Kembali lagi
Mila bangun dari tidurnya ia melangkah keluar kamar, pagi-pagi sekali ia mulai menyiapkan sarapan, membersihkan rumah, mencuci dan menata makanan di atas meja. Hari ini Mila benar-benar berhenti sekolah. Mila sedih, tapi ia harus tetap optimis, lagi pula cepat atau lambat ini memang akan terjadi.Arjuna keluar dari kamar dengan seragam yang sudah rapi, ia menyisir pelan rambutnya ke samping. Arjuna mendudukkan tubuhnya di atas kursi, mengamati Mila yang masih sibuk mencuci gelas-gelas kotor. Kemarin Nakula, Sadewa dan Yudistira mampir ke Apartemen Arjuna. Mereka datang untuk berkenalan dengan Mila. Mila begitu senang, ternyata teman-teman Arjuna menyambutnya ramah tidak memberikan provokasi dan olok-olokan terhadapnya. Arjuna bangkit dari duduknya mengambil alih gelas kotor yang ada di tangan Mila.
"Biar Aku, kamu duduk aja," ujar Arjuna. Mila mengangguk patuh, saat ini ia malas berdebat.
Semua peralatan kotor telah Arjuna c
“Haduh... Kenapa sih, si Tikus pake acara berhenti sekolah segala. gue kan jadi nggak semangat belajar.... “ Bima menjambak rambutnya frustrasi, rasanya begitu sepi hari ini. Biasanya, setiap saat Bima akan menjahili wanita itu. Membuat wajah wanita terkasih nya merah karena marah, atau kadang mencuri makanan miliknya, sehingga Bima mendapat omelan sepanjang waktu. Sekarang rasanya begitu hampa, bagai ditinggi satu catur wulan, padahal ini baru setengah hari. Di depan sana, Pak Bambang --guru Biologi tengah menerangkan materi pelajaran. Tapi otak Bima malah berkelana memikirkan sedang apa Mila? Apa dia sudah makan? Dengan siapa? Ternyata, dimabuk cinta itu sangat meresahkan, baru sekarang Bima merasakan begitu rindu, padahal ini baru setengah hari. Lalu bagaimana dengan hari-hari berikutnya, apa Bima akan kuat?“Bima Setiawan, tumben sekali kamu
Pasar Malam Seperti janjinya kemarin Arjuna membawa Mila ke kafe Blackdemon miliknya, ini pertama kalinya Mila melihat kafe yang belakangan ini sedang hits di kalangan remaja saat ini. Mila mengedarkan seluruh pandangannya, ia melihat desain interior kafe yang memang sangat khas dengan gaya anak muda. Di depan kafe terdapat panggung kecil dengan peralatan musik lengkap, mata Mila menatap lekat gitar yang tersimpan dengan raih di atas panggung sudah lama ia tidak memetik senar gitar. "Ayo duduk," ucapan Arjuna mengalihkan atensi Mila yang tadinya menatap panggung kini duduk di kursi yang Arjuna tunjuk. Aina datang dengan seragam kafe hitam bertuliskan Blackdemon dengan ukiran tinta gold dan mahkota di atasnya. Menambah kesan mewah dan elegan pada kafe itu. Arjuna pamit sebentar ketoilet meninggalkan Aina dan Mila. "Wah mimpi apa aku semalam ya, kok bisa Pak Bos datang sama Ibu Bos?" ujar Aina menyenggol pelan bahu Mila, Aina
Bahagia, mungkin definisi ini terlalu singkat menggambarkan betapa gembiranya hati Mila saat ini. Ia benar-benar tidak menyangka hubungannya dengan Arjuna akan lebih membaik dan bahkan lelaki itu sudah mulai bersikap manis kepadanya. Mila tidak peduli, apakah sikap manis ini untuk dirinya atau hanya untuk si jabang bayi, yang jelas Mila sanga bersyukur.Berjalan menuju mobil, Mila tidak melepas pandangannya dari wajah Arjuna. Sekian kalinya ia terjatuh dalam pesona wajah tenang bermata tajam itu. Ia mengelus perutnya, berharap setiap kebaikan yang ada dalam diri Arjuna tertular kepada anaknya.Arjuna yang menyadari tatapan Mila hanya tersenyum tipis, masih dengan pandangan ke depan ia mengelus puncak kepala Mila dengan tangan kanannya. Dia tidak berkata apa-apa selain mengeratkan tautan kedua tangan. Arjuna merasa tenang di sisi Mila, ia merasa seolah beban yang ia rasakan seolah sirna.Arjuna memutari mobil membukakan pintu u
Arjuna berjalan menuju kelas Saras, hari ini ia sudah mengambil keputusan. Arjuna akan memperbaiki hubunganya dengan Mila dan akan melepaskan Saras, sempat ada keraguan dalam hati Arjuna untuk melepaskan Saras, gadis yang selama ini selalu ada di saat ia membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya, gadis yang mendekapnya saat ia bersedih. Itulah alasan Arjuna memilih Saras sebagai pendamping hidupnya kelak namun takdir berkata lain, hatinya yang dulu hanya untuk Saras kini berhasil di ambil alih oleh Mila wanita yang entah kapan sudah ada di hatinya."Jun? cari Saras?" Tanya Gia teman sekelas Saras. Arjuna mengangguk singkat."Ras, Arjuna nyariin nih!"Saras menghampiri Arjuna dengan raut bahagia ia senang pria yang ia cintai datang menghampirinya."Kenapa Jun?" Saras menatap wajah tampan Arjuna mengaguminya dalam hati.Arjuna terdiam beberapa saat menatap intens wajah Saras,"Aku mau ngomong, tapi gak di sini".
