“Kamu meninggalkanku begitu saja. Tidak minta izin. Nomorku diblokir. Apakah kamu begitu membenciku?” Gavin memperlihatkan wajah sedih. Di jok mobil bagian belakang mobil, ia menyurukkan muka ke leher istrinya yang tertutup kerudung. Menghidu wangi khas Prisha membuatnya tenang. “Sha masih dibayangi trauma. Maafkan Sha. Sha hanya butuh waktu merenung dan membuat rencana terbaik agar kuat di sisi Pak Dok.”“Bahkan kamu belum ikhlas mengganti panggilan pak dok itu.”Prisha menatap heran. Mengapa dokter idolanya itu meributkan hal receh semacam panggilan? Kemana karakter dingin dan arogan yang kerap diperlihatkan Gavin. Gavin selalu tampak sulit didekati. Tapi sekarang, lelaki itu tak lebih dari kucing manja yang hobi mengendus-ngendus.“Kita akan punya anak,” bisik Gavin. Nada suaranya dipenuhi kehangatan lembut. “Hentikan sikap kekanak-kanakan itu.”Bergetar hati Prisha. Ia ikut meraba perut. Kebahagiaan dan kehangatan mengaliri dadanya. Meskipun ia belum menyiapkan diri untuk hamil,
Sebelumnya, Gavin selalu julid dan merendahkan Prisha terang-terangan. Sekarang ia khawatir sekali menyinggung istrinya. Maka pria itu memilih diam. Tatapannya jatuh ke paras bening yang kemerahan. Betapa pun cerdasnya, Prisha tak berpengalaman dalam bisnis. Istrinya itu juga terlalu mudah kasihan, agak labil, dan sedikit impulsif. Jika Prisha dibiarkan berhadapan dengan para pengusaha licik di luar sana, ia akan mudah terperangkap. Buktinya, dalam RUPS sebelumnya, Prisha kalah telak, padahal memiliki saham paling besar. Sebab Prisha kurang memperhitungkan psikologis para investor serta tidak pandai menegosiasikan keuntungan. Sang dokter menghela napas panjang sebelum menggandeng Prisha keluar mobil. “Rupanya kita kedatangan banyak tamu, “ lirih Prisha.Gavin menggenggam tangan istrinya semakin erat. “Itu keluargaku.”“Buat apa berkumpul di sini?”“Seorang bidan membocorkan berita kehamilanmu pada Nenek Diana. Tapi aku tak menyangka kalau nenek dan kakek menunggu di rumah kita. Tam
Sean dan Roni menunduk dalam-dalam. Detik itu juga, rasa penyesalan merambati hati mereka tatkala menyadari kesalahpahaman yang dibenakkan orang tua mereka selama ini. Mereka dibutakan rasa iri hati, dengki, dan tak pernah merasa puas. Zakki juga telah memanas-manasi mereka agar memberontak atas ketidakadilan Kakek Zed. Akibatnya mereka tidak melihat kenyataan, betapa hidup mereka sebenarnya baik-baik saja. Bukankah mereka sendiri malas bekerja, kepingin ongkang-ongkang kaki menikmati dana mengalir deras tanpa usaha?“Aset gabungan cukup besar. Healthy Light tidak akan rugi. Zakki, modalmu hanya pengalaman kerja sekian tahun dan membangun koneksi dari musuh-musuh kakekmu. Kamu terlalu memandang remeh kami.” Nenek Diana sekonyong-konyong angkat bicara. Memalingkan perhatian semua orang. Nenek itu tetap lemah lembut seperti biasa, tapi kalimatnya selalu telak, tajam, dan bernas. Nenek Diana lalu menghadapkan wajahnya ke arah Prisha.“Prisha, apa yang akan kau lakukan? Dasar bocah labi
