Acara pesta ulang tahun Panji diselenggarakam sangat mewah dirumah Mahira. Semua teman serta rekan kerja Mahira dan Panji berbondong-bondong datang untuk ikut merayakan acara itu.
Tadinya Panji merasa bingung ada acara apa dirumahnya? Kenapa Mahira tidak memberitahunya, acara untuk siapa ini? Namun ketika sampai di kamarnya, Panji sangat terkejut ketika melihat ada tulisan ucapan ulang tahun dari Mahira. Panji merasa tak percaya Mahira melakukan semua ini untuknya. Mengingat beberapa bulan yang lalu hubungannya sedikit merenggang karena ulah keluarganya."Apa aku bermimpi? Apa semua ini Mahira yang telah mempersiapkan? Aku tidak menyangka ternyata Mahira masih peduli kepadaku," batin Panji."Happy birthday to you sayang," ucap Mahira tiba-tiba membuat Panji menganga tak percaya bahwa Mahira akan memberinya surprise semewah ini. Mahira menghampiri Panji lalu memeluknya serta memberikan kecupan hangat untuknya."Sayang, ternyata kamu tidak lupa dengan hari ulang tahunku? Aku sendiri aja lupa jika hari ini adalah tanggal lahirku. Bahkan keluargaku sendiri juga tak mengingat momen indah ini," gumam Panji."Ingat dong. Mana mungkin aku bisa lupa dengan hari spesialmu ini," mata Panji mulai berkaca-kaca."Eits, jangan sedih gitu. Nanti wajahmu jadi aneh. Diluar banyak tamu undangan yang sudah datang. Buruan keluar gih temui mereka. Karena sejak tadi teman-temanmu sudah pada nyariin kamu," ujar Mahira."Baiklah, tapi sebelum keluar aku ingin memelukmu dulu," ucap Panji yang langsung memeluk tubuh Mahira serta mencium bibirnya."Terima kasih surprisenya sayang. Aku bahagia sekali hari ini,""Iya sama-sama. Yasudah lebih baik Mas keluar dulu temui mereka. Ibu dan lainnya juga sudah pada datang kok. Aku ingin pergi ke kamar mandi dulu, nanti aku susul,""Baiklah sayang,"Panji patuh dan langsung pergi keluar untuk menemui para tamu yang sudah datang. Mahira memperhatikan Panji dari belakang hingga punggungnya tak lagi terlihat."Ini adalah hari yang kutunggu-tunggu. Aku berharap Irma mau datang ke acara ini. Dan aku pastikan akan membuatnya merasa cemburu hingga dia tak bisa mengontrol emosinya lagi. Pada akhirnya Irma sendiri yang akan mengakui hubungannya dengan mas Panji. Dengan begitu tak ada kebohongan lagi yang disembunyikan oleh mas Panji dariku. Tapi masalahnya kenapa Irma tidak ikut datang kesini. Padahal aku sudah menyusun rencana serapi mungkin untuk menyambutnya. Huff, apa ini artinya rencanaku telah gagal? Baiklah, tidak apa-apa. Setidaknya aku telah berhasil membuat mas Panji merasa bahagia. Aku berharap mas Panji lebih memilihku daripada memilih Irma," gumam Mahira.Panji menemui semua orang yang sudah menantinya sejak tadi. Yaitu ada temannya dari kantor, ada rekan kerjanya, ada teman sewaktu kuliah serta kerabat dekatnya. Tak lupa Panji juga menemui ibu serta adiknya."Ibu sudah datang sejak tadi ya? Maaf ya, Panji masih sibuk jadi baru bisa menemui Ibu,""Tidak apa-apa kok. Lagian kami baru saja sampai," sahut bu Sita."Siapa yang mengemudikan mobilnya tadi?" tanya Panji."Kak Hendra," sahut Dara."Baguslah, oh iya Irma tidak ikut?" tanya Panji."Tidak, karena Ibu tidak mengizinkannya,""Tapi kenapa Bu?""Kok