Beranda / Romansa / TERPAKSA / BAB 1 FIRST MEETING

Share

TERPAKSA
TERPAKSA
Penulis: Hello Vey

BAB 1 FIRST MEETING

Penulis: Hello Vey
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-22 18:10:08

Hari senin selalu melelahkan. Aku banting tubuhku diatas ranjang dengan tubuh masih terbalut kemeja kerja putih yang sudah kusut. Ku lihat jam berwarna putih di dinding.

“... ahh setengah 8”

Aku duduk ditepi ranjang, masih mengumpulkan niat untuk berdiri. Sepintas ku lihat layar Hp-ku dengan notifikasi yang muncul disana. Ok! besok meeting lagi. Aku menyesal telah membuka notif itu. Aku tidak suka hari senin.

******

Keesokan harinya ketika jam menunjukan pukul 4 sore aku duduk diluar kantor dengan botol air mineral. Aku mendengar teman-teman yang bercanda yang sesekali aku seling. Sore ini mendung tapi tak hujan.

“lagi musim banget ya sepedaan, sampe semua orang sepedaan”

Pay menghisap rokoknya sambil mengarahkan kamera handphone nya pada sekumpulan orang yang mengayuh sepeda nya di sebrang jalan.

“asik lho sepedaan” sambil ku teguk air dalam botol

“lu punya sepeda Fii?”

“Enggak lah”

“hmmm, kirain lu punya, pake gaya-gayaan bilang asik”

Aku hanya memamerkan deretan gigiku pada partner kantorku itu. Tak lama kami berpisah untuk pulang. Aku menaiki motor matic-ku pelan, benar saja banyak sekali orang bersepeda disore hari, mungkin memang sedang musimnya. Tak begitu jauh dari kantor, aku berhenti disebuah toko buah, aku membeli beberapa buah jeruk. Aku melihat beberapa orang di depan sebuah distro, mereka duduk dibawah pohon dengan sepeda yang berjajar rapi disamping mereka, sesekali mereka berfoto. Mereka seperti tidak asing bagiku, jauh aku mengingat siapa dari beberapa orang disana. Tak sengaja satu dari mereka melihatku yang sibuk memandangi mereka, ia tersenyum dan langsung memamerkan giginya padaku. Seketika aku salah tingkah dan segera ke kasir buah untuk bayar dan pergi dari sana.

***

Namaku Fiani, aku seorang karyawan swasta umurku 25 tahun, aku seorang yang sedikit pendiam dan tidak banyak bergaul dengan orang banyak. Namun aku punya beberapa teman disekelilingku dan sangat perhatian padaku dan aku suka sekali warna biru.  

***

Ini jum’at malam, besok hari sabtu. Aku ingat tanggal 14 April adalah hari ulang tahun Manager kami, seperti tahun-tahun lalu kami pasti merayakannya. Dan tepat saja aku dapat undangan makan malam dengan semua teman-teman divisi-ku dikantor besok jam 7 malam. Gak lama aku dapat whatsapp dari teman kantor yang 1 divisi denganku.

Cindy :

Fii, lu dapet undangan Pak bos kan? Beli apa lu buat dia?

Me :

Aku juga baru dapat undangannya, gatau juga mau ngasih apa buat Pak bos

Cindy :

Tahun lalu lu ngasih sendal ya, tiap hari masih dipake kalo di luar kantor, keren banget lu, goki lsekali ngasih sendal jepit wkwkwk

Me :

Ahh udah lu diem, malu gw kalo inget itu L

            Seketika aku ingat waktu itu disebuah cafe yang cukup ramai terkenal, dihadapan teman-teman semua aku memberikan sepasang sandal untuk Manager berusia 32 tahun itu. Aku lupa kenapa memilih sandal jepit untuk hadiah seorang Manager, seisi ruangan itu tertawa saat Pak Manager  membuka kado dariku. Aku sangat malu sekali.

***

            Jam menunjukan pukul 2:15 siang, mendung sekali di luar. Aku cepat-cepat keluar dari parkiran kantor untuk pergi ke sebuah distro yang tidak jauh dari kantor. Karena hari sabtu kantor tutup jam 2 siang, aku punya waktu untuk pergi cari hadiah untuk Pak bos. Setiap aku mencari kado untuk Pak Bos, aku selalu bertanya-tanya, kenapa seorang Manager harus merayakan hari ulang tahunnya seperti anak kecil.

            Sial sekali hujan turun ditengah jalan. Aku sampai di distro yang tidak jauh dari kantor, aku memarkir motorku asal-asalan dan masuk kedalam distro itu dengan cepat.

