Mas Dani tidak jadi makan justru melempar mangkok ke wajahku. Untung saja aku bisa menghindar sehingga mangkok itu tidak mengenai wajah. Dengan muka yang sangat garang dia melotot ke arahku. Belum pernah selama menjadi istrinya dia semarah itu.Apakah ucapanku salah jika aku menanyakan hasil dari kerja dia selama pergi dari rumah? Sementara keadaan aku tidak punya uang bahkan untuk jajan Arsyad dan makan mie aja harus ngutang dengan kakak iparku Mas Diki. Masih aja dicurigai oleh Mbak Sih, istrinya Mas Diki. Juga dituduh mencuri uang Mbak Desi. Kapan aku bisa menjadi mandiri bisa bekerja tidak tergantung pada suamiku ini. Aku hanya bisa menangis sambil menutupi wajahku. Tak pernah terbayang suamiku menjadi pemarah seperti ini. Padahal dulu dia adalah lelaki yang sangat romantis dan penyayang seolah ingin menjagaku kini kami mempunyai dua anak timbul sifat aslinya. Aku baru tahu kalau dia ternyata adalah penjudi dan minum alkohol serta tukang main perempuan tapi bagaimana lagi nasi sud
Dani pamit pada Minah untuk pergi bekerja. Namun nyatanya pria yang bertubuh tinggi besar dan kumis tipis itu tidak bekerja. Dia justru pulang ke tempat istri pertamanya. Padahal baru saja dia melepaskan hasratnya pada Minah. Istri pertama Dani memang satu kampung dengan dia. Cuma beda dukuh dengan rumahnya Mbak Desi. Jadi sebenarnya apapun yang akan dilakukan Dani dan Minah, Tini,istri pertama Dani mengetahuinya. Dia memang wanita yang sangat licik dan pandai. Bisa membayar orang untuk memantaui apa yang dilakukan oleh Dani dan Minah. Dani begitu semangat ketika ke tempatnya Tini. Wanita itu sudah dandan dengan make up yang sangat menor. Bibir merah dan perhiasan yang banyak. Rumahnya juga besar dan halamannya luas. Dulu Tini adalah seorang TKW yang bekerja di Arab Saudi hingga bertahun-tahun, sehingga dia bisa membangun rumah yang sangat besar. Dia juga membangunkan rumah untuk anak-anaknya. Biasanya Tini bekerja di luar negeri tapi untuk sementara dia cuti dulu untuk bebe
Dani mengajak Tini menuju ke kamar. Seperti lama tidak bertemu Tini merayu Deni suaminya. Dia membuka kaos dan celana Dani dengan tergesa. Seolah ingin mengetahui isi dibalik celana itu. Padahal Tini sudah tahu kalau Dani sudah punya istri lagi. Tapi gairah wanita itu tidak pernah padam ketika melihat suami gantengnya pulang.Kemudian dengan sangat beringas Tini memulai permainan. Dia mencium bibir dan leher Dani. Mereka bercinta di kamar pojok yang menjadi kamar Tini.Setelah melepaskan apa yang menjadi hasratnya Dani tertidur di pembaringan. Padahal baru saja setengah jam yang lalu dia telah melakukan hubungan badan dengan Minah. Memang libido pria itu sangat luar biasa."Makasih ya Sayang, kamu sudah memberikan apa yang kumau," bisik Tini di telinga Dani. Sementara Dani hanya mengangguk sambil menarik sarung untuk menutupi senjata andalannya. Tangan Tini masih memegang milik Dani berharap suaminya akan meminta lagi."Dek udah.Aku udah capek banget. Uang yang tadi aku pinjam
Dani seolah tidak mempunyai dosa dan tanggungan dia mengantarkan Tini ke pasar untuk membeli makanan dan mengambil uang yang dia maksut. Dani berusaha merayu Tini agar membelanjakan uangnya untuk keperluan dirinya sendiri. Dia tidak pernah memikirkan Minah dan kedua anaknya. Sementara itu Tini sangat bahagia bisa keluar dengan Dani kali ini pria itu berdandan sangat rapi. Dia memakai celana dan kaos dengan kerah bermerek. Dia juga memberikan baju dari luar negeri untuk suaminya membuat Dani tambah besar kepala.Hingga sampai di toko baju Dani memilih jaket dan celana yang mahal."Dek ini bagus tidak?" tanya Dani sambil mengambil jaket kulit berwarna coklat. Dia juga mengambil celana dengan model yang banyak kantongnya."Bagus itu Mas. Coba dipakai sama Mas Dani. Pas apa tidak?" tanya Tini sambil memakaikan pada suaminya.Wanita itu tersenyum sumringah ketika melihat suaminya tambah ganteng dan gagah ketika memakai jaket itu. Tubuhnya yang tinggi membuat Dani kelihatan seperti or
