Share

Rencana Licik

***

"Emak dan Bapak ridho dengan pilihanku?" Haikal memecah keheningan di tengah-tengah perjalanan. Untuk sampai di Madiun, butuh waktu sekitar 3-4 jam perjalanan dari Surabaya. Satu jam lagi mereka sampai di rumah, itupun jika tidak ada halangan di jalan. "Bagiku, Delia itu wanita baik, Mak, Pak. Dia memang dari kota, tapi perangainya sangat santun."

"Emak tahu kalau dia wanita baik, Kal," sahut Emak lembut. "Anak Emak tidak mungkin salah pilih. Benar kan, Pak?"

Pak Gani mengangguk membenarkan. Sekalipun di hatinya saat ini tengah diliputi keresahan, namun bibirnya terus tersenyum agar kebahagiaan yang sedang Haikal rasakan tidak terganggu dengan pikiran-pikiran buruk yang pria tua itu miliki. 

Haikal adalah satu-satunya harta yang Pak Gani miliki. Membayangkan bahwa putranya ditolak oleh keluarga Delia pastilah akan menyulut kesedihan di hati pria tua itu. Beruntung, Pak Handoko berbesar hati mau menerima lamaran Haikal, jika tidak ... terlukalah hati Pak Gani dan Emak Karti karena cacian dan hinaan yang keluarga Delia berikan. 

"Terima kasih, Mak. Insya Allah, Delia adalah wanita baik sama seperti Emak," puji Haikal tulus. "Emak dan Delia pasti cocok menjadi mertua dan menantu."

Emak Karti tertawa lebar menyembunyikan keresahan hatinya. Pulang dari rumah Delia membawa kesedihan tersendiri bagi wanita tua itu. Jika saja dulu Emak tidak sakit-sakitan, tentulah Haikal sekarang menyandang status sarjana, sama seperti Delia. Namun sayang, Haikal lebih memilih mengurus Emak dan membiarkan pendidikannya terbengkalai begitu saja. 

"Sudah berpikir berapa mahar yang akan kamu berikan, Haikal?"

Pertanyaan Bapak membuat suasana di dalam angkot seketika hening. Emak menggigit bibir bawahnya gusar sementara Haikal terus menatap jalanan di depannya yang semakin padat. 

"Sesampainya di rumah, Bapak ingin mengatakan sesuatu, ingatkan kalau Bapak lupa, Haikal!"

Haikal hanya mengangguk tanpa bersuara. Mendadak jantungnya berdegup kencang. Perasaan takut mulai merajai hatinya. 

Apa Bapak tiba-tiba tidak ingin merestui hubungan Haikal dan Delia?

***

Delia membiarkan begitu saja pesan dari Faisal. Perlahan, matanya terlelap mengabaikan ponsel yang bergetar di sisi kanan ranjang. 

Ting ....

|Nanti malam aku dan Jaka mampir ke rumahmu, bersiap-siaplah, kita akan makan malam bersama keluarga|

Satu pesan kembali masuk ke dalam ponsel Delia. Siapa lagi kalau bukan Faisal? Pria itu tidak akan melepaskan Delia begitu saja karena rasa penasarannya yang teramat besar. Dinding yang Delia ciptakan amatlah tinggi membuat rasa ingin tahu Faisal semakin menggebu. 

Menjelang makan malam, Delia keluar dari kamar berniat membantu Sang Ibu menyiapkan hidangan di meja. Langkah kaki Delia mendadak terhenti. Di ruang tamu, ia mendengar gelak tawa para pria. "Mau kemana, Del, ayo sini bantu Ibu!" Bu Sarah memergoki Delia yang hendak kembali ke kamar. "Malah bengong, ayo sini!"

Delia terpaksa mendekat. Saat melewati ruang tamu, benar saja ... ada dua pria yang sedang terbahak entah membahas apa sementara satu lagi hanya menunduk menyembunyikan wajah. Ada Jaka, Faisal dan satu pria lagi yang Delia tidak sangka akan datang kembali malam ini.

"Mas Haikal ...?"

Haikal menoleh. Wajahnya yang semula tersenyum kecut kini tersenyum lebar melihat Sang Kekasih menyapanya. 

"Malam-malam kesini sama siapa, Mas?" tanya Delia khawatir. "Bapak sama Emak ikut?"

