep entah apa itu yang awalnya sakit menjadi terasa dingin.
“maaf untuk hari ini, kamu harus skip makan siang. Maaf juga untuk respon saya yang berlebihan tadi siang”
Tangaku masih dipegang Pak Manager, aku mencoba menariknya perlahan namun beliau menahannya. Beliau memandangku tanpa mengucapkan sepatah apapun, aku menghentikan makanku.
“pak, tangan saya”
“menurut kamu apa saya terlalu kaku jadi laki-laki?”
Hellowwww... Ya iyalah pak, Bapak itu galak sekali pemarah, dingin, bicaranya mengintimidasi dan sarkastik. Kenapa masih tanya..??!! aku mengomel dalam hati.
“... sedikit”
“sudah lama saya ingin mengobrol berdua sama kamu seperti ini Fii”
Oke seketika aku kenyang dan atmosfir aneh diruangan ini membuatku tertekan. Bisa saja Pak Manager ini mabuk atau salah minum obat jadi beliau bicara seperti itu. Aku menyeruput teh hangat itu, menatap Manager itu kilat dan kembali ku tarik tanganku yang ada dalam pegangannya. “Boleh saya antar kamu pulang...?” “nggak...” Baik, aku terdengar lebih dingin dari beliau. Beliau mengangguk ringan seraya berdiri dari hadapanku, aku merasa buruk seketika. “pak... emm saya tidak bisa karena harus bawa pulang motor saya...” “baik, tidak masalah... selesaikan makanmu dan segera pulang...” Tangan kiri Pak Manager terasa mengusap puncak kepalaku, dan pergi dari ruangan meninggalkan aku sendiri. deg! Baik, ini mulai terasa aneh. Aku meminum sisa teh yang ada dalam cangkir itu. Nafasku memburu, aku mene
Ini sudah 5 hari setelah Pak Manager pergi ke Singapore, aku bediri didepan pintu kaca besar yang terkunci itu, aku seperti melihat refleksi diriku yang duduk disebrang meja Pak Manager saat beliau marah padaku. Sesekali aku seperti mendengar suaranya saat zoom meeting dengan client, aku memandangi tangan kiriku dengan luka disana yang sudah mulai mengering, ku hembuskan nafas panjang dan melangkah keluar gedung yang sepi menyisakan Pak Danu security kantor yang berjaga dekat parkiran. Aku duduk dibangku panjang disebelah pos security, jam menunjukan pukul 6:05 sore, badanku capek tapi aku merasa enggan untuk pulang. Kembali ku buka chat terakhir dari beliau, masih dengan foto balkon tempo hari. Terlintas dipikiranku untuk menelpon sekedar menanyakan kabar. Ahh tidak, buat apa? Aku menutup dan membuka kembali layar ponselku. Tapi aku ingin mendengar suaranya walaupun sedikit. Berakhir dengan
Sejak saat itu aku mulai menajaga jarak dengan Bagas, walaupun ia setiap hari akan selalalu menelponku dan berusaha bertemu aku setiap pulang kantor tapi aku menolak. Sore ini masih sama, aku melihat sepeda Bagas didekat pos security dan ia ada disana. Aku keluar kantor dan berjalan kearahnya. “ada apa kamu disini?” “kak please bicara sama aku” “sekarang ini kita sedang bicara, katakan saja ada apa?” “kak maafin aku, please” Aku tidak tega jika harus membiarkan dia selalu merengek padaku. “udahlah lupain ajah, kamu juga harus kerja kan sekarang lebih baik kamu balik ke store, jangan nunggu aku disini, aku lembur” “besok mampir store ya” Aku mengangguk memaksa, aku melambaikan tangan dan kembali ke kantor. Sebenarnya aku tidak lembur, hanya cari alasan untuk menghindari Bagas, walaupun aku cukup kesepian tanpanya. Aku duduk dikursiku dengan kantor y
Aku mencuci wajahku, menatap refleksi diriku dicermin dan entah mengapa sejenak hatiku berasa sedikit bersalah pada Bagas. Ku buka ponselku dan aku minta maaf pada Bagas dengan alasan yang tidak aku jelaskan. Aku keluar dari toilet dan disana aku melihat Pak Manager yang bersandar di bantalnya dengan tablet PC ditangannya. Beliau tersenyum saat melihatku kembali, tangan beliau melambai memintaku untuk mendekat, aku hanya menggeleng ringan dan duduk ditepi tempat tidur. Aku tidak bisa bohong ruang yang temaram itu membuatku sangat mengantuk dan tidak bisa menahan mataku untuk terpejam. Raut wajahku terbaca oleh Pak Manager dan beliau merapikan bantal disampingnya.“tidurlah Fii, saya tau kamu mengantuk, saya tidak akan melakukan apapun padamu” Beliau beranjak dari tempat tidur itu dan duduk di bench tanpa sandaran yang tidak jauh dari sisi tempat tidur, aku melihatnya mulai berbicara dengan h
