Adam merebahkan tubuh Tila di atas tempat tidur berukuran king size dengan hati-hati. Adam takut jika gerakannya akan menyakiti tubuh istrinya.Tila baru saja keluar dari rumah sakit setelah tiga hari dirawat. Kondisi fisik istrinya sedikit lebih membaik. Hanya saja, kondisi mentalnya masih sedikit rapuh. Tila masih pendiam dan tidak begitu merespon apa pun yang ia dan orang-orang sekelilingnya ucapkan. Wanita itu hanya akan memberi respon kecil saat Dokter Tirta datang memberi terapi. "Kamu tidur dulu, ya. Tenang saja, aku enggak akan tinggalkan kamu," ucap Adam dengan suara alam. "Hari ini mau makan apa biar aku minta Bu sawi memasak yang enak untuk kita." Adam menatap lekat manik mata Tila. Pria itu berusaha untuk menyelami pikiran istrinya yang memang sulit terbaca sejak lama.Gelengan kepala Tila membuat Adam mengerti jika istrinya enggan untuk melakukan apa-apa."Baiklah. Kamu tunggu di sini sebentar. Aku mau ambil laptop dan berkas di ruang kerja." Adam segera berdiri tegak
Hari-hari berlalu dengan sangat cepat hingga tidak terasa dua bulan sudah berlalu semenjak kejadian naas yang hampir menimpa Tila. Satu bulan yang lalu Tila sudah menjalani kehidupan normal. Meskipun sesekali terkadang ia akan bersikap ketakutan akan sesuatu, ia bisa mengatasinya. Tila sudah kembali bekerja seperti biasa. Setiap satu minggu sekali, Adam akan menemani Tila ke rumah Dokter Tirta untuk menjalani terapi ringan.Adam tentu saja bahagia dengan kemajuan istrinya itu. Setiap hari mereka akan melakui kehidupan yang normal layaknya pasangan suami istri. Setiap pagi, Tila akan membantu Bu Sari mempersiapkan sarapan untuk Adam. Tidak hanya sarapan, bahkan untuk pakaian yang akan dikenakan Adam di kantor Tila juga yang mempersiapkannya.Kebahagiaan Adam dan Tila tentu saja tak luput dari pengamatan winar. Wanita itu diam-diam memerintahkan orang untuk mengawasi Adam dan Tila.Winar tentu saja tidak senang dengan apa yang terjadi. Seharusnya, Adam segera menceraikan Tila saat
Adam membuka pintu samping mobil di mana Tila berada. Pria itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya pada Tila dan menariknya pelan untuk keluar dari mobil. Setelah kedua kaki Tila menapak di tanah, Adam segera menutup pintu dan menggenggam telapak kanan istrinya. "Pantai?" Tila menatap sekeliling kemudian beralih menatap Adam yang berdiri menjulang tinggi di sampingnya. Baru ini Tila sadari, jika tubuhnya hanya sebatas dagu Adam. Betapa tinggi ukuran tubuh pria itu, pikir Tila."Iya." Adam menganggukkan kepalanya. "Sengaja, aku ajak kamu ke pantai. Kita belum pernah menikmati angin sore di pantai, berdua." Selama pernikahan mereka jarak kepergian hanya dari kantor, rumah Dokter Tirta, rumah orang tua Tila, dan restoran. Mereka belum pernah menghabiskan waktu untuk jalan-jalan dengan bebas seperti sekarang ini."Terima kasih. Aku sudah lama enggak pernah ke pantai.""Kapan-kapan kalau ada waktu lagi, aku bisa ajak kamu ke pantai. Kalau bisa, kita juga bisa mendaki gunung." "M
