“Kakek Nenek?” Prisha hendak turun dari tempat tidurnya begitu melihat Kakek Zed dan Nenek Diana memasuki ruangan. Ia ingin menyalami sepasang orang tua itu. “Jangan bergerak, Sha. Tetaplah di tempatmu. Biar kami yang mendatangimu, Nak.” Nenek Diana berkata ramah. Lantas nenek itu dan suaminya menghampiri Prisha.Gegas Prisha menyambut uluran tangan Kakek Zed dan Nenek Diana, lalu menyentuhkan dahinya ke tangan mereka sebagai tanda sopan santun dan penghormatan.Ia cukup terkejut dan senang dikunjungi Kakek Zed dan Nenek Diana. Hanya dua lansia itu yang menyambutnya ramah dan tulus di Keluarga Devandra. Prisha juga mengingat kisah Nenek Diana mengenai persahabatan almarhum kakeknya—Egon Braun—dengan Keluarga Devandra di masa lalu. Kehangatan memenuhi dada Prisha saat Nenek Diana mengusap puncak kepalanya. Terlihat pancaran kasih sayang di mata tua itu. Prisha jadi teringat neneknya. Kenangan tersebut membuat matanya berembun.Iyam dan Semi buru-buru mendekatkan sepasang kursi agar
“Yang menjadi sumber kekhawatiranku, tindakanmu menimbulkan kepanikan seluruh keluarga dan kerabat kami. Wajar jika mereka mencemaskan Healthy Light bangkrut, apalagi sebelumnya aku telah menebar rumor bahwa perusahaan sedang krisis. Keputusanmu menjadi monster bagi putra dan kerabatku serta orang-orang yang mengais rezeki di Healthy Light. Akibatnya, kekhawatiranku terbukti. Kamu dan Gavin dalam bahaya.”“Justru demi menghindari itu, saya meminta Gavin untuk mundur. Kami sudah berencana membangun usaha sendiri,” ungkap Prisha, polos.Ada jejak terluka di permukaan mata keruh Kakek Zed.“Aku dan nenekmu telah menanamkan harapan sejak lama, agar Gavin menjadi penerus bisnis keluarga ini. Kami yang membesarkannya dengan susah payah. Kami yang membersamainya di kala senang dan susah. Tiba-tiba kamu datang dan hendak mengaturnya. Memaksanya meninggalkan kami. Alangkah teganya. Apakah kamu tidak memiliki hati nurani?”Prisha tersentak kaget dan sontak menggeleng. “Kakek, Nenek, saya tak p
Keesokan paginya, Gavin menelepon lewat panggilan video. Prisha memperhatikan sebentar nama sang suami yang tampil pada layar. Pikirannya menimbang-nimbang sesuatu, sebelum menggeser tanda menerima panggilan. “Assalamualaykum, gimana kondisimu hari ini?” Paras menawan Gavin muncul di layar. Tampak bayang-bayang lingkaran hitam di bawah matanya, pertanda kurang tidur. Wajahnya agak pucat, menunjukkan keletihan. Prisha jadi iba. Sungguh kasihan suamiku. Proyek-proyek bisnis Healthy Light telah menguras energinya. Perempuan muda berhati lembut itu membatin.“Wa alaikumussalam, saya udah ngerasa lebih baik,” jawab Prisha, lembut.“Tidurmu nyenyak tadi malam? Hasil vital sign normal? Apakah sudah dapat suntikan? Ada keluhan pada luka? Udah ganti perban?”“Wow wow, satu-satu aja pertanyaannya, Pak Dok. Tenanglah, semuanya normal, aman, dan terkendali. Gimana dengan Anda sendiri? Kelihatannya kurang tidur. Kerjaannya banyak banget, ya?” “Aku udah terbiasa begadang di rumah sakit. Pekerjaa