Faisal bangkit. Dia berjalan mendekati Delia dan menjawab. "Aku yang menyuruhnya kesini, Del. Dia menyanggupi kita semua pergi makan-makan ke Restoran mewah. Ayo, bersiaplah!"

Delia menatap Haikal dengan mimik muka kebingungan. "Mas ....?"

Haikal mengangguk mantap. "Tidak masalah, Dek," sahut Haikal tenang. "Bilang sama semua keluarga agar bersiap, oke?"

Delia mengulum bibir cemas. Wanita cantik itu sangat paham sekali dengan kelicikan yang sedang direncanakan oleh Jaka dan Faisal. Bagaimana dia bisa tenang sementara calon suaminya hendak dipermalukan?

"Ibu masak banyak karena Jaka bilang Faisal akan datang. Ibu gak tau kalau dia akan kesini lagi," kata Bu Sarah ketus. "Ayo bantu Ibu di dapur, kenapa malah bengong disini, hah?"

"Tante, malam ini kita dapat rejeki yang tidak terduga. Haikal mau membawa kita semua ke Restoran mahal. Ayo, bersiap!"

Bu Sarah terpaku. "D-- dia? Yang benar saja, Sal!" seru Bu Sarah pada Faisal. "Kalau kamu yang ajak kami semua, Ibu percaya. Tapi kalau dia ... ayolah, Faisal, jangan membual," imbuh Bu Sarah setengah tertawa. 

"Ibu benar Mas Faisal, bisa-bisa Delia gagal menikah kalau Haikal bawa kita makan-makan di Restoran mewah." Fatimah menimpali. Di belakangnya, sosok Meisya berdiri pongah tanpa melirik Delia sama sekali. "Lagipula duit petani gak sebanyak duit manager. Ya kan, Bu?"

Bu Sarah hendak mengangguk, namun suara Haikal lagi-lagi membuat wanita paruh baya itu terpaku. "Tidak masalah, Bu. Ayo kalau mau makan-makan di Restoran," ajak Haikal dengan suara lembut. 

"Sok-sokan dia, Mbak," bisik Fatimah sambil terkikik geli. "Orang kampung mana tau harga makanan di Restoran mewah. Bisa pingsan dia nanti."

Meisya tertawa disusul dengan tawa Fatimah. "Kalau dipaksa, ya sudah, ayo!" kata Fatimah sembari mengedipkan sebelah mata pada Meisya.

"Assalamualaikum ...."

Pak Handoko yang baru pulang dari masjid teramat terkejut dengan kedatangan Haikal untuk yang kedua kalinya di hari yang sama.

"Nak, sama siapa?" tanya Pak Handoko, "Emak sama Bapak ikut, dimana?"

Saat Pak Handoko celingukan mencari calon besannya, tanpa sadar pria paruh baya itu menangkap mimik sendu dari wajah bungsunya. 

"Ah, Om ... kebetulan tadi aku yang nyuruh Haikal kesini. Ya ... gimana ya, aku penasaran sama calon suami Delia. Sekaya apa sih dia sampai-sampai Delia menolak lamaranku," ujar Faisal congkak. "Untung saja ada Jaka, tau aja dia nomor calon ipar," sindir Faisal setengah berkelakar.

Tetiba Delia melirik tajam ke arah Fatimah. Kedua tangannya mengepal kuat. "Kau benar-benar gak punya adab, Mbak!" cibir Delia sinis. "Berani sekali buka ponselku tanpa ijin?"

Fatimah melengos. Dia pura-pura tidak mendengar ucapan Delia dan berucap, "Makan-makan di Restoran mewah, yuk berangkat!"

Delia membuang napas kasar. Matanya bersirobok dengan mata Haikal yang begitu meneduhkan. Perlahan, kepala pria itu mengangguk seolah berkata, "Semua pasti baik-baik saja, Delia."

"Aku gak mau ikut!" seru Delia lantang.

"Mau kamu ikut atau tidak, acara makan-makan ini akan tetap berlangsung, Del," jawab Jaka sambil tersenyum sinis. "Aku mau lihat, apa calon suami petanimu itu bisa membayar tagihan makanan kita nanti."

Bersambung 

Komen (13)
goodnovel comment avatar
ilham Dimi
penasaran banget kyak apa kelanjutannya
goodnovel comment avatar
obososminto obo
lanjut,thoor.
goodnovel comment avatar
Sahmudin Usia
bagus sekali cerita ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status