"Mbak, ada orang yang mau ketemu sama mbak." Tila yang tengah terfokus pada layar komputer mendongakkan kepalanya menatap Emily--sekretarisnya-- yang berdiri di seberang meja. Tila mengerut keningnya sesaat. Kemudian ia bertanya, "siapa?" "Beliau bilang kalau beliau adalah mama dari laki-laki bernama Adam." Emily menjawab dengan tenang. "Gimana mbak, suruh masuk?" Mama Adam? Batin Tila mengulangi. Untuk apa wanita itu datang berkunjung ke kantornya? Tanya Tila dalam hati. "Suruh masuk saja." Tila kembali memfokuskan pekerjaannya sementara Emily memberitahu bagian resepsionis untuk meminta wanita yang mengaku sebagai mama Adam langsung menuju ruangan di mana Tila berada. Selang beberapa menit kemudian, pintu kembali diketuk. Kali ini Emily datang bersama Winar. Setelah berbasa-basi sejenak, Emily melangkah keluar dari ruangan meninggalkan Winar dan juga Tila. "Silakan duduk." Tila menegakkan tubuhnya mempersilakan Winar untuk duduk di kursi yang berada tepat di seberang mej
Adam melangkah masuk ke dalam panthouse tempatnya tinggal bersama Tila dengan tergesa-gesa. Setelah Tila pergi dari kantornya, Adam langsung mengusir Shireen. Bagi Adam, Shireen adalah wanita yang sudah membuat istrinya marah. Jadi, wajar saja jika ia mengusir Shireen dan menegaskan pada wanita itu untuk tidak mengganggu ke rumah tangganya. Adam langsung bergegas ke lantai dua kemudian menghampiri istrinya yang duduk di ruang keluarga menatap ke arah layar televisi yang tidak menyala.Adam berniat untuk memeluk Tila, namun wanita itu menahannya lebih dulu."Kamu mandi dan bersihkan dulu tubuh kamu, Mas. Takutnya nanti kamu enggak nyaman," kata Tila. Wanita itu masih mempertahankan ekspresi datar sehingga membuat Adam semakin cemas."Tapi--""Mas," sela Tila. Tila menatap Adam dengan tatapan tenangnya membuat pria itu tidak bisa mengelak akhirnya pasrah untuk melangkah masuk ke kamar mereka dan mandi.Hari sudah sore saat ia tiba di kediamannya. Andai saja tadi tidak ada meeting penti
Suara musik terdengar kencang di penjuru ruangan diikuti teriakan serta sorak-sorai baik pria dan wanita. Mereka akan menggerakkan tubuh mereka mengikuti hentakan irama yang dimainkan oleh DJ profesional. Semua beban yang menumpuk di pundak akan terlepas saat mereka memasuki dunia malam. Ditemani dengan minuman serta suara musik yang dimainkan DJ, orang-orang akan merasa tidak akan ada beban dalam hidup. Meskipun itu hanya beberapa jam.Suara musik yang terlalu kencang tidak membuat orang-orang merasa risih. Bahkan, suara musik tersebut terdengar sampai di sebuah kamar yang terletak di lantai dua klub malam tersebut. Tidak akan ada yang mendengar suara teriakan histeris dari seorang perempuan di kamar tersebut. Bukan tanpa alasan perempuan itu menjerit ketakutan diikuti dengan suara makiannya. Ini semua bermula dari teman kencan perempuan tersebut membawanya ke dalam sebuah kamar yang sudah di sewa. Awalnya ia mengira ini hanya akan menjadi acara ngobrol biasa diikuti acara minu
Adam mengusap pipi Tila dengan lembut. Bekas tamparan mamanya masih terlihat jelas hingga rona merah di pipi sang istri tidak akan hilang dalam waktu dua hari. Saat ini keduanya sedang berada di hotel yang terletak dekat dengan rumah sakit. Keduanya sudah membersihkan diri dan berganti pakaian yang mereka beli di butik depan rumah sakit. Tidak akan ada yang menyangka jika Winar begitu kejam untuk menampar dan menuduh istrinya. Pria itu menghela napas berat menatap Tila yang duduk di sampingnya."Maaf," bisik Adam pada Tila. Pria itu merasa bersalah karena perbuatan mamanya, istrinya terluka."Enggak apa-apa, Mas." Tila menarik sudut bibirnya. Bagi wanita 27 tahun itu, tamparan Winar bukan apa-apa untuknya. Kebahagiaan Tila adalah kehancuran bagi kedua wanita yang membuatnya hidup sengsara di masa lalu. Ini saatnya Tuhan untuk turun tangan membalas semua apa yang mereka lakukan padanya. "Kalau begitu, kamu istirahat dulu." Adam kemudian membantu Tila merebahkan tubuh wanita
