Setelah dari rumah orangtua Tila, Adam membawa istrinya untuk jalan-jalan. Pria itu membawa istrinya ke sebuah taman permainan yang terkenal dengan berbagai macam wahana permainan yang tersedia. Dufan. Mereka sudah memasuki area Dufan dengan Adam yang selalu menggenggam tangan Tila. Pria itu tersenyum kecil menatap istrinya yang begitu menikmati suasana Dufan. "Kamu bahagia?" Adam bertanya pada Tila yang saat ini fokus menatap rombongan remaja yang saling mendorong untuk menaiki wahana roller coaster. Mereka tertawa, saling mendorong untuk meminta teman mereka menjadi yang pertama, bahkan ada remaja laki-laki yang dengan jail menarik paksa teman perempuannya untuk berada di posisi pertama.Tila menoleh menatap Adam. Wanita itu mengangguk sambil tersenyum dan menjawab, "heem."Adam membalas senyum Tila. Ada rasa bahagia di hati saat mendapati Tila bahagia hanya karena mereka berada di taman bermain. "Kita keliling lagi," ajak Adam, yang tentu saja diangguki oleh Tila. Keduanya ber
Adam dan Tila memutuskan untuk menitipkan Angel di rumah orangtua Tila.Bukan tanpa alasan mereka melakukan hal tersebut. Jika Angel dibawa ke rumah, maka Winar dan Eddel tidak akan memperlakukan gadis kecil itu dengan baik. Terlebih lagi asal-usul Angel tidak jelas. Belum lagi baik Tila dan Adam sama-sama bekerja sehingga Angel akan sering tinggal di rumah.Setelah memberi penjelasan pada Jumi, Adam dan Tila pamit pulang. Keduanya juga memberi pesan agar Angel tidak nakal dan berjanji akan mengunjungi gadis kecil itu besok."Tuan, ada paket besar datang lagi."Adam menghentikan langkahnya saat Bu Sari menghadangnya. Pria itu mengepalkan kedua tangannya mendengar ucapan Bu Sari. Paket-paket yang selalu dikirimkan untuk Tila selalu bu Sari yang menerima dan menyimpan paket-paket tersebut.Pasalnya, saat pertama kali Sari menerima paket, ia pernah membukanya sekali karena merasa curiga jika paket tersebut tidak dipesan oleh Tila. Satpam yang memberikan paket tersebut memberi tahu ji
Suasana gelap di tengah lingkungan yang sepi penduduk dengan beberapa pohon tumbuh liar di sekitar, membuat tempat tersebut terlihat angker. Seorang gadis berlari ketakutan saat beberapa orang mengejarnya. Bukan tanpa alasan gadis itu berada di tempat sepi. Tadi siang saat ia baru saja pulang dari sekolah, dia diculik oleh sekelompok orang tak dikenal dan dibawa ke gedung yang sudah lama tidak terpakai. Letak gedung tersebut berada cukup jauh dari keramaian penduduk. "Ha-ha! Cewek, lo enggak akan bisa lari." Sekelompok pria tertawa melihat bagaimana gadis itu terus berlari menjauh dari mereka. Hal yang sebenarnya dilakukan dengan sia-sia karena nyatanya gadis itu berhasil ditangkap kembali oleh mereka. Jumlah mereka ada lima orang dan semuanya adalah preman yang biasa membuat ulah di daerah tersebut. Tilany January, gadis itu menyesal tidak menerima tawaran kakaknya--Haikal-- untuk menjemputnya pulang. Andai saja ia menerima tawaran sang kakak, mungkin saat ini ia tidak berada
Hari sudah mulai gelap namun Tila belum juga bisa pulang ke rumah. Sementara ia sendiri harus menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai. Tila memutuskan untuk lembur dan menyelesaikan pekerjaan yang ada. Besok ia akan meminta izin untuk libur satu hari untuk menjemput Adam di bandara. Setelah menjemput Adam, mereka akan menghabiskan waktu untuk quality time bersama setelah satu minggu penuh tidak bertemu. Hal ini dikarenakan Adam sedang melakukan perjalanan dinas keluar kota sejak satu minggu yang lalu.Satu minggu ini juga Tila menginap di rumah orang tuanya atas izin Adam. Selama satu minggu penuh menginap di kediaman orang tuanya, Tila mengurus Angel dengan baik. Adam dan Tila bahkan berencana untuk mengadopsi gadis cantik dan pintar itu menjadi anak mereka. Angel juga mulai membiasakan diri memanggil dengan sebutan mama. "Iya?" Tila mengangkat sambungan telepon dari Adam. Wanita itu baru saja mengetik laporan akhir yang langsung ia simpan sebelum mengangkat telepon Adam. Tila
