Hari sudah mulai gelap namun Tila belum juga bisa pulang ke rumah. Sementara ia sendiri harus menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai. Tila memutuskan untuk lembur dan menyelesaikan pekerjaan yang ada. Besok ia akan meminta izin untuk libur satu hari untuk menjemput Adam di bandara. Setelah menjemput Adam, mereka akan menghabiskan waktu untuk quality time bersama setelah satu minggu penuh tidak bertemu. Hal ini dikarenakan Adam sedang melakukan perjalanan dinas keluar kota sejak satu minggu yang lalu.Satu minggu ini juga Tila menginap di rumah orang tuanya atas izin Adam. Selama satu minggu penuh menginap di kediaman orang tuanya, Tila mengurus Angel dengan baik. Adam dan Tila bahkan berencana untuk mengadopsi gadis cantik dan pintar itu menjadi anak mereka. Angel juga mulai membiasakan diri memanggil dengan sebutan mama. "Iya?" Tila mengangkat sambungan telepon dari Adam. Wanita itu baru saja mengetik laporan akhir yang langsung ia simpan sebelum mengangkat telepon Adam. Tila
Randy dan Raisa turun dari mobil setelah menemukan lokasi taksi yang mereka ikuti tadi. Mereka sempat kehilangan jejak taksi hingga akhirnya mereka bisa menghela napas lega karena berhasil menemukannya setelah lima menit memutari area tersebut.Randy memberikan besi panjang yang ia ambil dari bagasi mobil pada Raisa. Itu sebagai alat untuk perlindungan diri jika terjadi sesuatu pada mereka.Mereka sudah menghubungi kantor polisi terdekat sehingga bisa dipastikan jika polisi akan tiba secepat mungkin."Masuk ke dalam," ujar Randy pada Raisa. Gadis itu mengangguk dan dengan hati-hati mengikuti langkah kaki Randy masuk ke dalam gedung bertingkat yang sudah kusam dan tidak terpakai lagi. Suara tangis seorang perempuan terdengar dari dalam gedung membuat keduanya bergegas masuk ke dalam. Tidak ada pintu yang menghalangi saat keduanya melangkah masuk hingga akhirnya mereka tiba di dalam sebuah ruangan yang diterangi dengan lampu emergency menempel pada sudut ruangan. Ruangan tersebut me
Adam memasukkan suap demi suap sendok makanan yang langsung masuk ke dalam mulut wanita itu. Sangat beruntung karena Tila tidak menolaknya. Adam mengulurkan tangannya dan mengambil satu butir nasi yang menempel di sudut bibir sang istri. Kemudian ia tersenyum lembut menatap Tila yang masih dalam posisi diam."Kamu harus makan yang banyak. Biar waktu masuk kantor nanti, ada tenaga full buat kerja," kata Adam. Tila diam tidak menyahut. Matanya menatap kosong wajah Adam yang lebih segar karena pria itu sudah mandi. Adam sendiri memilih cuti dan mengerjakan tugas kantor di rumah. Pria itu tidak akan meninggalkan istrinya di rumah sendiri, apa lagi ada mama, adik, dan sepupunya. Adam tidak ingin mereka melakukan sesuatu ketika ia meninggalkan Tila."Habis ini mandi, ya? Kulit kamu pasti lengket karena berkeringat," ucap Adam lembut. Sebenarnya ini hanya alasan yang tidak masuk akal mengingat Tila selalu berada di dalam ruangan ber-ac. Sudah jelas tidak ada keringat, namun tidak mungk
Beberapa jam lalu.Dokter Tirta sudah datang dan memeriksa kondisi Tila. Wanita itu hanya diam tidak bergerak di atas tempat tidur meski matanya sudah terbuka. Tila tidak bergerak atau memberi respon meskipun Adam sudah mencobanya. Sementara orangtua Tila juga cemas dengan kondisi putri mereka. "Bagaimana kondisinya, Dok?" Adam bertanya cemas. Adam tidak tahu jika Dokter Tirta adalah dokter kejiwaan yang menangani Tila. "Tila hanya mengalami syok. Mungkin sedikit hiburan, bisa mengurangi traumanya." Dokter Tirta menjawab dengan tenang. Matanya menatap penuh arti pada orangtua Tila yang menggangguk diam-diam sebagai respon mereka."Terima kasih kalau begitu." Adam segera masuk ke dalam kamar Tila. Pria itu duduk di samping tempat tidur sang istri dan mengusap kepala sang istri dengan sayang. Tidak ada yang tahu betapa paniknya Adam saat mengetahui jika istrinya nyaris saja diperlakukan dengan buruk oleh sekelompok manusia kejam itu. "Jangan dipikirkan lagi. Ada aku disini," ucap
