Adam melangkah masuk ke dalam panthouse tempatnya tinggal bersama Tila dengan tergesa-gesa. Setelah Tila pergi dari kantornya, Adam langsung mengusir Shireen. Bagi Adam, Shireen adalah wanita yang sudah membuat istrinya marah. Jadi, wajar saja jika ia mengusir Shireen dan menegaskan pada wanita itu untuk tidak mengganggu ke rumah tangganya. Adam langsung bergegas ke lantai dua kemudian menghampiri istrinya yang duduk di ruang keluarga menatap ke arah layar televisi yang tidak menyala.Adam berniat untuk memeluk Tila, namun wanita itu menahannya lebih dulu."Kamu mandi dan bersihkan dulu tubuh kamu, Mas. Takutnya nanti kamu enggak nyaman," kata Tila. Wanita itu masih mempertahankan ekspresi datar sehingga membuat Adam semakin cemas."Tapi--""Mas," sela Tila. Tila menatap Adam dengan tatapan tenangnya membuat pria itu tidak bisa mengelak akhirnya pasrah untuk melangkah masuk ke kamar mereka dan mandi.Hari sudah sore saat ia tiba di kediamannya. Andai saja tadi tidak ada meeting penti
Suara musik terdengar kencang di penjuru ruangan diikuti teriakan serta sorak-sorai baik pria dan wanita. Mereka akan menggerakkan tubuh mereka mengikuti hentakan irama yang dimainkan oleh DJ profesional. Semua beban yang menumpuk di pundak akan terlepas saat mereka memasuki dunia malam. Ditemani dengan minuman serta suara musik yang dimainkan DJ, orang-orang akan merasa tidak akan ada beban dalam hidup. Meskipun itu hanya beberapa jam.Suara musik yang terlalu kencang tidak membuat orang-orang merasa risih. Bahkan, suara musik tersebut terdengar sampai di sebuah kamar yang terletak di lantai dua klub malam tersebut. Tidak akan ada yang mendengar suara teriakan histeris dari seorang perempuan di kamar tersebut. Bukan tanpa alasan perempuan itu menjerit ketakutan diikuti dengan suara makiannya. Ini semua bermula dari teman kencan perempuan tersebut membawanya ke dalam sebuah kamar yang sudah di sewa. Awalnya ia mengira ini hanya akan menjadi acara ngobrol biasa diikuti acara minu
Adam mengusap pipi Tila dengan lembut. Bekas tamparan mamanya masih terlihat jelas hingga rona merah di pipi sang istri tidak akan hilang dalam waktu dua hari. Saat ini keduanya sedang berada di hotel yang terletak dekat dengan rumah sakit. Keduanya sudah membersihkan diri dan berganti pakaian yang mereka beli di butik depan rumah sakit. Tidak akan ada yang menyangka jika Winar begitu kejam untuk menampar dan menuduh istrinya. Pria itu menghela napas berat menatap Tila yang duduk di sampingnya."Maaf," bisik Adam pada Tila. Pria itu merasa bersalah karena perbuatan mamanya, istrinya terluka."Enggak apa-apa, Mas." Tila menarik sudut bibirnya. Bagi wanita 27 tahun itu, tamparan Winar bukan apa-apa untuknya. Kebahagiaan Tila adalah kehancuran bagi kedua wanita yang membuatnya hidup sengsara di masa lalu. Ini saatnya Tuhan untuk turun tangan membalas semua apa yang mereka lakukan padanya. "Kalau begitu, kamu istirahat dulu." Adam kemudian membantu Tila merebahkan tubuh wanita
