Gavin dan Reza melanjutkan percakapan yang tertunda. "Dua sahabat Prisha datang lebih dulu dari lo. Gue lupa ngasi tau," ungkap Gavin, begitu Reza duduk di sampingnya kembali.Reza meneguk kopinya, sambil berusaha mengusir rasa aneh yang berkabut di hatinya."Ngomong-ngomong, gue lupa ngucapin terima kasih karena lo sudi datang begitu gue minta.""Apa yang nggak, sih, buat elo.""Gue nggak akan ngusik masalah lo ama Hana, kalo lo nggak mau cerita. Tapi, ingat, Hana itu sohibnya Prisha. Prisha lagi sensi ama gue. Kalo lo gangguin sohibnya, hubungan gue ama Sha bakal terimbas juga. Jadi tolong, jaga itu."Reza mengganjur napas. "Gue didesak nikah, coz adek cowok gue mau nikah. Bapak ibu gue megang adat pantangan adek nikah mendahului kakak. Adek gue ampe stres. Gue dituduh egois. Akhirnya diambil jalan tengah. Kalo gue bisa bawa pacar atau calon istri ke rumah, maka adek gue boleh nikah di KUA. Resepsinya ditunda kalo gue udah nikah.""Kasian adek lo.""Iya. Makanya gue mau minta bantu
Hana menjalani operasi darurat di IGD puskesmas kecamatan. Tak tanggung-tanggung, ditangani dua konsulennya langsung. Prisha dan Keyko sebagai asisten operasi.Beruntung, luka tusukan belati tak mencapai selaput paru-paru. Jika lebih dalam sedikit saja, Hana mungkin akan mengalami perdarahan paru-paru dan sukar diselamatkan. Malangnya, akibat pertarungan selepas luka tusuk, perdarahan menyebabkan HB nya drop. Hana mengalami syok hipovolemik. Ia kehilangan kesadaran berjam-jam. Menjelang pagi, usai mendapatkan 1 kolf transfusi dan 1 kolf cairan infus, barulah gadis itu siuman."Penjahatnya ketangkep?" lirih Hana, begitu siuman."Iya, ketangkep, Han. Maafin gue, yaa ...." Prisha sesenggukan."Maaf buat apa?""Lo jadi korban salah sasaran. Penjahat itu tadinya mau bunuh gue. Dia ngira elo tu gue, coz sama-sama pake kerudung dan gamis.""Astaghfirullah ...." Hana mengelus dada. "Dia udah diinterogasi anak buah Pak Dok. Akhirnya ngaku, disuruh pamannya Pak Dok, Om Reno, buat ngabisin gue
Tertinggal keheningan di ruangan tersebut. Keyko mendadak merasa canggung di antara Hana yang kepalanya tahu-tahu hilang ke balik selimut, serta Dokter Reza yang mempertahankan sikap cool. Jarak Dokter Reza ke Hana hanya hitungan lima langkah.Bola mata Keyko berputar ke Hana, sebelum melirik ke Reza. Dua orang yang setahunya selalu bersiteru jika bertemu itu, tak bereaksi atau mengeluarkan kalimat apa pun. Keyko tak tahu kudu bicara apa. Entah darimana, tahu-tahu datang perasaan seolah-olah dirinya nyamuk yang tak diinginkan. Keyko bergidik ketika Dokter Reza memandangnya dengan tatapan setajam silet. Sorot mata dokter berparas eksotis itu sarat intimidasi. Dagu sang dokter bergerak maju sedikit, mengisyaratkan pengusiran.Keyko langsung paham. Dalam hitungan detik, ia buru-buru lari keluar sambil cengengesan.Keheningan terasa mencekik. Hana memasang telinga baik-baik sambil berdoa semoga Keyko mengerti keengganannya berjumpa dengan Dokter Reza. Walau ia menyangsikan kepekaan sahaba
