"Vin, jaga sikap! Jangan bantah kakekmu!" tegur Diana. Suaranya pelan saja, tapi keningnya berkerut. Perempuan lanjut usia yang baru hijrah beberapa tahun terakhir itu tetap memperlihatkan ketenangan, meski emosi mulai menyesakkan dadanya. Ruang keluarga seluas lebih dari lima belas meter persegi, mendadak hening dan terasa lengang, sebab empat orang di ruangan tersebut--selain Zed--segan membuka mulut gara-gara menyaksikan ekspresi murka Zed Pratama. Dua paman Gavin, Danu dan Reno, yang duduk berseberangan dengan Gavin, menampakkan wajah keruh. "Bicaralah." Dengan nada rendah dan dingin, Zed memerintahkan sambil mengulapkan tangan ke arah cucunya.Sang cucu berdeham ringan. Sebelum mulai bicara, ia memperbaiki letak duduk dari bersandar menjadi tegak lurus. Gavin ingin menunjukkan tekad yang kuat dan percaya diri. Posisi tersebut selalu ia andalkan setiap hendak bernegosiasi dengan investor atau mitra bisnis. "Mengenai pencairan saham Prisha, saya sudah menjelaskannya di forum k
"Hebat betul hoaks yang kau bikin!" teriak Reno. Panik bercampur berang. Terbayang di benaknya, kebangkrutan yang bakal dialami. Utangnya sebesar puluhan juta dollar karena kalah judi di kasino kelas atas di Makau, belum lunas. Semula ia mengira, dengan menggapai pucuk pimpinan di perusahaan induk, keuntungannya akan berlipat ganda. Ia dapat melunasi semua utang berbunga itu dengan mudah. Tak dinyana, keuangan Healthy Light bermasalah, sahamnya berkurang, dan nilainya anjlok di bursa saham. Semua gara-gara anak dan menantu Tibra!"Apa perlu saya bawa saksi sekaligus buktinya kemari?" tantang Gavin."Papa, kenapa anak kurang ajar ini dibiarkan memfitnah kami? Dia udah mundur dari Healthy Light! Copot saja sekalian jabatannya dari DIMS. Kalo perlu, coret dari daftar ahli waris!" seru Danu. Hatinya juga dilanda kecemasan. Satu anaknya terjerumus narkoba, satu lagi terlena gaul bebas, dan yang bungsu, hobi balap motor. Hobi anak bungsunya itu menuai beberapa korban tabrakan. Gara-gara
Malam itu, Prisha menemani Hana di ruang rawat inap puskesmas kecamatan tanpa Keyko. Keyko sore tadi terpaksa kembali ke Jakarta karena mendadak ada acara keluarga. Suasana hati Prisha masih diselimuti duka. Kenangan bersama neneknya terus terputar ulang di benaknya hingga wajahnya tak berhenti dibasahi air mata. Ia duduk bertopang lutut, beralaskan kasur tipis dan tikar plastik di lantai. Hana sungguh tak enak hati. Prisha baru saja kehilangan neneknya, tapi harus menjaga Hana di puskesmas. Tapi Hana juga tak tahu mesti minta bantuan siapa lagi selain Prisha. Di luar sana ada Dokter Reza ikut menginap di ruang jaga dokter puskesmas. Tanpa Prisha, Dokter Reza punya alasan kuat menjaga Hana. Sungguh berbahaya dan tak bisa dibiarkan. Dengan tak tahu malunya, konsulen tengil itu bolak-balik datang menggantikan tugas perawat untuk menyuntik, mengganti infus, atau mengantarkan makanan untuk Hana. Reza melakukannya bukan karena alasan kemanusiaan, melainkan ada udang di balik bakwan. Apa