“selamat datang”

Sapa seorang penjaga distro itu, aku tersenyum sambil mengusap lenganku yang basah karena air hujan.

“sepatuku agak basah tidak apa-apa ya”  aku menghentak sepatuku ke karpet yang terdapat didepan pintu

“ohh gak apa-apa kak, diluar hujan lumayan deras ya”

Aku menangkap pandangan kepada cowok tinggi berkaos hitam dan  celana berwarna abu-abu se lutut dengan name tag “Bagas” . Ia tersenyum ramah semenjak aku masuk dari pintu depan store tersebut.

“ mau cari apa kak bisa aku bantu?”

“...emm, aku mau cari kaos”

“ mau brand apa kira-kira?” mengarahkan aku ke deretan kaos yang berjajar

“aku buat kado aja sih, kira-kira yang cocok brand apa ya”

“ini aja kak, kebetulan kita ada diskon 20% untuk minggu ini, jadi cocok lah”

“boleh bantu pilihkan?”

“ bisa, bisa banget kak”

            Cowok tinggi dengan rambut jatuh itu terlihat sibuk memilih beberapa lembar kaos, tak berapa lama ia kembali dan menghampiriku. Matanya sayu, hidungnya mancung, kulitnya bersih walau tidak seputih cowok-cowok korea dan senyum selalu ada dibibirnya.

“ini kak” memeperlihatkan beberapa kaos yang diambil

“aku lebih suka yang putih, ukuran L ada kan?”

“ada kak, jadi diambil ya”

“...ok”

“buat cowoknya ya kak?” Ia sambil merapikan beberapa kaos

            Aku tersenyum tipis dan menggeleng, aku melangkah ke arah kasir dan membayar kaos yang sudah aku pilih. Aku menenteng paper bag itu menuju pintu untuk keluar, langkah kaki-ku terhenti di luar teras store itu. Hujan deras, seperti tidak ada celah untuk menyela. Aku putuskan untuk menunggu. Pasti tidak akan lama, pikirku.

            Aku melihat jam menunjukan pukul 2:45 sore, masih ada banyak waktu untuk ke jam 7 malam. Kling, aku mendengar suara pintu store itu dibuka.

“kak masih hujan deras, ditunggu didalam aja gapapa ” Cowok ber-name tag Bagas itu keluar menghampiriku.

“gapapa, sebentar lagi juga reda”

“... emm, btw kakak itu yang tempo hari di toko buah sebelah itu gak sih”

            Aku memandang wajah cowok yang tidak jauh dari ku itu lekat-lekat, aku sedikit mengingat hari dimana aku membeli buah beberapa hari yang lalu. “... ohh, iya aku ingat”

“ heheh... aku yang senyum waktu itu, didepan sini sama temen waktu itu...”

“... ahh, iya-iya “ terenyum sambil sedikit mengingat

            Drrrttt ddrrrtt drrrtttt....

Belum sempat ia berucap lagi HP-ku bergetar, aku langsung menjawab telpon yang masuk itu. Anisa temanku menelpon minta dijemput karena ada masalah, tanpa berpamitan aku langsung menerobos hujan untuk menghampiri temanku itu. Sekitar 10 menit aku sampai di store tempat temanku berkerja, ia menghampiriku dengan wajah murung dan minta aku untuk mengantarnya pulang. Benar saja ia ada banyak masalah dengan atasannya yang membuatku tertahan di kost-an nya untuk beberapa jam untuk menemaninya curhat seperti biasanya.

***

Aku melihat jam yang ada di tanganku, jam menunjukan pukul 8:45 malam. Aku sempat tertidur di kost-an Anisa, aku lupa dengan acara malam ini.

“Fii, tadi HP kamu bunyi terus. Gue mau bangunin lu sih, tapi lu tidurnya pules  banget”

“hufftt”

            Aku menyeka rambutku, dan aku buka chat itu satu per satu. Iya, dari Cindy, dari Pay, dari Mbak Nik juga banyak sekali riwayat panggilan tak terjawab dari mereka. Aku menemukan satu nama yang berbeda masuk, Pak Manager.

“Anisa, gw balik dulu ya, entar WA aja kalo ada apa-apa”

“thanks ya Fii, lu tiati dijalan”

“... ok, bye”

            Aku menuju cafe tempat acara ulang tahun Manager itu diadakan. Aku masuk dan sempat aku tanya pada waiters disana, benar saja acaranya sudah selesai sekitar setengah jam yang lalu. Aku keluar dari cafe dengan pikiran buyar dan terduduk, malam ini dingin sekali dan sialnya jaketku juga basah karena hujan-hujanan tadi sore. Aku masih memegangi paper bag hadiah untuk Pak Manager yang beberapa bagiannya koyak karena air hujan, untung saja masih ada plastik didalamnya. Aku memeriksa Hp-ku, aku melihat Pak Manager itu baru saja mengunggah foto di whatsapps stories suasana meja kantornya.

