"Mbak, ada orang yang mau ketemu sama mbak." Tila yang tengah terfokus pada layar komputer mendongakkan kepalanya menatap Emily--sekretarisnya-- yang berdiri di seberang meja. Tila mengerut keningnya sesaat. Kemudian ia bertanya, "siapa?" "Beliau bilang kalau beliau adalah mama dari laki-laki bernama Adam." Emily menjawab dengan tenang. "Gimana mbak, suruh masuk?" Mama Adam? Batin Tila mengulangi. Untuk apa wanita itu datang berkunjung ke kantornya? Tanya Tila dalam hati. "Suruh masuk saja." Tila kembali memfokuskan pekerjaannya sementara Emily memberitahu bagian resepsionis untuk meminta wanita yang mengaku sebagai mama Adam langsung menuju ruangan di mana Tila berada. Selang beberapa menit kemudian, pintu kembali diketuk. Kali ini Emily datang bersama Winar. Setelah berbasa-basi sejenak, Emily melangkah keluar dari ruangan meninggalkan Winar dan juga Tila. "Silakan duduk." Tila menegakkan tubuhnya mempersilakan Winar untuk duduk di kursi yang berada tepat di seberang mej
Adam melangkah masuk ke dalam panthouse tempatnya tinggal bersama Tila dengan tergesa-gesa. Setelah Tila pergi dari kantornya, Adam langsung mengusir Shireen. Bagi Adam, Shireen adalah wanita yang sudah membuat istrinya marah. Jadi, wajar saja jika ia mengusir Shireen dan menegaskan pada wanita itu untuk tidak mengganggu ke rumah tangganya. Adam langsung bergegas ke lantai dua kemudian menghampiri istrinya yang duduk di ruang keluarga menatap ke arah layar televisi yang tidak menyala.Adam berniat untuk memeluk Tila, namun wanita itu menahannya lebih dulu."Kamu mandi dan bersihkan dulu tubuh kamu, Mas. Takutnya nanti kamu enggak nyaman," kata Tila. Wanita itu masih mempertahankan ekspresi datar sehingga membuat Adam semakin cemas."Tapi--""Mas," sela Tila. Tila menatap Adam dengan tatapan tenangnya membuat pria itu tidak bisa mengelak akhirnya pasrah untuk melangkah masuk ke kamar mereka dan mandi.Hari sudah sore saat ia tiba di kediamannya. Andai saja tadi tidak ada meeting penti
Suara musik terdengar kencang di penjuru ruangan diikuti teriakan serta sorak-sorai baik pria dan wanita. Mereka akan menggerakkan tubuh mereka mengikuti hentakan irama yang dimainkan oleh DJ profesional. Semua beban yang menumpuk di pundak akan terlepas saat mereka memasuki dunia malam. Ditemani dengan minuman serta suara musik yang dimainkan DJ, orang-orang akan merasa tidak akan ada beban dalam hidup. Meskipun itu hanya beberapa jam.Suara musik yang terlalu kencang tidak membuat orang-orang merasa risih. Bahkan, suara musik tersebut terdengar sampai di sebuah kamar yang terletak di lantai dua klub malam tersebut. Tidak akan ada yang mendengar suara teriakan histeris dari seorang perempuan di kamar tersebut. Bukan tanpa alasan perempuan itu menjerit ketakutan diikuti dengan suara makiannya. Ini semua bermula dari teman kencan perempuan tersebut membawanya ke dalam sebuah kamar yang sudah di sewa. Awalnya ia mengira ini hanya akan menjadi acara ngobrol biasa diikuti acara minu
Adam mengusap pipi Tila dengan lembut. Bekas tamparan mamanya masih terlihat jelas hingga rona merah di pipi sang istri tidak akan hilang dalam waktu dua hari. Saat ini keduanya sedang berada di hotel yang terletak dekat dengan rumah sakit. Keduanya sudah membersihkan diri dan berganti pakaian yang mereka beli di butik depan rumah sakit. Tidak akan ada yang menyangka jika Winar begitu kejam untuk menampar dan menuduh istrinya. Pria itu menghela napas berat menatap Tila yang duduk di sampingnya."Maaf," bisik Adam pada Tila. Pria itu merasa bersalah karena perbuatan mamanya, istrinya terluka."Enggak apa-apa, Mas." Tila menarik sudut bibirnya. Bagi wanita 27 tahun itu, tamparan Winar bukan apa-apa untuknya. Kebahagiaan Tila adalah kehancuran bagi kedua wanita yang membuatnya hidup sengsara di masa lalu. Ini saatnya Tuhan untuk turun tangan membalas semua apa yang mereka lakukan padanya. "Kalau begitu, kamu istirahat dulu." Adam kemudian membantu Tila merebahkan tubuh wanita
