Pagi-pagi Raquel sudah heboh di dapur membuat sarapan khusus untuk suaminya, entah ada angin apa tapi perempuan itu nampak bersemangat dan terus tersenyum. Elzar yang baru membuka mata dan mendapati istrinya tidak di sampingnya segera bangun dan mencari di mana Raquel berada. Saat melewati tangga ia mendengar suara istrinya di dapur sedang berbincang dengan salah satu art. “Sayang ngapain kamu di sini?” Tanya Elzar sambil memandangi dapur yang tampak berantakan. “Lagi buat sarapan,” jawab Raquel sambil menampilkan deretan giginya. “Astaga! Kenapa harus repot-repot ra kan ada art,” ucapan Elzar mampu membuat art yang sedang membantu Raquel merasa takut, tentu takut jika suami dari majikannya mengamuk karena membiarkan majikannya memasak. “Sudahlah kak kan aku juga mau belajar,” Raquel menarik tangan Elzar mengajaknya keluar dari dapur, Raquel terus menuntun suaminya menuju taman belakang. Saat ini mereka berdua masih di kediaman Savier, Elzar memang sudah berencana mengajak Raquel
Setelah bertemu dengan Arsenal langsung, Elzar bisa menilai seperti apa peringai laki-laki itu. Raquel nampak antusias setelah pulang dari taman hiburan dan bertemu dengan teman masa kecilnya, tentu Raquel tidak tahu jika kedua laki-laki itu terlibat perang dingin. Tapi yang membuat Raquel antusias saat pulang adalah saat mereka melewati banyak pedagang kaki lima di mana ada penjula telur gulung, cilok, cilor, sempol ayam dan masih banyak lagi sedangkan Raquel sudah berlari kesana kemari untuk membeli semuanya dengan porsi sedang yang penting cukup di makan berdua sama suami. “Rupanya hal seperti ini saja bikin kamu sebahagia ini Ra,” gumam Elzar sambil menatap istrinya yang sedang menunggu pesanan telur gulung. Elzar bersandar pada mobilnya, tatapannya terus mengawasi pergerakan istrinya yang lincah. Saat berbincang dengan Arsenal berdua ia tahu jika sudah lama laki-lakk itu mencintai Raquel tapi ia menduga jika Raquel tidak memiliki perasaan yang sama dengan Arsenal, mungkin sela
Setelah tidak pulang ke kediaman Javieto kini pasangan suami istri itu baru sampai rumah setelah semalam bermalam di hotel. Kebetulan sekali di saat Elzar dan Raquel tiba di rumah Daza dan Savier tengah berada di ruang tamu membahas masalah proyek yang sedang berjalan. “Ekhm! Habis nginap di hotel ngapain aja tuh,” Elzar yang duduk di samping Daza hanya mendengus kesal, ia tahu kakak iparnya tengah menyindirnya sedangkan Savier tampak menggelengkan kepala sambil menatap putra sulungnya yang julid. “Daza, proyek ini papa alihkan ke kamu dan lusa kamu harus berangkat ke London untuk mengurus cabang di sana,” Savier mencoba mengalihkan perhatian Daza agar tidak meledek adik iparnya. “Iya pah tenang saja semua pasti beres,” jawab Daza sambil merapikan berkas yang ada di atas meja dan menutup laptopnya. Savier memilih pamit untuk ke kamar karena setibanya dari kantor laki-laki paruh baya itu belum membersihkan diri karena mumpung Daza di rumah sekalian ia membahas proyek itu. Sekarang