Pak Manager ada dikantor sekarang.

Tanpa pikir panjang aku menaiki motorku ke arah kantor yang juga tidak jauh dari cafe tempat acara itu diadakan. Benar saja aku masih melihat mobil HRV hitam di parkiran kantor. Aku masuk ke kantor dan langsung saja aku menuju ruangan beliau, langkah kakiku terhenti, aku masih mendengar beliau berbicara via zoom, mungkin saja masih meeting dengan client dari luar negeri. Aku memutuskan untuk menunggu saja, duduk di sana beberapa lama. 10 menit, 20 menit, 30 menit sampai hampir satu jam aku mondar-mandir dan duduk tidak juga aku mendengar mereka berhenti bicara. Aku capek. Jam sudah menunjukan pukul 10 malam, tak terhitung berapa kali aku menguap. Tiba-tiba pimtu kaca dekatku duduk terbuka.

“Kamu tidak pulang?”

“.... eh?”

Aku menengok ke sebelah kiri tempat aku terduduk dilantai, didepan pintu ruangan beliau. Beliau tidak memintaku untuk bangun atau apa, beliau malah ikut duduk di sebelahku begitu saja.

“kamu sudah berapa lama disini?”

“hampir satu jam Pak”

“maaf saya masih ada meeting tadi, agak lama”

“iya gapapa. Pak, saya minta maaf tadi tidak hadir diacaranya. Selamat ulang tahun buat Bapak”

“gapapa, terima kasih. Kamu dari mana tadi?” Pak Manager melepas kaca mata dan memakainya lagi

“dari kost-an teman dan ketiduran hehe”

“saya tadi telpon kamu, tapi kamu tidak menjawab”

Aku terdiam, beliau mengarahkan Hp yang dipegang-nya dengan nama-ku didalam daftar riwayat panggilan itu. Aku tersenyum datar, mataku tertuju pada raut wajah laki-laki tepat hari ini berusia berusia 32 tahun itu. Wajahnya terlihat lelah, rambutnya berantakan, matanya sayu terbalut kacamata minus lessframe. Beliau memang menawan dan kharismatik, dibalik jam kerjanya yang begitu hectic, sifatnya yang perfectionist dan sangat dingin ke karyawan dibawahnya seperti  semua itu tidak aku temui saat ini, beliau berbicara sangat lembut dan menunjukan perhatiannya padaku. Ketika beliau meluruskan kakinya, aku lihat beliau memakai sandal jepit yang aku berikan satu tahun lalu dihari yang sama dengan hari ini.

“saya minta maaf Pak, tadi saya tertidur”

Tersenyum “... ohya kamu bawa apa itu?” menunjuk paperbag didekatku

“ohh, ini buat Bapak, maaf sedikit rusak karena air hujan”

            Aku melihat wajahnya sangat antusias saat aku memeberikan paperbag itu padanya seraya berucap terima kasih padaku.

***

            Minggu pagi, aku membuka mataku saat jam menunjukan pukul 8 pagi. Aku mengingat semalam aku pulang larut, dan aku ingat dimana aku berbicara banyak dengan Manager-ku itu, hal sangat jarang  dan seperti mustahil terjadi jika aku mengingat bagaimana beliau saat jam kerja. Aku tersenyum sambil sedikit mengucek mata-ku, berjalan ke kamar mandi sebentar untuk mencuci wajahku dan pergi ke dapur setelah itu kembali ke kamar dengan segelas air ditangan kiriku. Aku mengambil HP yang aku geletakkan di lantai bersama tas kerjaku semalam. Aku mendapat beberapa pesan, aku meneguk air dari gelas itu. Ada nama Pak Manager disana

Pak Manager :

Selamat pagi J

Saya suka sekali dengan hadiah dari kamu, langsung saya pakai jogging pagi ini. terima kasih ya..

(picture)

Me :

Baik Pak, sama-sama J Have a nice Sunday...

            Si Pak Manager itu meng-capture dirinya yang sedang jogging dengan kaos yang aku berikan sebagai hadianya kemarin. Lagi aku membuka pesan dari akun Instagram-ku, aku mendapat DM dari akun yang tidak aku kenal. Namun namanya seperti tidak asing, benar itu dari cowok penjaga distro kemarin.