“Sha, ngelamunin masa lalu, ya?” tebak Gavin.“Hem ... iya.” Prisha tersipu-sipu. Gavin terpesona menyaksikan rona merah di pipi ranum istrinya. Kerinduannya tiba-tiba membuncah, hingga rasanya ingin terbang pagi itu juga untuk menemui Prisha serta menghirup langsung wangi floralnya yang melenakan. Sayang sekali, ia terpaksa bertahan karena tugas yang belum beres. Kekacauannya semakin bertambah karena rongrongan Danu selama di Singapura. Danu baru berhenti tatkala orang-orang suruhan Zed Devandra meringkusnya. Danu diekstradisi ke salah satu pulau di Kepulauan Seribu. Ia ditahan dalam penjara terbuka. Meski diberikan fasilitas rumah yang lengkap serta dicukupi kebutuhan, tapi Danu tak diberi akses ke mana pun. Tak diberikan transportasi dan internet. Pulau tempatnya diasingkan pun dijaga orang-orang bayaran yang silih berganti selama 24 jam, pada radius sejauh 10 km dari pulau terdekat. Zed mengancam tembak di tempat jika Danu terlihat nekat melarikan diri. Rupa-rupanya, Zed sudah
“Masalahnya, aku nggak tau kata hatiku sendiri. Gimana mau dengerin kata hati?” Ariana mengganjur napas, setengah putus asa.Prisha kehabisan kata-kata. Ingin tertawa, tapi khawatir Ariana tersinggung. Ingin terharu dan iba, tapi tingkah sepupu Gavin itu lucu sekali. Apakah Ariana betul-betul sepolos ini? Prisha sebenarnya tak punya pengalaman banyak soal cinta atau dunia pria, tapi ia suka membaca rubrik psikologi yang mengulas masalah cinta serta rumah tangga. Sejak di pondok dulu pun hingga sekarang, ia kerap menerima curhatan kawan-kawannya. Rata-rata kawan-kawannya, sering terjerumus gara-gara mendengarkan kata hati yang sejalan dengan hawa nafsu saja. Meskipun demikian, mereka paham kata hati sendiri. Sementara Ariana, bahkan kata hatinya sendiri pun tidak paham. Sungguh menyedihkan. Prisha tidak tahu, Ariana dulunya adalah seorang kutu buku yang jarang bergaul. Ayahnya seorang ahli farmasi yang hanya menghargai prestasi akademik. Ibunya seorang bidan yang menyukai anak-anak,
Prisha mengabaikan telepon suaminya. Ia memutuskan menuntaskan pembicaraan dengan ibu mertuanya yang tak tahu diri itu.“Saya adalah menantu yang dipilih sendiri oleh Kakek Zed dan Nenek Diana.” Prisha menahan emosinya. “Anda mempersoalkan hal yang sudah basi,” lanjutnya, agak kasar.“Aku ibunya Gavin. Dia sangat mematuhiku. Dulu dia menikahimu atas permintaanku. Aku juga bisa menyuruhnya menceraikanmu. Jangan arogan hanya karena kamu pemilik saham terbesar. Gavinku sanggup menstabilkan perusahaan tanpa sahammu!”“Bu, selama ini saya selalu berusaha sabar menghadapi Anda. Tapi Anda terus merongrong saya! Ketahuilah, bukti pembunuhan akan segera saya dapatkan. Anda siap-siap saja berjumpa saya di pengadilan!” ancam Prisha.“Jaksa dan pengacara terkenal negeri ini bekerja untuk keluarga Devandra. Jangan mimpi bisa menyeretku ke pengadilan! Ibumu pantas mati!”“Astaghfirullah ....” Prisha mengelus dada. “Cukup, Bu! Kita lihat saja nanti!” Gadis itu memutuskan sambungan telepon secara sep
Suara piring pecah akibat beradu dengan lantai, terdengar nyaring memecah keheningan pagi. Bunyi pecah berkecai-kecai itu adalah musik harian yang mesti ditelan Tibra setiap hari.Karina, seperti biasa, membuang sarapan paginya dengan kekesalan memuncak. Untuk ke sekian kalinya, ia disuguhi makanan gosong oleh Tibra. Nasi goreng, roti bakar, ikan, atau telur mata sapi yang gosong. Karina sendiri sama sekali tidak bisa memasak. Selama menikah ke keluarga Devandra, ia selalu mengandalkan koki atau asisten rumah tangga.Semenjak saham Tibra dibekukan dan Tibra dipecat dari jabatan tingginya di Healthy Light, mereka kehilangan penghasilan. Sejumlah uang yang ditransfer Gavin saban bulan, sebenarnya lebih dari cukup untuk menggaji seorang pembantu atau memesan makanan di katering. Sayangnya, Karina tak mampu mengelola keuangan, padahal dulu terbiasa membantu Tibra mengurus proyek bisnis. Karena itulah mereka sama sekali tak sanggup menggaji asisten rumah tangga. Tibra dan Karina memiliki