Usai sarapan pagi, Prisha membuka notifikasi dari situs berita yang diikutinya di sosial media. Ia terbelalak menyaksikan headline utama adalah tentang merger-nya perusahaan Healthy Light cabang Singapura dan Malaysia, digabung jadi satu dengan perusahaan induk di Indonesia. Alasannya adalah demi efisiensi mengingat ancaman anjloknya saham bisnis kesehatan terbesar di Asia Tenggara tersebut. Perubahan struktur manajemen, terutama dewan direksi pun terjadi di kedua cabang perusahaan itu. Yang membuat gadis penggemar info bidang medis dan politik itu terkejut sekaligus berang adalah dikukuhkannya nama Dokter Gavin Devandra, selaku CEO Healthy Light Ltd yang mengelola langsung tiga cabang perusahaan besar di tiga negara. Bukankah Gavin sudah berjanji padaku untuk meninggalkan Healthy Light dan membangun usaha sendiri? Batin Prisha, tidak terima. Terlebih lagi, aku telah menuntut pencairan saham warisan kakekku! Mengapa tak ada pemberitaan soal itu?Penuh rasa penasaran, Prisha mengguli
Prisha bergegas berpamitan pada semua orang untuk menerima panggilan telepon di luar ruangan. Ia pergi ke ujung koridor puskesmas rawat inap, lalu berbelok ke kiri memasuki taman sehat yang dilengkapi fasilitas gazebo. Taman tersebut terletak dekat pelayanan poli umum. Taman biasanya ramai oleh pengunjung yang mengantri pelayanan kesehatan seperti poli umum, apotik, atau laboratorium. Baik orang dewasa, maupun anak-anak. Namun, pagi itu kebetulan hari libur, sehingga taman cukup sepi.Prisha duduk di gazebo sambil menempelkan ponsel ke telinga kanan.“Assalamualaykum, gimana kondisi kamu?”Suara rendah dan dalam milik Gavin terdengar di telinga Prisha, mengandung kecemasan. “Wa alaikumussalam, baik,” sahut sang istri, malas-malasan.“Maaf, aku belum bisa menjemput kamu secepatnya. Ada beberapa urusan yang mesti diselesaikan di Jakarta. Rencananya besok—““Nggak perlu,” tukas Prisha, dingin. “Aku baca berita di website Devandra Hospital, Pak Dok mau gelar konferensi pers hari ini. Me
Prisha membereskan rumah mendiang neneknya yang berantakan selepas acara pemakaman dan tahlilan. Hatinya kembali berdenyut perih mengingat baru sebulan yang lalu ia membereskan rumah tersebut untuk acara yang sama. Sebulan lalu, ia kehilangan ibu, sekarang kehilangan nenek yang membesarkannya sejak kecil. Mpok Nora, ibunya Hana, membantu sambil menghibur Prisha. Sementara Hana beristirahat di kamar. Rencananya mereka akan bertolak ke Jakarta begitu mobil ngadat milik ayah ibu Hana selesai diperbaiki. Dokter Reza menemani Juragan Akram ke bengkel, setelah mengantarkan Prisha, Hana, dan Mpok Nora ke rumah.Prisha pergi ke tetangga, untuk menanyakan adakah orang yang bisa dipercaya untuk menjaga dan merawat rumah neneknya. Ia bersyukur karena ternyata neneknya memiliki tetangga-tetangga baik hati. Mereka bersedia bergantian mengurus rumah almarhumah. Prisha memberikan sejumlah uang yang cukup besar sebagai balas jasa. Ia juga berjanji akan terus mengirimi biaya jasa perawatan rumah san
Sebelum Hana mencak-mencak dan lupa diri, Prisha cepat-cepat menyeretnya masuk kembali ke rumah. Gadis bermata sebulat mata boneka India itu sempat meronta-ronta. Setelah Prisha menginjak kakinya, Hana mengaduh dan baru menyerah.Pekik kesakitan Hana gara-gara perlakuan kejam sahabatnya, memancing perhatian Dokter Reza. Lelaki yang pada dasarnya mudah kasian itu, buru-buru meninggalkan fans barunya. Ia menyusul masuk.“Kamu kenapa, Han?” Wajah Reza yang tampan dan terkesan halus terpelajar, menunjukkan ekspresi cemas. Andai tak mengalami langsung perlakuannya yang menindas, Hana mungkin akan terkecoh. Maka itulah, alih-alih terpesona, Hana malah murka.“Nggak usah sok perhatian, deh! Saya tau modus Kak Dok! Heran aja. Spesialis anestesi yang katanya hebat, baik hati, dan tidak sombong, tetiba ngelakuin hal rendahan!” semprot sang dara sembari menuding-nuding muka konsulennya.Hal rendahan ... hal rendahan ... hal rendahan ...Dua kata tersebut otomatis terputar ulang di benak Reza,