"Assalamualaykum, selamat pagi. Wah, Dokter Reza udah visite. Saya keduluan, nih." Dokter jaga puskesmas masuk ke ruangan, diiringi empat orang perawat."Saya baru datang, Dok." Reza tersenyum. "Pasiennya belum kooperatif." Ia menunjuk ke arah Hana yang masih menutup wajah dengan selimut."Malu-malu mungkin." Dokter jaga tertawa kecil. "Sama pacar emang gitu," guraunya."Dia koas saya," ungkap Reza, tanpa maksud mengkonfirmasi gurauan si dokter puskesmas. "Teh Hana udah sadar? Gimana perasaannya pagi ini?" sapa salah satu perawat seraya mendekat. "Izin buka selimutnya dikit, yaa ... Dokter mau meriksa. Izin juga ngukur tensinya."Mau tak mau, Hana terpaksa menurunkan selimut. Beruntung ia sudah memakai kerudung dan gamis lengkap, dibantu Prisha dan Keyko. Matanya mencari-cari bayangan Keyko. Namun, gadis sipit itu tak berada di ruangan. Sejak kapan Keyko pergi? Jangan-jangan ....Usai pemeriksaan fisik standar, Hana dinyatakan baik-baik saja. Perawatan luka dilanjutkan sehari lagi da
Keyko kembali ke kamar Hana, satu jam kemudian. Tampilannya lebih rapi dan fresh. Outfit kerudung krem bunga-bunga putih berpadu gamis shabby kuning gading, membuatnya terlihat lebih menarik."Gue tadi dianter mbak-mbak dan mas-mas bodyguard ke rumah Prisha. Mandi dan ganti baju, trus ditraktir makan di restoran dekat pasar tanjung sari. Nih, gue bawain lo oleh-oleh tahu sumedang." Keyko meletakkan paper bag mini berisi tahu ke nakas. Saat hendak melanjutkan celoteh, lidahnya tertahan begitu melihat wajah Hana basah air mata.Hana menggigit-gigit bibir. Tampak sangat menyedihkan."Key, ambilin gue antiseptik, dong. Mau ngebersihin mulut gue yang terkontaminasi virus jahat.""Hah, virus jahat? Kenapa tetiba nemplok di mulut elo?" Keyko terbelalak. "Jangan banyak nanya, deh. Cepet ambiliiin!" jerit Hana.Keyko buru-buru lari ke luar, menuju ruangan perawat. Dimintanya kasa dan cairan antiseptik ke perawat. Lantas cepat-cepat kembali."Nih!" Keyko menyodorkan cairan antiseptik dalam ko
Prisha terdiam. Pipinya bersemu merah. Untuk pertama kali, Gavin memujinya cantik. Sensasinya luar biasa, padahal kata-katanya sederhana. Banyak orang memberi pujian yang sama, tapi kalau Gavin yang mengucapkannya, rasanya beda. Ah, Prisha merasa kembali jadi gadis bodoh. Jantungnya dibuat berdegup kencang hanya oleh satu kalimat receh dari profesor dokter itu."Kamu masih marah?"Prisha mengatupkan bibir. Marah? Ya, ia marah. Marah pada kenyataan yang mengombang-ambingkan hidupnya. Namun, apakah tepat melampiaskan kemarahan itu pada Gavin? Apa salah lelaki itu?"Sha, mari kita bicara di tempat lain. Nggak enak dilihat orang di sini. Masuklah ke mobil." Gavin menahan diri untuk tidak menggandeng tangan Prisha dan menuntunnya masuk mobil. Gadis itu masih dalam mode galak, susah didekati.Prisha melirik sebentar ke arah orang-orang yang masih menjadikan Gavin dan dirinya sebagai obyek perhatian. Tampak wajah-wajah terpukau bercampur kepo akut. Bahkan beberapa paramedis, mengarahkan kame
Prisha diam-diam memperhatikan Gavin lewat ekor matanya. Pria itu tampak menyuap bubur dengan enggan. Wajah Gavin agak mendung dan kelopak matanya sayu.Prisha mengerti, suaminya kurang menyukai sarapan semacam bubur atau masakan daerah. Menurut Bik Iyam dan Bik Semi, Dokter Gavin terbiasa menyantap roti manis berkawan susu putih atau oatmeal, diselingi menu sandwich, omelet atau salad buah. Maklum, keluarga besar Devandra kebanyakan kuliah dan berbisnis di kalangan Eropa. Namun, sepertinya terlalu berlebihan jika Gavin murung hanya karena tidak suka terhadap menu sarapan di luar kebiasaan. Mungkinkah tanggapannya barusan membuat lelaki arogan itu tidak bahagia? Kalau benar demikian, alangkah kekanak-kanakannya! Bukankah wajar bagi seorang istri meminta bukti cinta?Prisha letih berharap. Tanpa sadar, pikirannya menguap ke alam lamunan. Bubur ayam yang lezat hanya ditelan tiga suap, selebihnya diaduk-aduk dengan tatapan menerawang.Setelah kematian neneknya, Prisha merasa terjebak di