Adam harus terpaksa meninggalkan Tila di rumah karena meeting penting dengan investor luar negeri tidak bisa ditunda.Pria itu akhirnya menitipkan Tila pada Bu Sari, orang yang sangat ia percayai dalam rumah ini.Andai saja Adam bisa menunda meeting tersebut, mungkin saat ini ia sedang berada di dalam kamar bersama Tila. Bukan berada dalam mobil menuju restoran tempat dimana ia memiliki janji temu.Adam menghela napas berat. Dalam hati ia berdoa semoga saja tidak ada yang terjadi pada istrinya.Namun, doa Adam sepertinya tidak akan terkabul. Pasalnya, Winar dan Irena saat ini sudah berada di dalam kamar Adam. Mereka berhasil menyingkirkan Bu Sari agar pergi meninggalkan kamar Adam.Winar berkacak pinggang di depan Tila. Matanya menatap tajam sosok wanita yang duduk di sofa menghadap layar televisi. Enak sekali hidup wanita ini, pikir Winar penuh dengki."Enak sekali hidup kamu wanita gila. Suami kerja, kamu enak-enakan nonton TV di sini. Apa gunanya hidup kamu?" Winar sudah memulai s
Adam berlari menyusuri lorong rumah sakit dengan keringat bercucuran di kening dan tubuhnya.Pria itu baru saja mendapatkan kabar dari kakak iparnya--Haikal-- jika saat ini Tila berada di rumah sakit.Adam yang mendapat kabar tersebut tidak bisa menahan rasa panik dan cemas di hatinya. Pria itu juga bingung mengapa istrinya bisa berada di rumah sakit. Sementara saat ia meninggalkan Tila tadi, istrinya dalam keadaan baik-baik saja.Adam akhirnya tiba di sebuah ruangan yang sudah diberitahu oleh Haikal jika itu adalah ruang dimana Tila dirawat.Adam membuka pintu kamar rawat Tila dengan jantung berdebar kencang. Pria itu berharap istrinya dalam kondisi baik-baik saja.Adam menatap sekeliling ruangan dan menemukan orang tua Tila, seorang pria dan seorang wanita, serta Haikal duduk di sofa yang berada dekat dengan tempat tidur Tila.Tatapan Adam terpaku pada tempat tidur di mana sang istri terbaring dengan mata tertutup.Adam melangkah pelan mendekati tempat tidur. Tangannya terulur menye
"ibu bisa berada di kamar yang ini. Di lantai dua, adalah kamar kami. Mulai sekarang kita akan tinggal di panthouse ini untuk sementara, sebelum saya menemukan rumah yang cocok untuk kita bertiga." Itu adalah beberapa kalimat panjang yang diucapkan Adam sebelum pria itu melangkah pergi meninggalkan panthouse yang ada Bu Sari di dalamnya. Tujuan Adam kali ini adalah rumah sakit di mana tempat istrinya dirawat. Adam sudah lebih dari 2 jam meninggalkan Tila di rumah sakit. Meskipun ada orang tua dan kakak wanita itu, tetap saja Adam nyaman untuk pergi lama. Sesampainya di kamar rawat Tila, Adam bergegas masuk dan melihat istrinya sudah sadar. Saat ini Tila sedang makan dan disuapi oleh Jumi."Bagaimana keadaan Tila, Bu?" Adam bertanya saat tiba di hadapan wanita paruh baya yang merupakan ibu mertuanya. Tangannya terulur mengusap kepala Tila dengan sayang."Sudah mendingan. Dokter Tirta sudah memberikan terapi untuknya," jawab Bu Jumi. "Kondisi psikisnya sedikit lebih baik. Dia engga
Adam merebahkan tubuh Tila di atas tempat tidur berukuran king size dengan hati-hati. Adam takut jika gerakannya akan menyakiti tubuh istrinya.Tila baru saja keluar dari rumah sakit setelah tiga hari dirawat. Kondisi fisik istrinya sedikit lebih membaik. Hanya saja, kondisi mentalnya masih sedikit rapuh. Tila masih pendiam dan tidak begitu merespon apa pun yang ia dan orang-orang sekelilingnya ucapkan. Wanita itu hanya akan memberi respon kecil saat Dokter Tirta datang memberi terapi. "Kamu tidur dulu, ya. Tenang saja, aku enggak akan tinggalkan kamu," ucap Adam dengan suara alam. "Hari ini mau makan apa biar aku minta Bu sawi memasak yang enak untuk kita." Adam menatap lekat manik mata Tila. Pria itu berusaha untuk menyelami pikiran istrinya yang memang sulit terbaca sejak lama.Gelengan kepala Tila membuat Adam mengerti jika istrinya enggan untuk melakukan apa-apa."Baiklah. Kamu tunggu di sini sebentar. Aku mau ambil laptop dan berkas di ruang kerja." Adam segera berdiri tegak