Keesokan harinya seperti biasa Panji akan berkunjung ke rumah ibunya. Dia membawa banyak hadiah untuk diberikan kepada keluarganya. Mahira sengaja membelikan baju baru untuk keluarga Panji untuk dipakai ke acara Mahira nanti malam.
"Wah, kak Panji datang-datang membawa banyak bingkisan. Kira-kira isinya apa?" celetuk Dara."Ini hadiah dari Mahira untuk kalian. Kakak juga nggak tahu apa isinya. Mahira cuma berpesan barang-barang yang ada di dalam ini harus kalian pakai untuk acara pesta nanti malam,""Pesta? Nanti malam ada pesta di rumah kak Mahira ya?""Kakak sendiri sebenarnya juga nggak tahu ada acara apa?" sahut Panji.Dara menggeleng kepala sembari melirik ke arah Hendra dan juga ibunya."Yasudah, yang penting nanti malam kita semua harus datang ke acara itu. Kamu sudah sarapan belum? Kalau belum ikut sarapan sama adik-adikmu gih," titah bu Sita."Tidak Bu. Panji sudah sarapan kok. Mahira sudah membuatkanku sarapan,""Wah, tumben? Ada angin apa?" celetuk Dara."Kok tumben sih? Selama ini Mahira' kan memang selalu begitu. Dia tidak lupa dengan tugasnya sebagai seorang istri. Semua keperluan Kakak dia sendiri yang siapkan. Malah akhir-akhir ini aku lihat sikap Mahira sedikit berbeda padaku,""Maksudnya berbeda gimana Nak?""Apa mbak Mahira tidak mencintai kak Panji lagi?" celetuk Dara."Atau mbak Mahira mengusir Kak Panji?" sambung Hendra."Bukan begitu. Jangan salah paham dulu. Sikap Mahira yang sekarang jauh lebih dewasa. Dia jarang marah, malah lebih perhatian lagi sama aku. Lebih kalem dan sabar,""Wah, itu artinya mbak Mahira sudah kembali dong,""Sudah kembali? Memangnya Mahira pergi kemana?" tanya Panji."Hehehe, maksudnya bukan begitu. Tadinya kan mbak Mahira sempat menjauh dari kita. Tiba-tiba pengen menghandle usahanya sendiri. Tapi sekarang dia semakin sayang sama kak Panji. Buatku sih itu sudah lebih dari cukup. Setidaknya dia masih memperlakukan kak Panji dengan baik,""Oh begitu," sahut semua orang."Mana Irma? Tumben dia belum keluar dari kamar? Apa dia masih marah?""Sstt ..., Kakak tahu, semalam mbak Irma mengamuk. Dia membanting semua barang-barang kesukaan Kakak," ujar Dara."Apa? Dia membanting barang-barang kesukaanku? Patung berbentuk kudaku apa ikut hancur juga?" tanya Panji."Kalau itu kami tidak tahu. Lebih baik kamu lihat sendiri saja ke dalam. Sekalian suruh dia keluar untuk sarapan," titah bu Sita."Baik Bu,"Bergegas Panji masuk ke kamarnya. Kebetulan Irma tidak mengunci pintu kamarnya, sehingga Panji bisa langsung masuk ke dalam.Melihat kamarnya berantakan tentu saja membuat Panji merasa terkejut. Apalagi sebagian barang-barang koleksi kesukaan Panji ikut hancur karena ulah Irma."Irma! Apa-apaan kamu? Kenapa kamu menghancurkan sebagian barang-barang koleksiku? Kamu tahu, aku susah payah ingin mendapatkannya. Tapi kenapa dengan seenaknya kamu menghancurkannya begitu saja? Kamu tahu ini harganya sangat mahal!" Panji meninggikan suaranya karena merasa kesal."Bodo amat! Aku tidak peduli dengan semua barang-barang koleksimu. Aku memang sengaja menghancurkannya!""Tapi kenapa?" tanya Panji dengan mata setengah melotot."Kenapa kamu bilang? Jangan berlagak bodoh kamu Mas. Aku tahu apa yang telah kamu perbuat