Pagi ini Raquel sarapan bersama dengan wajah yang ditekuk, setelah semalam kepergok Daza saat berciuman dengan Elzar tidak henti-henti kakaknya meledeknya. Bukan karena marah di ledek tapi malu apalagi ada kedua orangtuanya, memang kakaknya kurang asem. Elzar sendiri hanya memasang wajah datar seperti tidak terjadi apa-apa dan juga tampak santai. Sedangkan kedua orang tuanya hanya menahan senyum karena si bungsu mereka tengah malu dan wajahnya memerah karena ledekan kakaknya, sebenarnya Savier maupun Reima tidak mempermasalahkan Raquel berciuman toh itu memang suaminya halal saja bukan, tapi memang dasar si sulung saja yang kurang sopan masuk kamar pasutri tanpa ketuk pintu. Akhirnya setelah sarapan selesai Raquel memilih ikut suaminya ke kantor, ia bosan jika di rumah apalagi hari ini tidak ada kuliah. Sedangkan Daza ia harus mempersiapkan keberangkatannya ke London bahkan ia harus menyelesaikan beberapa pekerja yang ada di kantor sebelum di tinggal karena ia di London kisaran dua m
Rupanya Raquel masih menyangka jika suaminya membela bibit cabe itu, dan lucunya sekarang Raquel marah pada suaminya tapi di mata Elzar bukan Raquel yang menyeramkan melainkan imut dan menggemaskan. Elzar membujuk istrinya dengan menawarkan beberapa barang mewah atau mobil sport yang bagus tapi Raquel tidak mau. Hingga akhirnya Elzar teringat jika istrinya suka jajan pedagang kaki lima, ia akhirnya mengajak Raquel ke pasar malam terdekat. Raquel yang tadinya hampir meledak kan emosinya tidak jadi karena di ajak ke pasar malam, ia sudah membayangkannya berburu makanan di sana. “Janjiya nanti malam ke pasar malam,” ucap Raquel dengan wajah sedikit cemberut. “Iya janji, tapi jangan marah sayang mas tidak membela sekretaris mas dan sayang serta cintanya mas itu buat kamu,” astaga Raquel mendengar itu seketika merona pipinya dan tersenyum tipis menatap suaminya yang sejak tadi membujuknya. Akhirnya Raquel menemani suaminya kerja hingga selesai serta ia belajar sedikit demi sedikit tenta
Dua bulan berlalu… Tidak ada kerusuhan dalam rumah tangga Raquel yang serius hanya pertengkaran kecil yang terjadi. Selama dua bulan ini Arsenal juga tidak bertindak lebih selain bertemu Raquel sebentar untuk mengobrol itupun Raquel diizinkan suaminya asal ikut. Walaupun begitu Elzar tidak pernah lengah memperketat penjagaan istrinya, saat ini Elzar dan Raquel berada di rumah sakit setelah semalaman istrinya muntah-muntah dan mendadak lemas serta pusing, hal seperti ini sudah membuat Elzar kalang kabut takut istrinya keracunan. Tapi saat dokter umum memeriksa justru mereka diarahkan ke dokter Obgyn, pikiran Elzar sudah semakin khawatir sedangkan Raquel hanya terdiam karena badannya terasa lemas dan saat mencium bau yang menyengat akan kembali mual. “Sayang, perut kamu udah baikan belum?” Tanya Elzar sambil mengelus rambut istrinya yang tengah bersandar di pundaknya. “Gak sakit mas hanya mual dan pokoknya semua bau,” jawab Raquel, perempuan itu hanya bersuara lirih seolah tenaganya