Pagi ini Raquel sarapan bersama dengan wajah yang ditekuk, setelah semalam kepergok Daza saat berciuman dengan Elzar tidak henti-henti kakaknya meledeknya. Bukan karena marah di ledek tapi malu apalagi ada kedua orangtuanya, memang kakaknya kurang asem. Elzar sendiri hanya memasang wajah datar seperti tidak terjadi apa-apa dan juga tampak santai. Sedangkan kedua orang tuanya hanya menahan senyum karena si bungsu mereka tengah malu dan wajahnya memerah karena ledekan kakaknya, sebenarnya Savier maupun Reima tidak mempermasalahkan Raquel berciuman toh itu memang suaminya halal saja bukan, tapi memang dasar si sulung saja yang kurang sopan masuk kamar pasutri tanpa ketuk pintu. Akhirnya setelah sarapan selesai Raquel memilih ikut suaminya ke kantor, ia bosan jika di rumah apalagi hari ini tidak ada kuliah. Sedangkan Daza ia harus mempersiapkan keberangkatannya ke London bahkan ia harus menyelesaikan beberapa pekerja yang ada di kantor sebelum di tinggal karena ia di London kisaran dua m
Rupanya Raquel masih menyangka jika suaminya membela bibit cabe itu, dan lucunya sekarang Raquel marah pada suaminya tapi di mata Elzar bukan Raquel yang menyeramkan melainkan imut dan menggemaskan. Elzar membujuk istrinya dengan menawarkan beberapa barang mewah atau mobil sport yang bagus tapi Raquel tidak mau. Hingga akhirnya Elzar teringat jika istrinya suka jajan pedagang kaki lima, ia akhirnya mengajak Raquel ke pasar malam terdekat. Raquel yang tadinya hampir meledak kan emosinya tidak jadi karena di ajak ke pasar malam, ia sudah membayangkannya berburu makanan di sana. “Janjiya nanti malam ke pasar malam,” ucap Raquel dengan wajah sedikit cemberut. “Iya janji, tapi jangan marah sayang mas tidak membela sekretaris mas dan sayang serta cintanya mas itu buat kamu,” astaga Raquel mendengar itu seketika merona pipinya dan tersenyum tipis menatap suaminya yang sejak tadi membujuknya. Akhirnya Raquel menemani suaminya kerja hingga selesai serta ia belajar sedikit demi sedikit tenta
Dua bulan berlalu… Tidak ada kerusuhan dalam rumah tangga Raquel yang serius hanya pertengkaran kecil yang terjadi. Selama dua bulan ini Arsenal juga tidak bertindak lebih selain bertemu Raquel sebentar untuk mengobrol itupun Raquel diizinkan suaminya asal ikut. Walaupun begitu Elzar tidak pernah lengah memperketat penjagaan istrinya, saat ini Elzar dan Raquel berada di rumah sakit setelah semalaman istrinya muntah-muntah dan mendadak lemas serta pusing, hal seperti ini sudah membuat Elzar kalang kabut takut istrinya keracunan. Tapi saat dokter umum memeriksa justru mereka diarahkan ke dokter Obgyn, pikiran Elzar sudah semakin khawatir sedangkan Raquel hanya terdiam karena badannya terasa lemas dan saat mencium bau yang menyengat akan kembali mual. “Sayang, perut kamu udah baikan belum?” Tanya Elzar sambil mengelus rambut istrinya yang tengah bersandar di pundaknya. “Gak sakit mas hanya mual dan pokoknya semua bau,” jawab Raquel, perempuan itu hanya bersuara lirih seolah tenaganya
Malam hari ini di kediaman Elzar dan Raquel tengah ramai karena para orang tua datang untuk memberikan selamat atas kehamilan Raquel bahkan Daza dan Edgar membawakan hadiah untuk Raquel. Mereka tengah makan malam bersama, tampak harmonis dan bahagia mereka sesekali bergurau sesekali terdengar gelak tawa dari meja makan. “Ra kamu harus banyak makan sayur, buah dan daging yah biar janinnya sehat,” ucap Reima, mamanya. “Iya nak dan jangan lupa minum susu bumilnya jangan telat,” sambung Eva, mama mertua Raquel. Raquel mengangguk sebagai jawaban bahkan senyumnya lebar sehingga Elzar yang ada di sampingnya merasa lega, ia berfikir Raquel memang sudah siap menjadi orang tua. Selesai makan malam bersama mereka semua berpindah ke ruang tamu dan melanjutkan mengobrol hingga larut malam. Mereka semua menginap di rumah Elzar, ketika para perempuan Elzar, Daza, Edgar, Savier dan Adskhan berpindah ke ruang kerja milik Elzar ada hal yang mereka bahas. Tidak ada riak emosi di wajah Elzar tapi tat