dengan Mahira tadi malam,""Memangnya apa yang aku lakukan?""Kamu tidur dengannya bukan? Kamu menikmati malam indah bersamanya sampai lupa dengan diriku. Kamu melupakan janjimu kepadaku!" sentak Irma."Apa maksud ucapanmu Irma?""Jangan berlagak bodoh. Aku tahu semalam kamu sedang asyik tidur berdua dengan Mahira. Gimana rasanya setelah menikmati tubuh Mahira? Kamu bahagia sekarang? Sudah puas?"PlakPanji reflek menampar pipi Irma."Tampar lagi Mas! Ayo tampar lagi sampai kau puas!""Dasar konyol. Kenapa kamu harus protes jika aku tidur bersama Mahira? Dia juga istriku, dia punya hak atas diriku Irma. Sah saja jika kami berdua tidur bersama. Sejujurnya aku malah kasihan kepadanya. Karena keegoisan kita Mahira harus terjerumus dalam rencana keji yang telah kamu atur. Jika kamu ingin menyalahkan seseorang atas kejadian ini. Yang pantas disalahkan itu adalah kamu sendiri bukan Mahira. Dia bukan pelakor, dia juga tidak merebutku darimu. Baginya aku ini adalah suaminya. Dia juga tidak tahu jika kamu adalah istriku. Tapi kamu sendiri yang telah merencanakan semua ini dan menempatkanku dalam posisi yang serba salah. Sebelum merencanakan hal ini apakah kamu tidak berpikir terlebih dahulu. Apa yang akan terjadi ketika kau memintaku menikahi Mahira? Apa kamu tidak takut jika aku akan jatuh cinta kepadanya?"Deg!"Limpahkan saja semua kesalahan ini kepadaku! Tapi kamu harus ingat, hidup kalian bisa berubah seperti sekarang, itu juga karena rencanaku. Itu artinya selama ini kalian berhutang budi kepadaku," sentak Irma."Sudah-sudah. Jangan ribut lagi. Karena kita sudah terjebak di dalam permainan Irma, mau tidak mau kita harus menjalaninya. Irma, ini semua adalah rencanamu. Kamu yang meminta putraku untuk menikahi Mahira. Jadi wajar saja jika Panji tidur berdua dengannya. Mahira juga istri sah Panji. Kamu harus bisa legowo, ikhlas, jika Panji juga mencintai Mahira. Ini adalah konsekuensi yang pernah diucapkan Panji sebelum menikahi Mahira. Waktu itu kamu bilang tidak apa-apa asal hidupmu tidak susah lagi. Sekarang setelah rencanamu berhasil kamu justru mempermasalahkannya dan terus menyalahkan Panji," cetus bu Sita."Sudahlah aku tidak mau ribut lagi. Aku sudah terlambat pergi ke kantor. Bu, aku pergi ke kantor dulu ya?""Hati-hati dijalan ya Nak?" Panji mengangguk.Tanpa berpamitan kepada Irma, Panji langsung mengemudikan mobilnya dan pergi meninggalkan rumah ibunya.Bu Sita tidak mau mengganggu Irma. Dia memilih pergi meninggalkan menantunya itu."Hufff, Ibu tidak menyangka keadaannya akan seperti ini," keluh bu Sita.Dara dan Hendra mencoba menenangkan ibunya dan mengajaknya duduk."Lupakan saja Bu. Sekarang kita buka hadiah pemberian mbak Mahira. Aku sudah nggak sabar ingin melihat apa isi didalamnya,""Yasudah, buka saja sekarang," titah bu Sita.Tanpa basa-basi lagi. Dara langsung mengeluarkan bingkisan itu satu-persatu dari dalam paper bag. Ternyata Mahira sudah memberi nama satu-persatu sehingga memudahkan mereka mengambil jatah masing-masing.Dara langsung mengambil jatahnya dan langsung membuka bingkisan itu. Ternyata Mahira membelikan gaun cantik untuk dipakai Dara nanti malam."Wah, cantik sekali gaun ini. Lihat Bu, mbak Mahira