Aku mencuci wajahku, menatap refleksi diriku dicermin dan entah mengapa sejenak hatiku berasa sedikit bersalah pada Bagas. Ku buka ponselku dan aku minta maaf pada Bagas dengan alasan yang tidak aku jelaskan. Aku keluar dari toilet dan disana aku melihat Pak Manager yang bersandar di bantalnya dengan tablet PC ditangannya. Beliau tersenyum saat melihatku kembali, tangan beliau melambai memintaku untuk mendekat, aku hanya menggeleng ringan dan duduk ditepi tempat tidur. Aku tidak bisa bohong ruang yang temaram itu membuatku sangat mengantuk dan tidak bisa menahan mataku untuk terpejam. Raut wajahku terbaca oleh Pak Manager dan beliau merapikan bantal disampingnya.
“tidurlah Fii, saya tau kamu mengantuk, saya tidak akan melakukan apapun padamu”
Beliau beranjak dari tempat tidur itu dan duduk di bench tanpa sandaran yang tidak jauh dari sisi tempat tidur, aku melihatnya mulai berbicara dengan h
“Semua terjadi diluar kendaliku. Aku ingin sekali kita seperti dulu, tidak perlu terbebani perasaan satu sama lain. Aku sayang sama kamu Bagas. Aku kira aku bisa seperti itu tapi aku sendiri tidak tahu apa yang aku rasakan. Aku memikirkan orang lain” “tapi ini yang dia lakukan padamu?” Aku terdiam sesaat. Aku teringat wajah Managerku dan sekelebatan bayang-bayang kejadian yang telah terjadi diantara kami hari ini. Aku tertunduk, Bagas beranjak dari hadapanku. Kali ini genggam tanganku tak lagi bisa menahan dia pergi. Bagas benar-benar pergi, aku tidak bisa lagi menahan air mataku. Aku yang selalu menghindarinya, tapi ketika ia benar-benar pergi mengapa rasnya sangat sakit? Kekalutan merundung kepalaku. *** Aku bangkit mata berat, aku bangun terlalu pagi bahkan belum satupun anggota keluargaku yang bangun. Aku merogoh ba
Beberapa hari berlalu dengan perasaan yang masih was-was namun suasana dikantor normal dan baik-baik saja, Pak Manager coba meyakinkanku jika tidak akan terjadi apapun. Dalam hatiku masih merasa jika sesuatu terasa tidak beres. Hari rabu yang mendung, gerimis membasahiku ketika aku sampai diparkiran kantor. Aku masuk lobi kantor dengan santai sambil mengusap lenganku yang terkena air hujan, tak biasanya bebarapa karyawan dari divisi yang lain seperti memperhatikanku dengan pandangan yang tidak biasa. Mereka kenapa melihatku seperti itu? Satu, dua, tiga, empat dan hampir setiap pasang mata seperti menatapku dengan pandangan yang aneh, mereka juga berbisik satu sama lain dan itu menggaguku. Aku bergegas mempercepat langkahku sampai keruang kerja divisiku. Disana aku disambut Pay dan Mbak Nik yang langsung menyeretku ke sisi ruangan, diikuti Cindy dan beberapa temanku yang lain satu divi
Jam menunjukan pukul 9:30 pagi, aku bangun dari tempat tidurku dengan mata yang masih berat, aku menatap layar HP yang cukup terang hingga membuatku memincingkan mata umtuk mengetik pesanan makan lewat aplikasi, semua orang rumah kebetulan pergi keluar kota untuk beberapa hari karena ada saudara jauh yang menikah. Aku tidak bercerita apapun pada orang tuaku tenatang maslah yang aku hadapi akan sangat tidak mungkin bagi mereka untuk tau, aku akan menyimpan masalah ini rapart-rapat. Aku duduk di depan jendela menunggu pengantar makanan datang, aku memeriksa Hpku yang terdapat beberapa peasan dari Mbak Nik, Cindy dan Pay. Aku mencoba menanyakan perkembangan masalah itu dikantor. Kabar baiknya Pay bilang jika seseorang yang menyebar video itu memang belum ditemukan tapi penyebaran video itu sudah berhenti. Namun kabar buruknya Mbak Nik bilang jika Pak Manager tidak melanjutkan beberapa kontrak kerja karena masalah ini. Mbak Nik bilang jika skandal ini cukup besar perhatiannya terpecah h
