Setelah menyantap hidangan yang telah disediakan oleh Pak Ali dan Mbak Ernis, kami siap-siap menuju rumah kontrakan yang sempat dilihat oleh Mas Dani. Dia sudah membayar uang untuk 2 hari. Tidak ada rasa curiga atau prasangka buruk terhadap pacarku itu. Aku merasa dia adalah pria yang sudah dewasa dan mengerti akan batas-batas. Apalagi aku melihat dia rajin sekali mengerjakan ibadah jadi aku tambah sangat sayang kepadanya. Setelah makan dan memberesi piring kotor di dapur kami kemudian pamit pada Mbak Ernis. “Mbak, terima kasih banyak ya atas jamuannya,” kataku. “Iya Mbak Min sama-sama. Besok ya baru melamar pekerjaan itu?” tanya Mbak Ernis. “Ya, Mbak. Doakan ya agar lamaranku diterima,” kataku. “Iya Mbak Min, semoga lamarannya diterima,” ucap Mbak Ernis. Aku membawa tas kecil milik Mas Dani dan satu tas miliku. Tidak ada perlengkapan yang berharga, hanya sekedar baju ganti dan pakaian dalam untuk 2 hari ke depan. Aku juga tidak membawa apapun. Tiba di rumah kontrakan yang dimak
“Dek Minah…Dek Minah..!” teriak Mbak Desi dengan sangat kencang membuat kenanganku tentang masa lalu yang sangat menyakitkan hati hilang diterpa angin. Kenangan yang tidak pernah kulupakan karena pertama kali aku menikah dengan Mas Dani. Bahagia yang kuharapkan ternyata air mata setiap hari. Setelah menikah baru aku tahu sifat asli Mas Dani yang tukang main perempuan serta mabuk dan judi. Dia juga sangat malas untuk bekerja. Aku pikir dia mempunyai tabungan yang banyak dengan mengaku mempunyai deposito di mana-mana ternyata hanya bualan untuk menjebakku. Setiap hari aku hanya menangis. Namun penyesalan itu untuk apa. Memang Mas Dani adalah pria tampan yang banyak dikagumi oleh banyak wanita. Bahkan banyak wanita yang memberikan harta atau uang agar bisa berkencan dengan Mas Dani. Memang saat ini aku sangat mencintai Mas Dani. Dia paling bisa menyenangkan aku untuk urusan ranjang. Tapi sejak kelahiran Zaki, suamiku itu jarang pulang. Pikiranku pasti dia ke rumah istri pertamanya. Terp
Mbak Desi mulai mencurigaiku ketika ada Dimas di rumah. Dia jarang keluar untuk memenuhi panggilan pijat. Setiap hari kerjaanku tambah padat dari mencuci piring, mencuci pakaian mereka hingga memasak. Sedangkan Mbak Desi tidak pernah memberiku makanan atau buah yang diberikan dari tamu yang datang. Padahal aku melihat banyak sekali buah dan roti serta mie yang ada di dalam kamar Mbak Desi. Aku hanya menelan ludah melihat kenyataan ini apalagi sejak 4 hari yang lalu Mas Dani tidak pulang ke rumah. Entah dia pergi kemana. Tidak juga pamit padaku atau kepada Arsyad putranya. Sedangkan uang juga tidak punya. Melihat Arsyad yang merengek terus meminta jajan kuberanikan diri untuk meminjam kepada Mbah Sih yang uangnya banyak. Apalagi aku melihat perhiasannya banyak sekali hingga ke lengan dan kalungnya juga sangat panjang. Dia juga makan buah dan makanan yang serba enak. Sementara Arsyad hanya menangis melihat anak Mbak Sih yang makan di depan tteras rumah tanpa memberikan sedikit untuk an
Sesampainya di rumah, Mbak Desi sudah berkacak pinggang. Dia sepertinya ingin mengatakan sesuatu kepadaku dan melihat barang apa yang sedang aku beli. Zaki masih dalam gendonganku sementara Arsyad memegang buah kesukaannya. "Kamu memang punya uang Dek Minah kok belanja banyak segitu. Itu semua di dapur semua peralatan habis, kamu memasak bumbunya kok terlalu boros semua. Ada gula segala macam habis. Sini belanjaanmu Mbak Desi lihat,"kata Mbak Desi ingin merebut plastik yang aku bawa.Kesabaranku sepertinya sudah habis, aku tidak mau memberikan bingkisan itu kepada Mbak Desi. "Jangan Mbak Desi, ini aku beli dari uang yang kupinjam dari Mas Diki. Kenapa Mbak Desi meminta kan punya stok makanan banyak. Tuh di kamar Mbak Desi masih ada banyak juga tidak pernah memberikan kepadaku," kataku dengan sedikit tegas.Mendengar ucapanku yang agak kasar Mbak Desi sedikit kaget dia menatapku seolah tidak percaya."Lho, Dek Minah kok jadi berani kayak gitu. Kamu Kesambet dari mana Dek? Kamu itu num