tahu betul selera Dara. Aku pasti terlihat cantik sekali ketika memakainya,"Dara langsung mencoba gaun itu lalu dia berputar-putar didepan cermin sambil bergoyang kesana-kemari.Bu Sita dan Hendra hanya bisa menggeleng heran melihat sikap Dara yang sampai saat ini masih seperti anak-anak."Hendra, buka bingkisan punyamu. Kira-kira Mahira membelikanmu apa?""Baik Bu,"Bergegas Hendra membuka bingkisan miliknya. Ternyata Mahira membelikannya setelan jas lengkap dengan celananya. Hendra merasa senang menerimanya."Mbak Mahira baik banget ya bu? Hendra dibelikan setelan jas sebagus ini," bu Sita mengangguk sembari mengulas senyum."Mbak Mahira belikan Ibu apa?""Ibu belum membukanya,""Kalau begitu cepat dibuka Bu. Kami juga ingin tahu apa isi di dalamnya,""Iya sabar,"Bu Sita membuka bingkisan itu. Mahira membelikan gaun khusus untuk ibu mertuanya dengan model anak masa kini. Tentu saja dia menyukainya dan berulang kali mengucap terima kasih."Ibu pasti cantik memakai gaun ini," celetuk Dara."Iya, mbak Mahira memang paling pintar memilihkan baju untuk kita," ujar Hendra."Kalau begitu jangan lupa ucapkan terima kasih kepada mbak Mahira. Karena dia sudah membelikan gaun indah untuk kita," sahut bu Sita."Siap Bu,"Ketika mereka sedang asyik membicarakan kebaikan Mahira, tiba-tiba Irma keluar dari kamarnya lalu mengambil jatah bingkisan untuknya.Bu Sita, Dara dan Hendra hanya terdiam dan memilih fokus dengan barang yang saat ini dipegangnya.Selesai mengambil bingkisan itu buru-buru Irma kembali masuk ke kamarnya. Irma membuka hadiah pemberian dari Mahira. Ternyata Mahira dengan sengaja membelikan Irma gaun sexy yang sangat indah. Tentu saja gaun itu sangat disukai oleh Irma. Senyuman indah tiba-tiba menghiasi wajahnya ketika Mahira juga membelikan sepatu hak tinggi model terbaru untuknya."Ini harganya pasti sangat mahal. Jujur, gaun ini adalah gaun yang selama ini aku incar, tapi uangku belum cukup untuk membelinya. Ternyata Mahira cukup tahu seleraku seperti apa. Tanpa susah payah mengeluarkan uang, Mahira sudah membelikannya untukku," gumam Irma.Acara pesta ulang tahun Panji diselenggarakam sangat mewah dirumah Mahira. Semua teman serta rekan kerja Mahira dan Panji berbondong-bondong datang untuk ikut merayakan acara itu.Tadinya Panji merasa bingung ada acara apa dirumahnya? Kenapa Mahira tidak memberitahunya, acara untuk siapa ini? Namun ketika sampai di kamarnya, Panji sangat terkejut ketika melihat ada tulisan ucapan ulang tahun dari Mahira. Panji merasa tak percaya Mahira melakukan semua ini untuknya. Mengingat beberapa bulan yang lalu hubungannya sedikit merenggang karena ulah keluarganya."Apa aku bermimpi? Apa semua ini Mahira yang telah mempersiapkan? Aku tidak menyangka ternyata Mahira masih peduli kepadaku," batin Panji."Happy birthday to you sayang," ucap Mahira tiba-tiba membuat Panji menganga tak percaya bahwa Mahira akan memberinya surprise semewah ini. Mahira menghampiri Panji lalu memeluknya serta memberikan kecupan hangat untuknya."Sayang, ternyata kamu tidak lupa dengan hari ulang tahunku? Aku sendiri aja