Tak berani Prisha menerima telepon tengah malam tersebut. Segera ditolaknya panggilan. Selang dua detik, nada pemberitahuan pesan masuk ke aplikasi perpesanan berdenting. Pesan muncul di pop-up, berasal dari nomor asing yang barusan berkali-kali menghubunginya.[Sha, kamu di mana? Baik-baik aja, kan? Hampir satu jam saya nelpon kamu bolak-balik]Prisha tertegun sejenak. Siapa orang ini? Apakah Pak Dok? Batinnya, ragu.[Alhamdulillah pesan contreng dua biru tanda dibaca. Sha, buka blokiran nomor saya. Katanya mau jadi istri sholiha. Kok, nomor suami diblokir?]Prisha terbelalak dan menekap mulut. O, ternyata bener ini nomer Pak Dok. Pekiknya dalam hati. Dadanya mendesir membaca kata “suami”. Ia yang terbiasa menerima sikap dingin dan penolakan Gavin, jadi agak canggung dan rikuh. [Sha, saya udah di depan rumah. Tolong buka pintu]Hampir jatuh ponsel di tangan Prisha, gara-gara gemetar saking kagetnya. Tak menyangka ia kalau Gavin datang malam-malam. Sejenak ia bimbang. Hatinya belu
Tadinya, Ariana kaget sekaligus malu. Namun, begitu mendengar pertanyaan Gavin, ia jadi ilfeel sekaligus merasa lucu. Akhirnya, gadis itu tertawa lirih dengan pipi bersemu. “Belum apa-apa udah di-warning ngasi jawaban yang nggak mengecewakan. Yaudah, aku, sih, terserah Papa dan Mama aja.”Danan dan Lidya saling menatap, lalu mengangguk serempak. Senyum lebar mereka mengembang. Bahagia. Diam-diam, mereka mencuri pandang ke arah Zed dan Diana, penuh rasa terima kasih. Lidya lantas memeluk putrinya, seraya mengungkapkan persetujuannya. Sementara Reno, wajahnya sontak berseri-seri, dipenuhi aura kelegaan dan kebahagiaan. Batinnya berbisik gemuruh. ‘Papa, aku telah memenuhi persyaratan darimu, meminang Ariana untuk Zakki. Aku berjanji akan menjauhkan diri dari Healthy Light dan mendorong Zakki menjadi pria yang lebih baik.’***“Aku baru tau, kalo kamu pemalu.” Ariana berdecak kesal di malam pengantin. Usai akad nikah dan resepsi besar-besaran yang diadakan Zed Devandra di mansion, ia d
“Roni, kamu lebih pantas jadi adikku. Aku menyukaimu sebagai kakak.” Ariana kembali tertawa ringan. Wajahnya secerah musim semi.Harapan Roni yang sudah melambung seperti balon terbang, mendadak kempes dan jatuh.“Ah, sayang sekali.” Diana menatap cucu bungsunya yang kekanak-kanakan itu dengan lembut. “Padahal tadinya Nenek mau menjodohkan Roni dengan Ari. Tapi Ari menganggap adik. Tenanglah. Nenek memiliki beberapa calon yang bisa kaupilih. Atau kau punya calon sendiri? Kalo calonmu baik, kami akan menyetujuinya.”Roni menggeleng. Wajahnya masam. “Cewek-cewek di luar sana, hanya memandang status dan hartaku saja. Aku nggak kenal cewek lain sebaik Prisha atau Kak Ari. Aku pasrah aja ama pilihan Nenek.”Diana bertepuk tangan. “Bagus!”“Gimana denganmu, Zakki?” Pertanyaan Zed beralih ke Zakki.Yang ditanya hanya membisu. Gavin sebal sekali. Ditepuknya bahu Zakki cukup keras. “Apalagi yang kau tunggu?” Reno menarik napas panjang menyaksikan sikap diam putranya. Tentu ia mengerti kenap