“Sebelum saya menjawab, mari kita sepakati satu hal dulu, Kek.” Prisha menjawab santun. “Salah satu kunci rahasia kesuksesan sebuah perusahaan, adalah kerja profesional timnya. Kerja profesional menuntut kapabilitas atau kemampuan tinggi. Berdasar analisis neraca keuangan Healthy Light, penyebab penurunan laba tahun lalu adalah adanya kecurangan atau korupsi yang dilakukan orang dalam yang tidak kapabel. Kakek tentu lebih tahu dari saya, siapa yang membolongi keuangan Healthy Light. Kita tentu tidak ingin kecolongan lagi. Dalam bisnis, kita harus berkomitmen memberdayakan orang-orang yang profesional dan menjauhkan nepotisme. Selama ini, Healthy Light mencampuradukkan prinsip bisnis dan keluarga. Saya pikir, itu kurang profesional. Bisnis adalah bisnis. Keluarga, itu perkara lain. Jangan sampai karena hubungan kekeluargaan, malah mengabaikan prinsip-prinsip bisnis. Kalaupun ingin anggota keluarga jadi bagian manajemen perusahaan, kita kudu pastikan dulu kompetensinya. Nah, bagaiman
Tadinya, Ariana kaget sekaligus malu. Namun, begitu mendengar pertanyaan Gavin, ia jadi ilfeel sekaligus merasa lucu. Akhirnya, gadis itu tertawa lirih dengan pipi bersemu. “Belum apa-apa udah di-warning ngasi jawaban yang nggak mengecewakan. Yaudah, aku, sih, terserah Papa dan Mama aja.”Danan dan Lidya saling menatap, lalu mengangguk serempak. Senyum lebar mereka mengembang. Bahagia. Diam-diam, mereka mencuri pandang ke arah Zed dan Diana, penuh rasa terima kasih. Lidya lantas memeluk putrinya, seraya mengungkapkan persetujuannya. Sementara Reno, wajahnya sontak berseri-seri, dipenuhi aura kelegaan dan kebahagiaan. Batinnya berbisik gemuruh. ‘Papa, aku telah memenuhi persyaratan darimu, meminang Ariana untuk Zakki. Aku berjanji akan menjauhkan diri dari Healthy Light dan mendorong Zakki menjadi pria yang lebih baik.’***“Aku baru tau, kalo kamu pemalu.” Ariana berdecak kesal di malam pengantin. Usai akad nikah dan resepsi besar-besaran yang diadakan Zed Devandra di mansion, ia d
“Roni, kamu lebih pantas jadi adikku. Aku menyukaimu sebagai kakak.” Ariana kembali tertawa ringan. Wajahnya secerah musim semi.Harapan Roni yang sudah melambung seperti balon terbang, mendadak kempes dan jatuh.“Ah, sayang sekali.” Diana menatap cucu bungsunya yang kekanak-kanakan itu dengan lembut. “Padahal tadinya Nenek mau menjodohkan Roni dengan Ari. Tapi Ari menganggap adik. Tenanglah. Nenek memiliki beberapa calon yang bisa kaupilih. Atau kau punya calon sendiri? Kalo calonmu baik, kami akan menyetujuinya.”Roni menggeleng. Wajahnya masam. “Cewek-cewek di luar sana, hanya memandang status dan hartaku saja. Aku nggak kenal cewek lain sebaik Prisha atau Kak Ari. Aku pasrah aja ama pilihan Nenek.”Diana bertepuk tangan. “Bagus!”“Gimana denganmu, Zakki?” Pertanyaan Zed beralih ke Zakki.Yang ditanya hanya membisu. Gavin sebal sekali. Ditepuknya bahu Zakki cukup keras. “Apalagi yang kau tunggu?” Reno menarik napas panjang menyaksikan sikap diam putranya. Tentu ia mengerti kenap