Gavin percaya, istrinya pasti akan menjadi ibu yang hebat.Tatapan pria tampan bermata abu-abu itu jatuh ke perut istrinya. Sinar matanya menjadi hangat dan lembut. Usai menandatangani surat balik nama penguasaan saham, ia menggenggam tangan Prisha.“Besok, keinginanmu akan terwujud.”Kakek Zed dan Nenek Diana, bersitatap begitu mendengar kalimat tersebut. Mereka sama-sama menghela napas tak berdaya. Protes pun percuma. Sebab kini, hak mereka dalam pengelolaan perusahaan telah hilang. Gavin dan Prisha bebas menjalankan sistem bisnis sesuai idealisme mereka.Mata Prisha berkaca-kaca. Ia menyentuh ulu hati suaminya.“Apakah itu sakit?” bisiknya, hati-hati.“Oh ....” Bagai diingatkan pada rasa sakitnya, Gavin pura-pura mengerang sambil meringis dan memegangi ulu hatinya. “Sepertinya aku kudu diobati Dokter Prisha ....”“Aku akan memanggil spesialis penyakit dalam.” Dengan wajah cemas, Nenek Diana menghubungi Rumah Sakit DIMS, meminta layanan CS agar segera memanggilkan dokter spesialis p
Gavin semakin sibuk. Ia bekerja sejak pagi sampai malam hari. Terkadang berangkat ke luar negeri sehingga terpaksa meninggalkan istrinya. Menghadapi taktik bulus Zakki, cukup menguras energinya. Dengan bantuan orang-orang terpercaya, ahli hukum, dan jurnalis yang loyal, ia berhasil membendung pengkhianatan Zakki dan berita-berita negatif.Para klien yang di-black list karena memutuskan hubungan kerja sama, akhirnya berbondong-bondong kembali karena citra mereka jatuh. Termasuk Pak Bambang, sahabat Zed. Memandang persahabatan mereka, Zed akhirnya bersikap lunak dan membatalkan rencana mengekspos trik Bambang ke media sosial. Bambang memohon-mohon agar tetap diizinkan berinvestasi dan bermitra di Healthy Light. Namun, Zed terkenal pantang menarik ucapannya. Bahkan mengancamnya agar tak lagi menampakkan muka di depan Keluarga Devandra. Bambang juga tak berani cuap-cuapnya di-chancel. Ia ditekan membuat pernyataan pers yang isinya mengingkari semua pemberitaan negatif tentang Keluarga De
“Mengapa belum tidur? Lihat, sudah jam sebelas malam. Wajahmu agak pucat. Apakah morning sickness-mu belum reda?” Gavin mengalihkan rasa tersiksanya dengan mencemaskan kondisi sang istri.Semenjak dinyatakan positif, Prisha tiba-tiba dilanda rasa meriang, sering kedinginan. Ia juga sering mual dan selalu memuntahkan apa pun yang dimakannya. Selera makannya turun naik. Prisha hilang kebanggaan terhadap nafsu makannya yang dulu jarang berkurang meskipun sakit.Prisha tak sanggup menghabiskan lebih dari setengah mangkuk bubur jika selera makannya sedang drop. Tapi kalau minat makannya muncul karena mood-nya bagus--misal ketika kumpul bareng teman-teman--ia bisa makan dengan lahap, lalu muntah berat sampai nyaris pingsan. Tubuhnya yang sudah langsing menjadi semakin kurus. Ia juga lemas dan mudah letih. Wajar jika Gavin melarangnya keluar dan beraktivitas berat. Dokter spesialis kandungan dibantu bidan, rutin mengontrol kondisi Prisha setiap minggu. Ia diberi obat anti mual paling bagus
Prisha terbangun oleh kecupan ringan di dahinya. Gemuruh hujan lebat terdengar dari luar jendela. Matanya masih sayu mengantuk ketika memaksa diri bangkit. Sekujur tubuhnya terasa sangat letih, padahal suaminya sangat berhati-hati. Langit masih gelap, tapi jam telah menunjukkan waktu Subuh. “Hujan lebat, aku nggak ke masjid. Kita sholat berjamaah, ya?” Suara lembut rendah magnetik singgah ke telinga Prisha. Prisha mengangguk lesu. Malam tadi ia begadang. Bayangkan betapa parah rasa kantuknya ketika harus bangun pagi-pagi. Ia berjuang mengangkat badan sendiri, tapi berkali-kali layu merindukan bantal.Gavin tersenyum geli. Istrinya yang hamil terlihat rapuh menggemaskan. Segera digendongnya Prisha dan diangkut ke kamar mandi. Tanpa membuka mata, Prisha membiarkan dirinya diletakkan di bath tube berisi air hangat kuku. Ia mendesah nyaman saat merasakan kesegaran. Rasa kantuknya memudar perlahan. Prisha membuka mata. Ia tersenyum menemukan bunga-bunga dan rempah-rempah favoritnya te
