Sinar matahari terasa menusuk dan menyilaukan tatkala Ariana membuka matanya. Gadis itu cepat-cepat memejamkan mata lagi. Rasa pusing hebat menyerang kepalanya seiring dengan nyeri di sekujur tubuhnya. Ariana mengernyit dan mengaduh lemah.“Kamu udah sadar?” Sebuah suara familiar mengandung kecemasan, terdengar dekat telinganya.Ariana hanya mengangguk. Terasa seseorang melepaskan jaket pelampung, lalu mengangkat tubuhnya dengan susah payah. Saat tubuhnya kembali dibaringkan, Ariana didera rasa letih, pusing, dan mengantuk. Akhirnya ia jatuh tertidur.Saat terbangun, tahu-tahu tatapannya menemukan langit gelap. Apakah dirinya masih di tengah lautan? Tapi mengapa tak terasa ayunan gelombang. Suasana hening, hanya terdengar gemuruh ombak dan desau angin. “Terpaksa tidur di sini. Aku tak menemukan rumah penduduk atau tempat bernaung yang lebih nyaman.”Ariana bangkit perlahan. Pusingnya sudah hilang. Tersisa lemas dan sakit-sakit di seluruh badannya. Mungkin gara-gara terhempas sana-sin
“Bodoh!” cela Ariana dengan wajah memanas. “Aku tak mungkin pake bajumu.”“Oh?” Zakki menurunkan tangannya dengan ekspresi polos. “Aish ....” Pemuda itu menepuk dahi. “Aku lupa kalo Kakak pake jilbab.”“Nah, tu ngerti.” Ariana mendekatkan sepasang telapak tangan ke api. Lalu, mengusap-usapnya agar panas menyebar. Ditempelkannya tangan itu sesekali ke pipi demi menghangatkan muka. Zakki melanjutkan kegiatannya memberi isyarat sandi morse ke tengah lautan. Sesekali ia menambah kayu dan daun-daun kering ke api agar api membesar. “Zakki, ternyata kamu nggak sejahat yang aku pikirkan,” ungkap Ariana.“Licik, lebih tepatnya,” sahut Zakki, cuek. “Hati-hati berteman denganku. Aku pandai memanfaatkan orang demi kepentinganku. Jangan kaget kalo suatu saat aku memanipulasimu.”“Kalo dengan memanfaatkanku kamu bisa lebih baik, aku bersedia, kok,” sahut Ariana, spontan. Gerakan Zakki terhenti. “Kakak, omonganmu ambigu sekali.”Sepasang alis kecil Ariana bertaut di kedua ujungnya. Ia tak mengert
Dokter Salman tak mengerti mengapa ia merasa hidupnya tak lagi sama semenjak kepergian Ariana.Seharusnya ia mampu bernapas lebih longgar dan menjalani hari-hari dengan tenang. Tak perlu lagi ada rasa risih, kurang nyaman, atau usaha menghindar setiap kali gadis itu datang dan menempelinya kemana-mana dengan alasan konsultasi.Konsultasi apanya? Bidang mereka berbeda. Itu hanya alasan Ariana saja supaya bisa lebih dekat dengannya. Salman bukan lelaki polos yang tidak menyadari betapa besar ketertarikan gadis itu terhadap dirinya. Hanya saja, ia tidak suka tipe gadis pemburu.Salman benci dikejar-kejar wanita, apalagi wanita seperti Ariana. Bukan karena gadis itu agresif, bukan. Ariana tidak agresif. Gadis itu hanya .... terlalu bergantung padanya. Seakan-akan poros hidupnya hanya berkisar pada Salman seorang. Ariana tidak bosan mengikutinya kemana-mana. Memilih makanan yang sama dengan makanan kesukaannya. Memakai warna-warna yang disukai Salman. Meniru gaya hidup, gaya bicara, bahka
Wajah Nenek Clara dan para kerabat Ariana berseri-seri. Tentu saja. Siapa yang tidak mengenal Dokter Salman, putra pemilik Rumah Sakit Mutiara sekaligus dekan fakultas kedokteran Universitas Mutiara yang terkenal. Walau kekayaannya belum setara dengan keluarga Devandra, tapi dokter itu termasuk punya latar belakang high quality yang diincar wanita-wanita sosialita. Ariana sendiri terkejut setengah mati sampai melongo macam macan ompong. Sepuluh tahun diabaikan, pernyataan Dokter Salman ia rasa seperti mimpi. Ariana sampai berpikir dirinya terserang halusinasi. “Assalamualaykum, Dok ....” Setelah menenangkan hati, Ariana menyapa ramah disertai senyum manis. Ia yakin, Dokter Salman hanya khilaf. Ucapannya sekadar menghibur. Atau menolong menyelamatkan harga dirinya yang terluka di depan keluarga.Dada Salman membuncah oleh sapaan dan senyum yang telah belasan purnama tak dilihatnya. Rindu itu nyata. Tak kuasa ia mengalihkan pandangan dari gadis yang selama ini diabaikannya. Mengapa ia