Sore ini Raquel duduk termenung di taman belakang, ia masih tidak menyangka jika semalam suaminya memberitahu tentang Arsenal jujur ia kesal dan marah. Jika bertemu Arsenal ingin ia tonjok dan jambak hingga botak, jadi selama ini hanya wajah palsu sok baik yang ia tunjukkan padanya. Raquel menjadi ilfil pada Arsenal bahkan beberapa pesan masuk dari laki-laki itu ia biarkan dan enggan untuk membalas. Andaikan sejak awal ia tahu siapa sebenarnya Arsenal maka ia tidak akan menemuinya atau sekedar mengobrol bareng dan Darrel juga bekerja sama dengan Arsenal, sungguh fakta yang cukup membuatnya terkejut serta tidak bisa berkata-kata. “Kenapa ngelamun di sini?” Itu suara Daza yang duduk di samping adiknya. “Gak ngelamun kok cuman ya mau nikmati senja aja,” Daza tersenyum mendengar sahutan adik perempuannya, ia tahu jika Raquel berbohong. Daza dan Raquel terdiam mereka memandang langit yang tampak indah karena di hiasi mega yang memiliki warna begitu menawan ungu kemerahan. Raquel tampak
Sekarang Raquel sudah berada di sebuah restoran dan masuk ke ruang VIP di mana ia memiliki janji temu dengan Arsenal. Kali ini Raquel akan membuat laki-laki yang sudah menjadi teman masa kecilnya mengerti bahwa tidak semua dipaksakan sesuai keinginannya. Raquel sungguh ceroboh ia tidak mempertimbangkan semuanya, apa ia tidak takut jika Arsenal nekat dan menyakiti janinnya atau malah dirinya sendiri yang celaka. Saat masuk ke dalam ruangan VIP rupanya Arsenal sudah lebih dulu datang, laki-laki itu duduk dengan wajah santai bahkan bisa Raquel lihat justru ada senyum lebar menghiasi bibirnya. “Dasar munafik,” gumam Raquel pelan. Langkahnya mantap menuju meja yang sudah tersedia berbagai hidangan lezat, bukan menggugah selera tapi justru membuat Raquel mual. “Kamu sendiri aja Ra?” Tanya Arsenal yang menyongsong Raquel dan menarikkan kursi untuk perempuan itu, harusnya Raquel tersipu tapi justru semakin muak. “Ada yang perlu aku bicarakan,” senyum di wajah Arsenal memudar, nada bicara R
Sore ini Raquel duduk termenung di taman belakang, ia masih tidak menyangka jika semalam suaminya memberitahu tentang Arsenal jujur ia kesal dan marah. Jika bertemu Arsenal ingin ia tonjok dan jambak hingga botak, jadi selama ini hanya wajah palsu sok baik yang ia tunjukkan padanya. Raquel menjadi ilfil pada Arsenal bahkan beberapa pesan masuk dari laki-laki itu ia biarkan dan enggan untuk membalas. Andaikan sejak awal ia tahu siapa sebenarnya Arsenal maka ia tidak akan menemuinya atau sekedar mengobrol bareng dan Darrel juga bekerja sama dengan Arsenal, sungguh fakta yang cukup membuatnya terkejut serta tidak bisa berkata-kata. “Kenapa ngelamun di sini?” Itu suara Daza yang duduk di samping adiknya. “Gak ngelamun kok cuman ya mau nikmati senja aja,” Daza tersenyum mendengar sahutan adik perempuannya, ia tahu jika Raquel berbohong. Daza dan Raquel terdiam mereka memandang langit yang tampak indah karena di hiasi mega yang memiliki warna begitu menawan ungu kemerahan. Raquel tampak