Sudah hampir tengah malam namun aku masih merasa kantuk tak datang padaku, pikiranku melayang tak karuan. Aku memikirkan Pak Manager, diriku sendiri dan masalah yang sedang terjadi. Baru saja aku membaca sebuah artikel tenteng isu yang sama tentang masalah yang sedang aku hadapi. Buruk. Isu seperti ini akan sangat mengganggu citra dari sebuah perusahaan bahkan citra Pak Manager dikantor sekarang memang sudah jatuh. Akan lebih buruk jika masalah ini sampai keluar dari perusahaan maka akan sangat mudah jika nama GoodRumi Corp untuk jatuh dan bahkan hancur. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Mengingat sedikit kejadian itu pasti sangat membuat aku malu. Bila diingat saat itu mungkin aku tidak memikirkan akibat apapun yang akan terjadi. Tapi semuanya sudah terlanjur terjadi padaku. “itu adalah sesuatu yang tidak pantas” Aku lirih membaca salah astu kalimat yang ada disebuah artikel yang aku baca. Benar, ini sangat memalukan, ini adalah sebuah aib besar. Aku bis
Sore hari pukul lima sore aku mencoba menghubungi Pak Manager namun tidak ada jawaban darinya, mungkin masih dikantor pikirku. Aku memeriksa pesan WhatsApp-ku, mungkin aku bisa mengirim pesan untuk Pak Manager untuk memastikan ia baik-baik saja. Tak lama aku mendengar suara mobil berhenti didepan rumahku, aku mengintip dari balik tirai jendela. Sosok laki-laki memakai kemeja hitam dan memakai masker wajah turun, itu adalah Pak Manager. Aku langsung membuka pintu saat beliau tepat berada didepan teras, beliau kaget namun buru-buru masuk rumah.“Pak Manager ada apa kesini?”“bagaiman keadaan kamu?” duduk dan membuka masker“saya baik-baik saja Pak, tidak ada masalah”“syukurlah... aku kemari untuk memastikan keadaan kamu lagi. Sudah tidak sakit kan?” mengelus kepalaku“Saya baik-baik saja Pak, Bapak bisa telpon saya, tidak perlu kemari jika memang sibuk dikantor”“
“Da-dari mana lu tau Bagas?” “... Fii, kenalin gue Bayu kakaknya Bagas. Gue kerja satu kantor sama lu” Aku terduduk dilantai, aku merasakan tubuhku seperti jatuh dari ketinggian. Aku merasa benar-benar mual. Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Dia bilang kakaknya Bagas? “kakak? Lu siapa?!! Jangan bercanda sama bawa-bawa nama temen gue...!!!” “Yes, gue kakak kandung Bagas Putra” Bohong! Manusia busuk ini pasti sedang berbohong. Dia hanya ingin hancurin hidupku. Aku terus memegangi kepalaku, otakku mencoba merangkai kata-kata. Aku berharap semua ini omong kosong, tidak mungkin dia adalah kakak Bagas. Tapi jika iya? Untuk apa? “lu jangan bohong!!”
Aku benar-benar bergadang semalaman, tubuhku ada ditempat tidur tapi pikiranku melayang. Entah aku harus bagaimana, aku tidak mau sampai nama besar Pak Manager hancur begitu juga namaku apalagi nama perusahaan. Haruskah aku terpaksa berpacaran dengan Bagas untuk menyelamatkan Pak Manager dan diriku sendiri?Dan apakah aku juga harus mengorbankan hubungaku dengan Pak Manager? Ini semua seperti mimpi buruk yang tidak berakhir dan yang lebih buruk lagi ini adalah kenyataan. Aku harus apaa?!!! Aku benar-benar merasa stress dan tertekan dengan keadaan ini. Semua ini terlalu berat bagiku mungkin juga bisa membunuhku.****Seminggu berlalu dengan sangat berat akhirnya aku bisa kembali ke kantor. Pagi ini dimana aku kembali keaktivitasku yang dulu. Aku masih merasa takut untuk melangkahkan kaki ke kantor, pasti akan ada banyak sekali karyawan yang tidak ingin aku kembali setelah semua yang terjadi.