Para dokter dan perawat wanita yang turut serta membesuk Ariana, menyampaikan permohonan maaf yang tulus sebab sempat terprovokasi hingga menjauhi Ariana. Mereka kompak meminta Ariana kembali bertugas di DIMS Hospital. Ariana merasa terhibur dan rasa percaya dirinya kembali. Akhirnya, ia diakui dan dibutuhkan lagi. Namun, ia belum bisa memutuskan apakah akan bekerja di DIMS Hospital lagi atau melanjutkan petualangannya sebagai relawan medis. Dokter-dokter itu lalu berpamitan untuk melanjutkan tugasnya masing-masing.“Prisha belum kuperbolehkan menjengukmu walau masa nifasnya udah berakhir,” kata Gavin ketika Ariana menanyakan Prisha.“Dasar posesif,” kecam Ariana, jengkel. Tapi dengan cepat senyumnya mengembang. “Oh ya, kalian rupanya sudah berdamai.” Ia menunjuk Gavin dan Zakki bergantian.“Terpaksa.” Gavin bersungut-sungut. “Aku yang ngajak berdamai,” ungkap Zakki. “Mengalah untuk menang,” sambungnya, memancing kerutan tak suka di dahi sang sepupu.Ariana tertawa. “Apa pun alasan
“Kamu masih punya nyali mengejekku sombong,” sindir Gavin. “Posisimu itu karena privilege. ““Aku tidak menginginkan posisi ini.” Suara Gavin dingin. “Dengan senang hati, akan kuberikan padamu jika kamu punya kemampuan.”“Kamu menantangku?” Jiwa kompetisi Zakki bangkit. “Aku tak akan segan menendangmu jika kau pakai cara licik!”“Jabatan terakhirku adalah direktur Rumah Sakit DIMS. Kucapai dengan kemampuan sendiri, tanpa bantuan siapa pun.” Suara Zakki penuh tekanan pada kalimat terakhir. “Tapi kamu menempatkan orang-orangmu di DIMS.”“Bukan aku. Itu papaku dan Om Danu,” bantah Zakki. “Anak bawang sepertiku mana mampu membangun kerajaan nepotisme?” ungkapnya setengah menyindir, sambil melirik Kakek Zed.Yang disindir malah ngupil, pura-pura polos. Si kakek diam, membiarkan sepasang cucu lelakinya bersiteru. Sementara Sony dan Roni yang sejak tadi tak berani buka mulut, hanya menonton sambil berkeringat dingin.“Siapa tau kamu berkhianat lagi?” Gavin bersidekap. Dalam hati ia dongk
Seusai makan malam, mereka tidak langsung membubarkan diri atau pulang, karena kakek nenek mengadakan acara bincang santai di ruang keluarga. Sepasang lansia itu ingin empat cucu lelakinya berdamai dan lebih dekat. Zed dan Diana telah gagal mendidik tiga putranya. Mereka tak ingin melihat kegagalan berulang pada cucu-cucu, terutama cucu lelaki yang membawa garis keturunan Devandra. Karena itulah Zed dan Diana meminta Gavin untuk menarik Zakki kembali ke tubuh perusahaan. “Sean dan Roni sudah menunjukkan kinerja positif. Kakek senang kalian mengurangi sikap bermalas-malasan dan gaya hidup hedon. Zakki juga telah dapat pelajaran. Bercerminlah pada kegagalan orang tua kalian. Adalah kelalaian kami mengontrol mereka. Kami juga salah memilihkan istri, sehingga kalian dapat ibu yang buruk. Ibu yang hanya pandai menghabiskan harta,” ungkap Kakek Zed secara terbuka. Empat putra mahkota Devandra hanya membisu. Semuanya enggan menanggapi karena sudah tahu bagaimana rapuhnya ikatan keluarga m
Zakki berdeham canggung sambil bergegas meraih tisu untuk membersihkan cipratan kopi ke bajunya.“Nggak. Aku hanya ngantuk,” sahutnya, menutupi suasana hati yang memburuk drastis.Seorang ART lelaki datang tergopoh-gopoh, lalu membersihkan pecahan beling di lantai. Nenek Diana mendengkus,”Karena Zakki masa bodoh, Sean udah punya pacar, maka Roni kesayanganku yang akan kunikahkan dengan Ariana. Ayah Ariana memohon dengan sangat pada kami, agar mencarikan jodoh terbaik untuk putrinya.” Diana tidak berbohong. Saat ia dan Zed membesuk Danan pascaoperasi, lelaki itu menangis saking berterima kasih. Danan berjanji akan menjauhi semua intrik dan tak ingin terlibat dengan siapa pun lagi. Andai tak dihalangi selang dan kabel-kabel yang terhubung ke peranti medis, Danan mungkin akan berlutut di depan Zed dan Diana.Zed dan Diana semenjak hijrah, telah menjadi orang yang murah hati. Mereka mengampuni Danan dan memberi kesempatan kedua untuk kembali ke Healthy Light. Zed juga bersedia membantu