Direct Messages

id.bagas : Hallo kak, masih ingat aku ya J

sunfi.ni : Hallo... ya ingat, kamu yang ada distore kemarin ya..

id.bagas : yup, aku boleh follow ya kak J aku boleh panggil siapa nih?

sunfi.ni : panggil aja Fiani, atau Fii ajah... iya boleh nanti aku follback J

            Aku cukup asik chat dengan cowok yang aku temui di store kemarin itu via DM, kami sangat nyambung, dia juga baik dan ramah. Namanya Bagas, dia bekerja part time sebagai penjaga distro “Red Sun distro” dan ternyata dia baru berusia 20 tahun, jauh dari anggapanku yang aku kira dia sudah berusia 27 tahun. Haha, iya namun dia tetap ngeyel jika dia sangat bangga punya wajah yang terlihat dewasa dan cenderung tua walaupun dalam kenyataanya usia dia sedikit jauh dibawahku.

            Singkat cerita Bagas mengajakku untuk bergabung dengan teman-temannya untuk bersepeda, aku menolak karena tidak ada punya sepeda, namun dia bersikeras dan bilang akan menjemputku sore ini di dekat alun-alun kota.

****

            Jam menunjukan pukul 16:00 sore hari, aku duduk dikursi taman dekat jalan yang menghadap langsung ke alun-alun kota. Sore itu sangat ramai dan aku mungkin satu-satunya yang terlihat sendirian. Aku menunggu sekitar 10 menit ketika sebuah mobil berhenti  didepanku.

“Pak Manager?”

“Hay, kamu kenapa disini sendirian?” turun dari mobil

“s-saya tunggu teman Pak, dia udah dijalan menuju kemari”

“cowok?”

“... iya”

            Tak berapa lama Bagas datang dengan sepeda warna biru tua, memarkir sepedanya dibahu jalan dan langsung melambaikan tangan, dia berjalan setengah berlari ke arahku. Pak Manager terlihat memperhatikan Bagas yang berjalan mendekat dan melihatku secara bergantian. Tiba-tiba Pak Manager menatapku tajam yang membuat pandanganku padanya terhenti. Seketika Pak Manager memposisikan dirinya disebelahku.

“ Hallo...” sapa Pak Manager pada Bagas

Bagas terlihat bingung begitupun aku yang merasa aneh dengan kelakuan Managerku itu. Pak Manager manjabat tangan Bagas dan memperkenalkan diri. Percayalah, beliau terlihat seperti sedang menjabat tangan client secara resmi.

“Pak, ini Bagas teman saya..” aku coba memperkenalkan Bagas pada Pak Manager

”Hallo, saya rekan kerja Fiani. Terima kasih ya sudah datang” senyum Pak Manager terlihat kaku

“Bagas, teman aku Fiani..” Bagas tersenyum dengan ringan

“oh baik, kamu kesini untuk ajak Fiani pergi ya tapi saya disini mau jemput Fiani ada hal yang perlu diurus”

What...???

Aku melongo mendengarnya. Aku tidak merasa punya janji apapun ataupun mau mengurus sesuatu dengan beliau. Belum sampai aku membuka mulutku untuk bicara, beliau menarik tanganku dan berpamitan ke Bagas untuk pergi. Beliau membuka pintu mobilnya dan mengarahkan aku masuk, memakaikan beltset dan segera pergi dari sana.

“whatt?!!! maksud Pak Manager apa sih?!”

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Charlotte Lee
menarik sih ceritanya.. mau follow akun sosmed nya dong kalo boleh?
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
kayaknya bakal menarik nih,btw author bakal update tiap berapa hari yah..? author ada sosmed engga?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • TERPAKSA   BAB 2 OTORITER

    “bisa saja dia bukan laki-laki yang baik” ucap Pak Manager sambil menarik tuas rem“ pak manager tau dari mana? Dia teman saya pak! Bapak tidak boleh seenaknya seperti ini” kesal“jika dia laki-laki yang baik, dia tidak akan membiarkan kamu menunggu dijalan”“tapi saya tidak merasa keberatan kok pak, kenapa ini jadi masalah untuk Bapak?”“dia tidak seharusnya membiarkan wanita sendirian dijalan”“Pak, Bapak tidak tau apapun dan saya tidak sedang dikantor. Tolong jangan atur-atur saya!”Seketika suasana hening, aku melihat beliau memandangku sepintas dan melanjutkan perjalanan karena lampu merah sudah berganti. Aku memeriksa HP-ku untuk whatsapp Bagas dan meminta maaf, sungguh Pak Manager kali ini sangataneh dan menyebalkan. Untung saja Bagas mengerti dan tidak marah saat aku tinggal begitu saja karena ulah Pak Manager.Aku lempar pandanganku ke jalan

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • TERPAKSA   BAB 3 WHY SO WEIRD?