Aku datang ke store Bagas saat pulang kerja dan membawa beberapa makanan yang dia suka. Teman Bagas bilang jika Bagas baru saja keluar dan ia memintaku untuk menunggu diruang istirahat mereka yang ada dibagian belakang store. Aku menunggu sambil meminum kopi yang aku beli, padahal aku tidak pernah menyukai kopi.Tak lama aku mendengar langkah kaki yang datang dan daun pintu yang ditutup. Aku menyambut Bagas dengan senyum lebar yang terkesan memaksa dan dibalas oleh Bagas dengan senyumnya yang berbinar khasnya.“Hai, apa kabar?” memintanya duduk“b-baik kak. Kakak ada perlu apa kesini?” wajahnya heran“...pengen mampir aja, ohya aku bawain makanan kesukaan kamu, kamu udah makan?”“belum sih, terima kasih ya kak. So good to see you again...” tersenyumMenatap Bagas yang kini kembali ada dalam pandangan jarak dekat denganku. Tanpa banyak bertanya ia membuka kotak makana
Aku datang ke store Bagas saat pulang kerja dan membawa beberapa makanan yang dia suka. Teman Bagas bilang jika Bagas baru saja keluar dan ia memintaku untuk menunggu diruang istirahat mereka yang ada dibagian belakang store. Aku menunggu sambil meminum kopi yang aku beli, padahal aku tidak pernah menyukai kopi.Tak lama aku mendengar langkah kaki yang datang dan daun pintu yang ditutup. Aku menyambut Bagas dengan senyum lebar yang terkesan memaksa dan dibalas oleh Bagas dengan senyumnya yang berbinar khasnya.“Hai, apa kabar?” memintanya duduk“b-baik kak. Kakak ada perlu apa kesini?” wajahnya heran“...pengen mampir aja, ohya aku bawain makanan kesukaan kamu, kamu udah makan?”“belum sih, terima kasih ya kak. So good to see you again...” tersenyumMenatap Bagas yang kini kembali ada dalam pandangan jarak dekat denganku. Tanpa banyak bertanya ia membuka kotak makana
Aku benar-benar bergadang semalaman, tubuhku ada ditempat tidur tapi pikiranku melayang. Entah aku harus bagaimana, aku tidak mau sampai nama besar Pak Manager hancur begitu juga namaku apalagi nama perusahaan. Haruskah aku terpaksa berpacaran dengan Bagas untuk menyelamatkan Pak Manager dan diriku sendiri?Dan apakah aku juga harus mengorbankan hubungaku dengan Pak Manager? Ini semua seperti mimpi buruk yang tidak berakhir dan yang lebih buruk lagi ini adalah kenyataan. Aku harus apaa?!!! Aku benar-benar merasa stress dan tertekan dengan keadaan ini. Semua ini terlalu berat bagiku mungkin juga bisa membunuhku.****Seminggu berlalu dengan sangat berat akhirnya aku bisa kembali ke kantor. Pagi ini dimana aku kembali keaktivitasku yang dulu. Aku masih merasa takut untuk melangkahkan kaki ke kantor, pasti akan ada banyak sekali karyawan yang tidak ingin aku kembali setelah semua yang terjadi.
“Da-dari mana lu tau Bagas?” “... Fii, kenalin gue Bayu kakaknya Bagas. Gue kerja satu kantor sama lu” Aku terduduk dilantai, aku merasakan tubuhku seperti jatuh dari ketinggian. Aku merasa benar-benar mual. Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Dia bilang kakaknya Bagas? “kakak? Lu siapa?!! Jangan bercanda sama bawa-bawa nama temen gue...!!!” “Yes, gue kakak kandung Bagas Putra” Bohong! Manusia busuk ini pasti sedang berbohong. Dia hanya ingin hancurin hidupku. Aku terus memegangi kepalaku, otakku mencoba merangkai kata-kata. Aku berharap semua ini omong kosong, tidak mungkin dia adalah kakak Bagas. Tapi jika iya? Untuk apa? “lu jangan bohong!!”
Sore hari pukul lima sore aku mencoba menghubungi Pak Manager namun tidak ada jawaban darinya, mungkin masih dikantor pikirku. Aku memeriksa pesan WhatsApp-ku, mungkin aku bisa mengirim pesan untuk Pak Manager untuk memastikan ia baik-baik saja. Tak lama aku mendengar suara mobil berhenti didepan rumahku, aku mengintip dari balik tirai jendela. Sosok laki-laki memakai kemeja hitam dan memakai masker wajah turun, itu adalah Pak Manager. Aku langsung membuka pintu saat beliau tepat berada didepan teras, beliau kaget namun buru-buru masuk rumah.“Pak Manager ada apa kesini?”“bagaiman keadaan kamu?” duduk dan membuka masker“saya baik-baik saja Pak, tidak ada masalah”“syukurlah... aku kemari untuk memastikan keadaan kamu lagi. Sudah tidak sakit kan?” mengelus kepalaku“Saya baik-baik saja Pak, Bapak bisa telpon saya, tidak perlu kemari jika memang sibuk dikantor”“