Malam hari ini di kediaman Elzar dan Raquel tengah ramai karena para orang tua datang untuk memberikan selamat atas kehamilan Raquel bahkan Daza dan Edgar membawakan hadiah untuk Raquel. Mereka tengah makan malam bersama, tampak harmonis dan bahagia mereka sesekali bergurau sesekali terdengar gelak tawa dari meja makan. “Ra kamu harus banyak makan sayur, buah dan daging yah biar janinnya sehat,” ucap Reima, mamanya. “Iya nak dan jangan lupa minum susu bumilnya jangan telat,” sambung Eva, mama mertua Raquel. Raquel mengangguk sebagai jawaban bahkan senyumnya lebar sehingga Elzar yang ada di sampingnya merasa lega, ia berfikir Raquel memang sudah siap menjadi orang tua. Selesai makan malam bersama mereka semua berpindah ke ruang tamu dan melanjutkan mengobrol hingga larut malam. Mereka semua menginap di rumah Elzar, ketika para perempuan Elzar, Daza, Edgar, Savier dan Adskhan berpindah ke ruang kerja milik Elzar ada hal yang mereka bahas. Tidak ada riak emosi di wajah Elzar tapi tat
Sore ini Raquel duduk termenung di taman belakang, ia masih tidak menyangka jika semalam suaminya memberitahu tentang Arsenal jujur ia kesal dan marah. Jika bertemu Arsenal ingin ia tonjok dan jambak hingga botak, jadi selama ini hanya wajah palsu sok baik yang ia tunjukkan padanya. Raquel menjadi ilfil pada Arsenal bahkan beberapa pesan masuk dari laki-laki itu ia biarkan dan enggan untuk membalas. Andaikan sejak awal ia tahu siapa sebenarnya Arsenal maka ia tidak akan menemuinya atau sekedar mengobrol bareng dan Darrel juga bekerja sama dengan Arsenal, sungguh fakta yang cukup membuatnya terkejut serta tidak bisa berkata-kata. “Kenapa ngelamun di sini?” Itu suara Daza yang duduk di samping adiknya. “Gak ngelamun kok cuman ya mau nikmati senja aja,” Daza tersenyum mendengar sahutan adik perempuannya, ia tahu jika Raquel berbohong. Daza dan Raquel terdiam mereka memandang langit yang tampak indah karena di hiasi mega yang memiliki warna begitu menawan ungu kemerahan. Raquel tampak
Sekarang Raquel sudah berada di sebuah restoran dan masuk ke ruang VIP di mana ia memiliki janji temu dengan Arsenal. Kali ini Raquel akan membuat laki-laki yang sudah menjadi teman masa kecilnya mengerti bahwa tidak semua dipaksakan sesuai keinginannya. Raquel sungguh ceroboh ia tidak mempertimbangkan semuanya, apa ia tidak takut jika Arsenal nekat dan menyakiti janinnya atau malah dirinya sendiri yang celaka. Saat masuk ke dalam ruangan VIP rupanya Arsenal sudah lebih dulu datang, laki-laki itu duduk dengan wajah santai bahkan bisa Raquel lihat justru ada senyum lebar menghiasi bibirnya. “Dasar munafik,” gumam Raquel pelan. Langkahnya mantap menuju meja yang sudah tersedia berbagai hidangan lezat, bukan menggugah selera tapi justru membuat Raquel mual. “Kamu sendiri aja Ra?” Tanya Arsenal yang menyongsong Raquel dan menarikkan kursi untuk perempuan itu, harusnya Raquel tersipu tapi justru semakin muak. “Ada yang perlu aku bicarakan,” senyum di wajah Arsenal memudar, nada bicara R
Pagi menyapa, Raquel terbangun dengan tangan dan kaki terikat ia bisa melihat jika matahari baru saja terbit karena jendela ruangan itu terbuka sedikit. Ia disekap bukan di tempat kumuh dan kotor melainkan di sebuah kamar yang tampak mewah bahkan interior bernilai fantastis. Raquel berusaha melepaskan ikatan tangannya tapi tidak bisa, ia melihat sebuah guci kecil di dekatnya meskipun nilainya mahal ia tidak peduli dan Raquel memecahkan guci itu lali pecahan yang tampak tajam ia raih lalu berusaha melepaskan ikatan tangannya menggunakan itu. Ikatan itu terlepas lalu ia melepaskan ikatan kaki dan setelah itu dengan langkah pelan ia mendekat ke arah pintu, tidak ada suara dari luar dan ketika menarik knop pintu rupanya terkunci. Ia mendekat ke arah jendela dan bisa ditebak jika kamar yang ia tempati ada di lantai tiga, hal itu tidak memungkinkan untuknya melompat atau turun menggunakan tali karena kondisinya hamil muda. “Astaga! Bagaimana ini aku harus keluar dari sini,” gumam Raquel y