kenapa? Kamu lupa Irma sedang hamil sembilan bulan? Perutnya sudah membesar Panji. Jika Mahira mengetahui hal ini bagaimana?" sahut bu Sita."Kita bisa bilang kepada Mahira bahwa Irma telah menikah. Dan suaminya sedang merantau ke luar negeri," sambung Panji."Tidak semudah itu Panji. Mahira bukanlah wanita bodoh. Dia pasti akan mengintrogasi kita semua sampai dia mendapatkan informasi yang tepat. Sudahlah, biarkan saja dia dirumah. Lagian ini demi kebaikan kita semua," ucap bu Sita.Panji menghela nafas berat. "Baiklah Bu. Gimana baiknya aja," sahutnya pasrah.Mahira menuruni anak tangga lalu ikut bergabung dengan yang lain. Acara ulang tahun Panji pun dimulai. Dimulai dari potong kue, lalu makan-makan. Juga ada hiburan yang tentunya siap memeriahkan acara pesta itu. Panji tampak asyik ngobrol bersama teman-temannya. Mahira sendiri mencoba mendekati bu Sita lalu duduk disebelahnya."Bu, kenapa Anda tidak makan? Hari ini adalah hari ulang tahun anak kesayangan Ibu, jadi aku harap Ibu juga harus berbahagia ya?" ucap Mahira."Iya Nak. Ibu bahagia kok. Barusan Ibu sudah ambil makan juga. Sekarang Ibu sudah kenyang," sahutnya."Sayang sekali ya, Irma tidak bisa hadir diacara ulang tahun kakaknya. Padahal kalau bisa ngumpul semua, pasti sangat menyenangkan sekali,"celetuk Mahira.Bu Sita memilih diam dan hanya mengulas senyum tipis."Yasudah, Mahira pergi menemui tamu yang lain dulu ya Bu,""Iya Nak," Mahira melenggang pergi meninggalkan bu Sita sendirian.Dara dan Hendra tidak ingin melewatkan acara membahagiakan ini. Keduanya memilih asyik mengisi perut daripada ikutan ngobrol bersama tamu lain. Melihat hal itu Mahira hanya menggeleng kepala merasa heran."Dasar mereka berdua. Makanan terus yang dicari. Sepertinya cuma makanan yang mereka butuhkan. Seakan tak membutuhkan yang lainnya," gumam Mahira.Tak disangka tak diduga tiba-tiba Irma datang ke acara pesta ulang tahun Panji. Tentu saja kedatangannya itu membuat Panji merasa terkejut. Irma sengaja memakai gaun yang dibelikan oleh Mahira. Karena menurutnya gaun pemberian Mahira terlihat lebih berkelas ketika dipakai. Dan tentu saja membuat Irma semakin percaya diri.Karena Irma sedang hamil besar otomatis gaun yang dipakainya menjadi sedikit melebar. Tidak sedap dipandang mata. Beruntungnya Irma memiliki wajah yang sangat cantik, jadi tak masalah baginya jika penampilannya kurang pas."Irma, kenapa kamu datang kesini?" tanya bu Sita setengah berbisik."Suka-suka akulah Bu. Memangnya cuma kalian aja yang pengen makan enak. Aku juga pengen Bu," sahutnya ketus."Bukan itu maksudnya. Tapi lihat penampilanmu. Perutmu sudah membesar, tidak seharusnya kamu datang kesini. Jika Mahira mengetahuinya bisa berbahaya," ujar bu Sita mencoba mengingatkan."Aku tidak peduli," sahut Irma."Irma, seharusnya kamu bisa menahan diri bukan seperti ini. Main nyelonong datang kesini tanpa memberitahuku, itu perbuatan tidak benar. Jika Mahira sampai tahu kehamilanmu apa yang harus kamu katakan padanya?" sentak Panji setengah berbisik.Belum juga Irma menjawab tiba-tiba Mahira datang menghampirinya."Irma, akhirnya kamu datang juga," ujarnya sumringah."Iya Mbak. Aku harus tetap datang, karena