"Kamu siapa?" tanya Mahira."Saya Johan, kekasih gelap Irma," sahutnya dengan santai.Deg!Mendengar hal itu tentu saja membuat Mahira, Panji dan yang lainnya merasa terkejut."Apa? Kamu kekasih gelap Irma?" Mahira merasa tak percaya."Kenapa kalian merasa terkejut seperti itu? Apa selama ini Irma tidak cerita kepada kalian?""Tidak," sahut Mahira."Irma, kenapa kamu tidak mau menceritakan kepada mereka. Bahwa aku adalah lelaki yang selama ini selalu ada untukmu. Aku adalah lelaki yang telah menitipkan benih di rahimmu," ujarnya santai.Irma merasa tidak suka mendengar pengakuan Johan. "Cukup Johan! Jangan bicara aneh-aneh lagi," sentak Irma."Maksudmu apa bicara seperti itu? Kenapa kamu mengaku-ngaku sebagai kekasihnya Irma?" Panji merasa geram."Saya tidak punya maksud apa-apa. Dan saya tidak sedang berbicara omong kosong. Saya hanya ingin memberitahu semua orang, bahwa saya adalah ayah kandung dari bayi yang sedang di kandung Irma. Sepertinya, Irma sengaja tidak memberitahu kalian
Melihat Mahira terlihat syok, buru-buru Panji berlari kecil menghampirinya."Sayang, tolong jangan dengarkan dia. Bukan seperti itu ceritanya. Kamu harus percaya kepadaku," rengek Panji.Mahira mendorong tubuh Panji supaya menjauh darinya. Saat ini hati Mahira benar-benar sangat terluka sekali. Dadanya terasa sesak seakan kesulitan bernafas. Mahira meremas jantung dadanya dan sekuat tenaga mencoba bangkit lalu memilih pergi meninggalkan semua orang.Panji merasa kesal kepada Irma dan juga Johan. Karena mereka berdua telah berhasil menghancurkan acara ulang tahunnya."Aku tidak akan pernah melupakan semua ini Irma. Kamu dan kekasihmu telah berhasil menghancurkan pesta ulang tahunku. Kalian berdua juga telah menggagalkan semua rencanaku! Katakan kepadaku, hukuman apa yang pantas aku berikan kepada kalian?" sentak Panji yang sudah tersulut emosi."Mas, tolong jangan salah paham dulu. Aku tidak bermaksud seperti itu. Kedatanganku kesini hanya ingin memberimu ucapan selamat saja. Tapi aku
"Kenapa kamu diam saja Mas? Apakah yang aku ucapkan benar?"Kini suara Mahira semakin meninggi. Karena tak bisa menahan rasa kecewanya lagi."Oke, baiklah ..., aku akui memang semua yang diucapkan Johan benar adanya. Sebelumnya aku memang tidak pernah mencintaimu. Aku memang sengaja mendekatimu supaya aku bisa menjadi bagian dalam hidupmu. Keluargaku memang miskin, kami bahkan sering dibully. Oleh karena itu aku memutuskan menyetujui rencana Irma untuk menggaet hatimu supaya aku bisa menikah denganmu. Setelah itu aku berencana ingin merampas semua harta kekayaanmu. Tapi seiring berjalannya waktu, entah kenapa hatiku mulai bimbang. Aku sering merasa gelisah dan merasa bingung dengan perasaanku sendiri. Aku ingin pergi meninggalkanmu tapi hatiku berkata jangan. Aku sering merasa khawatir jika sesuatu terjadi padamu. Bahkan tanpa aku sadari aku merasa bahagia ketika sedang berdua denganmu. Menyakiti hatimu seperti ini juga luka bagiku. Aku tidak ingin semua ini menimpamu Mahira. Tapi sek