“Sepulang dari berhaji, kami ingin lebih fokus beribadah. Usia aku dan nenek kalian semakin senja. Banyak hal yang kami sesali. Kini waktunya untuk memperbaiki segalanya. Kami tak ingin masalah orang tua kalian terulang pada kalian, para cucu.” Zed menyampaikan rangkaian nasihat kepada cucu-cucu lelakinya. Pada intinya, ia tak ingin mereka manja dan membuat masalah seperti dulu. Zed berharap mereka semakin matang dan lebih memperhatikan keluarga. Tak lupa ia menyemangati empat cucu lelakinya agar menyusul hijrah.“Aku bersyukur memiliki cucu menantu sebaik Prisha. Bersamanya, Gavin jadi lebih lunak dan penurut.” Diana menyampaikan isi hatinya setelah Zed menuntaskan wejangannya. Gavin menekan ketidakpuasan di hatinya ketika mendengar kalimat “lebih lunak dan penurut”. Apakah nenek dulu menganggapnya keras dan liar serupa hewan buas? Betapa berlebihan. “Bukan Sha yang mengubah Pak Dokter, Nek. Dia berubah karena keinginannya sendiri,” sahut Prisha, rendah hati. “Seiring kebersamaan
“Kalo baik-baik saja, kenapa Kakak harus susah payah mencegahku? Kakak nggak mau Dokter Salman tersakiti, kan? Kakak masih ingin menjaga perasaannya ....”“Aku tidak peduli perasaannya!” Ariana setengah berteriak. Beberapa kerabat sontak menoleh ke arahnya.Tiba-tiba Sean dan Roni datang dan bergabung ke meja Zakki. “Perasaan siapa, Kak?” tanya Roni, polos. “Kenapa kalian datang ke sini?” bentak Ariana. Mendadak ia dongkol dan uring-uringan tidak jelas. “Aku mau ngobrol serius dengan Zakki!” “Kak Ari, mumpung ada Kak Zakki di sini, aku juga perlu bicara serius denganmu.” Roni memperlihatkan ekspresi seperti awan mendung yang siap menurunkan hujan.“Betul.” Sean mengangguk kuat. “Roni siap jadi lelaki dewasa. Sesuai arahan Kak Zakki. Biar Kak Zakki jadi saksi.”Zakki menatap kedua adik sepupunya itu sambil tersenyum masam.Roni mengepal tinju, menguatkan tekad. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu membusungkan dadanya. “Kak Ariana, izinkan aku meminangmu. Maaf jika terkesan tiba-tiba
Suasana hati Zakki memburuk drastis tatkala menyaksikan Ariana dikelilingi para sepupu lelakinya. Tadinya ia ingin mendekati Ariana untuk menanyakan apa yang ingin dibahas Ariana dalam chat-nya. Namun, gadis itu sepertinya lupa. Ariana malah kelihatan asyik mengobrol dengan empat sepupu gantengnya.Zakki memutuskan melemparkan masalah itu ke belakang kepala. Toh, yang punya kepentingan adalah Ariana, bukan dirinya.Bukannya kesal, Zakki malah sedikit berterima kasih dalam hati ketika Gavin menyuruhnya memperbaiki laporan analisis keuangan dengan kata “segera”. Dalam situasi normal, ia akan tersinggung berat, sebab disuruh mengecek laporan di luar jam kerja. Parahnya lagi, dalam acara keluarga. Gavin sungguh keterlaluan. Namun, Zakki kali ini mengabaikannya agar pikirannya teralihkan dari pemandangan yang tidak menyenangkan.Sayang sekali, meski berusaha keras meneliti laporan, tetap saja ia gagal fokus. Ia tidak ingin mencuri-curi pandang ke arah gadis berkerudung pink yang sedang ter
“Ariana, mundurlah ... Jangan ikut campur,” desis Danu pada putrinya.“Tidak, Papa. Mereka berlebihan. Apakah mereka lupa kalau Om Reno adalah putra Kakek Zed? Dan Zakki adalah cucu langsung beliau? Mereka betul-betul tidak memandang muka Kakek Zed dan Nenek Diana!” Ariana berkata dengan nada mencela.Seluruh kerabat terperangah, sebelum memasang ekspresi marah dan merasa terhina.“Cukup!” Tiba-tiba Kakek Zed berseru, mencegah perdebatan meruncing. “Ariana benar. Aku dan istriku memang pernah marah pada putra-putra kami. Namun, mereka telah mendapatkan hukuman masing-masing. Anak-anakku sudah menyadari kesalahan dan menyesalinya. Kami menerima permohonan maaf mereka. Jadi, sejelek-jeleknya, tolong hentikan semua komentar miring itu. Mereka adalah putra-putraku. Yang tetap mewarisi hartaku, meski tak berhak lagi menjalankan bisnis keluarga.Acara makan malam hari ini, sebenarnya bertujuan untuk bersilaturrahmi dan memulihkan kembali hubungan kekeluargaan yang retak. Danu dan Reno sudah