Adam menatap kosong layar ponselnya yang tidak menunjukkan pertanda jika panggilannya akan diangkat oleh Tila. Sejak tadi Adam sudah mencoba untuk menghubungi nomor istrinya tersebut. Namun, ponsel wanita itu tidak aktif. Adam sudah mencoba untuk mendatangi kediaman orangtua Tila namun istrinya tidak berada di sana. Sudah mendatangi tempat tinggal mereka pun, hasilnya nihil. Bu Sari berkata terakhir ia melihat Tila saat mereka pergi ke rumah sakit tadi malam. Tidak punya pilihan lain Adam akhirnya kembali ke rumah sakit menemani mamanya menjaga Eddel. Adam mengusap wajahnya kasar. Pria itu menghela napas dan menghempaskan punggungnya pada sandaran sofa. Adam tahu jika ia keterlaluan mengucapkan kata-kata menyakitkan untuk istrinya sendiri. Namun, siapa yang tidak akan marah jika ibunya diperlakukan seperti itu. Bagaimanapun, orang tua memang harus dihormati bagaimanapun kesalahannya. "Eh, ada nak Shireen. Bagaimana kabarnya?" Adam hanya melirik sekilas saat perempuan ber
Adam menatap berkas, foto, dan tab recorder yang berisi rekaman suara di atas meja Raka. Tangannya bergetar menyentuh satu persatu bukti yang terpapar nyata di depan matanya. "I-ini nyata?" Adam bertanya. Suaranya terdengar bergetar sementara matanya berkaca-kaca menatap pemandangan di atas meja yang berhasil menghancurkan perasaannya. Raka yang berada di seberang meja menganggukkan kepalanya dengan yakin. "Ini adalah hasil pencarianku selama beberapa minggu ini. Kamu bisa lihat sendiri--" Raka menunjuk pada beberapa bukti di atas meja. "Semua ini nyata dan enggak ada rekayasa," tambahnya demikian. Raka sendiri memang sudah mencurigainya sejak awal. Hasil yang ia temui tidak begitu mengejutkannya karena memang inilah yang ia harapkan. Akan aneh jika semua ini dilakukan oleh orang lain karena setelah menelusuri kehidupan Tila dan keluarga besarnya, mereka tidak memiliki musuh atau pernah berkonflik dengan siapapun. Sudah jelas hal yang menimpa Tila adalah rekayasa dari orang
Adam melangkah masuk ke dalam rumah orang tuanya dengan tergesa-gesa. Pria itu menyimpan amarah yang besar untuk sang Mama yang menjadi penyebab utama Tila mengalami kejadian pahit di masa lalu."Ma!" teriak Adam. Pria itu tidak memedulikan sopan santunnya lagi pada wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini. Amarah menutup mata dan hati Adam untuk sementara ini. Siapa yang tidak marah dan kecewa jika kehancuran hidupnya beberapa tahun yang lalu adalah campur tangan mamanya. Adam tahu jika ia akan dianggap beberapa orang menyikapi mamanya berlebihan, namun, saat ini tidak ada yang bisa dipikirkan Adam selain melampiaskan amarahnya pada sang mama."Nyonya ada di taman belakang, Tuan."Salah seorang ART yang sepertinya baru di rumah ini segera menghampiri Adam dan memberitahu jika saat ini Winar sedang berada di taman belakang. Tanpa sepatah kata pun, Adam segera bergegas menuju area belakang ke tempat mamanya berada."Bodoh sekali, Irena. Kenapa preman itu bisa ditangkap? Kalau s
Tila turun dari mobil. Wanita itu baru saja tiba di depan apartemen tempat mereka tinggal. Tila di antar oleh Randy. Tapi sebelum itu, mereka sempat mengantar Raisa ke rumah orang tua Tila lebih dulu."Hati-hati," pesan Tila pada Randy. "Iya. Thanks, Til. Udah mau nemenin aku dan Raisa," balas Randy. Pria itu merasa lega karena Raisa diterima dengan baik oleh keluarga besarnya. Meskipun ada beberapa sanak saudara yang tidak menyukai Raisa karena latar belakang gadis itu yang tak jelas. Tila hanya menganggukkan kepalanya. Wanita itu kemudian berbalik masuk ke lobi dan melangkah menuju lift yang akan membawanya ke panthouse tempat tinggalnya dan Adam.Sebenarnya ia juga tidak begitu nyaman untuk tinggal di lantai tertinggi di gedung ini. Namun, apa boleh buat jika hanya tempat ini yang dipikirkan oleh Adam.Ngomong-ngomong soal Adam, Tila tidak tahu apa yang akan ia lakukan pada pria itu. Kecewa? Sudah jelas itu yang ia rasakan. Namun, Tila paham posisi Adam. Bagaimanapun, Winar a