“Sepulang dari berhaji, kami ingin lebih fokus beribadah. Usia aku dan nenek kalian semakin senja. Banyak hal yang kami sesali. Kini waktunya untuk memperbaiki segalanya. Kami tak ingin masalah orang tua kalian terulang pada kalian, para cucu.” Zed menyampaikan rangkaian nasihat kepada cucu-cucu lelakinya. Pada intinya, ia tak ingin mereka manja dan membuat masalah seperti dulu. Zed berharap mereka semakin matang dan lebih memperhatikan keluarga. Tak lupa ia menyemangati empat cucu lelakinya agar menyusul hijrah.“Aku bersyukur memiliki cucu menantu sebaik Prisha. Bersamanya, Gavin jadi lebih lunak dan penurut.” Diana menyampaikan isi hatinya setelah Zed menuntaskan wejangannya. Gavin menekan ketidakpuasan di hatinya ketika mendengar kalimat “lebih lunak dan penurut”. Apakah nenek dulu menganggapnya keras dan liar serupa hewan buas? Betapa berlebihan. “Bukan Sha yang mengubah Pak Dokter, Nek. Dia berubah karena keinginannya sendiri,” sahut Prisha, rendah hati. “Seiring kebersamaan
“Kalo baik-baik saja, kenapa Kakak harus susah payah mencegahku? Kakak nggak mau Dokter Salman tersakiti, kan? Kakak masih ingin menjaga perasaannya ....”“Aku tidak peduli perasaannya!” Ariana setengah berteriak. Beberapa kerabat sontak menoleh ke arahnya.Tiba-tiba Sean dan Roni datang dan bergabung ke meja Zakki. “Perasaan siapa, Kak?” tanya Roni, polos. “Kenapa kalian datang ke sini?” bentak Ariana. Mendadak ia dongkol dan uring-uringan tidak jelas. “Aku mau ngobrol serius dengan Zakki!” “Kak Ari, mumpung ada Kak Zakki di sini, aku juga perlu bicara serius denganmu.” Roni memperlihatkan ekspresi seperti awan mendung yang siap menurunkan hujan.“Betul.” Sean mengangguk kuat. “Roni siap jadi lelaki dewasa. Sesuai arahan Kak Zakki. Biar Kak Zakki jadi saksi.”Zakki menatap kedua adik sepupunya itu sambil tersenyum masam.Roni mengepal tinju, menguatkan tekad. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu membusungkan dadanya. “Kak Ariana, izinkan aku meminangmu. Maaf jika terkesan tiba-tiba
Suasana hati Zakki memburuk drastis tatkala menyaksikan Ariana dikelilingi para sepupu lelakinya. Tadinya ia ingin mendekati Ariana untuk menanyakan apa yang ingin dibahas Ariana dalam chat-nya. Namun, gadis itu sepertinya lupa. Ariana malah kelihatan asyik mengobrol dengan empat sepupu gantengnya.Zakki memutuskan melemparkan masalah itu ke belakang kepala. Toh, yang punya kepentingan adalah Ariana, bukan dirinya.Bukannya kesal, Zakki malah sedikit berterima kasih dalam hati ketika Gavin menyuruhnya memperbaiki laporan analisis keuangan dengan kata “segera”. Dalam situasi normal, ia akan tersinggung berat, sebab disuruh mengecek laporan di luar jam kerja. Parahnya lagi, dalam acara keluarga. Gavin sungguh keterlaluan. Namun, Zakki kali ini mengabaikannya agar pikirannya teralihkan dari pemandangan yang tidak menyenangkan.Sayang sekali, meski berusaha keras meneliti laporan, tetap saja ia gagal fokus. Ia tidak ingin mencuri-curi pandang ke arah gadis berkerudung pink yang sedang ter
“Ariana, mundurlah ... Jangan ikut campur,” desis Danu pada putrinya.“Tidak, Papa. Mereka berlebihan. Apakah mereka lupa kalau Om Reno adalah putra Kakek Zed? Dan Zakki adalah cucu langsung beliau? Mereka betul-betul tidak memandang muka Kakek Zed dan Nenek Diana!” Ariana berkata dengan nada mencela.Seluruh kerabat terperangah, sebelum memasang ekspresi marah dan merasa terhina.“Cukup!” Tiba-tiba Kakek Zed berseru, mencegah perdebatan meruncing. “Ariana benar. Aku dan istriku memang pernah marah pada putra-putra kami. Namun, mereka telah mendapatkan hukuman masing-masing. Anak-anakku sudah menyadari kesalahan dan menyesalinya. Kami menerima permohonan maaf mereka. Jadi, sejelek-jeleknya, tolong hentikan semua komentar miring itu. Mereka adalah putra-putraku. Yang tetap mewarisi hartaku, meski tak berhak lagi menjalankan bisnis keluarga.Acara makan malam hari ini, sebenarnya bertujuan untuk bersilaturrahmi dan memulihkan kembali hubungan kekeluargaan yang retak. Danu dan Reno sudah