“Semua terjadi diluar kendaliku. Aku ingin sekali kita seperti dulu, tidak perlu terbebani perasaan satu sama lain. Aku sayang sama kamu Bagas. Aku kira aku bisa seperti itu tapi aku sendiri tidak tahu apa yang aku rasakan. Aku memikirkan orang lain” “tapi ini yang dia lakukan padamu?” Aku terdiam sesaat. Aku teringat wajah Managerku dan sekelebatan bayang-bayang kejadian yang telah terjadi diantara kami hari ini. Aku tertunduk, Bagas beranjak dari hadapanku. Kali ini genggam tanganku tak lagi bisa menahan dia pergi. Bagas benar-benar pergi, aku tidak bisa lagi menahan air mataku. Aku yang selalu menghindarinya, tapi ketika ia benar-benar pergi mengapa rasnya sangat sakit? Kekalutan merundung kepalaku. *** Aku bangkit mata berat, aku bangun terlalu pagi bahkan belum satupun anggota keluargaku yang bangun. Aku merogoh ba
Beberapa hari berlalu dengan perasaan yang masih was-was namun suasana dikantor normal dan baik-baik saja, Pak Manager coba meyakinkanku jika tidak akan terjadi apapun. Dalam hatiku masih merasa jika sesuatu terasa tidak beres. Hari rabu yang mendung, gerimis membasahiku ketika aku sampai diparkiran kantor. Aku masuk lobi kantor dengan santai sambil mengusap lenganku yang terkena air hujan, tak biasanya bebarapa karyawan dari divisi yang lain seperti memperhatikanku dengan pandangan yang tidak biasa. Mereka kenapa melihatku seperti itu? Satu, dua, tiga, empat dan hampir setiap pasang mata seperti menatapku dengan pandangan yang aneh, mereka juga berbisik satu sama lain dan itu menggaguku. Aku bergegas mempercepat langkahku sampai keruang kerja divisiku. Disana aku disambut Pay dan Mbak Nik yang langsung menyeretku ke sisi ruangan, diikuti Cindy dan beberapa temanku yang lain satu divi
Jam menunjukan pukul 9:30 pagi, aku bangun dari tempat tidurku dengan mata yang masih berat, aku menatap layar HP yang cukup terang hingga membuatku memincingkan mata umtuk mengetik pesanan makan lewat aplikasi, semua orang rumah kebetulan pergi keluar kota untuk beberapa hari karena ada saudara jauh yang menikah. Aku tidak bercerita apapun pada orang tuaku tenatang maslah yang aku hadapi akan sangat tidak mungkin bagi mereka untuk tau, aku akan menyimpan masalah ini rapart-rapat. Aku duduk di depan jendela menunggu pengantar makanan datang, aku memeriksa Hpku yang terdapat beberapa peasan dari Mbak Nik, Cindy dan Pay. Aku mencoba menanyakan perkembangan masalah itu dikantor. Kabar baiknya Pay bilang jika seseorang yang menyebar video itu memang belum ditemukan tapi penyebaran video itu sudah berhenti. Namun kabar buruknya Mbak Nik bilang jika Pak Manager tidak melanjutkan beberapa kontrak kerja karena masalah ini. Mbak Nik bilang jika skandal ini cukup besar perhatiannya terpecah h
Sudah hampir tengah malam namun aku masih merasa kantuk tak datang padaku, pikiranku melayang tak karuan. Aku memikirkan Pak Manager, diriku sendiri dan masalah yang sedang terjadi. Baru saja aku membaca sebuah artikel tenteng isu yang sama tentang masalah yang sedang aku hadapi. Buruk. Isu seperti ini akan sangat mengganggu citra dari sebuah perusahaan bahkan citra Pak Manager dikantor sekarang memang sudah jatuh. Akan lebih buruk jika masalah ini sampai keluar dari perusahaan maka akan sangat mudah jika nama GoodRumi Corp untuk jatuh dan bahkan hancur. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Mengingat sedikit kejadian itu pasti sangat membuat aku malu. Bila diingat saat itu mungkin aku tidak memikirkan akibat apapun yang akan terjadi. Tapi semuanya sudah terlanjur terjadi padaku. “itu adalah sesuatu yang tidak pantas” Aku lirih membaca salah astu kalimat yang ada disebuah artikel yang aku baca. Benar, ini sangat memalukan, ini adalah sebuah aib besar. Aku bis