Malamnya Panji berencana pergi ke rumah Irma. Dia ingin membicarakan masalah tadi, supaya tidak semakin panjang. Mahira mengetahui Panji keluar dari rumah, dia pun tahu kemana tujuannya saat ini. Mahira membiarkan Panji pergi begitu saja berharap dia bisa segera menyelesaikan permasalahannya dan bisa memberikan jawaban untuknya.Panji mengemudikan mobilnya sendiri menuju rumah ibunya. Panji ingin meminta kejelasan atas perbuatan Irma hari ini. Panji sengaja melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi supaya cepat sampai di rumah ibunya.Beberapa menit kemudian mobil Panji berhenti di depan rumah bu Sita. Bergegas Panji keluar dari mobil lalu nyelonong masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu."Kak Panji? Kapan kamu datang? Kenapa nggak ngucap salam dulu?" protes Dara."Ngapain ngucap salam, lagian ini juga rumah kak Panji," sahut Hendra."Dinana Ibu?" "Ibu ada di kamarnya. Sejak pulang dari rumah kak Mahira tadi, ibu memilih berdiam diri di kamar,""Baiklah, aku ak
Irma merasa kesal karena Panji mencoba memojokkannya. Kali ini Panji menginginkan sesuatu yang sama sekali tidak diinginkan oleh Irma."Mustahil jika sekarang aku harus mengikuti keinginan Panji. Masa iya dia minta tes DNA sebelum anakku lahir. Dia pasti sudah terpengaruh dengan ucapan Johan. Tidak, aku belum siap melakukan tes DNA sekarang, karena aku takut anak ini memang benar anaknya Johan. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?""Irma, kenapa kamu diam saja? Kamu mau atau tidak?""Aku keberatan Mas. Karena untuk melakukan tes itu kita membutuhkan uang tidak sedikit," "Aku tahu, tapi bagiku tidak masalah. Mahira mungkin juga tidak keberatan,""Kenapa sih Mas, kamu ingin sekali melakukan tes DNA dengan anak ini? Apa kamu mempercayai ucapan Johan? Dan kini mulai meragukan anak yang ku kandung?""Maafkan aku Irma. Jika membuatmu merasa tidak nyaman dengan keinginanku. Tapi hanya ini cara satu-satunya supaya aku bisa kembali mempercayaimu,""Aku berpikir mas Panji tetap mempercayaiku
Selesai ngobrol panjang lebar akhirnya Irma dan Johan mengikat kerja sama. Dimana Irma menjanjikan sebuah pernikahan setelah dirinya berhasil menguasai harta Mahira. Tentu saja Johan merasa senang dan juga tertarik. Dia pun langsung mengiyakan dan berjanji akan membantu Irma meraih itu semua. Supaya dirinya bisa memiliki Irma sepenuhnya. "Besok kamu pergi ke rumah sakit jam berapa?" "Mungkin pukul sembilan pagi, memangnya kenapa?" tanya Irma."Tidak ada apa-apa. Cuma tanya doang,""Tidak mungkin cuma tanya doang. Pasti ada sesuatu yang sengaja kamu sembunyikan dariku," sentak Irma."Sayang, aku tidak menyembunyikan sesuatu. Aku cuma tanya doang, apa nggak boleh?""Nggak usah lebay deh. Manggil sayang segala," sahut Irma."Kamu bilang jika aku mau membantumu menyingkirkan Mahira dari kehidupan Panji dan merebut seluruh harta Mahira. Kamu bakalan mau menikah denganku. Itu artinya mulai detik ini juga kamu sudah menjadi kekasihku. Dan aku punya hak untuk memanggilmu sayang. Tapi awas