Adam menatap kosong layar ponselnya yang tidak menunjukkan pertanda jika panggilannya akan diangkat oleh Tila. Sejak tadi Adam sudah mencoba untuk menghubungi nomor istrinya tersebut. Namun, ponsel wanita itu tidak aktif. Adam sudah mencoba untuk mendatangi kediaman orangtua Tila namun istrinya tidak berada di sana. Sudah mendatangi tempat tinggal mereka pun, hasilnya nihil. Bu Sari berkata terakhir ia melihat Tila saat mereka pergi ke rumah sakit tadi malam. Tidak punya pilihan lain Adam akhirnya kembali ke rumah sakit menemani mamanya menjaga Eddel. Adam mengusap wajahnya kasar. Pria itu menghela napas dan menghempaskan punggungnya pada sandaran sofa. Adam tahu jika ia keterlaluan mengucapkan kata-kata menyakitkan untuk istrinya sendiri. Namun, siapa yang tidak akan marah jika ibunya diperlakukan seperti itu. Bagaimanapun, orang tua memang harus dihormati bagaimanapun kesalahannya. "Eh, ada nak Shireen. Bagaimana kabarnya?" Adam hanya melirik sekilas saat perempuan ber
Adam menatap berkas, foto, dan tab recorder yang berisi rekaman suara di atas meja Raka. Tangannya bergetar menyentuh satu persatu bukti yang terpapar nyata di depan matanya. "I-ini nyata?" Adam bertanya. Suaranya terdengar bergetar sementara matanya berkaca-kaca menatap pemandangan di atas meja yang berhasil menghancurkan perasaannya. Raka yang berada di seberang meja menganggukkan kepalanya dengan yakin. "Ini adalah hasil pencarianku selama beberapa minggu ini. Kamu bisa lihat sendiri--" Raka menunjuk pada beberapa bukti di atas meja. "Semua ini nyata dan enggak ada rekayasa," tambahnya demikian. Raka sendiri memang sudah mencurigainya sejak awal. Hasil yang ia temui tidak begitu mengejutkannya karena memang inilah yang ia harapkan. Akan aneh jika semua ini dilakukan oleh orang lain karena setelah menelusuri kehidupan Tila dan keluarga besarnya, mereka tidak memiliki musuh atau pernah berkonflik dengan siapapun. Sudah jelas hal yang menimpa Tila adalah rekayasa dari orang
Adam melangkah masuk ke dalam rumah orang tuanya dengan tergesa-gesa. Pria itu menyimpan amarah yang besar untuk sang Mama yang menjadi penyebab utama Tila mengalami kejadian pahit di masa lalu."Ma!" teriak Adam. Pria itu tidak memedulikan sopan santunnya lagi pada wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini. Amarah menutup mata dan hati Adam untuk sementara ini. Siapa yang tidak marah dan kecewa jika kehancuran hidupnya beberapa tahun yang lalu adalah campur tangan mamanya. Adam tahu jika ia akan dianggap beberapa orang menyikapi mamanya berlebihan, namun, saat ini tidak ada yang bisa dipikirkan Adam selain melampiaskan amarahnya pada sang mama."Nyonya ada di taman belakang, Tuan."Salah seorang ART yang sepertinya baru di rumah ini segera menghampiri Adam dan memberitahu jika saat ini Winar sedang berada di taman belakang. Tanpa sepatah kata pun, Adam segera bergegas menuju area belakang ke tempat mamanya berada."Bodoh sekali, Irena. Kenapa preman itu bisa ditangkap? Kalau s
Tila turun dari mobil. Wanita itu baru saja tiba di depan apartemen tempat mereka tinggal. Tila di antar oleh Randy. Tapi sebelum itu, mereka sempat mengantar Raisa ke rumah orang tua Tila lebih dulu."Hati-hati," pesan Tila pada Randy. "Iya. Thanks, Til. Udah mau nemenin aku dan Raisa," balas Randy. Pria itu merasa lega karena Raisa diterima dengan baik oleh keluarga besarnya. Meskipun ada beberapa sanak saudara yang tidak menyukai Raisa karena latar belakang gadis itu yang tak jelas. Tila hanya menganggukkan kepalanya. Wanita itu kemudian berbalik masuk ke lobi dan melangkah menuju lift yang akan membawanya ke panthouse tempat tinggalnya dan Adam.Sebenarnya ia juga tidak begitu nyaman untuk tinggal di lantai tertinggi di gedung ini. Namun, apa boleh buat jika hanya tempat ini yang dipikirkan oleh Adam.Ngomong-ngomong soal Adam, Tila tidak tahu apa yang akan ia lakukan pada pria itu. Kecewa? Sudah jelas itu yang ia rasakan. Namun, Tila paham posisi Adam. Bagaimanapun, Winar a