Randy dan Raisa turun dari mobil setelah menemukan lokasi taksi yang mereka ikuti tadi. Mereka sempat kehilangan jejak taksi hingga akhirnya mereka bisa menghela napas lega karena berhasil menemukannya setelah lima menit memutari area tersebut.Randy memberikan besi panjang yang ia ambil dari bagasi mobil pada Raisa. Itu sebagai alat untuk perlindungan diri jika terjadi sesuatu pada mereka.Mereka sudah menghubungi kantor polisi terdekat sehingga bisa dipastikan jika polisi akan tiba secepat mungkin."Masuk ke dalam," ujar Randy pada Raisa. Gadis itu mengangguk dan dengan hati-hati mengikuti langkah kaki Randy masuk ke dalam gedung bertingkat yang sudah kusam dan tidak terpakai lagi. Suara tangis seorang perempuan terdengar dari dalam gedung membuat keduanya bergegas masuk ke dalam. Tidak ada pintu yang menghalangi saat keduanya melangkah masuk hingga akhirnya mereka tiba di dalam sebuah ruangan yang diterangi dengan lampu emergency menempel pada sudut ruangan. Ruangan tersebut me
Adam memasukkan suap demi suap sendok makanan yang langsung masuk ke dalam mulut wanita itu. Sangat beruntung karena Tila tidak menolaknya. Adam mengulurkan tangannya dan mengambil satu butir nasi yang menempel di sudut bibir sang istri. Kemudian ia tersenyum lembut menatap Tila yang masih dalam posisi diam."Kamu harus makan yang banyak. Biar waktu masuk kantor nanti, ada tenaga full buat kerja," kata Adam. Tila diam tidak menyahut. Matanya menatap kosong wajah Adam yang lebih segar karena pria itu sudah mandi. Adam sendiri memilih cuti dan mengerjakan tugas kantor di rumah. Pria itu tidak akan meninggalkan istrinya di rumah sendiri, apa lagi ada mama, adik, dan sepupunya. Adam tidak ingin mereka melakukan sesuatu ketika ia meninggalkan Tila."Habis ini mandi, ya? Kulit kamu pasti lengket karena berkeringat," ucap Adam lembut. Sebenarnya ini hanya alasan yang tidak masuk akal mengingat Tila selalu berada di dalam ruangan ber-ac. Sudah jelas tidak ada keringat, namun tidak mungk
Beberapa jam lalu.Dokter Tirta sudah datang dan memeriksa kondisi Tila. Wanita itu hanya diam tidak bergerak di atas tempat tidur meski matanya sudah terbuka. Tila tidak bergerak atau memberi respon meskipun Adam sudah mencobanya. Sementara orangtua Tila juga cemas dengan kondisi putri mereka. "Bagaimana kondisinya, Dok?" Adam bertanya cemas. Adam tidak tahu jika Dokter Tirta adalah dokter kejiwaan yang menangani Tila. "Tila hanya mengalami syok. Mungkin sedikit hiburan, bisa mengurangi traumanya." Dokter Tirta menjawab dengan tenang. Matanya menatap penuh arti pada orangtua Tila yang menggangguk diam-diam sebagai respon mereka."Terima kasih kalau begitu." Adam segera masuk ke dalam kamar Tila. Pria itu duduk di samping tempat tidur sang istri dan mengusap kepala sang istri dengan sayang. Tidak ada yang tahu betapa paniknya Adam saat mengetahui jika istrinya nyaris saja diperlakukan dengan buruk oleh sekelompok manusia kejam itu. "Jangan dipikirkan lagi. Ada aku disini," ucap
Adam harus terpaksa meninggalkan Tila di rumah karena meeting penting dengan investor luar negeri tidak bisa ditunda.Pria itu akhirnya menitipkan Tila pada Bu Sari, orang yang sangat ia percayai dalam rumah ini.Andai saja Adam bisa menunda meeting tersebut, mungkin saat ini ia sedang berada di dalam kamar bersama Tila. Bukan berada dalam mobil menuju restoran tempat dimana ia memiliki janji temu.Adam menghela napas berat. Dalam hati ia berdoa semoga saja tidak ada yang terjadi pada istrinya.Namun, doa Adam sepertinya tidak akan terkabul. Pasalnya, Winar dan Irena saat ini sudah berada di dalam kamar Adam. Mereka berhasil menyingkirkan Bu Sari agar pergi meninggalkan kamar Adam.Winar berkacak pinggang di depan Tila. Matanya menatap tajam sosok wanita yang duduk di sofa menghadap layar televisi. Enak sekali hidup wanita ini, pikir Winar penuh dengki."Enak sekali hidup kamu wanita gila. Suami kerja, kamu enak-enakan nonton TV di sini. Apa gunanya hidup kamu?" Winar sudah memulai s