Adam menatap kosong layar ponselnya yang tidak menunjukkan pertanda jika panggilannya akan diangkat oleh Tila. Sejak tadi Adam sudah mencoba untuk menghubungi nomor istrinya tersebut. Namun, ponsel wanita itu tidak aktif. Adam sudah mencoba untuk mendatangi kediaman orangtua Tila namun istrinya tidak berada di sana. Sudah mendatangi tempat tinggal mereka pun, hasilnya nihil. Bu Sari berkata terakhir ia melihat Tila saat mereka pergi ke rumah sakit tadi malam. Tidak punya pilihan lain Adam akhirnya kembali ke rumah sakit menemani mamanya menjaga Eddel. Adam mengusap wajahnya kasar. Pria itu menghela napas dan menghempaskan punggungnya pada sandaran sofa. Adam tahu jika ia keterlaluan mengucapkan kata-kata menyakitkan untuk istrinya sendiri. Namun, siapa yang tidak akan marah jika ibunya diperlakukan seperti itu. Bagaimanapun, orang tua memang harus dihormati bagaimanapun kesalahannya. "Eh, ada nak Shireen. Bagaimana kabarnya?" Adam hanya melirik sekilas saat perempuan ber
Suasana kediaman Adam tampak tegang karena penghuni rumah saat ini sedang merasakan perasaan panik, cemas, dan khawatir menjadi satu.Tepat pada pukul 2 dini hari Tila mulai merasakan kontraksi pada perutnya. Adam yang panik melihat Tila kesakitan segera membangunkan orang-orang rumah, termasuk dengan dokter serta suster yang bertugas di rumah Adam.Adam memang sengaja ingin istrinya melahirkan di rumah agar tidak ada cerita tentang bayi yang tertukar di rumah sakit. Meskipun, hal seperti itu jarang atau mungkin belum pernah terjadi. Namun, Adam tetap ingin istrinya melahirkan di rumah. Hal tersebut membuat orangtua Tila yang mendengar alasan Adam merasa geli. Mereka mengira jika Adam mungkin pernah menonton sinetron yang memiliki tema tentang bayi yang tertukar.Tepat pada pukul 4 pagi, akhirnya suara tangis bayi mulai terdengar. Hal tersebut membuat orangtua Tila, para asisten rumah tangga, dan Angel tersenyum serta merasa lega sekaligus."Oma, dedek bayinya udah lahir?" Angel yang
Tila membuka matanya, lalu menoleh ke samping dan melihat sosok Adam yang tertidur lelap di sampingnya. Diam-diam Tila tersenyum merasa bahagia karena pria yang tertidur di sampingnya saat ia membuka mata adalah Adam Tirtando. Terkadang, Tila berpikir jika pernikahannya dan Adam hanya mimpi belaka karena memang Tila tidak pernah menyangka jika laki-laki yang menjadi suaminya adalah cinta pertamanya. Meskipun, mereka sempat berpisah karena kesalahpahaman yang terjadi.Adam mengira jika Tila berselingkuh karena Irena dan Eddel beberapa tahun lalu pernah menunjukkan foto Tila yang tidur dengan Sony. Sementara Tila sendiri mengira jika Adam meninggalkannya karena sudah tak cinta lagi. Tangan Tila terangkat mengusap dengan lembut rahang Adam. Matanya menatap lekat wajah sang suami yang memang tampan meskipun usia sudah tidak remaja lagi."Kalau anak kita laki-laki, semoga menjadi pria bertanggung jawab serta pria yang tampan seperti kamu, Mas," ucap Tila pelan. Tila memang selalu menga