"Mas Panji mau kemana sih, kok sudah dandan rapi, baunya wangi lagi," celetuk Mahira yang berdiri di belakang Panji sambil memperhatikan suaminya yang saat ini bersiap-siap ingin pergi."Mas mau ke rumah teman, ada acara tujuh bulanan istrinya yang sedang mengandung. Dia meminta Mas datang ke rumahnya untuk ikut memberikan doa," balas Panji dengan santai."Kalau begitu aku ikut ya?""Jangan, kamu dirumah saja. Lagian Mas cuma sebentar saja kok Sayang. Mas janji nggak akan lama perginya. Selesai membaca doa Mas akan berpamitan pulang," bujuk Panji kepada Mahira."Tapi aku juga pengen ikut Mas. Aku ingin sekali pergi bersama suamiku ke tempat hajatan atau acara apa gitu kaya yang lain. Tapi Mas nggak pernah mengajakku. Alasannya pun selalu sama," Mahira mulai kesal."Eh kok malah ngambek sih. Mas janji nanti kalau ada acara lagi Mas akan mengajakmu. Supaya semua orang tahu bahwa kamu adalah istriku yang paling cantik,"Mahira berdiri membelakangi Panji lalu Panji mencoba mendekatinya d
Selesai ngobrol panjang lebar akhirnya Irma dan Johan mengikat kerja sama. Dimana Irma menjanjikan sebuah pernikahan setelah dirinya berhasil menguasai harta Mahira. Tentu saja Johan merasa senang dan juga tertarik. Dia pun langsung mengiyakan dan berjanji akan membantu Irma meraih itu semua. Supaya dirinya bisa memiliki Irma sepenuhnya. "Besok kamu pergi ke rumah sakit jam berapa?" "Mungkin pukul sembilan pagi, memangnya kenapa?" tanya Irma."Tidak ada apa-apa. Cuma tanya doang,""Tidak mungkin cuma tanya doang. Pasti ada sesuatu yang sengaja kamu sembunyikan dariku," sentak Irma."Sayang, aku tidak menyembunyikan sesuatu. Aku cuma tanya doang, apa nggak boleh?""Nggak usah lebay deh. Manggil sayang segala," sahut Irma."Kamu bilang jika aku mau membantumu menyingkirkan Mahira dari kehidupan Panji dan merebut seluruh harta Mahira. Kamu bakalan mau menikah denganku. Itu artinya mulai detik ini juga kamu sudah menjadi kekasihku. Dan aku punya hak untuk memanggilmu sayang. Tapi awas
Irma merasa kesal karena Panji mencoba memojokkannya. Kali ini Panji menginginkan sesuatu yang sama sekali tidak diinginkan oleh Irma."Mustahil jika sekarang aku harus mengikuti keinginan Panji. Masa iya dia minta tes DNA sebelum anakku lahir. Dia pasti sudah terpengaruh dengan ucapan Johan. Tidak, aku belum siap melakukan tes DNA sekarang, karena aku takut anak ini memang benar anaknya Johan. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?""Irma, kenapa kamu diam saja? Kamu mau atau tidak?""Aku keberatan Mas. Karena untuk melakukan tes itu kita membutuhkan uang tidak sedikit," "Aku tahu, tapi bagiku tidak masalah. Mahira mungkin juga tidak keberatan,""Kenapa sih Mas, kamu ingin sekali melakukan tes DNA dengan anak ini? Apa kamu mempercayai ucapan Johan? Dan kini mulai meragukan anak yang ku kandung?""Maafkan aku Irma. Jika membuatmu merasa tidak nyaman dengan keinginanku. Tapi hanya ini cara satu-satunya supaya aku bisa kembali mempercayaimu,""Aku berpikir mas Panji tetap mempercayaiku
Malamnya Panji berencana pergi ke rumah Irma. Dia ingin membicarakan masalah tadi, supaya tidak semakin panjang. Mahira mengetahui Panji keluar dari rumah, dia pun tahu kemana tujuannya saat ini. Mahira membiarkan Panji pergi begitu saja berharap dia bisa segera menyelesaikan permasalahannya dan bisa memberikan jawaban untuknya.Panji mengemudikan mobilnya sendiri menuju rumah ibunya. Panji ingin meminta kejelasan atas perbuatan Irma hari ini. Panji sengaja melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi supaya cepat sampai di rumah ibunya.Beberapa menit kemudian mobil Panji berhenti di depan rumah bu Sita. Bergegas Panji keluar dari mobil lalu nyelonong masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu."Kak Panji? Kapan kamu datang? Kenapa nggak ngucap salam dulu?" protes Dara."Ngapain ngucap salam, lagian ini juga rumah kak Panji," sahut Hendra."Dinana Ibu?" "Ibu ada di kamarnya. Sejak pulang dari rumah kak Mahira tadi, ibu memilih berdiam diri di kamar,""Baiklah, aku ak