Meskipun demikian, sifat kejam dan pendendamnya tidak mudah hilang begitu saja. Mantan istri dan kedua putrinya, bukan hanya meninggalkannya di saat terpuruk, tapi juga ikut melempari batu saat ia jatuh ke lubang kesengsaraan. Lebih parah lagi, baru empat bulan bercerai, Rani menikah lagi. Usut punya usut, sang istri sudah lama berselingkuh. Reno paham, dirinya jarang memperhatikan keluarga. Ia bukan orang baik. Tapi setidaknya, Rani, Anjani, dan Anggraini menikmati kemewahan nyaris tanpa batas saat Reno masih jaya-jayanya. Reno tak pernah menelantarkan mereka. Rani dan dua putrinya—kalaupun tak sudi balas budi—paling tidak jangan ikut menginjaknya. Tak dinyana, mereka kejam. Dan saat itu, saat situasi berbalik, dua putrinya ingin memanjat lagi. Melihat ekspresi murka Reno, Zakki khawatir Reno drop lagi. Kondisi fisik sang papa pascatransplantasi hepar belum stabil. Akhirnya ia bangkit, lalu menarik kedua adiknya menjauh.“Enyah!” perintahnya, dingin. Tatapannya tajam.“Kakak—“ Anj
Waktu berlalu dengan cepat. Hari sabtu pun tiba.Mansion Zed Devandra malam itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Belasan pelayan hilir mudik mengantarkan hidangan dan menatanya di meja-meja bundar yang tersusun di ruangan luas. Terakhir mansion Zed Devandra meriah adalah saat perayaan akbar akikah cucu buyut pertama Devandra, enam bulan yang lalu. Setelah berbulan-bulan agak sepi, bangunan besar itu kembali semarak. Zed mengundang seluruh keluarga besarnya ke acara makan malam tersebut. Tujuannya dalam rangka syukuran atas sembuhnya Reno. Diam-diam, tetua keluarga itu juga menyiapkan kejutan lain.Keluarga besan juga datang beserta putra-putri masing-masing. Tentu saja mereka tak akan melewatkan kesempatan berhadir di forum eksklusif tersebut. Jarang-jarang Zed Devandra mengadakan acara makan bersama keluarga besar yang melibatkan besan, di luar momen hari besar seperti hari raya. Acara tersebut bakal mereka manfaatkan untuk menjalin hubungan lebih dekat yang berpengaruh pada ke
Terlepas dari perbuatan jeleknya di masa lalu, Gavin agak kasihan pada Zakki. Tapi ia juga tak berdaya mengendalikan kakek neneknya yang pilih kasih. Tekanan keluarga Atmaja pada Zakki juga lebih karena merasa malu melihat Zakki tak bisa dibanggakan di tengah keluarga Devandra.“Adik saya sudah berubah,” kata Gavin, berusaha meredakan kejengkelan Robi. Nada suaranya tenang. “Dia jenius bisnis yang bakal diproyeksikan sebagai pengganti saya.”Kilat keterkejutan yang tajam melintas di mata Zakki. Ia memandang kakak sepupunya dengan sorot tak percaya. Tapi dengan cepat ia berpikir, Gavin pasti hanya ingin menjaga harga dirinya, mengingat mereka kini “bersekutu”. Dua detik berikutnya, tatapannya kembali jatuh ke gelas bening berisi air mineral. Ekspresinya kembali datar.Robi Atmaja tercengang. Lalu, suara tawanya berkumandang. Mengandung ejekan. “Pecundang ini? Jadi pengganti CEO Healthy Light? Apa kalian meremehkan pengkhianatannya? Anak ini sudah mencoreng nama baik dua keluarga!”“Pa