    Oke seketika aku kenyang dan atmosfir aneh diruangan ini membuatku tertekan. Bisa saja Pak Manager ini mabuk atau salah minum obat jadi beliau bicara seperti itu. Aku menyeruput teh hangat itu, menatap Manager itu kilat dan kembali ku tarik tanganku yang ada dalam pegangannya. “Boleh saya antar kamu pulang...?” “nggak...” Baik, aku terdengar lebih dingin dari beliau. Beliau mengangguk ringan seraya berdiri dari hadapanku, aku merasa buruk seketika. “pak... emm saya tidak bisa karena harus bawa pulang motor saya...” “baik, tidak masalah... selesaikan makanmu dan segera pulang...” Tangan kiri Pak Manager terasa mengusap puncak kepalaku, dan pergi dari ruangan meninggalkan aku sendiri. deg! Baik, ini mulai terasa aneh. Aku meminum sisa teh yang ada dalam cangkir itu. Nafasku memburu, aku mene

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • TERPAKSA   BAB 4 BAGAS, SORRY I CAN'T

    Ini sudah 5 hari setelah Pak Manager pergi ke Singapore, aku bediri didepan pintu kaca besar yang terkunci itu, aku seperti melihat refleksi diriku yang duduk disebrang meja Pak Manager saat beliau marah padaku. Sesekali aku seperti mendengar suaranya saat zoom meeting dengan client, aku memandangi tangan kiriku dengan luka disana yang sudah mulai mengering, ku hembuskan nafas panjang dan melangkah keluar gedung yang sepi menyisakan Pak Danu security kantor yang berjaga dekat parkiran. Aku duduk dibangku panjang disebelah pos security, jam menunjukan pukul 6:05 sore, badanku capek tapi aku merasa enggan untuk pulang. Kembali ku buka chat terakhir dari beliau, masih dengan foto balkon tempo hari. Terlintas dipikiranku untuk menelpon sekedar menanyakan kabar. Ahh tidak, buat apa? Aku menutup dan membuka kembali layar ponselku. Tapi aku ingin mendengar suaranya walaupun sedikit. Berakhir dengan

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • TERPAKSA   BAB 5 POSION

    Sejak saat itu aku mulai menajaga jarak dengan Bagas, walaupun ia setiap hari akan selalalu menelponku dan berusaha bertemu aku setiap pulang kantor tapi aku menolak. Sore ini masih sama, aku melihat sepeda Bagas didekat pos security dan ia ada disana. Aku keluar kantor dan berjalan kearahnya. “ada apa kamu disini?” “kak please bicara sama aku” “sekarang ini kita sedang bicara, katakan saja ada apa?” “kak maafin aku, please” Aku tidak tega jika harus membiarkan dia selalu merengek padaku. “udahlah lupain ajah, kamu juga harus kerja kan sekarang lebih baik kamu balik ke store, jangan nunggu aku disini, aku lembur” “besok mampir store ya” Aku mengangguk memaksa, aku melambaikan tangan dan kembali ke kantor. Sebenarnya aku tidak lembur, hanya cari alasan untuk menghindari Bagas, walaupun aku cukup kesepian tanpanya. Aku duduk dikursiku dengan kantor y

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-23
  • TERPAKSA   BAB 6 THE GAME

    Aku mencuci wajahku, menatap refleksi diriku dicermin dan entah mengapa sejenak hatiku berasa sedikit bersalah pada Bagas. Ku buka ponselku dan aku minta maaf pada Bagas dengan alasan yang tidak aku jelaskan. Aku keluar dari toilet dan disana aku melihat Pak Manager yang bersandar di bantalnya dengan tablet PC ditangannya. Beliau tersenyum saat melihatku kembali, tangan beliau melambai memintaku untuk mendekat, aku hanya menggeleng ringan dan duduk ditepi tempat tidur. Aku tidak bisa bohong ruang yang temaram itu membuatku sangat mengantuk dan tidak bisa menahan mataku untuk terpejam. Raut wajahku terbaca oleh Pak Manager dan beliau merapikan bantal disampingnya.“tidurlah Fii, saya tau kamu mengantuk, saya tidak akan melakukan apapun padamu” Beliau beranjak dari tempat tidur itu dan duduk di bench tanpa sandaran yang tidak jauh dari sisi tempat tidur, aku melihatnya mulai berbicara dengan h