Setelah kemarin ia berhasil membawa Darrel ke markas tapi semua seolah sia-sia sampai saat ini laki-laki itu terus mengatakan bahwa ia tidak tahu di mana Arsenal berada. Sebenarnya Darrel juga terkejut saat mendengar Raquel dibawa oleh Arsenal tapi bagaimana mungkin Elzar lalai dalam hal itu bahkan saat ia mencoba menculik Raquel saja baru beberapa jam sudah tertangkap sekarang kenaoa mereka begitu susah apa kakaknya memasang sebuah jebakan agar mereka terkecoh atau memang sengaja membawa Raquel ke tempat terpencil. “Sial bajingan itu rupanya berusaha mengelabui kita Daz!” Amarah Elzar sudah tidak bisa dibendung, tatapan mata laki-laki seperti belati yang menusuk bahkan auranya begitu menyeramkan Darrel yang ada di hadapannya bergidik ngeri. “Titik lokasi ini tidak akurat sebaiknya kita gunakan cara lain,” Daza mencoba menenangkan Elzar agar bisa berpikir jernih tapi ia sendiri kalut dan tidak bisa memberikan solusi yang tepat. “Kita ke sebuah desa terpencil di pinggir kota, siapka
Malam ini sungguh Elzar merasa bahagia, selain karena mendapatkan haknya juga karena merasa lega karena Daza sebagai kakak iparnya telah mengirim seorang sniper handal untuk mengawasi Raquel dari jarak jauh. Sungguh awalnya ia merasa pusing dengan masalah yang ada apalagi nyawa istri dan calon anaknya terancam tapi siapa sangka tadi Daza menghubunginya dan mengatakan bahwa ia juga tahu apa yang tengah Elzar pikirkan. Bukan tidak mau bercerita pada papa mertua ataupun kakak iparnya tapi Elzar sadar jika Raquel bukan lagi tanggung jawab mereka melainkan sudah berpindah pada dirinya sepenuhnya. “Mas gak tidur?” Suara itu serak dengan mata terpejam dan tubuh yang hanya berbalut selimut. “Sebentar lagi sayang, kamu lanjut tidur ya mas ada sedikit kerjaan.” Jawab Elzar dengan sebelah tangan yang mengelus kepala istrinya sedangkan sebelah lagi ia gunakan untuk mengetik pesan. Ia kira harus berpuasa sampai anak mereka lahir apalagi tadi pagi sempat merasakan kram. Nyatanya kata dokter tida
Raquel hari ini ingin bersantai di rumah, tapi saat mama dan mertuanya sibuk di dapur ponselnya berdering. Disana tertera nama salah satu teman akrabnya ketika di kampus, tanpa pikir panjang ia mengangkat panggilan itu tapi seketika sambungan terputus. Raquel mengernyitkan keningnya heran, lalu ia menerima pesan di sana rupanya temannya yang tadi menelepon mengajaknya bertemu di cafe tidak jauh dari rumahnya. “Gpp lah keluar sebentar,” gumam Raquel sambil berjalan ke dapur untuk pamit ke mama dan mertuanya, tidak lupa mengirim pesan pada suaminya. Raquel berjalan menuju garasi tapi entah kebetulan atau apa sopir yang biasanya mengantar jemput tidak masuk karena istrinya sakit, jadilah Raquel memesan taxi online tanpa sepengetahuan suaminya. Taxi itu melaju ke tempat di mana Raquel janjian dengan temannya. Tapi ditengah perjalanan ketika di pertigaan yang seharusnya berbelok justru taxi itu lurus dan melaju semakin kencang. Raquel mulai curiga, tapi bersikap tenang daj tidak panik.