Prisha melewati hari demi hari menjelang magang di rumah sakit dengan hati gembira. Staminanya yang kembali sehat, melipatgandakan semangatnya. Benar kiranya kata orang-orang bijak. Ketika seseorang memiliki harapan, maka semangat meraihnya akan bertambah. Pengorbanan jadi terasa manis.Menjadi dokter adalah impiannya. Prisha tak akan membuang impian tersebut hanya karena hamil. Ia jauh lebih beruntung dari sebagian besar ibu hamil di luar sana. Jadi, kenapa juga dia harus bermalas-malasan di rumah. Bergelung tidur seperti kucing gendut dan berpangku tangan menunggu makanan datang.Ia akan memanfaatkan potensi diri sebaik-baiknya.Prisha menyusun beberapa rencana masa depan. Rencana selama magang, rencana setelah melahirkan, dan rencana untuk bayimya.Begitu konsep rencana-rencana tersebut rampung, dengan mata berbinar, wanita muda itu menunjukkannya pada pak suami.Jejak rumit melintas di mata Gavin tatkala mempelajari rencana Prisha.Setelah beberapa menit, ia meletakkan berkas ren
Tadinya, Ariana kaget sekaligus malu. Namun, begitu mendengar pertanyaan Gavin, ia jadi ilfeel sekaligus merasa lucu. Akhirnya, gadis itu tertawa lirih dengan pipi bersemu. “Belum apa-apa udah di-warning ngasi jawaban yang nggak mengecewakan. Yaudah, aku, sih, terserah Papa dan Mama aja.”Danan dan Lidya saling menatap, lalu mengangguk serempak. Senyum lebar mereka mengembang. Bahagia. Diam-diam, mereka mencuri pandang ke arah Zed dan Diana, penuh rasa terima kasih. Lidya lantas memeluk putrinya, seraya mengungkapkan persetujuannya. Sementara Reno, wajahnya sontak berseri-seri, dipenuhi aura kelegaan dan kebahagiaan. Batinnya berbisik gemuruh. ‘Papa, aku telah memenuhi persyaratan darimu, meminang Ariana untuk Zakki. Aku berjanji akan menjauhkan diri dari Healthy Light dan mendorong Zakki menjadi pria yang lebih baik.’***“Aku baru tau, kalo kamu pemalu.” Ariana berdecak kesal di malam pengantin. Usai akad nikah dan resepsi besar-besaran yang diadakan Zed Devandra di mansion, ia d
“Roni, kamu lebih pantas jadi adikku. Aku menyukaimu sebagai kakak.” Ariana kembali tertawa ringan. Wajahnya secerah musim semi.Harapan Roni yang sudah melambung seperti balon terbang, mendadak kempes dan jatuh.“Ah, sayang sekali.” Diana menatap cucu bungsunya yang kekanak-kanakan itu dengan lembut. “Padahal tadinya Nenek mau menjodohkan Roni dengan Ari. Tapi Ari menganggap adik. Tenanglah. Nenek memiliki beberapa calon yang bisa kaupilih. Atau kau punya calon sendiri? Kalo calonmu baik, kami akan menyetujuinya.”Roni menggeleng. Wajahnya masam. “Cewek-cewek di luar sana, hanya memandang status dan hartaku saja. Aku nggak kenal cewek lain sebaik Prisha atau Kak Ari. Aku pasrah aja ama pilihan Nenek.”Diana bertepuk tangan. “Bagus!”“Gimana denganmu, Zakki?” Pertanyaan Zed beralih ke Zakki.Yang ditanya hanya membisu. Gavin sebal sekali. Ditepuknya bahu Zakki cukup keras. “Apalagi yang kau tunggu?” Reno menarik napas panjang menyaksikan sikap diam putranya. Tentu ia mengerti kenap