Adam mendapat telepon dari mamanya di sore hari. Pria itu langsung bergegas ke rumah sakit ketika mamanya memberitahu jika Eddel mengamuk di rumah sakit.Adam membuka pintu rawat bertepatan dengan sebuah benda melayang dan nyaris menyentuh kepalanya andai saja ia tidak bergerak cepat untuk menyingkir.Adam menatap Eddel dan mamanya, kemudian beralih menatap beberapa dokter yang berusaha menenangkan Eddel."Eddel kenapa lagi?" Adam bertanya dengan nada dingin. Amarahnya masih tersimpan rapi untuk sang mama. Namun, Adam tidak bisa melampiaskan kemarahannya sekarang apalagi saat ini ada beberapa suster dan dokter yang sedang berusaha untuk menenangkan Eddel."Dia histeris lagi. Ini karena ada beberapa temannya yang datang berkunjung dan mengejeknya sebagai perempuan hina," jawab Winar. "Enggak tahu dari mana mereka bisa tahu kondisi Eddel yang sebenarnya." Winar menatap putrinya dengan sedih.Wanita paruh baya itu terlihat kuyu. Apa lagi air matanya tidak berhenti mengalir memikirkan
Suasana kediaman Adam tampak tegang karena penghuni rumah saat ini sedang merasakan perasaan panik, cemas, dan khawatir menjadi satu.Tepat pada pukul 2 dini hari Tila mulai merasakan kontraksi pada perutnya. Adam yang panik melihat Tila kesakitan segera membangunkan orang-orang rumah, termasuk dengan dokter serta suster yang bertugas di rumah Adam.Adam memang sengaja ingin istrinya melahirkan di rumah agar tidak ada cerita tentang bayi yang tertukar di rumah sakit. Meskipun, hal seperti itu jarang atau mungkin belum pernah terjadi. Namun, Adam tetap ingin istrinya melahirkan di rumah. Hal tersebut membuat orangtua Tila yang mendengar alasan Adam merasa geli. Mereka mengira jika Adam mungkin pernah menonton sinetron yang memiliki tema tentang bayi yang tertukar.Tepat pada pukul 4 pagi, akhirnya suara tangis bayi mulai terdengar. Hal tersebut membuat orangtua Tila, para asisten rumah tangga, dan Angel tersenyum serta merasa lega sekaligus."Oma, dedek bayinya udah lahir?" Angel yang
Tila membuka matanya, lalu menoleh ke samping dan melihat sosok Adam yang tertidur lelap di sampingnya. Diam-diam Tila tersenyum merasa bahagia karena pria yang tertidur di sampingnya saat ia membuka mata adalah Adam Tirtando. Terkadang, Tila berpikir jika pernikahannya dan Adam hanya mimpi belaka karena memang Tila tidak pernah menyangka jika laki-laki yang menjadi suaminya adalah cinta pertamanya. Meskipun, mereka sempat berpisah karena kesalahpahaman yang terjadi.Adam mengira jika Tila berselingkuh karena Irena dan Eddel beberapa tahun lalu pernah menunjukkan foto Tila yang tidur dengan Sony. Sementara Tila sendiri mengira jika Adam meninggalkannya karena sudah tak cinta lagi. Tangan Tila terangkat mengusap dengan lembut rahang Adam. Matanya menatap lekat wajah sang suami yang memang tampan meskipun usia sudah tidak remaja lagi."Kalau anak kita laki-laki, semoga menjadi pria bertanggung jawab serta pria yang tampan seperti kamu, Mas," ucap Tila pelan. Tila memang selalu menga