Malam ini sungguh Elzar merasa bahagia, selain karena mendapatkan haknya juga karena merasa lega karena Daza sebagai kakak iparnya telah mengirim seorang sniper handal untuk mengawasi Raquel dari jarak jauh. Sungguh awalnya ia merasa pusing dengan masalah yang ada apalagi nyawa istri dan calon anaknya terancam tapi siapa sangka tadi Daza menghubunginya dan mengatakan bahwa ia juga tahu apa yang tengah Elzar pikirkan. Bukan tidak mau bercerita pada papa mertua ataupun kakak iparnya tapi Elzar sadar jika Raquel bukan lagi tanggung jawab mereka melainkan sudah berpindah pada dirinya sepenuhnya. “Mas gak tidur?” Suara itu serak dengan mata terpejam dan tubuh yang hanya berbalut selimut. “Sebentar lagi sayang, kamu lanjut tidur ya mas ada sedikit kerjaan.” Jawab Elzar dengan sebelah tangan yang mengelus kepala istrinya sedangkan sebelah lagi ia gunakan untuk mengetik pesan. Ia kira harus berpuasa sampai anak mereka lahir apalagi tadi pagi sempat merasakan kram. Nyatanya kata dokter tida
Elzar terdiam cukup lama, ia sedang memikirkan semua ucapan Arsenal. Jika kalian bertanya apakah Elzar percaya begitu saja jawabannya tidak, ia masih harus menyelidiki kebenarannya. Meira melakukan kejahatan karena tekanan dari pamannya, Vitto tapi apakah benar jika hatinya baik atau semua yang Arsenal sampaikan tadi hanyalah trik agar dirinya goyah. Sekarang tujuan Elzar adalah papanya, Adskhan ia harus memberitahu papanya perihal Arsenal yang tiba-tiba mengajaknya bicara berdua bahkan memberikan sebuah rekaman suara dan itu suara Barra yang tak lain papanya Arsenal sendiri dengan Vitto pamannya Meira. “Jika Vitto masih saja mengusik keluarganya gue, bakalan gue pastikan dia mati di tangan gue!” gumam Elzar yang menggenggam erat setirnya.Mobil elzar melaju dengan kecepatan tinggi menuju mansionnya sendiri, ia harus mengantarkan obat istrinya dan segera menemui papanya. Adskhan sendiri merasa tidak beres dengan putranya yang tiba-tiba menelepon segera membatalkan meeting dan memilih
Malam ini Elzar tidak bisa tidur, sungguh ia merasa cemas dan khawatir. Duduk di samping istrinya yang tidur tapi ia sendiri sejak tadi tidak bisa tidur. Informasi dari papanya kali ini membuatnya tidak tenang. Jika itu tentang Arsenal dan Meira ia masih bisa tenang tapi ini Barra dan Vitto, astaga bagaimana jika mereka memiliki rencana yang kelewat licik dari Arsenal. Ia memandangi istrinya yang tidur, wajah itu cantik dan begitu memikat pantas saja Arsenal gagal move on karena daya tariknya luar biasa memang istrinya itu. “Semoga semua baik-baik saja ya sayang,” ia kecup lama kening istrinya. Baru kali ini ia merasa gelisah sampai tidak bisa tidur. Ingatannya kembali pada siang hari di mana ia memergoki istrinya tengah bersama Arsenal lebih tepatnya Raquel jatuh dan yang menahan tubuh istrinya agar tidak jatuh ke tanah adalah Arsenal. Siang tadi ia memang memukul wajah Arsenal sampai babak belur, tapi Elzar juga.melihat sorot mata Arsenal tidak seperti biasanya. Awalnya ia hanya m
Raquel merasa bosan jika hanya di dalam ruangan Elzar, dengan perut buncitnya ia berjalan-jalan di sekitar kantor sekalian membeli cireng langgananya. Entah kenapa sejak hamil Raquel menyukai jajanan pinggir jalan seperti telur gulung, cireng dan kawan-kawan. Elzar sudah berulang kali melarang untuk tidak mengkonsumsi itu tapi mau bagaimana lagi rasa ingin itu lebih dominan dan kata mama Reima itulah ngidam. Setelah puas membeli jajan Raquel ingin kembali ke kantor suaminya tapi saat sampai halaman ia bertemu dengan Arsenal. “Mau apa lo?” Raquel mundur selangkah, dengan tatapan penuh was-was siapa yang tidak takut jika laki-laki di hadapannya pernah menculiknya bahkan ingin menikahinya secara paksa. “Gue perlu bicara empat mata sama kamu Ra, ini bukan tentang perasaanku lagi tapi tentang keselamatan Elzar, kamu serta bayi dalam kandunganmu,” Arsenal tetap berusaha membujuk tapi lagi-lagi Raquel justru melangkah mundur. “Pergi!” Karena panik Raquel tidak memperhatikan langkahnya dan