Malam hari ini di kediaman Elzar dan Raquel tengah ramai karena para orang tua datang untuk memberikan selamat atas kehamilan Raquel bahkan Daza dan Edgar membawakan hadiah untuk Raquel. Mereka tengah makan malam bersama, tampak harmonis dan bahagia mereka sesekali bergurau sesekali terdengar gelak tawa dari meja makan. “Ra kamu harus banyak makan sayur, buah dan daging yah biar janinnya sehat,” ucap Reima, mamanya. “Iya nak dan jangan lupa minum susu bumilnya jangan telat,” sambung Eva, mama mertua Raquel. Raquel mengangguk sebagai jawaban bahkan senyumnya lebar sehingga Elzar yang ada di sampingnya merasa lega, ia berfikir Raquel memang sudah siap menjadi orang tua. Selesai makan malam bersama mereka semua berpindah ke ruang tamu dan melanjutkan mengobrol hingga larut malam. Mereka semua menginap di rumah Elzar, ketika para perempuan Elzar, Daza, Edgar, Savier dan Adskhan berpindah ke ruang kerja milik Elzar ada hal yang mereka bahas. Tidak ada riak emosi di wajah Elzar tapi tat
Dua bulan berlalu… Tidak ada kerusuhan dalam rumah tangga Raquel yang serius hanya pertengkaran kecil yang terjadi. Selama dua bulan ini Arsenal juga tidak bertindak lebih selain bertemu Raquel sebentar untuk mengobrol itupun Raquel diizinkan suaminya asal ikut. Walaupun begitu Elzar tidak pernah lengah memperketat penjagaan istrinya, saat ini Elzar dan Raquel berada di rumah sakit setelah semalaman istrinya muntah-muntah dan mendadak lemas serta pusing, hal seperti ini sudah membuat Elzar kalang kabut takut istrinya keracunan. Tapi saat dokter umum memeriksa justru mereka diarahkan ke dokter Obgyn, pikiran Elzar sudah semakin khawatir sedangkan Raquel hanya terdiam karena badannya terasa lemas dan saat mencium bau yang menyengat akan kembali mual. “Sayang, perut kamu udah baikan belum?” Tanya Elzar sambil mengelus rambut istrinya yang tengah bersandar di pundaknya. “Gak sakit mas hanya mual dan pokoknya semua bau,” jawab Raquel, perempuan itu hanya bersuara lirih seolah tenaganya
Rupanya Raquel masih menyangka jika suaminya membela bibit cabe itu, dan lucunya sekarang Raquel marah pada suaminya tapi di mata Elzar bukan Raquel yang menyeramkan melainkan imut dan menggemaskan. Elzar membujuk istrinya dengan menawarkan beberapa barang mewah atau mobil sport yang bagus tapi Raquel tidak mau. Hingga akhirnya Elzar teringat jika istrinya suka jajan pedagang kaki lima, ia akhirnya mengajak Raquel ke pasar malam terdekat. Raquel yang tadinya hampir meledak kan emosinya tidak jadi karena di ajak ke pasar malam, ia sudah membayangkannya berburu makanan di sana. “Janjiya nanti malam ke pasar malam,” ucap Raquel dengan wajah sedikit cemberut. “Iya janji, tapi jangan marah sayang mas tidak membela sekretaris mas dan sayang serta cintanya mas itu buat kamu,” astaga Raquel mendengar itu seketika merona pipinya dan tersenyum tipis menatap suaminya yang sejak tadi membujuknya. Akhirnya Raquel menemani suaminya kerja hingga selesai serta ia belajar sedikit demi sedikit tenta
Pagi ini Raquel sarapan bersama dengan wajah yang ditekuk, setelah semalam kepergok Daza saat berciuman dengan Elzar tidak henti-henti kakaknya meledeknya. Bukan karena marah di ledek tapi malu apalagi ada kedua orangtuanya, memang kakaknya kurang asem. Elzar sendiri hanya memasang wajah datar seperti tidak terjadi apa-apa dan juga tampak santai. Sedangkan kedua orang tuanya hanya menahan senyum karena si bungsu mereka tengah malu dan wajahnya memerah karena ledekan kakaknya, sebenarnya Savier maupun Reima tidak mempermasalahkan Raquel berciuman toh itu memang suaminya halal saja bukan, tapi memang dasar si sulung saja yang kurang sopan masuk kamar pasutri tanpa ketuk pintu. Akhirnya setelah sarapan selesai Raquel memilih ikut suaminya ke kantor, ia bosan jika di rumah apalagi hari ini tidak ada kuliah. Sedangkan Daza ia harus mempersiapkan keberangkatannya ke London bahkan ia harus menyelesaikan beberapa pekerja yang ada di kantor sebelum di tinggal karena ia di London kisaran dua m