Adam pulang dengan membawa martabak untuk istrinya. Sesampainya di rumah Adam masuk ke kamar dan langsung memeluk Tila yang baru saja meletakkan baju terakhir di dalam lemari. Rupanya istrinya itu baru saja selesai melipat baju, pikir Adam."Mas, bau, ih." Tila menutup hidungnya saat mencium aroma Adam. Sebenarnya Adam tidak bau karena parfum yang dia kenakan tadi pagi masih melekat sampai sekarang. Mungkin karena Tila sedang hamil, maka agak sensitif indera penciumannya."Mas kangen banget sama kamu, Sayang." Adam dengan gemas mencium kening Tila. Setelah itu ia mengangkat tubuh Tila dan memutarnya beberapa kali hingga akhirnya Tila merasa pusing."Pusing kepala aku, Mas.""Pusing, Sayang? Ugh, sini kepalanya Mas cium biar enggak pusing lagi." Adam dengan gemas mencium kepala Tila bertubi-tubi hingga membuat Tila menepuk pundak Adam."Mas," rajuknya cemberut."Istrinya Mas ini bikin gemas saja." Adam mengangkat tubuh Tila kemudian memangkunya. Saat ini mereka sedang duduk di te
Adam mendengar dengan teliti penjelasan kepala kepolisian yang menceritakan kronologi bagaimana Irena bisa tertembak.Irena ternyata tidak melarikan diri ke rumah kedua orang tuanya. Wanita itu justru melarikan diri ke rumah sahabatnya yang masih terletak di negara yang sama dengan kedua orangtuanya. Parahnya lagi, ternyata selama ini Irena memiliki hubungan dengan para mafia yang sudah diincar lama oleh aparat di sana. Meskipun bukan anggota inti, ternyata Irena seringkali berinteraksi dengan mereka dan meminta bantuan mereka.Para mafia ini cukup banyak merugikan negara. Bahkan, mereka berhasil menciptakan sebuah racun yang bisa membunuh secara perlahan ataupun secara cepat dan akurat. Sama halnya yang terjadi pada Eddel, Irena mendapatkan racun tersebut dari salah seorang anggota mafia yang bersahabat dengannya.Aparat kepolisian luar negeri berhasil menyelidikinya. Mereka sudah mengamankan beberapa tersangka. Terakhir, mereka melakukan pengejaran terhadap Irena yang berhasil lol
Adam menatap lekat wajah sang istri yang sudah terlelap sejak tadi. Tanpa sadar pria itu meneteskan air matanya saat mengingat cerita Herman tadi bahwa penderitaan istrinya berawal dari sang mama yang memiliki dendam dan kebencian pada bapak mertuanya.Andai saja dulu ia tahu jika mamanya dan Pak Herman pernah memiliki masa lalu, serta sang Mama memiliki dendam, mungkin Adam tidak akan pernah memperkenalkan Tila pada mamanya. Tila tidak akan mengalami kejadian pahit seperti dulu andai saja mamanya tidak memiliki kebencian yang tak masuk akal pada Tila. Adam sendiri merasa bingung mengapa mamanya bisa memiliki kebencian yang mendalam pada keluarga Tila. Meskipun Adam tahu jika mamanya memang egois dan memiliki ambisi besar, tapi Adam tidak pernah menyangka mamanya tega melakukan hal keji.Tangan Adam bergerak mengusap kepala Tila dengan lembut. Sementara tatapan matanya terus menatap wajah sang istri yang begitu damai dalam tidurnya. Adam mendekatkan bibirnya ke kening sang istri ke
Pagi ini Tila kembali merasakan mual. Hal tersebut sontak membuat Adam yang masih tertidur segera bangun dan menghampiri istrinya."Mau ke kamar mandi?" Adam memijat tengkuk Tila dari belakang berharap apa yang ia lakukan bisa mengurangi mual yang dirasakan oleh istrinya."Enggak perlu, Mas. Dari tadi aku udah bolak-balik kamar mandi. Aku cuma mual-mual aja," sahut Tila. Wanita itu terduduk di sisi tempat tidur sambil memijit keningnya."Aku ambil air hangat sebentar, ya. Tunggu."Adam segera bergegas keluar ke dapur untuk mengambil air hangat yang tersedia di dalam termos."Tila masih mual?" Jumi yang sudah berada di dapur menoleh menatap Adam."Iya, Bu. Ibu ada saran supaya mualnya agak berkurang?""Nanti ibu buatkan minuman yang bisa mengurangi mual. Itu resep turun temurun dari keluarga ibu," jawab Jumi, membuat Adam lega."Alhamdulillah. Terima kasih banyak kalau begitu, Bu."Jumi tersenyum menggeleng pelan kepalanya. "Enggak perlu terima kasih. Tila anak ibu sendiri kok."Adam t