Malam ini Arsenal kembali membuat janji dengan Meira. Sengaja Meira mengajak bertemu di sebuah hotel agar pamannya percaya bahwa ia menerima tawaran Arsen dan sebagai imbalan ia bersedia menjadi teman ranjang. Di hadapan pamannya, Meira harus menggunakan topeng sebagai perempuan nakal untuk bertahan hidup sejak kedua orang tuanya meninggal karena jika ia menjadi anak baik maka pamannya akan menyiksanya dan tak tanggung-tanggung kadang mencambuk hingga pinggangnya luka. Arsenal yang sudah sampai di lobby hotel segera menuju kamar yang sudah ia pesan dan Meira sudah tiba sejak tiga puluh menit lalu. Ada rasa ragu untuk mengatakan kejujuran hatinya pada Meira takut jika benar perempuan itu ingin memanfaatkan juga. Tapi semalam ia mendengar rekaman suara dari alat penyadap yang sengaja ia selipkan di tas milik Meira, Arsenal sengaja melakukan itu untuk mengetahui apa tujuan Meira sebenarnya tapi, justru rekaman itu menunjukkan sisi lain dari Meira mulai dari suara pamannya yang membentak
Hari ini jadwal cek up Raquel ke dokter kandungan tapi karena di rumah sakit antre ia memilih ke klinik saja. Raquel dan Elzar ke kantor tidak menggunakan sopir, selama Raquel mengikuti kelas online ia jadi selalu ikut Elzar ke kantor dan meeting entah ini Raquel yang selalu ingin dekat suaminya atau murni bawaan bayi tapi Elzar menyukai Raquel yang seperti ini apalagi jika sepenuhnya bergantung padanya ia akan sangat senang dan bahagia karena merasa ia menjadi laki-laki yang sangat dibutuhkan istrinya. Sejak kejadian dimana mantan sekretaris Elzar datang ke kantor dan mencoba merayu Elzar itu sampai sekarang tidak ada lagi modelan wanita seperti itu, bahkan pakaian karyawan kantor tidak ada yang ketat atau pendek. Semua sesuai standar dan harus sopan, siapa sangka ganasnya Raquel saat memberi pelajaran mantan sekretaris Elzar itu menjadi sorotan karyawan dan mereka takut jika mencari gara-gara dengan istri bos mereka.“Sayang nanti kalau habis ke klinik kita mampir makan di ayam gor
Di sebuah caffe shop seorang perempuan dengan penampilan modis dan seksi, ia seperti tengaj banyak pikiran sorot mata cantik itu jelas menggamabarkan beban pikiran yangs sedang di pikul. Ia baru saja kembali tiga hari lalu dari Amerika dan sekarang mendapatkan tugas serta tekanan yang membuatnya sangat muak. Pelan ia menyesap kopi hitam yang ia pesan, perempuan itu memejamkan mata sejenak menikmati kopi pahit yang membasahi tenggorokannya. “Gila! Gue udah lupa sama Elzar dan sekarang harus pura-pura masih ada rasa,” gumannya pelan tapi tersirat nada kesal.Dia sudah menolak permintaan gila pamannya tapi ancaman itu adalah kelemahannya dan kemarin ia benar-benar datang ke acara tujuh bulanan, sungguh ia tidak ada rasa apapun pada Elzar. Ia sendiri juga sudah dekat dengan laki-laki bule yang selama ini menemani suka dukanya belajar di Amerika tapi paman dan bibi menolak dengan alasan keluarga mereka tidak setara. Tidak lama perempuam itu tersadar dari lamunannya karena ada seseorang ya