Setelah tidak pulang ke kediaman Javieto kini pasangan suami istri itu baru sampai rumah setelah semalam bermalam di hotel. Kebetulan sekali di saat Elzar dan Raquel tiba di rumah Daza dan Savier tengah berada di ruang tamu membahas masalah proyek yang sedang berjalan. “Ekhm! Habis nginap di hotel ngapain aja tuh,” Elzar yang duduk di samping Daza hanya mendengus kesal, ia tahu kakak iparnya tengah menyindirnya sedangkan Savier tampak menggelengkan kepala sambil menatap putra sulungnya yang julid. “Daza, proyek ini papa alihkan ke kamu dan lusa kamu harus berangkat ke London untuk mengurus cabang di sana,” Savier mencoba mengalihkan perhatian Daza agar tidak meledek adik iparnya. “Iya pah tenang saja semua pasti beres,” jawab Daza sambil merapikan berkas yang ada di atas meja dan menutup laptopnya. Savier memilih pamit untuk ke kamar karena setibanya dari kantor laki-laki paruh baya itu belum membersihkan diri karena mumpung Daza di rumah sekalian ia membahas proyek itu. Sekarang
Setelah bertemu dengan Arsenal langsung, Elzar bisa menilai seperti apa peringai laki-laki itu. Raquel nampak antusias setelah pulang dari taman hiburan dan bertemu dengan teman masa kecilnya, tentu Raquel tidak tahu jika kedua laki-laki itu terlibat perang dingin. Tapi yang membuat Raquel antusias saat pulang adalah saat mereka melewati banyak pedagang kaki lima di mana ada penjula telur gulung, cilok, cilor, sempol ayam dan masih banyak lagi sedangkan Raquel sudah berlari kesana kemari untuk membeli semuanya dengan porsi sedang yang penting cukup di makan berdua sama suami. “Rupanya hal seperti ini saja bikin kamu sebahagia ini Ra,” gumam Elzar sambil menatap istrinya yang sedang menunggu pesanan telur gulung. Elzar bersandar pada mobilnya, tatapannya terus mengawasi pergerakan istrinya yang lincah. Saat berbincang dengan Arsenal berdua ia tahu jika sudah lama laki-lakk itu mencintai Raquel tapi ia menduga jika Raquel tidak memiliki perasaan yang sama dengan Arsenal, mungkin sela
Pagi-pagi Raquel sudah heboh di dapur membuat sarapan khusus untuk suaminya, entah ada angin apa tapi perempuan itu nampak bersemangat dan terus tersenyum. Elzar yang baru membuka mata dan mendapati istrinya tidak di sampingnya segera bangun dan mencari di mana Raquel berada. Saat melewati tangga ia mendengar suara istrinya di dapur sedang berbincang dengan salah satu art. “Sayang ngapain kamu di sini?” Tanya Elzar sambil memandangi dapur yang tampak berantakan. “Lagi buat sarapan,” jawab Raquel sambil menampilkan deretan giginya. “Astaga! Kenapa harus repot-repot ra kan ada art,” ucapan Elzar mampu membuat art yang sedang membantu Raquel merasa takut, tentu takut jika suami dari majikannya mengamuk karena membiarkan majikannya memasak. “Sudahlah kak kan aku juga mau belajar,” Raquel menarik tangan Elzar mengajaknya keluar dari dapur, Raquel terus menuntun suaminya menuju taman belakang. Saat ini mereka berdua masih di kediaman Savier, Elzar memang sudah berencana mengajak Raquel