Sudah seminggu sejak Tila keluar dari rumah sakit. Adam senang karena istrinya tidak dirawat di rumah sakit terlalu lama. Terlebih lagi kondisi Tila sudah cukup membaik dan hanya mual yang ia rasa. Namun, rasa mual sudah berkurang semenjak Tila mengkonsumsi vitamin yang diresepkan oleh dokter."Sayang," panggil Adam.Pria itu baru saja masuk ke dalam rumah kedua orangtua Tila yang akan mereka tempati sebelum kepindahan ke rumah baru yang masih dalam tahap finishing akhir. Maklum saja, ada beberapa bagian yang di renovasi ulang sesuai dengan keinginan Adam. Jadi, proses kepindahan mereka sedikit tertunda. Adam menatap sekeliling rumah yang tampak sepi dan membuat Adam cemas apalagi saat ini Irena belum ditemukan oleh pihak kepolisian. "Papa!" Adam menghentikan langkahnya saat mendengar suara seruan Angel dari pintu depan. Adam berbalik hanya untuk melihat Angel dan Tila yang sepertinya baru saja tiba di rumah."Dari mana, Sayang?" Adam mengangkat tubuh Angel ke dalam pelukannya s
Hari ini lagi-lagi Adam harus menitipkan Tila pada kedua mertuanya. Pria itu akan ke kantor polisi untuk menemui pengacaranya sekaligus Sam dan Lula yang sudah menunggunya di sana.Tila belum diperbolehkan pulang oleh dokter. Istrinya itu akan pulang dalam waktu dua, tiga hari mendatang. Adam lega karena kedua mertuanya mau ia repotkan dalam menjaga Tila.Adam kemudian masuk ke sebuah ruangan dimana sudah ada beberapa orang yang menunggunya."Kami mohon maaf sekali atas keteledoran pihak kami dalam mengamankan saudari Irena."Pak Irwan selaku Kapolda menatap Adam yang duduk di hadapannya. Ini karena kecerobohan mereka sehingga membuat tahanan atas nama saudari Irena bisa kabur dari sel tahanan.Pak Irwan sendiri menduga jika saat melarikan diri Irena dibantu oleh seseorang sehingga mempermudah wanita itu untuk bisa kabur."Kami juga sudah melakukan penyelidikan dan pencarian terhadap tersangka. Kami menemukan beberapa tempat yang didatangi oleh saudari Irena sebelum menghilang.""Sala
Setelah mengurus semua berkas kasus perkara yang dibantu oleh beberapa pengacara termasuk Wijaya sendiri, Tila akhirnya bisa keluar dari kantor polisi dengan jaminan dirinya saat ini masih berstatus sebagai saksi. Adam tidak ingin membuat istrinya tertekan berada di dalam sel, segera membawanya keluar. Dengan tubuh terbalut setelan jas mahal, Adam tanpa malu membopong istrinya keluar dari kantor polisi diikuti oleh tiga orang pengawalnya. Sengaja Adam membawa pengawal agar bisa menjaganya dan Tila jika ada sesuatu yang terjadi. Mobil sudah disiapkan dan Adam segera masuk dengan Tila masih berada dalam dekapannya. Adam berencana untuk membawa istrinya ke rumah sakit dan memeriksa kondisi Tila secara keseluruhan. Adam tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Tila dan calon anak mereka. "Langsung ke rumah sakit," ucap Adam pada sopir yang baru tiba. Pria itu kemudian menatap istrinya yang masih terlihat lemah. "Sayang, kalau mau makan sesuatu bilang sama mas. Nanti kita mamp