"Kenapa kamu diam saja Mas? Apakah yang aku ucapkan benar?"Kini suara Mahira semakin meninggi. Karena tak bisa menahan rasa kecewanya lagi."Oke, baiklah ..., aku akui memang semua yang diucapkan Johan benar adanya. Sebelumnya aku memang tidak pernah mencintaimu. Aku memang sengaja mendekatimu supaya aku bisa menjadi bagian dalam hidupmu. Keluargaku memang miskin, kami bahkan sering dibully. Oleh karena itu aku memutuskan menyetujui rencana Irma untuk menggaet hatimu supaya aku bisa menikah denganmu. Setelah itu aku berencana ingin merampas semua harta kekayaanmu. Tapi seiring berjalannya waktu, entah kenapa hatiku mulai bimbang. Aku sering merasa gelisah dan merasa bingung dengan perasaanku sendiri. Aku ingin pergi meninggalkanmu tapi hatiku berkata jangan. Aku sering merasa khawatir jika sesuatu terjadi padamu. Bahkan tanpa aku sadari aku merasa bahagia ketika sedang berdua denganmu. Menyakiti hatimu seperti ini juga luka bagiku. Aku tidak ingin semua ini menimpamu Mahira. Tapi sek
Melihat Mahira terlihat syok, buru-buru Panji berlari kecil menghampirinya."Sayang, tolong jangan dengarkan dia. Bukan seperti itu ceritanya. Kamu harus percaya kepadaku," rengek Panji.Mahira mendorong tubuh Panji supaya menjauh darinya. Saat ini hati Mahira benar-benar sangat terluka sekali. Dadanya terasa sesak seakan kesulitan bernafas. Mahira meremas jantung dadanya dan sekuat tenaga mencoba bangkit lalu memilih pergi meninggalkan semua orang.Panji merasa kesal kepada Irma dan juga Johan. Karena mereka berdua telah berhasil menghancurkan acara ulang tahunnya."Aku tidak akan pernah melupakan semua ini Irma. Kamu dan kekasihmu telah berhasil menghancurkan pesta ulang tahunku. Kalian berdua juga telah menggagalkan semua rencanaku! Katakan kepadaku, hukuman apa yang pantas aku berikan kepada kalian?" sentak Panji yang sudah tersulut emosi."Mas, tolong jangan salah paham dulu. Aku tidak bermaksud seperti itu. Kedatanganku kesini hanya ingin memberimu ucapan selamat saja. Tapi aku
"Kamu siapa?" tanya Mahira."Saya Johan, kekasih gelap Irma," sahutnya dengan santai.Deg!Mendengar hal itu tentu saja membuat Mahira, Panji dan yang lainnya merasa terkejut."Apa? Kamu kekasih gelap Irma?" Mahira merasa tak percaya."Kenapa kalian merasa terkejut seperti itu? Apa selama ini Irma tidak cerita kepada kalian?""Tidak," sahut Mahira."Irma, kenapa kamu tidak mau menceritakan kepada mereka. Bahwa aku adalah lelaki yang selama ini selalu ada untukmu. Aku adalah lelaki yang telah menitipkan benih di rahimmu," ujarnya santai.Irma merasa tidak suka mendengar pengakuan Johan. "Cukup Johan! Jangan bicara aneh-aneh lagi," sentak Irma."Maksudmu apa bicara seperti itu? Kenapa kamu mengaku-ngaku sebagai kekasihnya Irma?" Panji merasa geram."Saya tidak punya maksud apa-apa. Dan saya tidak sedang berbicara omong kosong. Saya hanya ingin memberitahu semua orang, bahwa saya adalah ayah kandung dari bayi yang sedang di kandung Irma. Sepertinya, Irma sengaja tidak memberitahu kalian