Adam pulang dengan membawa martabak untuk istrinya. Sesampainya di rumah Adam masuk ke kamar dan langsung memeluk Tila yang baru saja meletakkan baju terakhir di dalam lemari. Rupanya istrinya itu baru saja selesai melipat baju, pikir Adam."Mas, bau, ih." Tila menutup hidungnya saat mencium aroma Adam. Sebenarnya Adam tidak bau karena parfum yang dia kenakan tadi pagi masih melekat sampai sekarang. Mungkin karena Tila sedang hamil, maka agak sensitif indera penciumannya."Mas kangen banget sama kamu, Sayang." Adam dengan gemas mencium kening Tila. Setelah itu ia mengangkat tubuh Tila dan memutarnya beberapa kali hingga akhirnya Tila merasa pusing."Pusing kepala aku, Mas.""Pusing, Sayang? Ugh, sini kepalanya Mas cium biar enggak pusing lagi." Adam dengan gemas mencium kepala Tila bertubi-tubi hingga membuat Tila menepuk pundak Adam."Mas," rajuknya cemberut."Istrinya Mas ini bikin gemas saja." Adam mengangkat tubuh Tila kemudian memangkunya. Saat ini mereka sedang duduk di te
Adam mendengar dengan teliti penjelasan kepala kepolisian yang menceritakan kronologi bagaimana Irena bisa tertembak.Irena ternyata tidak melarikan diri ke rumah kedua orang tuanya. Wanita itu justru melarikan diri ke rumah sahabatnya yang masih terletak di negara yang sama dengan kedua orangtuanya. Parahnya lagi, ternyata selama ini Irena memiliki hubungan dengan para mafia yang sudah diincar lama oleh aparat di sana. Meskipun bukan anggota inti, ternyata Irena seringkali berinteraksi dengan mereka dan meminta bantuan mereka.Para mafia ini cukup banyak merugikan negara. Bahkan, mereka berhasil menciptakan sebuah racun yang bisa membunuh secara perlahan ataupun secara cepat dan akurat. Sama halnya yang terjadi pada Eddel, Irena mendapatkan racun tersebut dari salah seorang anggota mafia yang bersahabat dengannya.Aparat kepolisian luar negeri berhasil menyelidikinya. Mereka sudah mengamankan beberapa tersangka. Terakhir, mereka melakukan pengejaran terhadap Irena yang berhasil lol
Adam menatap lekat wajah sang istri yang sudah terlelap sejak tadi. Tanpa sadar pria itu meneteskan air matanya saat mengingat cerita Herman tadi bahwa penderitaan istrinya berawal dari sang mama yang memiliki dendam dan kebencian pada bapak mertuanya.Andai saja dulu ia tahu jika mamanya dan Pak Herman pernah memiliki masa lalu, serta sang Mama memiliki dendam, mungkin Adam tidak akan pernah memperkenalkan Tila pada mamanya. Tila tidak akan mengalami kejadian pahit seperti dulu andai saja mamanya tidak memiliki kebencian yang tak masuk akal pada Tila. Adam sendiri merasa bingung mengapa mamanya bisa memiliki kebencian yang mendalam pada keluarga Tila. Meskipun Adam tahu jika mamanya memang egois dan memiliki ambisi besar, tapi Adam tidak pernah menyangka mamanya tega melakukan hal keji.Tangan Adam bergerak mengusap kepala Tila dengan lembut. Sementara tatapan matanya terus menatap wajah sang istri yang begitu damai dalam tidurnya. Adam mendekatkan bibirnya ke kening sang istri ke
Pagi ini Tila kembali merasakan mual. Hal tersebut sontak membuat Adam yang masih tertidur segera bangun dan menghampiri istrinya."Mau ke kamar mandi?" Adam memijat tengkuk Tila dari belakang berharap apa yang ia lakukan bisa mengurangi mual yang dirasakan oleh istrinya."Enggak perlu, Mas. Dari tadi aku udah bolak-balik kamar mandi. Aku cuma mual-mual aja," sahut Tila. Wanita itu terduduk di sisi tempat tidur sambil memijit keningnya."Aku ambil air hangat sebentar, ya. Tunggu."Adam segera bergegas keluar ke dapur untuk mengambil air hangat yang tersedia di dalam termos."Tila masih mual?" Jumi yang sudah berada di dapur menoleh menatap Adam."Iya, Bu. Ibu ada saran supaya mualnya agak berkurang?""Nanti ibu buatkan minuman yang bisa mengurangi mual. Itu resep turun temurun dari keluarga ibu," jawab Jumi, membuat Adam lega."Alhamdulillah. Terima kasih banyak kalau begitu, Bu."Jumi tersenyum menggeleng pelan kepalanya. "Enggak perlu terima kasih. Tila anak ibu sendiri kok."Adam t