“Sepulang dari berhaji, kami ingin lebih fokus beribadah. Usia aku dan nenek kalian semakin senja. Banyak hal yang kami sesali. Kini waktunya untuk memperbaiki segalanya. Kami tak ingin masalah orang tua kalian terulang pada kalian, para cucu.” Zed menyampaikan rangkaian nasihat kepada cucu-cucu lelakinya. Pada intinya, ia tak ingin mereka manja dan membuat masalah seperti dulu. Zed berharap mereka semakin matang dan lebih memperhatikan keluarga. Tak lupa ia menyemangati empat cucu lelakinya agar menyusul hijrah.“Aku bersyukur memiliki cucu menantu sebaik Prisha. Bersamanya, Gavin jadi lebih lunak dan penurut.” Diana menyampaikan isi hatinya setelah Zed menuntaskan wejangannya. Gavin menekan ketidakpuasan di hatinya ketika mendengar kalimat “lebih lunak dan penurut”. Apakah nenek dulu menganggapnya keras dan liar serupa hewan buas? Betapa berlebihan. “Bukan Sha yang mengubah Pak Dokter, Nek. Dia berubah karena keinginannya sendiri,” sahut Prisha, rendah hati. “Seiring kebersamaan
“Kalo baik-baik saja, kenapa Kakak harus susah payah mencegahku? Kakak nggak mau Dokter Salman tersakiti, kan? Kakak masih ingin menjaga perasaannya ....”“Aku tidak peduli perasaannya!” Ariana setengah berteriak. Beberapa kerabat sontak menoleh ke arahnya.Tiba-tiba Sean dan Roni datang dan bergabung ke meja Zakki. “Perasaan siapa, Kak?” tanya Roni, polos. “Kenapa kalian datang ke sini?” bentak Ariana. Mendadak ia dongkol dan uring-uringan tidak jelas. “Aku mau ngobrol serius dengan Zakki!” “Kak Ari, mumpung ada Kak Zakki di sini, aku juga perlu bicara serius denganmu.” Roni memperlihatkan ekspresi seperti awan mendung yang siap menurunkan hujan.“Betul.” Sean mengangguk kuat. “Roni siap jadi lelaki dewasa. Sesuai arahan Kak Zakki. Biar Kak Zakki jadi saksi.”Zakki menatap kedua adik sepupunya itu sambil tersenyum masam.Roni mengepal tinju, menguatkan tekad. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu membusungkan dadanya. “Kak Ariana, izinkan aku meminangmu. Maaf jika terkesan tiba-tiba
Suasana hati Zakki memburuk drastis tatkala menyaksikan Ariana dikelilingi para sepupu lelakinya. Tadinya ia ingin mendekati Ariana untuk menanyakan apa yang ingin dibahas Ariana dalam chat-nya. Namun, gadis itu sepertinya lupa. Ariana malah kelihatan asyik mengobrol dengan empat sepupu gantengnya.Zakki memutuskan melemparkan masalah itu ke belakang kepala. Toh, yang punya kepentingan adalah Ariana, bukan dirinya.Bukannya kesal, Zakki malah sedikit berterima kasih dalam hati ketika Gavin menyuruhnya memperbaiki laporan analisis keuangan dengan kata “segera”. Dalam situasi normal, ia akan tersinggung berat, sebab disuruh mengecek laporan di luar jam kerja. Parahnya lagi, dalam acara keluarga. Gavin sungguh keterlaluan. Namun, Zakki kali ini mengabaikannya agar pikirannya teralihkan dari pemandangan yang tidak menyenangkan.Sayang sekali, meski berusaha keras meneliti laporan, tetap saja ia gagal fokus. Ia tidak ingin mencuri-curi pandang ke arah gadis berkerudung pink yang sedang ter
“Ariana, mundurlah ... Jangan ikut campur,” desis Danu pada putrinya.“Tidak, Papa. Mereka berlebihan. Apakah mereka lupa kalau Om Reno adalah putra Kakek Zed? Dan Zakki adalah cucu langsung beliau? Mereka betul-betul tidak memandang muka Kakek Zed dan Nenek Diana!” Ariana berkata dengan nada mencela.Seluruh kerabat terperangah, sebelum memasang ekspresi marah dan merasa terhina.“Cukup!” Tiba-tiba Kakek Zed berseru, mencegah perdebatan meruncing. “Ariana benar. Aku dan istriku memang pernah marah pada putra-putra kami. Namun, mereka telah mendapatkan hukuman masing-masing. Anak-anakku sudah menyadari kesalahan dan menyesalinya. Kami menerima permohonan maaf mereka. Jadi, sejelek-jeleknya, tolong hentikan semua komentar miring itu. Mereka adalah putra-putraku. Yang tetap mewarisi hartaku, meski tak berhak lagi menjalankan bisnis keluarga.Acara makan malam hari ini, sebenarnya bertujuan untuk bersilaturrahmi dan memulihkan kembali hubungan kekeluargaan yang retak. Danu dan Reno sudah
