“Kamu masih punya nyali mengejekku sombong,” sindir Gavin. “Posisimu itu karena privilege. ““Aku tidak menginginkan posisi ini.” Suara Gavin dingin. “Dengan senang hati, akan kuberikan padamu jika kamu punya kemampuan.”“Kamu menantangku?” Jiwa kompetisi Zakki bangkit. “Aku tak akan segan menendangmu jika kau pakai cara licik!”“Jabatan terakhirku adalah direktur Rumah Sakit DIMS. Kucapai dengan kemampuan sendiri, tanpa bantuan siapa pun.” Suara Zakki penuh tekanan pada kalimat terakhir. “Tapi kamu menempatkan orang-orangmu di DIMS.”“Bukan aku. Itu papaku dan Om Danu,” bantah Zakki. “Anak bawang sepertiku mana mampu membangun kerajaan nepotisme?” ungkapnya setengah menyindir, sambil melirik Kakek Zed.Yang disindir malah ngupil, pura-pura polos. Si kakek diam, membiarkan sepasang cucu lelakinya bersiteru. Sementara Sony dan Roni yang sejak tadi tak berani buka mulut, hanya menonton sambil berkeringat dingin.“Siapa tau kamu berkhianat lagi?” Gavin bersidekap. Dalam hati ia dongk
Seusai makan malam, mereka tidak langsung membubarkan diri atau pulang, karena kakek nenek mengadakan acara bincang santai di ruang keluarga. Sepasang lansia itu ingin empat cucu lelakinya berdamai dan lebih dekat. Zed dan Diana telah gagal mendidik tiga putranya. Mereka tak ingin melihat kegagalan berulang pada cucu-cucu, terutama cucu lelaki yang membawa garis keturunan Devandra. Karena itulah Zed dan Diana meminta Gavin untuk menarik Zakki kembali ke tubuh perusahaan. “Sean dan Roni sudah menunjukkan kinerja positif. Kakek senang kalian mengurangi sikap bermalas-malasan dan gaya hidup hedon. Zakki juga telah dapat pelajaran. Bercerminlah pada kegagalan orang tua kalian. Adalah kelalaian kami mengontrol mereka. Kami juga salah memilihkan istri, sehingga kalian dapat ibu yang buruk. Ibu yang hanya pandai menghabiskan harta,” ungkap Kakek Zed secara terbuka. Empat putra mahkota Devandra hanya membisu. Semuanya enggan menanggapi karena sudah tahu bagaimana rapuhnya ikatan keluarga m
Zakki berdeham canggung sambil bergegas meraih tisu untuk membersihkan cipratan kopi ke bajunya.“Nggak. Aku hanya ngantuk,” sahutnya, menutupi suasana hati yang memburuk drastis.Seorang ART lelaki datang tergopoh-gopoh, lalu membersihkan pecahan beling di lantai. Nenek Diana mendengkus,”Karena Zakki masa bodoh, Sean udah punya pacar, maka Roni kesayanganku yang akan kunikahkan dengan Ariana. Ayah Ariana memohon dengan sangat pada kami, agar mencarikan jodoh terbaik untuk putrinya.” Diana tidak berbohong. Saat ia dan Zed membesuk Danan pascaoperasi, lelaki itu menangis saking berterima kasih. Danan berjanji akan menjauhi semua intrik dan tak ingin terlibat dengan siapa pun lagi. Andai tak dihalangi selang dan kabel-kabel yang terhubung ke peranti medis, Danan mungkin akan berlutut di depan Zed dan Diana.Zed dan Diana semenjak hijrah, telah menjadi orang yang murah hati. Mereka mengampuni Danan dan memberi kesempatan kedua untuk kembali ke Healthy Light. Zed juga bersedia membantu
Tak lama kemudian, mobil meluncur ke halaman DIMS yang luas. Zakki turun. Ia memasuki gerbang depan rumah sakit tanpa hambatan, padahal jam besuk sudah lama berlalu. Semua orang mengenal Zakki, mantan CEO DIMS Hospital, sehingga tak ada penjaga keamanan yang berani menghalangi.Zakki menjenguk ayahnya di ICU. Ternyata sang ayah telah tertidur lelap. Tadinya pemuda itu ingin menjaga ayahnya sambil rebahan di ruang istirahat khusus keluarga pasien. Namun, langkahnya malah berbelok menuju ruangan lain.***Sudah larut malam, tapi Ariana tak kunjung terpicing. Tragedi ombak tinggi bergulung-gulung menghempas sekoci, terbayang-bayang di benaknya. Baru ia sadar, rasa panik memikirkan kondisi kritis papanya, membuatnya lupa memperhitungkan keselamatan seluruh awak kapal. Padahal Zakki dan semua orang telah mengingatkannya.Walau mereka semua selamat, tetap saja Ariana menyesal.Betapa impulsif dirinya. Setelah sembuh dari gejala demam tinggi, Ariana bertekad akan mencari kapten kapal serta