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-24
  • TERPAKSA   BAB 7 UNCONTROLLED, SOMETHING NOT OK

    “Semua terjadi diluar kendaliku. Aku ingin sekali kita seperti dulu, tidak perlu terbebani perasaan satu sama lain. Aku sayang sama kamu Bagas. Aku kira aku bisa seperti itu tapi aku sendiri tidak tahu apa yang aku rasakan. Aku memikirkan orang lain” “tapi ini yang dia lakukan padamu?” Aku terdiam sesaat. Aku teringat wajah Managerku dan sekelebatan bayang-bayang kejadian yang telah terjadi diantara kami hari ini. Aku tertunduk, Bagas beranjak dari hadapanku. Kali ini genggam tanganku tak lagi bisa menahan dia pergi. Bagas benar-benar pergi, aku tidak bisa lagi menahan air mataku. Aku yang selalu menghindarinya, tapi ketika ia benar-benar pergi mengapa rasnya sangat sakit? Kekalutan merundung kepalaku. *** Aku bangkit mata berat, aku bangun terlalu pagi bahkan belum satupun anggota keluargaku yang bangun. Aku merogoh ba

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • TERPAKSA   BAB 8 THE SCANDAL

    Beberapa hari berlalu dengan perasaan yang masih was-was namun suasana dikantor normal dan baik-baik saja, Pak Manager coba meyakinkanku jika tidak akan terjadi apapun. Dalam hatiku masih merasa jika sesuatu terasa tidak beres. Hari rabu yang mendung, gerimis membasahiku ketika aku sampai diparkiran kantor. Aku masuk lobi kantor dengan santai sambil mengusap lenganku yang terkena air hujan, tak biasanya bebarapa karyawan dari divisi yang lain seperti memperhatikanku dengan pandangan yang tidak biasa. Mereka kenapa melihatku seperti itu? Satu, dua, tiga, empat dan hampir setiap pasang mata seperti menatapku dengan pandangan yang aneh, mereka juga berbisik satu sama lain dan itu menggaguku. Aku bergegas mempercepat langkahku sampai keruang kerja divisiku. Disana aku disambut Pay dan Mbak Nik yang langsung menyeretku ke sisi ruangan, diikuti Cindy dan beberapa temanku yang lain satu divi

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-03
  • TERPAKSA   BAB 9 TERROR

    Jam menunjukan pukul 9:30 pagi, aku bangun dari tempat tidurku dengan mata yang masih berat, aku menatap layar HP yang cukup terang hingga membuatku memincingkan mata umtuk mengetik pesanan makan lewat aplikasi, semua orang rumah kebetulan pergi keluar kota untuk beberapa hari karena ada saudara jauh yang menikah. Aku tidak bercerita apapun pada orang tuaku tenatang maslah yang aku hadapi akan sangat tidak mungkin bagi mereka untuk tau, aku akan menyimpan masalah ini rapart-rapat. Aku duduk di depan jendela menunggu pengantar makanan datang, aku memeriksa Hpku yang terdapat beberapa peasan dari Mbak Nik, Cindy dan Pay. Aku mencoba menanyakan perkembangan masalah itu dikantor. Kabar baiknya Pay bilang jika seseorang yang menyebar video itu memang belum ditemukan tapi penyebaran video itu sudah berhenti. Namun kabar buruknya Mbak Nik bilang jika Pak Manager tidak melanjutkan beberapa kontrak kerja karena masalah ini. Mbak Nik bilang jika skandal ini cukup besar perhatiannya terpecah h

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19

Bab terbaru

  • TERPAKSA   BAB 14 DRAMA AND... FIRST TIME

    Aku datang ke store Bagas saat pulang kerja dan membawa beberapa makanan yang dia suka. Teman Bagas bilang jika Bagas baru saja keluar dan ia memintaku untuk menunggu diruang istirahat mereka yang ada dibagian belakang store. Aku menunggu sambil meminum kopi yang aku beli, padahal aku tidak pernah menyukai kopi.Tak lama aku mendengar langkah kaki yang datang dan daun pintu yang ditutup. Aku menyambut Bagas dengan senyum lebar yang terkesan memaksa dan dibalas oleh Bagas dengan senyumnya yang berbinar khasnya.“Hai, apa kabar?” memintanya duduk“b-baik kak. Kakak ada perlu apa kesini?” wajahnya heran“...pengen mampir aja, ohya aku bawain makanan kesukaan kamu, kamu udah makan?”“belum sih, terima kasih ya kak. So good to see you again...” tersenyumMenatap Bagas yang kini kembali ada dalam pandangan jarak dekat denganku. Tanpa banyak bertanya ia membuka kotak makana