Meskipun demikian, sifat kejam dan pendendamnya tidak mudah hilang begitu saja. Mantan istri dan kedua putrinya, bukan hanya meninggalkannya di saat terpuruk, tapi juga ikut melempari batu saat ia jatuh ke lubang kesengsaraan. Lebih parah lagi, baru empat bulan bercerai, Rani menikah lagi. Usut punya usut, sang istri sudah lama berselingkuh. Reno paham, dirinya jarang memperhatikan keluarga. Ia bukan orang baik. Tapi setidaknya, Rani, Anjani, dan Anggraini menikmati kemewahan nyaris tanpa batas saat Reno masih jaya-jayanya. Reno tak pernah menelantarkan mereka. Rani dan dua putrinya—kalaupun tak sudi balas budi—paling tidak jangan ikut menginjaknya. Tak dinyana, mereka kejam. Dan saat itu, saat situasi berbalik, dua putrinya ingin memanjat lagi. Melihat ekspresi murka Reno, Zakki khawatir Reno drop lagi. Kondisi fisik sang papa pascatransplantasi hepar belum stabil. Akhirnya ia bangkit, lalu menarik kedua adiknya menjauh.“Enyah!” perintahnya, dingin. Tatapannya tajam.“Kakak—“ Anj
Waktu berlalu dengan cepat. Hari sabtu pun tiba.Mansion Zed Devandra malam itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Belasan pelayan hilir mudik mengantarkan hidangan dan menatanya di meja-meja bundar yang tersusun di ruangan luas. Terakhir mansion Zed Devandra meriah adalah saat perayaan akbar akikah cucu buyut pertama Devandra, enam bulan yang lalu. Setelah berbulan-bulan agak sepi, bangunan besar itu kembali semarak. Zed mengundang seluruh keluarga besarnya ke acara makan malam tersebut. Tujuannya dalam rangka syukuran atas sembuhnya Reno. Diam-diam, tetua keluarga itu juga menyiapkan kejutan lain.Keluarga besan juga datang beserta putra-putri masing-masing. Tentu saja mereka tak akan melewatkan kesempatan berhadir di forum eksklusif tersebut. Jarang-jarang Zed Devandra mengadakan acara makan bersama keluarga besar yang melibatkan besan, di luar momen hari besar seperti hari raya. Acara tersebut bakal mereka manfaatkan untuk menjalin hubungan lebih dekat yang berpengaruh pada ke
Terlepas dari perbuatan jeleknya di masa lalu, Gavin agak kasihan pada Zakki. Tapi ia juga tak berdaya mengendalikan kakek neneknya yang pilih kasih. Tekanan keluarga Atmaja pada Zakki juga lebih karena merasa malu melihat Zakki tak bisa dibanggakan di tengah keluarga Devandra.“Adik saya sudah berubah,” kata Gavin, berusaha meredakan kejengkelan Robi. Nada suaranya tenang. “Dia jenius bisnis yang bakal diproyeksikan sebagai pengganti saya.”Kilat keterkejutan yang tajam melintas di mata Zakki. Ia memandang kakak sepupunya dengan sorot tak percaya. Tapi dengan cepat ia berpikir, Gavin pasti hanya ingin menjaga harga dirinya, mengingat mereka kini “bersekutu”. Dua detik berikutnya, tatapannya kembali jatuh ke gelas bening berisi air mineral. Ekspresinya kembali datar.Robi Atmaja tercengang. Lalu, suara tawanya berkumandang. Mengandung ejekan. “Pecundang ini? Jadi pengganti CEO Healthy Light? Apa kalian meremehkan pengkhianatannya? Anak ini sudah mencoreng nama baik dua keluarga!”“Pa