Acara pesta ulang tahun Panji diselenggarakam sangat mewah dirumah Mahira. Semua teman serta rekan kerja Mahira dan Panji berbondong-bondong datang untuk ikut merayakan acara itu.Tadinya Panji merasa bingung ada acara apa dirumahnya? Kenapa Mahira tidak memberitahunya, acara untuk siapa ini? Namun ketika sampai di kamarnya, Panji sangat terkejut ketika melihat ada tulisan ucapan ulang tahun dari Mahira. Panji merasa tak percaya Mahira melakukan semua ini untuknya. Mengingat beberapa bulan yang lalu hubungannya sedikit merenggang karena ulah keluarganya."Apa aku bermimpi? Apa semua ini Mahira yang telah mempersiapkan? Aku tidak menyangka ternyata Mahira masih peduli kepadaku," batin Panji."Happy birthday to you sayang," ucap Mahira tiba-tiba membuat Panji menganga tak percaya bahwa Mahira akan memberinya surprise semewah ini. Mahira menghampiri Panji lalu memeluknya serta memberikan kecupan hangat untuknya."Sayang, ternyata kamu tidak lupa dengan hari ulang tahunku? Aku sendiri aja
Keesokan harinya seperti biasa Panji akan berkunjung ke rumah ibunya. Dia membawa banyak hadiah untuk diberikan kepada keluarganya. Mahira sengaja membelikan baju baru untuk keluarga Panji untuk dipakai ke acara Mahira nanti malam."Wah, kak Panji datang-datang membawa banyak bingkisan. Kira-kira isinya apa?" celetuk Dara."Ini hadiah dari Mahira untuk kalian. Kakak juga nggak tahu apa isinya. Mahira cuma berpesan barang-barang yang ada di dalam ini harus kalian pakai untuk acara pesta nanti malam,""Pesta? Nanti malam ada pesta di rumah kak Mahira ya?""Kakak sendiri sebenarnya juga nggak tahu ada acara apa?" sahut Panji.Dara menggeleng kepala sembari melirik ke arah Hendra dan juga ibunya."Yasudah, yang penting nanti malam kita semua harus datang ke acara itu. Kamu sudah sarapan belum? Kalau belum ikut sarapan sama adik-adikmu gih," titah bu Sita."Tidak Bu. Panji sudah sarapan kok. Mahira sudah membuatkanku sarapan,""Wah, tumben? Ada angin apa?" celetuk Dara."Kok tumben sih? Se
Panji benar-benar merasa bahagia karena akhir-akhir ini Mahira sedikit berubah. Dia menjadi lebih bucin kepada Panji. Mahira juga sangat perhatian kepada Panji sehingga membuatnya semakin sulit jauh dari Mahira."Alhamdulillah, akhirnya kenyang juga," celetuk Panji."Mas boleh ke kamar dulu. Biar aku bereskan semua ini,""Nggak ah sayang. Mas ikut bantuin kamu beres-beres dapur dulu ya? Biar cepat selesai dan kita bisa pergi tidur,""Memangnya mas Panji nggak capek?""Nggak dong. Kenapa harus capek, kan bantuin istrinya sendiri," celetuk Panji."Makasih ya Mas," ucap Mahira."Iya, sama-sama,"Keduanya pun mulai bekerja sama membereskan dapur. Setelah selesai barulah keduanya memilih pergi ke kamarnya untuk beristirahat.Panji merebahkan tubuhnya terlebih dahulu diatas ranjang, baru setelah itu disusul Mahira yang kini sudah berganti pakaian tidur. Melihat Mahira berpakaian sexy tentu saja membuat Panji salah tingkah. Apalagi Mahira sangatlah cantik, tentu saja membuat Panji sangat ter