hari ini adalah hari ulang tahun mas Panji," sahutnya sedikit gugup.Kini pandangan Mahira fokus ke arah perut Irma yang kian membuncit."Irma, kenapa perutmu besar sekali? Apa kamu sedang hamil? Siapa yang telah menghamilimu?" tanya Mahira.Deg!Irma merasa tegang ketika Mahira mempertanyakan hal itu padanya. Bahkan bibirnya terasa kelu dan tak tahu harus menjawab apa."Kenapa kamu diam saja Irma? Apa ada masalah? Apa lelaki itu tidak mau bertanggung jawab? Ayo bilang sama Mbak," Mahira sedikit memaksa."Jika dia tidak mau bertanggung jawab, biar Mbak yang akan memberinya pelajaran," Mahira berpura-pura memasang wajah kesal."Di-dia, dia ...," ucapan Irma tercekat ditenggorokan."Kata siapa tidak mau bertanggung jawab? Justru kedatanganku kesini karena ingin mempertanggung jawabkan perbuatanku terhadap Irma," sahut seorang lelaki muda yang kini berjalan menghampiri Irma.Melihat wajah asing didepannya tentu saja membuat Mahira bertanya-tanya, siapa lelaki ini? Ada hubungan apa dia dengan Irma?"Kamu siapa?" tanya Mahira."Saya Johan, kekasih gelap Irma," sahutnya dengan santai.Deg!Mendengar hal itu tentu saja membuat Mahira, Panji dan yang lainnya merasa terkejut."Apa? Kamu kekasih gelap Irma?" Mahira merasa tak percaya."Kenapa kalian merasa terkejut seperti itu? Apa selama ini Irma tidak cerita kepada kalian?""Tidak," sahut Mahira."Irma, kenapa kamu tidak mau menceritakan kepada mereka. Bahwa aku adalah lelaki yang selama ini selalu ada untukmu. Aku adalah lelaki yang telah menitipkan benih di rahimmu," ujarnya santai.Irma merasa tidak suka mendengar pengakuan Johan. "Cukup Johan! Jangan bicara aneh-aneh lagi," sentak Irma."Maksudmu apa bicara seperti itu? Kenapa kamu mengaku-ngaku sebagai kekasihnya Irma?" Panji merasa geram."Saya tidak punya maksud apa-apa. Dan saya tidak sedang berbicara omong kosong. Saya hanya ingin memberitahu semua orang, bahwa saya adalah ayah kandung dari bayi yang sedang di kandung Irma. Sepertinya, Irma sengaja tidak memberitahu kalian
Melihat Mahira terlihat syok, buru-buru Panji berlari kecil menghampirinya."Sayang, tolong jangan dengarkan dia. Bukan seperti itu ceritanya. Kamu harus percaya kepadaku," rengek Panji.Mahira mendorong tubuh Panji supaya menjauh darinya. Saat ini hati Mahira benar-benar sangat terluka sekali. Dadanya terasa sesak seakan kesulitan bernafas. Mahira meremas jantung dadanya dan sekuat tenaga mencoba bangkit lalu memilih pergi meninggalkan semua orang.Panji merasa kesal kepada Irma dan juga Johan. Karena mereka berdua telah berhasil menghancurkan acara ulang tahunnya."Aku tidak akan pernah melupakan semua ini Irma. Kamu dan kekasihmu telah berhasil menghancurkan pesta ulang tahunku. Kalian berdua juga telah menggagalkan semua rencanaku! Katakan kepadaku, hukuman apa yang pantas aku berikan kepada kalian?" sentak Panji yang sudah tersulut emosi."Mas, tolong jangan salah paham dulu. Aku tidak bermaksud seperti itu. Kedatanganku kesini hanya ingin memberimu ucapan selamat saja. Tapi aku