Sudah hampir tengah malam namun aku masih merasa kantuk tak datang padaku, pikiranku melayang tak karuan. Aku memikirkan Pak Manager, diriku sendiri dan masalah yang sedang terjadi. Baru saja aku membaca sebuah artikel tenteng isu yang sama tentang masalah yang sedang aku hadapi. Buruk. Isu seperti ini akan sangat mengganggu citra dari sebuah perusahaan bahkan citra Pak Manager dikantor sekarang memang sudah jatuh. Akan lebih buruk jika masalah ini sampai keluar dari perusahaan maka akan sangat mudah jika nama GoodRumi Corp untuk jatuh dan bahkan hancur. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Mengingat sedikit kejadian itu pasti sangat membuat aku malu. Bila diingat saat itu mungkin aku tidak memikirkan akibat apapun yang akan terjadi. Tapi semuanya sudah terlanjur terjadi padaku. “itu adalah sesuatu yang tidak pantas” Aku lirih membaca salah astu kalimat yang ada disebuah artikel yang aku baca. Benar, ini sangat memalukan, ini adalah sebuah aib besar. Aku bis
Jam menunjukan pukul 9:30 pagi, aku bangun dari tempat tidurku dengan mata yang masih berat, aku menatap layar HP yang cukup terang hingga membuatku memincingkan mata umtuk mengetik pesanan makan lewat aplikasi, semua orang rumah kebetulan pergi keluar kota untuk beberapa hari karena ada saudara jauh yang menikah. Aku tidak bercerita apapun pada orang tuaku tenatang maslah yang aku hadapi akan sangat tidak mungkin bagi mereka untuk tau, aku akan menyimpan masalah ini rapart-rapat. Aku duduk di depan jendela menunggu pengantar makanan datang, aku memeriksa Hpku yang terdapat beberapa peasan dari Mbak Nik, Cindy dan Pay. Aku mencoba menanyakan perkembangan masalah itu dikantor. Kabar baiknya Pay bilang jika seseorang yang menyebar video itu memang belum ditemukan tapi penyebaran video itu sudah berhenti. Namun kabar buruknya Mbak Nik bilang jika Pak Manager tidak melanjutkan beberapa kontrak kerja karena masalah ini. Mbak Nik bilang jika skandal ini cukup besar perhatiannya terpecah h
Beberapa hari berlalu dengan perasaan yang masih was-was namun suasana dikantor normal dan baik-baik saja, Pak Manager coba meyakinkanku jika tidak akan terjadi apapun. Dalam hatiku masih merasa jika sesuatu terasa tidak beres. Hari rabu yang mendung, gerimis membasahiku ketika aku sampai diparkiran kantor. Aku masuk lobi kantor dengan santai sambil mengusap lenganku yang terkena air hujan, tak biasanya bebarapa karyawan dari divisi yang lain seperti memperhatikanku dengan pandangan yang tidak biasa. Mereka kenapa melihatku seperti itu? Satu, dua, tiga, empat dan hampir setiap pasang mata seperti menatapku dengan pandangan yang aneh, mereka juga berbisik satu sama lain dan itu menggaguku. Aku bergegas mempercepat langkahku sampai keruang kerja divisiku. Disana aku disambut Pay dan Mbak Nik yang langsung menyeretku ke sisi ruangan, diikuti Cindy dan beberapa temanku yang lain satu divi
“Semua terjadi diluar kendaliku. Aku ingin sekali kita seperti dulu, tidak perlu terbebani perasaan satu sama lain. Aku sayang sama kamu Bagas. Aku kira aku bisa seperti itu tapi aku sendiri tidak tahu apa yang aku rasakan. Aku memikirkan orang lain” “tapi ini yang dia lakukan padamu?” Aku terdiam sesaat. Aku teringat wajah Managerku dan sekelebatan bayang-bayang kejadian yang telah terjadi diantara kami hari ini. Aku tertunduk, Bagas beranjak dari hadapanku. Kali ini genggam tanganku tak lagi bisa menahan dia pergi. Bagas benar-benar pergi, aku tidak bisa lagi menahan air mataku. Aku yang selalu menghindarinya, tapi ketika ia benar-benar pergi mengapa rasnya sangat sakit? Kekalutan merundung kepalaku. *** Aku bangkit mata berat, aku bangun terlalu pagi bahkan belum satupun anggota keluargaku yang bangun. Aku merogoh ba
Aku mencuci wajahku, menatap refleksi diriku dicermin dan entah mengapa sejenak hatiku berasa sedikit bersalah pada Bagas. Ku buka ponselku dan aku minta maaf pada Bagas dengan alasan yang tidak aku jelaskan. Aku keluar dari toilet dan disana aku melihat Pak Manager yang bersandar di bantalnya dengan tablet PC ditangannya. Beliau tersenyum saat melihatku kembali, tangan beliau melambai memintaku untuk mendekat, aku hanya menggeleng ringan dan duduk ditepi tempat tidur. Aku tidak bisa bohong ruang yang temaram itu membuatku sangat mengantuk dan tidak bisa menahan mataku untuk terpejam. Raut wajahku terbaca oleh Pak Manager dan beliau merapikan bantal disampingnya.“tidurlah Fii, saya tau kamu mengantuk, saya tidak akan melakukan apapun padamu” Beliau beranjak dari tempat tidur itu dan duduk di bench tanpa sandaran yang tidak jauh dari sisi tempat tidur, aku melihatnya mulai berbicara dengan h