Sudah sore aku hanya mengasuh Zaki belum juga memasak. Aku tidak punya uang untuk belanja sementara Mbak Desi pulang membawa makanan yang sudah matang."Dek Minah tadi Deni pulang apa tidak?" tanya Mbak Desi kepadaku."Pulang Mbak, tapi cuma sebentar lalu pergi lagi katanya sih ngurusi kerjaan," kataku."Lho, kamu kok belum masak apa kamu gggak punya uang?" tanya Mbak Desi dengan pandangan yang kurang suka."Uang dari mana to,Mbak. Mas Dani itu seminggu baru pulang terus dia marah enggak punya uang, katanya uangnya masih dibawa oleh mandornya. Saya juga bingung mau makan pakai apa. Tadi ngutang dikasih uang sama Mas Diki 100 ribu sudah habis buat belanja. Buat beli susu sama jajan Arsyad. Dimas malah makan jatah mi Arsyad. Saya harus gimana Mbak?" tanyaku pasrah. Andaikan malam ini Mbak Desi tidak memberiku makan maka aku harus menahannya hingga pagi. "Kamu harus usaha dong,Dek Minah. Jangan diam saja," gerutu Mbak Desi. Mendengar ucapan Mbak Desi mataku langsung menatap
Aku sangat gelisah menunggu kedatangan Mas Dani pulang. Apa benar yang diucapkan anakku Arsyad bahwa Mas Dani pulang ke tempat istri pertamanya. Mendadak dadaku bergemuruh, kepalaku pusing. Rasa cemburu ini memenuhi rongga dadaku. Bagaimana mungkin dia bersenang-senang di sana sementara aku dan kedua anaknya sangat kelaparan dan harus ngutang di warung.Mungkin dia makan enak karena istri pertamanya banyak uang. Mereka bisa membeli apa yang mereka inginkan. Namun apakah dia tidak mengingatku dan kedua anaknya.Aku juga tidak bisa menghubungi suamiku karena dia tidak memberikan ponsel. Jangankan untuk membeli ponsel untuk makan sehari-hari cukup saja, aku sudah bersyukur. Sampai malam sekitar jam satu aku gelisah menunggu kedatangan Mas Dani tapi belum juga pulang. Hingga Dimas keluar dari dalam kamar dan melihat aku sedang menyusui Zaki. Tanpa sadar dia telah memperhatikan buah dadaku yang kuberikan pada Zaku dengan posisi yang miring. Aku terkejut ketika menyadari Dimas tela
Sampai pagi Mas Dani juga belum pulang perasaan campur aduk jadi satu. Sesuai janji Mbak Must padaku akan mengantarkan aku ke rumah Bu Tatik, orang kaya yang mencari tukang cuci gosok. Sengaja aku bangun pagi untuk mencuci piring dan menyelesaikan pekerjaan di rumah Mbak Desi. Semua itu kulakukan karena aku masih menumpang di rumah Mbak Desi. Terpaksa aku mencuci baju Mbak Desi dan Dimas.Setelah itu aku segera mandi dan memandikan Zaki."Dek Minah, hari ini kamu jadi kerja?" tanya Mbak Desi kepadaku."Ya Mbak. Mas Dani tidak pulang aku mau minta uang sama siapa kalau tidak bekerja," jawabku tanpa menoleh kepadanya."Zaki mau kamu titipkan siapa, Dek Minah?" tanya Mbak Desi."Aku sendiri banyak tamu jadi gak bisa menolongmu," ujar Mbak Desi. "Nggak papa Mbak. Aku bisa membawanya kok. Lagian Mbak Mus bilang kalau aku boleh bawa anak yang penting pekerjaanku selesai," ujarku tanpa melihat ke arah kakak iparku. "Oh ya sudah. Baguslah jadi tidak merepotkanku," kata Mbak Desi.Ak
Aku sangat terkejut ketika Pak Dedi menyentuh dan menarik tubuhku.Tanpa sengaja tangannya mendadak menyentuh bagian atas milikku kemudian aku menjerit "Pak!" teriakku segera mengibaskan tangannya. "Maaf tidak sengaja tadi, Minah. Aku hanya memegang tubuhku agar tidak jatuh," kata Pak Dedi memberikan alasan.Aku merasa tangannya mencengkram buah dadaku walau hanya hitungan menit."''Tolong bikin mi segera ya. Aku sangat lapar," kata Pak Dedi mengalihkan pembicaraan."Baik Pak," kataku dengan sedikit gugup. Aku merasa dia melakukannya dengan sengaja. Kulihat Zaki sebentar di lantai ruang tamu Bu Tati. Anakku itu masih tertidur dengan pulas. Segera aku membuatkan mie sesuai yang diminta Pak Dedi. Setelah siap kemudian aku meletakkannya di atas meja. Karena pekerjaanku sudah selesai mencuci, menjemur dan menggosok baju kemudian aku merapikan kembali tempat untuk menggosok. Aku pamit pada Pak Dedi yang duduk di meja makan. "Maaf Pak Dedi karena pekerjaanku sudah selesai Mina