"Kenapa kamu diam saja Mas? Apakah yang aku ucapkan benar?"Kini suara Mahira semakin meninggi. Karena tak bisa menahan rasa kecewanya lagi."Oke, baiklah ..., aku akui memang semua yang diucapkan Johan benar adanya. Sebelumnya aku memang tidak pernah mencintaimu. Aku memang sengaja mendekatimu supaya aku bisa menjadi bagian dalam hidupmu. Keluargaku memang miskin, kami bahkan sering dibully. Oleh karena itu aku memutuskan menyetujui rencana Irma untuk menggaet hatimu supaya aku bisa menikah denganmu. Setelah itu aku berencana ingin merampas semua harta kekayaanmu. Tapi seiring berjalannya waktu, entah kenapa hatiku mulai bimbang. Aku sering merasa gelisah dan merasa bingung dengan perasaanku sendiri. Aku ingin pergi meninggalkanmu tapi hatiku berkata jangan. Aku sering merasa khawatir jika sesuatu terjadi padamu. Bahkan tanpa aku sadari aku merasa bahagia ketika sedang berdua denganmu. Menyakiti hatimu seperti ini juga luka bagiku. Aku tidak ingin semua ini menimpamu Mahira. Tapi sek
Malamnya Panji berencana pergi ke rumah Irma. Dia ingin membicarakan masalah tadi, supaya tidak semakin panjang. Mahira mengetahui Panji keluar dari rumah, dia pun tahu kemana tujuannya saat ini. Mahira membiarkan Panji pergi begitu saja berharap dia bisa segera menyelesaikan permasalahannya dan bisa memberikan jawaban untuknya.Panji mengemudikan mobilnya sendiri menuju rumah ibunya. Panji ingin meminta kejelasan atas perbuatan Irma hari ini. Panji sengaja melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi supaya cepat sampai di rumah ibunya.Beberapa menit kemudian mobil Panji berhenti di depan rumah bu Sita. Bergegas Panji keluar dari mobil lalu nyelonong masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu."Kak Panji? Kapan kamu datang? Kenapa nggak ngucap salam dulu?" protes Dara."Ngapain ngucap salam, lagian ini juga rumah kak Panji," sahut Hendra."Dinana Ibu?" "Ibu ada di kamarnya. Sejak pulang dari rumah kak Mahira tadi, ibu memilih berdiam diri di kamar,""Baiklah, aku ak
Irma merasa kesal karena Panji mencoba memojokkannya. Kali ini Panji menginginkan sesuatu yang sama sekali tidak diinginkan oleh Irma."Mustahil jika sekarang aku harus mengikuti keinginan Panji. Masa iya dia minta tes DNA sebelum anakku lahir. Dia pasti sudah terpengaruh dengan ucapan Johan. Tidak, aku belum siap melakukan tes DNA sekarang, karena aku takut anak ini memang benar anaknya Johan. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?""Irma, kenapa kamu diam saja? Kamu mau atau tidak?""Aku keberatan Mas. Karena untuk melakukan tes itu kita membutuhkan uang tidak sedikit," "Aku tahu, tapi bagiku tidak masalah. Mahira mungkin juga tidak keberatan,""Kenapa sih Mas, kamu ingin sekali melakukan tes DNA dengan anak ini? Apa kamu mempercayai ucapan Johan? Dan kini mulai meragukan anak yang ku kandung?""Maafkan aku Irma. Jika membuatmu merasa tidak nyaman dengan keinginanku. Tapi hanya ini cara satu-satunya supaya aku bisa kembali mempercayaimu,""Aku berpikir mas Panji tetap mempercayaiku