"Vin, jaga sikap! Jangan bantah kakekmu!" tegur Diana. Suaranya pelan saja, tapi keningnya berkerut. Perempuan lanjut usia yang baru hijrah beberapa tahun terakhir itu tetap memperlihatkan ketenangan, meski emosi mulai menyesakkan dadanya. Ruang keluarga seluas lebih dari lima belas meter persegi, mendadak hening dan terasa lengang, sebab empat orang di ruangan tersebut--selain Zed--segan membuka mulut gara-gara menyaksikan ekspresi murka Zed Pratama. Dua paman Gavin, Danu dan Reno, yang duduk berseberangan dengan Gavin, menampakkan wajah keruh. "Bicaralah." Dengan nada rendah dan dingin, Zed memerintahkan sambil mengulapkan tangan ke arah cucunya.Sang cucu berdeham ringan. Sebelum mulai bicara, ia memperbaiki letak duduk dari bersandar menjadi tegak lurus. Gavin ingin menunjukkan tekad yang kuat dan percaya diri. Posisi tersebut selalu ia andalkan setiap hendak bernegosiasi dengan investor atau mitra bisnis. "Mengenai pencairan saham Prisha, saya sudah menjelaskannya di forum k
Tadinya, Ariana kaget sekaligus malu. Namun, begitu mendengar pertanyaan Gavin, ia jadi ilfeel sekaligus merasa lucu. Akhirnya, gadis itu tertawa lirih dengan pipi bersemu. “Belum apa-apa udah di-warning ngasi jawaban yang nggak mengecewakan. Yaudah, aku, sih, terserah Papa dan Mama aja.”Danan dan Lidya saling menatap, lalu mengangguk serempak. Senyum lebar mereka mengembang. Bahagia. Diam-diam, mereka mencuri pandang ke arah Zed dan Diana, penuh rasa terima kasih. Lidya lantas memeluk putrinya, seraya mengungkapkan persetujuannya. Sementara Reno, wajahnya sontak berseri-seri, dipenuhi aura kelegaan dan kebahagiaan. Batinnya berbisik gemuruh. ‘Papa, aku telah memenuhi persyaratan darimu, meminang Ariana untuk Zakki. Aku berjanji akan menjauhkan diri dari Healthy Light dan mendorong Zakki menjadi pria yang lebih baik.’***“Aku baru tau, kalo kamu pemalu.” Ariana berdecak kesal di malam pengantin. Usai akad nikah dan resepsi besar-besaran yang diadakan Zed Devandra di mansion, ia d
“Roni, kamu lebih pantas jadi adikku. Aku menyukaimu sebagai kakak.” Ariana kembali tertawa ringan. Wajahnya secerah musim semi.Harapan Roni yang sudah melambung seperti balon terbang, mendadak kempes dan jatuh.“Ah, sayang sekali.” Diana menatap cucu bungsunya yang kekanak-kanakan itu dengan lembut. “Padahal tadinya Nenek mau menjodohkan Roni dengan Ari. Tapi Ari menganggap adik. Tenanglah. Nenek memiliki beberapa calon yang bisa kaupilih. Atau kau punya calon sendiri? Kalo calonmu baik, kami akan menyetujuinya.”Roni menggeleng. Wajahnya masam. “Cewek-cewek di luar sana, hanya memandang status dan hartaku saja. Aku nggak kenal cewek lain sebaik Prisha atau Kak Ari. Aku pasrah aja ama pilihan Nenek.”Diana bertepuk tangan. “Bagus!”“Gimana denganmu, Zakki?” Pertanyaan Zed beralih ke Zakki.Yang ditanya hanya membisu. Gavin sebal sekali. Ditepuknya bahu Zakki cukup keras. “Apalagi yang kau tunggu?” Reno menarik napas panjang menyaksikan sikap diam putranya. Tentu ia mengerti kenap