Sudah seminggu sejak Tila keluar dari rumah sakit. Adam senang karena istrinya tidak dirawat di rumah sakit terlalu lama. Terlebih lagi kondisi Tila sudah cukup membaik dan hanya mual yang ia rasa. Namun, rasa mual sudah berkurang semenjak Tila mengkonsumsi vitamin yang diresepkan oleh dokter."Sayang," panggil Adam.Pria itu baru saja masuk ke dalam rumah kedua orangtua Tila yang akan mereka tempati sebelum kepindahan ke rumah baru yang masih dalam tahap finishing akhir. Maklum saja, ada beberapa bagian yang di renovasi ulang sesuai dengan keinginan Adam. Jadi, proses kepindahan mereka sedikit tertunda. Adam menatap sekeliling rumah yang tampak sepi dan membuat Adam cemas apalagi saat ini Irena belum ditemukan oleh pihak kepolisian. "Papa!" Adam menghentikan langkahnya saat mendengar suara seruan Angel dari pintu depan. Adam berbalik hanya untuk melihat Angel dan Tila yang sepertinya baru saja tiba di rumah."Dari mana, Sayang?" Adam mengangkat tubuh Angel ke dalam pelukannya s
Hari ini lagi-lagi Adam harus menitipkan Tila pada kedua mertuanya. Pria itu akan ke kantor polisi untuk menemui pengacaranya sekaligus Sam dan Lula yang sudah menunggunya di sana.Tila belum diperbolehkan pulang oleh dokter. Istrinya itu akan pulang dalam waktu dua, tiga hari mendatang. Adam lega karena kedua mertuanya mau ia repotkan dalam menjaga Tila.Adam kemudian masuk ke sebuah ruangan dimana sudah ada beberapa orang yang menunggunya."Kami mohon maaf sekali atas keteledoran pihak kami dalam mengamankan saudari Irena."Pak Irwan selaku Kapolda menatap Adam yang duduk di hadapannya. Ini karena kecerobohan mereka sehingga membuat tahanan atas nama saudari Irena bisa kabur dari sel tahanan.Pak Irwan sendiri menduga jika saat melarikan diri Irena dibantu oleh seseorang sehingga mempermudah wanita itu untuk bisa kabur."Kami juga sudah melakukan penyelidikan dan pencarian terhadap tersangka. Kami menemukan beberapa tempat yang didatangi oleh saudari Irena sebelum menghilang.""Sala
Setelah mengurus semua berkas kasus perkara yang dibantu oleh beberapa pengacara termasuk Wijaya sendiri, Tila akhirnya bisa keluar dari kantor polisi dengan jaminan dirinya saat ini masih berstatus sebagai saksi. Adam tidak ingin membuat istrinya tertekan berada di dalam sel, segera membawanya keluar. Dengan tubuh terbalut setelan jas mahal, Adam tanpa malu membopong istrinya keluar dari kantor polisi diikuti oleh tiga orang pengawalnya. Sengaja Adam membawa pengawal agar bisa menjaganya dan Tila jika ada sesuatu yang terjadi. Mobil sudah disiapkan dan Adam segera masuk dengan Tila masih berada dalam dekapannya. Adam berencana untuk membawa istrinya ke rumah sakit dan memeriksa kondisi Tila secara keseluruhan. Adam tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Tila dan calon anak mereka. "Langsung ke rumah sakit," ucap Adam pada sopir yang baru tiba. Pria itu kemudian menatap istrinya yang masih terlihat lemah. "Sayang, kalau mau makan sesuatu bilang sama mas. Nanti kita mamp