Aku datang ke store Bagas saat pulang kerja dan membawa beberapa makanan yang dia suka. Teman Bagas bilang jika Bagas baru saja keluar dan ia memintaku untuk menunggu diruang istirahat mereka yang ada dibagian belakang store. Aku menunggu sambil meminum kopi yang aku beli, padahal aku tidak pernah menyukai kopi.Tak lama aku mendengar langkah kaki yang datang dan daun pintu yang ditutup. Aku menyambut Bagas dengan senyum lebar yang terkesan memaksa dan dibalas oleh Bagas dengan senyumnya yang berbinar khasnya.“Hai, apa kabar?” memintanya duduk“b-baik kak. Kakak ada perlu apa kesini?” wajahnya heran“...pengen mampir aja, ohya aku bawain makanan kesukaan kamu, kamu udah makan?”“belum sih, terima kasih ya kak. So good to see you again...” tersenyumMenatap Bagas yang kini kembali ada dalam pandangan jarak dekat denganku. Tanpa banyak bertanya ia membuka kotak makana
Aku benar-benar bergadang semalaman, tubuhku ada ditempat tidur tapi pikiranku melayang. Entah aku harus bagaimana, aku tidak mau sampai nama besar Pak Manager hancur begitu juga namaku apalagi nama perusahaan. Haruskah aku terpaksa berpacaran dengan Bagas untuk menyelamatkan Pak Manager dan diriku sendiri?Dan apakah aku juga harus mengorbankan hubungaku dengan Pak Manager? Ini semua seperti mimpi buruk yang tidak berakhir dan yang lebih buruk lagi ini adalah kenyataan. Aku harus apaa?!!! Aku benar-benar merasa stress dan tertekan dengan keadaan ini. Semua ini terlalu berat bagiku mungkin juga bisa membunuhku.****Seminggu berlalu dengan sangat berat akhirnya aku bisa kembali ke kantor. Pagi ini dimana aku kembali keaktivitasku yang dulu. Aku masih merasa takut untuk melangkahkan kaki ke kantor, pasti akan ada banyak sekali karyawan yang tidak ingin aku kembali setelah semua yang terjadi.
“Da-dari mana lu tau Bagas?” “... Fii, kenalin gue Bayu kakaknya Bagas. Gue kerja satu kantor sama lu” Aku terduduk dilantai, aku merasakan tubuhku seperti jatuh dari ketinggian. Aku merasa benar-benar mual. Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Dia bilang kakaknya Bagas? “kakak? Lu siapa?!! Jangan bercanda sama bawa-bawa nama temen gue...!!!” “Yes, gue kakak kandung Bagas Putra” Bohong! Manusia busuk ini pasti sedang berbohong. Dia hanya ingin hancurin hidupku. Aku terus memegangi kepalaku, otakku mencoba merangkai kata-kata. Aku berharap semua ini omong kosong, tidak mungkin dia adalah kakak Bagas. Tapi jika iya? Untuk apa? “lu jangan bohong!!”
Sore hari pukul lima sore aku mencoba menghubungi Pak Manager namun tidak ada jawaban darinya, mungkin masih dikantor pikirku. Aku memeriksa pesan WhatsApp-ku, mungkin aku bisa mengirim pesan untuk Pak Manager untuk memastikan ia baik-baik saja. Tak lama aku mendengar suara mobil berhenti didepan rumahku, aku mengintip dari balik tirai jendela. Sosok laki-laki memakai kemeja hitam dan memakai masker wajah turun, itu adalah Pak Manager. Aku langsung membuka pintu saat beliau tepat berada didepan teras, beliau kaget namun buru-buru masuk rumah.“Pak Manager ada apa kesini?”“bagaiman keadaan kamu?” duduk dan membuka masker“saya baik-baik saja Pak, tidak ada masalah”“syukurlah... aku kemari untuk memastikan keadaan kamu lagi. Sudah tidak sakit kan?” mengelus kepalaku“Saya baik-baik saja Pak, Bapak bisa telpon saya, tidak perlu kemari jika memang sibuk dikantor”“
Sudah hampir tengah malam namun aku masih merasa kantuk tak datang padaku, pikiranku melayang tak karuan. Aku memikirkan Pak Manager, diriku sendiri dan masalah yang sedang terjadi. Baru saja aku membaca sebuah artikel tenteng isu yang sama tentang masalah yang sedang aku hadapi. Buruk. Isu seperti ini akan sangat mengganggu citra dari sebuah perusahaan bahkan citra Pak Manager dikantor sekarang memang sudah jatuh. Akan lebih buruk jika masalah ini sampai keluar dari perusahaan maka akan sangat mudah jika nama GoodRumi Corp untuk jatuh dan bahkan hancur. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Mengingat sedikit kejadian itu pasti sangat membuat aku malu. Bila diingat saat itu mungkin aku tidak memikirkan akibat apapun yang akan terjadi. Tapi semuanya sudah terlanjur terjadi padaku. “itu adalah sesuatu yang tidak pantas” Aku lirih membaca salah astu kalimat yang ada disebuah artikel yang aku baca. Benar, ini sangat memalukan, ini adalah sebuah aib besar. Aku bis