“Sepulang dari berhaji, kami ingin lebih fokus beribadah. Usia aku dan nenek kalian semakin senja. Banyak hal yang kami sesali. Kini waktunya untuk memperbaiki segalanya. Kami tak ingin masalah orang tua kalian terulang pada kalian, para cucu.” Zed menyampaikan rangkaian nasihat kepada cucu-cucu lelakinya. Pada intinya, ia tak ingin mereka manja dan membuat masalah seperti dulu. Zed berharap mereka semakin matang dan lebih memperhatikan keluarga. Tak lupa ia menyemangati empat cucu lelakinya agar menyusul hijrah.“Aku bersyukur memiliki cucu menantu sebaik Prisha. Bersamanya, Gavin jadi lebih lunak dan penurut.” Diana menyampaikan isi hatinya setelah Zed menuntaskan wejangannya. Gavin menekan ketidakpuasan di hatinya ketika mendengar kalimat “lebih lunak dan penurut”. Apakah nenek dulu menganggapnya keras dan liar serupa hewan buas? Betapa berlebihan. “Bukan Sha yang mengubah Pak Dokter, Nek. Dia berubah karena keinginannya sendiri,” sahut Prisha, rendah hati. “Seiring kebersamaan
“Kalo baik-baik saja, kenapa Kakak harus susah payah mencegahku? Kakak nggak mau Dokter Salman tersakiti, kan? Kakak masih ingin menjaga perasaannya ....”“Aku tidak peduli perasaannya!” Ariana setengah berteriak. Beberapa kerabat sontak menoleh ke arahnya.Tiba-tiba Sean dan Roni datang dan bergabung ke meja Zakki. “Perasaan siapa, Kak?” tanya Roni, polos. “Kenapa kalian datang ke sini?” bentak Ariana. Mendadak ia dongkol dan uring-uringan tidak jelas. “Aku mau ngobrol serius dengan Zakki!” “Kak Ari, mumpung ada Kak Zakki di sini, aku juga perlu bicara serius denganmu.” Roni memperlihatkan ekspresi seperti awan mendung yang siap menurunkan hujan.“Betul.” Sean mengangguk kuat. “Roni siap jadi lelaki dewasa. Sesuai arahan Kak Zakki. Biar Kak Zakki jadi saksi.”Zakki menatap kedua adik sepupunya itu sambil tersenyum masam.Roni mengepal tinju, menguatkan tekad. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu membusungkan dadanya. “Kak Ariana, izinkan aku meminangmu. Maaf jika terkesan tiba-tiba
Suasana hati Zakki memburuk drastis tatkala menyaksikan Ariana dikelilingi para sepupu lelakinya. Tadinya ia ingin mendekati Ariana untuk menanyakan apa yang ingin dibahas Ariana dalam chat-nya. Namun, gadis itu sepertinya lupa. Ariana malah kelihatan asyik mengobrol dengan empat sepupu gantengnya.Zakki memutuskan melemparkan masalah itu ke belakang kepala. Toh, yang punya kepentingan adalah Ariana, bukan dirinya.Bukannya kesal, Zakki malah sedikit berterima kasih dalam hati ketika Gavin menyuruhnya memperbaiki laporan analisis keuangan dengan kata “segera”. Dalam situasi normal, ia akan tersinggung berat, sebab disuruh mengecek laporan di luar jam kerja. Parahnya lagi, dalam acara keluarga. Gavin sungguh keterlaluan. Namun, Zakki kali ini mengabaikannya agar pikirannya teralihkan dari pemandangan yang tidak menyenangkan.Sayang sekali, meski berusaha keras meneliti laporan, tetap saja ia gagal fokus. Ia tidak ingin mencuri-curi pandang ke arah gadis berkerudung pink yang sedang ter
“Ariana, mundurlah ... Jangan ikut campur,” desis Danu pada putrinya.“Tidak, Papa. Mereka berlebihan. Apakah mereka lupa kalau Om Reno adalah putra Kakek Zed? Dan Zakki adalah cucu langsung beliau? Mereka betul-betul tidak memandang muka Kakek Zed dan Nenek Diana!” Ariana berkata dengan nada mencela.Seluruh kerabat terperangah, sebelum memasang ekspresi marah dan merasa terhina.“Cukup!” Tiba-tiba Kakek Zed berseru, mencegah perdebatan meruncing. “Ariana benar. Aku dan istriku memang pernah marah pada putra-putra kami. Namun, mereka telah mendapatkan hukuman masing-masing. Anak-anakku sudah menyadari kesalahan dan menyesalinya. Kami menerima permohonan maaf mereka. Jadi, sejelek-jeleknya, tolong hentikan semua komentar miring itu. Mereka adalah putra-putraku. Yang tetap mewarisi hartaku, meski tak berhak lagi menjalankan bisnis keluarga.Acara makan malam hari ini, sebenarnya bertujuan untuk bersilaturrahmi dan memulihkan kembali hubungan kekeluargaan yang retak. Danu dan Reno sudah