  • TERPAKSA   BAB 13 KESALAHANKU

    Aku benar-benar bergadang semalaman, tubuhku ada ditempat tidur tapi pikiranku melayang. Entah aku harus bagaimana, aku tidak mau sampai nama besar Pak Manager hancur begitu juga namaku apalagi nama perusahaan. Haruskah aku terpaksa berpacaran dengan Bagas untuk menyelamatkan Pak Manager dan diriku sendiri?Dan apakah aku juga harus mengorbankan hubungaku dengan Pak Manager? Ini semua seperti mimpi buruk yang tidak berakhir dan yang lebih buruk lagi ini adalah kenyataan. Aku harus apaa?!!! Aku benar-benar merasa stress dan tertekan dengan keadaan ini. Semua ini terlalu berat bagiku mungkin juga bisa membunuhku.****Seminggu berlalu dengan sangat berat akhirnya aku bisa kembali ke kantor. Pagi ini dimana aku kembali keaktivitasku yang dulu. Aku masih merasa takut untuk melangkahkan kaki ke kantor, pasti akan ada banyak sekali karyawan yang tidak ingin aku kembali setelah semua yang terjadi.

  • TERPAKSA   BAB 12 SEMUA YANG AKU TIDAK TAHU

    “Da-dari mana lu tau Bagas?” “... Fii, kenalin gue Bayu kakaknya Bagas. Gue kerja satu kantor sama lu” Aku terduduk dilantai, aku merasakan tubuhku seperti jatuh dari ketinggian. Aku merasa benar-benar mual. Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Dia bilang kakaknya Bagas? “kakak? Lu siapa?!! Jangan bercanda sama bawa-bawa nama temen gue...!!!” “Yes, gue kakak kandung Bagas Putra” Bohong! Manusia busuk ini pasti sedang berbohong. Dia hanya ingin hancurin hidupku. Aku terus memegangi kepalaku, otakku mencoba merangkai kata-kata. Aku berharap semua ini omong kosong, tidak mungkin dia adalah kakak Bagas. Tapi jika iya? Untuk apa? “lu jangan bohong!!”

  • TERPAKSA   BAB 11 WHAT SHOULD I DO?

    Sore hari pukul lima sore aku mencoba menghubungi Pak Manager namun tidak ada jawaban darinya, mungkin masih dikantor pikirku. Aku memeriksa pesan WhatsApp-ku, mungkin aku bisa mengirim pesan untuk Pak Manager untuk memastikan ia baik-baik saja. Tak lama aku mendengar suara mobil berhenti didepan rumahku, aku mengintip dari balik tirai jendela. Sosok laki-laki memakai kemeja hitam dan memakai masker wajah turun, itu adalah Pak Manager. Aku langsung membuka pintu saat beliau tepat berada didepan teras, beliau kaget namun buru-buru masuk rumah.“Pak Manager ada apa kesini?”“bagaiman keadaan kamu?” duduk dan membuka masker“saya baik-baik saja Pak, tidak ada masalah”“syukurlah... aku kemari untuk memastikan keadaan kamu lagi. Sudah tidak sakit kan?” mengelus kepalaku“Saya baik-baik saja Pak, Bapak bisa telpon saya, tidak perlu kemari jika memang sibuk dikantor”“

  • TERPAKSA   BAB 10 SESUATU YANG TAK PANTAS

    Sudah hampir tengah malam namun aku masih merasa kantuk tak datang padaku, pikiranku melayang tak karuan. Aku memikirkan Pak Manager, diriku sendiri dan masalah yang sedang terjadi. Baru saja aku membaca sebuah artikel tenteng isu yang sama tentang masalah yang sedang aku hadapi. Buruk. Isu seperti ini akan sangat mengganggu citra dari sebuah perusahaan bahkan citra Pak Manager dikantor sekarang memang sudah jatuh. Akan lebih buruk jika masalah ini sampai keluar dari perusahaan maka akan sangat mudah jika nama GoodRumi Corp untuk jatuh dan bahkan hancur. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Mengingat sedikit kejadian itu pasti sangat membuat aku malu. Bila diingat saat itu mungkin aku tidak memikirkan akibat apapun yang akan terjadi. Tapi semuanya sudah terlanjur terjadi padaku. “itu adalah sesuatu yang tidak pantas” Aku lirih membaca salah astu kalimat yang ada disebuah artikel yang aku baca. Benar, ini sangat memalukan, ini adalah sebuah aib besar. Aku bis