Mas Dani tidak jadi makan justru melempar mangkok ke wajahku. Untung saja aku bisa menghindar sehingga mangkok itu tidak mengenai wajah. Dengan muka yang sangat garang dia melotot ke arahku. Belum pernah selama menjadi istrinya dia semarah itu.Apakah ucapanku salah jika aku menanyakan hasil dari kerja dia selama pergi dari rumah? Sementara keadaan aku tidak punya uang bahkan untuk jajan Arsyad dan makan mie aja harus ngutang dengan kakak iparku Mas Diki. Masih aja dicurigai oleh Mbak Sih, istrinya Mas Diki. Juga dituduh mencuri uang Mbak Desi. Kapan aku bisa menjadi mandiri bisa bekerja tidak tergantung pada suamiku ini. Aku hanya bisa menangis sambil menutupi wajahku. Tak pernah terbayang suamiku menjadi pemarah seperti ini. Padahal dulu dia adalah lelaki yang sangat romantis dan penyayang seolah ingin menjagaku kini kami mempunyai dua anak timbul sifat aslinya. Aku baru tahu kalau dia ternyata adalah penjudi dan minum alkohol serta tukang main perempuan tapi bagaimana lagi nasi sud
Dani pamit pada Minah untuk pergi bekerja. Namun nyatanya pria yang bertubuh tinggi besar dan kumis tipis itu tidak bekerja. Dia justru pulang ke tempat istri pertamanya. Padahal baru saja dia melepaskan hasratnya pada Minah. Istri pertama Dani memang satu kampung dengan dia. Cuma beda dukuh dengan rumahnya Mbak Desi. Jadi sebenarnya apapun yang akan dilakukan Dani dan Minah, Tini,istri pertama Dani mengetahuinya. Dia memang wanita yang sangat licik dan pandai. Bisa membayar orang untuk memantaui apa yang dilakukan oleh Dani dan Minah. Dani begitu semangat ketika ke tempatnya Tini. Wanita itu sudah dandan dengan make up yang sangat menor. Bibir merah dan perhiasan yang banyak. Rumahnya juga besar dan halamannya luas. Dulu Tini adalah seorang TKW yang bekerja di Arab Saudi hingga bertahun-tahun, sehingga dia bisa membangun rumah yang sangat besar. Dia juga membangunkan rumah untuk anak-anaknya. Biasanya Tini bekerja di luar negeri tapi untuk sementara dia cuti dulu untuk bebe
Dani mengajak Tini menuju ke kamar. Seperti lama tidak bertemu Tini merayu Deni suaminya. Dia membuka kaos dan celana Dani dengan tergesa. Seolah ingin mengetahui isi dibalik celana itu. Padahal Tini sudah tahu kalau Dani sudah punya istri lagi. Tapi gairah wanita itu tidak pernah padam ketika melihat suami gantengnya pulang.Kemudian dengan sangat beringas Tini memulai permainan. Dia mencium bibir dan leher Dani. Mereka bercinta di kamar pojok yang menjadi kamar Tini.Setelah melepaskan apa yang menjadi hasratnya Dani tertidur di pembaringan. Padahal baru saja setengah jam yang lalu dia telah melakukan hubungan badan dengan Minah. Memang libido pria itu sangat luar biasa."Makasih ya Sayang, kamu sudah memberikan apa yang kumau," bisik Tini di telinga Dani. Sementara Dani hanya mengangguk sambil menarik sarung untuk menutupi senjata andalannya. Tangan Tini masih memegang milik Dani berharap suaminya akan meminta lagi."Dek udah.Aku udah capek banget. Uang yang tadi aku pinjam
Dani seolah tidak mempunyai dosa dan tanggungan dia mengantarkan Tini ke pasar untuk membeli makanan dan mengambil uang yang dia maksut. Dani berusaha merayu Tini agar membelanjakan uangnya untuk keperluan dirinya sendiri. Dia tidak pernah memikirkan Minah dan kedua anaknya. Sementara itu Tini sangat bahagia bisa keluar dengan Dani kali ini pria itu berdandan sangat rapi. Dia memakai celana dan kaos dengan kerah bermerek. Dia juga memberikan baju dari luar negeri untuk suaminya membuat Dani tambah besar kepala.Hingga sampai di toko baju Dani memilih jaket dan celana yang mahal."Dek ini bagus tidak?" tanya Dani sambil mengambil jaket kulit berwarna coklat. Dia juga mengambil celana dengan model yang banyak kantongnya."Bagus itu Mas. Coba dipakai sama Mas Dani. Pas apa tidak?" tanya Tini sambil memakaikan pada suaminya.Wanita itu tersenyum sumringah ketika melihat suaminya tambah ganteng dan gagah ketika memakai jaket itu. Tubuhnya yang tinggi membuat Dani kelihatan seperti or