Jam menunjukan pukul 9:30 pagi, aku bangun dari tempat tidurku dengan mata yang masih berat, aku menatap layar HP yang cukup terang hingga membuatku memincingkan mata umtuk mengetik pesanan makan lewat aplikasi, semua orang rumah kebetulan pergi keluar kota untuk beberapa hari karena ada saudara jauh yang menikah. Aku tidak bercerita apapun pada orang tuaku tenatang maslah yang aku hadapi akan sangat tidak mungkin bagi mereka untuk tau, aku akan menyimpan masalah ini rapart-rapat. Aku duduk di depan jendela menunggu pengantar makanan datang, aku memeriksa Hpku yang terdapat beberapa peasan dari Mbak Nik, Cindy dan Pay. Aku mencoba menanyakan perkembangan masalah itu dikantor. Kabar baiknya Pay bilang jika seseorang yang menyebar video itu memang belum ditemukan tapi penyebaran video itu sudah berhenti. Namun kabar buruknya Mbak Nik bilang jika Pak Manager tidak melanjutkan beberapa kontrak kerja karena masalah ini. Mbak Nik bilang jika skandal ini cukup besar perhatiannya terpecah h
Beberapa hari berlalu dengan perasaan yang masih was-was namun suasana dikantor normal dan baik-baik saja, Pak Manager coba meyakinkanku jika tidak akan terjadi apapun. Dalam hatiku masih merasa jika sesuatu terasa tidak beres. Hari rabu yang mendung, gerimis membasahiku ketika aku sampai diparkiran kantor. Aku masuk lobi kantor dengan santai sambil mengusap lenganku yang terkena air hujan, tak biasanya bebarapa karyawan dari divisi yang lain seperti memperhatikanku dengan pandangan yang tidak biasa. Mereka kenapa melihatku seperti itu? Satu, dua, tiga, empat dan hampir setiap pasang mata seperti menatapku dengan pandangan yang aneh, mereka juga berbisik satu sama lain dan itu menggaguku. Aku bergegas mempercepat langkahku sampai keruang kerja divisiku. Disana aku disambut Pay dan Mbak Nik yang langsung menyeretku ke sisi ruangan, diikuti Cindy dan beberapa temanku yang lain satu divi
“Semua terjadi diluar kendaliku. Aku ingin sekali kita seperti dulu, tidak perlu terbebani perasaan satu sama lain. Aku sayang sama kamu Bagas. Aku kira aku bisa seperti itu tapi aku sendiri tidak tahu apa yang aku rasakan. Aku memikirkan orang lain” “tapi ini yang dia lakukan padamu?” Aku terdiam sesaat. Aku teringat wajah Managerku dan sekelebatan bayang-bayang kejadian yang telah terjadi diantara kami hari ini. Aku tertunduk, Bagas beranjak dari hadapanku. Kali ini genggam tanganku tak lagi bisa menahan dia pergi. Bagas benar-benar pergi, aku tidak bisa lagi menahan air mataku. Aku yang selalu menghindarinya, tapi ketika ia benar-benar pergi mengapa rasnya sangat sakit? Kekalutan merundung kepalaku. *** Aku bangkit mata berat, aku bangun terlalu pagi bahkan belum satupun anggota keluargaku yang bangun. Aku merogoh ba
Aku mencuci wajahku, menatap refleksi diriku dicermin dan entah mengapa sejenak hatiku berasa sedikit bersalah pada Bagas. Ku buka ponselku dan aku minta maaf pada Bagas dengan alasan yang tidak aku jelaskan. Aku keluar dari toilet dan disana aku melihat Pak Manager yang bersandar di bantalnya dengan tablet PC ditangannya. Beliau tersenyum saat melihatku kembali, tangan beliau melambai memintaku untuk mendekat, aku hanya menggeleng ringan dan duduk ditepi tempat tidur. Aku tidak bisa bohong ruang yang temaram itu membuatku sangat mengantuk dan tidak bisa menahan mataku untuk terpejam. Raut wajahku terbaca oleh Pak Manager dan beliau merapikan bantal disampingnya.“tidurlah Fii, saya tau kamu mengantuk, saya tidak akan melakukan apapun padamu” Beliau beranjak dari tempat tidur itu dan duduk di bench tanpa sandaran yang tidak jauh dari sisi tempat tidur, aku melihatnya mulai berbicara dengan h