  • TERPAKSA   BAB 9 TERROR

    Jam menunjukan pukul 9:30 pagi, aku bangun dari tempat tidurku dengan mata yang masih berat, aku menatap layar HP yang cukup terang hingga membuatku memincingkan mata umtuk mengetik pesanan makan lewat aplikasi, semua orang rumah kebetulan pergi keluar kota untuk beberapa hari karena ada saudara jauh yang menikah. Aku tidak bercerita apapun pada orang tuaku tenatang maslah yang aku hadapi akan sangat tidak mungkin bagi mereka untuk tau, aku akan menyimpan masalah ini rapart-rapat. Aku duduk di depan jendela menunggu pengantar makanan datang, aku memeriksa Hpku yang terdapat beberapa peasan dari Mbak Nik, Cindy dan Pay. Aku mencoba menanyakan perkembangan masalah itu dikantor. Kabar baiknya Pay bilang jika seseorang yang menyebar video itu memang belum ditemukan tapi penyebaran video itu sudah berhenti. Namun kabar buruknya Mbak Nik bilang jika Pak Manager tidak melanjutkan beberapa kontrak kerja karena masalah ini. Mbak Nik bilang jika skandal ini cukup besar perhatiannya terpecah h

  • TERPAKSA   BAB 8 THE SCANDAL

    Beberapa hari berlalu dengan perasaan yang masih was-was namun suasana dikantor normal dan baik-baik saja, Pak Manager coba meyakinkanku jika tidak akan terjadi apapun. Dalam hatiku masih merasa jika sesuatu terasa tidak beres. Hari rabu yang mendung, gerimis membasahiku ketika aku sampai diparkiran kantor. Aku masuk lobi kantor dengan santai sambil mengusap lenganku yang terkena air hujan, tak biasanya bebarapa karyawan dari divisi yang lain seperti memperhatikanku dengan pandangan yang tidak biasa. Mereka kenapa melihatku seperti itu? Satu, dua, tiga, empat dan hampir setiap pasang mata seperti menatapku dengan pandangan yang aneh, mereka juga berbisik satu sama lain dan itu menggaguku. Aku bergegas mempercepat langkahku sampai keruang kerja divisiku. Disana aku disambut Pay dan Mbak Nik yang langsung menyeretku ke sisi ruangan, diikuti Cindy dan beberapa temanku yang lain satu divi

  • TERPAKSA   BAB 7 UNCONTROLLED, SOMETHING NOT OK

    “Semua terjadi diluar kendaliku. Aku ingin sekali kita seperti dulu, tidak perlu terbebani perasaan satu sama lain. Aku sayang sama kamu Bagas. Aku kira aku bisa seperti itu tapi aku sendiri tidak tahu apa yang aku rasakan. Aku memikirkan orang lain” “tapi ini yang dia lakukan padamu?” Aku terdiam sesaat. Aku teringat wajah Managerku dan sekelebatan bayang-bayang kejadian yang telah terjadi diantara kami hari ini. Aku tertunduk, Bagas beranjak dari hadapanku. Kali ini genggam tanganku tak lagi bisa menahan dia pergi. Bagas benar-benar pergi, aku tidak bisa lagi menahan air mataku. Aku yang selalu menghindarinya, tapi ketika ia benar-benar pergi mengapa rasnya sangat sakit? Kekalutan merundung kepalaku. *** Aku bangkit mata berat, aku bangun terlalu pagi bahkan belum satupun anggota keluargaku yang bangun. Aku merogoh ba

  • TERPAKSA   BAB 6 THE GAME

    Aku mencuci wajahku, menatap refleksi diriku dicermin dan entah mengapa sejenak hatiku berasa sedikit bersalah pada Bagas. Ku buka ponselku dan aku minta maaf pada Bagas dengan alasan yang tidak aku jelaskan. Aku keluar dari toilet dan disana aku melihat Pak Manager yang bersandar di bantalnya dengan tablet PC ditangannya. Beliau tersenyum saat melihatku kembali, tangan beliau melambai memintaku untuk mendekat, aku hanya menggeleng ringan dan duduk ditepi tempat tidur. Aku tidak bisa bohong ruang yang temaram itu membuatku sangat mengantuk dan tidak bisa menahan mataku untuk terpejam. Raut wajahku terbaca oleh Pak Manager dan beliau merapikan bantal disampingnya.“tidurlah Fii, saya tau kamu mengantuk, saya tidak akan melakukan apapun padamu” Beliau beranjak dari tempat tidur itu dan duduk di bench tanpa sandaran yang tidak jauh dari sisi tempat tidur, aku melihatnya mulai berbicara dengan h

DMCA.com Protection Status