Hari ini Arjuna benar-benar binggung dengan perubahan sekap Mila. Tiiba-tiba saja wanita itu marah, dia menutup pintu kamarnya sedari tadi, Arjuna kembali mengetuk pintu kamar setelah sebelumnya ia sudah beberapa kali mengetuk pintu kamar itu.Tok...Tok.."Mila kamu kenapa? Tolong buka pintunya." Arjuna menempelkan daun telinganya ke pintu ia mendengar isak tangis dari dalam sana."Hey buka pintunya, kamu mau aku dobrak pintu ini?" Arjuna bertanya dengan lembut berusaha merayau Mila agar membuka pintu. Sementara Mila ia enggan untuk bangun, ia hanya berbaring sambil terisak kecil. Ia sungguh masih sakit hati dengan pesan Arjuna kemarin."Mila sebenarnya kamu kenapa si? ayo buka pintunya! Kamu nggak kasian sama dia. Ini udah jam sepuluh pagi, kamu belum sarapan, Setidaknya kalo kamu gak mau ngomong sama Aku, kamu bangun jangan nyiksa diri,"ujar Arjuna panjang lebar, Arjuna jadi uring-uringan sendiri saat tiba-tiba saja Mila membanting pintu kamarnya kala m
GODA ISTRI ITU PAHALAPagi ini udara terasa begitu dingin, seakan dapat menembus sampai ke tulang. Seperti yang dirasakan Arjuna sekarang. Selimut tebal menutupi seluruh tubuhnya dan berpelukan erat dengan sang istri guna menghilangkan rasa tidak menyenangkan ini. Lain halnya dengan Mila. Wanita itu merasa seolah berada dalam kolam pemandian air panas. Panas, pengap dan risi. Sudah berulang kali ia mencoba lepas dari pelukan Arjuna, namun selalu ditahan dengan alasan.“Mbul, dingin. Ini juga masih belum terang,” katanya lima belas menit lalu.Mila merasa tidak sanggup lagi kalau harus seperti ini. Sekuat tenaga ia mencoba keluar dari tangan yang masih setia melingkar di lehernya itu. Namun Arjuna tetap saja tidak membiarkannya lolos.“Kak... Ayo bangun, aku nggak kuat lagi. Panas banget, aku nggak bisa napas,” regek Mila sembari mengguncang bahu Arjuna.“Tapi Mbul ini nyaman banget.”“Kak Juna
RESAHRasanya hari ini Arjuna tidak semangat datang sekolah. Setelah memarkirkan motor sport miliknya, ia berjalan tanpa semangat menuju kelas. Masih dengan wajah datar yang sama. Sapaan manis dari para gadis sepanjang koridor tidak ia hiraukan. Raganya memang di sini, namun hati dan pikirannya sedang berkelana kembali ke rumah. Arjuna merutuki semua tindakannya tadi. Seharusnya ia tidak menggoda Mila. Terlebih apa yang Mila katakan memang benar adanya. Arjuna bukan tidak mau mengaku tapi rasa bersalah itu membuat ia malu, malu hanya sekadar untuk berbicara apalagi menatap mata teduh milik istrinya.Tiba di kelas 12 MIPA 1. Arjuna duduk termenung. Bersandar di kursi lalu menatap plafon. Usia pernikahan mereka sekarang sudah masuk empat bulan lebih. Sebentar lagi tanggal pernikahan mereka akan masuk lima bulan dan si jabang bayi juga tak lama lagi segera menampakkan diri di dunia. Namun hubungan mereka masih sama. Arjuna merasa tidak ada pe
RENCANA TIGA SEKAWANBel istirahat baru saja berbunyi beberapa menit lalu. Seger saja tiga sekawan itu menarik Arjuna keluar dari kelas. Arjuna tidak banyak bicara ia hanya mengikuti apa yang sedang teman-temannya itu lakukan. Mereka tidak mengatakan apa pun saat Arjuna bertanya. Seperti biasa sapaan manis dari para gadis di Koridor membuat jiwa-jiwa playboy Nakula semakin bergerilya.“Hai, bang Nakula. Kok makin ganteng aja sih? Mau ke mana buru-buru gitu? kata salah satu siswi di Koridor.“Ei, hai juga. Biasa babang Nakula lagi ada urusan mendesak,” katanya sambil memainkan rambutnya. Sok ganteng.“Abang pergi dulu ya, nanti kita calling, calling.”Sadewa yang kesal tidak mampu lagi menahan diri. Ia mengetuk kepala Nakula dengan kepalan tanganya. Bisa-bisanya dia menggoda para gadis di saat waktu sempat ini.Nakula yang tidak terima diperlakukan begitu menatap Sadewa dengan pandangan sengit