Meskipun demikian, sifat kejam dan pendendamnya tidak mudah hilang begitu saja. Mantan istri dan kedua putrinya, bukan hanya meninggalkannya di saat terpuruk, tapi juga ikut melempari batu saat ia jatuh ke lubang kesengsaraan. Lebih parah lagi, baru empat bulan bercerai, Rani menikah lagi. Usut punya usut, sang istri sudah lama berselingkuh. Reno paham, dirinya jarang memperhatikan keluarga. Ia bukan orang baik. Tapi setidaknya, Rani, Anjani, dan Anggraini menikmati kemewahan nyaris tanpa batas saat Reno masih jaya-jayanya. Reno tak pernah menelantarkan mereka. Rani dan dua putrinya—kalaupun tak sudi balas budi—paling tidak jangan ikut menginjaknya. Tak dinyana, mereka kejam. Dan saat itu, saat situasi berbalik, dua putrinya ingin memanjat lagi. Melihat ekspresi murka Reno, Zakki khawatir Reno drop lagi. Kondisi fisik sang papa pascatransplantasi hepar belum stabil. Akhirnya ia bangkit, lalu menarik kedua adiknya menjauh.“Enyah!” perintahnya, dingin. Tatapannya tajam.“Kakak—“ Anj
Waktu berlalu dengan cepat. Hari sabtu pun tiba.Mansion Zed Devandra malam itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Belasan pelayan hilir mudik mengantarkan hidangan dan menatanya di meja-meja bundar yang tersusun di ruangan luas. Terakhir mansion Zed Devandra meriah adalah saat perayaan akbar akikah cucu buyut pertama Devandra, enam bulan yang lalu. Setelah berbulan-bulan agak sepi, bangunan besar itu kembali semarak. Zed mengundang seluruh keluarga besarnya ke acara makan malam tersebut. Tujuannya dalam rangka syukuran atas sembuhnya Reno. Diam-diam, tetua keluarga itu juga menyiapkan kejutan lain.Keluarga besan juga datang beserta putra-putri masing-masing. Tentu saja mereka tak akan melewatkan kesempatan berhadir di forum eksklusif tersebut. Jarang-jarang Zed Devandra mengadakan acara makan bersama keluarga besar yang melibatkan besan, di luar momen hari besar seperti hari raya. Acara tersebut bakal mereka manfaatkan untuk menjalin hubungan lebih dekat yang berpengaruh pada ke
Terlepas dari perbuatan jeleknya di masa lalu, Gavin agak kasihan pada Zakki. Tapi ia juga tak berdaya mengendalikan kakek neneknya yang pilih kasih. Tekanan keluarga Atmaja pada Zakki juga lebih karena merasa malu melihat Zakki tak bisa dibanggakan di tengah keluarga Devandra.“Adik saya sudah berubah,” kata Gavin, berusaha meredakan kejengkelan Robi. Nada suaranya tenang. “Dia jenius bisnis yang bakal diproyeksikan sebagai pengganti saya.”Kilat keterkejutan yang tajam melintas di mata Zakki. Ia memandang kakak sepupunya dengan sorot tak percaya. Tapi dengan cepat ia berpikir, Gavin pasti hanya ingin menjaga harga dirinya, mengingat mereka kini “bersekutu”. Dua detik berikutnya, tatapannya kembali jatuh ke gelas bening berisi air mineral. Ekspresinya kembali datar.Robi Atmaja tercengang. Lalu, suara tawanya berkumandang. Mengandung ejekan. “Pecundang ini? Jadi pengganti CEO Healthy Light? Apa kalian meremehkan pengkhianatannya? Anak ini sudah mencoreng nama baik dua keluarga!”“Pa