Share

Dasar petani miskin!

***

"Kurang ajar kau, Haikal!" hardik Haris geram.

Haikal mengedikkan bahu tak acuh, "Kenapa kurang ajar? Bukannya wajar kalau aku terbuka sama istri, memang salah?"

Kedua tangan Haris mengepal kuat. Apalagi ketika Haikal mengatakan tentang pengamen di lampu merah, deru napasnya semakin memburu. Ingin rasanya ia lekas pulang dan mencaci maki pria paruh baya itu.

"Aku kesini dengan maksud baik, kurang ajar sekali kau menghina Ayahku!"

"Berhutang bukan hal baik, Haris," sindir Haikal, "Apalagi berhutang hanya untuk menunjang gaya hidup. Kalau tidak punya uang untuk menggelar pesta mewah, ya sudah ... menikah saja dengan sederhana. Beres!"

"Perihal ayahmu ... aku yakin sekali kami tidak salah lihat."

"Kami?" Ulang Haris. Wajahnya yang semula menegang kini berubah pucat.

"Ya, kami. Aku dan Delia. Kau tahu kan kalau pandangan istriku itu tajam sekali. Pria paruh baya yang siang tadi mengamen di lampu merah ... adalah ayahmu. Benar kan?"

Haris sontak bangkit. Rahangnya mengeras mendengar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Indah Syi
ya iyalah imitasi
goodnovel comment avatar
Ati Husni
haris haris...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status