Meskipun demikian, sifat kejam dan pendendamnya tidak mudah hilang begitu saja. Mantan istri dan kedua putrinya, bukan hanya meninggalkannya di saat terpuruk, tapi juga ikut melempari batu saat ia jatuh ke lubang kesengsaraan. Lebih parah lagi, baru empat bulan bercerai, Rani menikah lagi. Usut punya usut, sang istri sudah lama berselingkuh. Reno paham, dirinya jarang memperhatikan keluarga. Ia bukan orang baik. Tapi setidaknya, Rani, Anjani, dan Anggraini menikmati kemewahan nyaris tanpa batas saat Reno masih jaya-jayanya. Reno tak pernah menelantarkan mereka. Rani dan dua putrinya—kalaupun tak sudi balas budi—paling tidak jangan ikut menginjaknya. Tak dinyana, mereka kejam. Dan saat itu, saat situasi berbalik, dua putrinya ingin memanjat lagi. Melihat ekspresi murka Reno, Zakki khawatir Reno drop lagi. Kondisi fisik sang papa pascatransplantasi hepar belum stabil. Akhirnya ia bangkit, lalu menarik kedua adiknya menjauh.“Enyah!” perintahnya, dingin. Tatapannya tajam.“Kakak—“ Anj
Waktu berlalu dengan cepat. Hari sabtu pun tiba.Mansion Zed Devandra malam itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Belasan pelayan hilir mudik mengantarkan hidangan dan menatanya di meja-meja bundar yang tersusun di ruangan luas. Terakhir mansion Zed Devandra meriah adalah saat perayaan akbar akikah cucu buyut pertama Devandra, enam bulan yang lalu. Setelah berbulan-bulan agak sepi, bangunan besar itu kembali semarak. Zed mengundang seluruh keluarga besarnya ke acara makan malam tersebut. Tujuannya dalam rangka syukuran atas sembuhnya Reno. Diam-diam, tetua keluarga itu juga menyiapkan kejutan lain.Keluarga besan juga datang beserta putra-putri masing-masing. Tentu saja mereka tak akan melewatkan kesempatan berhadir di forum eksklusif tersebut. Jarang-jarang Zed Devandra mengadakan acara makan bersama keluarga besar yang melibatkan besan, di luar momen hari besar seperti hari raya. Acara tersebut bakal mereka manfaatkan untuk menjalin hubungan lebih dekat yang berpengaruh pada ke
Terlepas dari perbuatan jeleknya di masa lalu, Gavin agak kasihan pada Zakki. Tapi ia juga tak berdaya mengendalikan kakek neneknya yang pilih kasih. Tekanan keluarga Atmaja pada Zakki juga lebih karena merasa malu melihat Zakki tak bisa dibanggakan di tengah keluarga Devandra.“Adik saya sudah berubah,” kata Gavin, berusaha meredakan kejengkelan Robi. Nada suaranya tenang. “Dia jenius bisnis yang bakal diproyeksikan sebagai pengganti saya.”Kilat keterkejutan yang tajam melintas di mata Zakki. Ia memandang kakak sepupunya dengan sorot tak percaya. Tapi dengan cepat ia berpikir, Gavin pasti hanya ingin menjaga harga dirinya, mengingat mereka kini “bersekutu”. Dua detik berikutnya, tatapannya kembali jatuh ke gelas bening berisi air mineral. Ekspresinya kembali datar.Robi Atmaja tercengang. Lalu, suara tawanya berkumandang. Mengandung ejekan. “Pecundang ini? Jadi pengganti CEO Healthy Light? Apa kalian meremehkan pengkhianatannya? Anak ini sudah mencoreng nama baik dua keluarga!”“Pa