“Kalian hanya memikirkan prestise. Tapi citra yang kalian bangga-banggakan justru hancur bukan karena Joanna atau ibunya!” desis Ariana, gusar. Kecewa sekali ia mendapati karakter keji papa mamanya. “Dan gimanapun juga, Joan itu ponakan Mama! Kenapa Mama sampai hati menyiksanya?”“Apanya yang menyiksa?” Mama Ariana melotot. “Aku selalu memberikan apa yang ia butuhkan. Demi mendiang adikku. Tapi tiap kali melihatnya, aku ingat kejahatan ibunya!”Ariana mengembuskan napas, frustrasi. “Kalian harus minta maaf pada Joanna. Atau aku pergi lagi ke wilayah konflik dan tak sudi kembali!”Sang mama terkejut. “Ari! Sudah cukup setahun kamu pergi! Selama itu kami selalu gelisah memikirkanmu. Jangan tinggalkan kami lagi!” “Penuhi syarat dariku.” Ariana menatap datar. Akhirnya sang mama menyerah dan berjanji akan mengunjungi Joanna di rumah sakit jiwa begitu papa Ariana sehat.“Ada kabar yang menggembirakan dari Pak Zed. Tak hanya berjanji membersihkan nama baik keluarga kita dan menarik papam
Sang dokter lalu mengucap salam dan mengetuk pintu. “Assalamualaykum.”Terdengar suara halus merdu menyahut salam dari dalam kamar. “Wa alaykumussalam. Siapa?”“Aku ... Salman. Apakah kamu lupa suaraku?”Ariana yang berada di dalam kamar, tertegun sejenak. Ariana bukannya tidak hapal suara lemah lembut sang dokter, tapi ia hanya tak percaya kalau itu betul-betul Salman. Selama sepuluh tahun, selalu dirinya yang mencari Salman. Selalu dirinya yang menelepon, mengirim chat, mencari-cari kesempatan untuk berjumpa. Dan Ariana kebal menghadapi sikap sepi dokter itu. Salman selalu menganggapnya tidak ada.Bodohnya, Ariana malah bertambah penasaran dan gigih mencari perhatian dokter itu. Sampai-sampai Gavin yang biasanya cuek urusan romansa, menegurnya.“Ari, kamu itu dokter spesialis anak yang jenius. Bahkan sudah fellowship bedah anak di rumah sakit internasional negeri tetangga. Kamu dan Salman itu setara. Jangan rendahkan dirimu!”Namun, Ariana bebal. Walaupun keahlian medisnya di atas
“Dok, saya sudah berjanji untuk tak menoleh ke belakang lagi. Masih ingat perpisahan kita setahun lalu? Saya berkata bahwa jika Anda tetap menolak, maka saya akan berhenti.” Nada suara Ariana tetap rendah dan lembut.Salman berdiri gamang. Tak menyangka kalau Ariana berkomitmen pada kalimat perpisahan tersebut.“Aku tak bisa menerimanya. Kamu rela menderita bertahun-tahun menerima sikap dinginku. Kamu bahkan jadi relawan medis untuk mengobati hatimu. Ari, izinkan aku—““Nggak perlu merasa bersalah, Dok.” Ariana menggeleng. “Itu adalah pilihan saya di masa lalu. Dan saat ini, juga pilihan saya untuk ... berhenti. Saya tidak ragu, hidup saya bakal sempurna di sisi calon imam sehebat Anda. Tapi saya telah melihat banyak hal di luar sana ....”“Apakah Zakki yang mengubahmu? Aku baca berita, kamu terjebak dengannya di pulau kosong. Siapa tau ....”Paras Ariana memerah. Mata indahnya berkilat gusar. “Serendah itu Anda menilai saya? Oh, I see. Mungkin karena dulu saya tak segan-segan mengej
“Ari, kau tau, kita bangkrut. Rumah terjual. Kita tak punya rumah lagi,” ungkap mama Ariana saat putrinya datang ke ruang ICCU. Saat itu, Danan masih tidur pulas di ruangan observasi ICCU. Ariana dan sang mama duduk di bangku khusus pendamping, tak jauh dari tempat tidur pasien.“Aku akan mencarikan kontrakan yang harganya terjangkau, Ma.”Lidya—sang mama—menggeleng, lesu. “Mama tak sanggup tinggal di rumah biasa. Paling tidak, standarnya sama dengan rumah di pulau terpencil itu.”“Rumah setara itu di kota besar, biaya sewanya bisa jutaan per bulan, Ma.” Bahu Ariana terkulai. Diam-diam ia kecewa terhadap mamanya yang tetap sulit menurunkan gaya hidup walau telah jatuh miskin. “Tabunganku tinggal separoh, Ma. Lima puluh persennya habis buat bayar gaji nahkoda dan anak buah kapal yang membantuku pulang. Sisanya hanya cukup ngontrak rumah sederhana selama satu tahun. Kalau mau rumah mewah, paling-paling cuma buat 1 bulan.”“Sebenarnya Pak Zed menarik papamu kembali memimpin industri fa