Selesai ngobrol panjang lebar akhirnya Irma dan Johan mengikat kerja sama. Dimana Irma menjanjikan sebuah pernikahan setelah dirinya berhasil menguasai harta Mahira. Tentu saja Johan merasa senang dan juga tertarik. Dia pun langsung mengiyakan dan berjanji akan membantu Irma meraih itu semua. Supaya dirinya bisa memiliki Irma sepenuhnya. "Besok kamu pergi ke rumah sakit jam berapa?" "Mungkin pukul sembilan pagi, memangnya kenapa?" tanya Irma."Tidak ada apa-apa. Cuma tanya doang,""Tidak mungkin cuma tanya doang. Pasti ada sesuatu yang sengaja kamu sembunyikan dariku," sentak Irma."Sayang, aku tidak menyembunyikan sesuatu. Aku cuma tanya doang, apa nggak boleh?""Nggak usah lebay deh. Manggil sayang segala," sahut Irma."Kamu bilang jika aku mau membantumu menyingkirkan Mahira dari kehidupan Panji dan merebut seluruh harta Mahira. Kamu bakalan mau menikah denganku. Itu artinya mulai detik ini juga kamu sudah menjadi kekasihku. Dan aku punya hak untuk memanggilmu sayang. Tapi awas
"Mas Panji mau kemana sih, kok sudah dandan rapi, baunya wangi lagi," celetuk Mahira yang berdiri di belakang Panji sambil memperhatikan suaminya yang saat ini bersiap-siap ingin pergi."Mas mau ke rumah teman, ada acara tujuh bulanan istrinya yang sedang mengandung. Dia meminta Mas datang ke rumahnya untuk ikut memberikan doa," balas Panji dengan santai."Kalau begitu aku ikut ya?""Jangan, kamu dirumah saja. Lagian Mas cuma sebentar saja kok Sayang. Mas janji nggak akan lama perginya. Selesai membaca doa Mas akan berpamitan pulang," bujuk Panji kepada Mahira."Tapi aku juga pengen ikut Mas. Aku ingin sekali pergi bersama suamiku ke tempat hajatan atau acara apa gitu kaya yang lain. Tapi Mas nggak pernah mengajakku. Alasannya pun selalu sama," Mahira mulai kesal."Eh kok malah ngambek sih. Mas janji nanti kalau ada acara lagi Mas akan mengajakmu. Supaya semua orang tahu bahwa kamu adalah istriku yang paling cantik,"Mahira berdiri membelakangi Panji lalu Panji mencoba mendekatinya d
Melihat semua itu Mahira memutuskan pulang ke rumah dan berpura-pura seakan tak terjadi apa-apa.Tepat pukul satu malam terdengar suara deru mobil milik Panji yang berhenti di garasi depan rumah. Mahira memperhatikan lewat jendela lalu kembali masuk ke dalam kamar dan pura-pura tidur. Panji menyusul ke dalam kamar lalu mendekati Mahira yang sudah tertidur pulas diatas ranjang.Panji memutuskan pergi mandi, berganti pakaian lalu merebahkan tubuhnya disebelah Mahira. Merasa belum mengantuk Panji kembali melirik ponselnya karena tiba-tiba Irma menelpon. Panji menjauh dari Mahira menuju balkon kamar untuk menganggkat telepon dari Irma."Ada apa sayang? Aku sudah sampai di rumah. Tolong jangan telpon-telpon lagi. Nanti kalau terdengar Mahira bisa bahaya," ujar Panji dengan nada berbisik.Mahira mencoba mendekat untuk mendengarkan obrolan keduanya."Iya sayang aku tahu. Tapi aku tidak bisa tidur. Anak di dalam kandunganku minta di dongengin dulu sama papanya," balas Irma dengan nada manja.
Selesai ngobrol panjang lebar akhirnya Irma dan Johan mengikat kerja sama. Dimana Irma menjanjikan sebuah pernikahan setelah dirinya berhasil menguasai harta Mahira. Tentu saja Johan merasa senang dan juga tertarik. Dia pun langsung mengiyakan dan berjanji akan membantu Irma meraih itu semua. Supaya dirinya bisa memiliki Irma sepenuhnya. "Besok kamu pergi ke rumah sakit jam berapa?" "Mungkin pukul sembilan pagi, memangnya kenapa?" tanya Irma."Tidak ada apa-apa. Cuma tanya doang,""Tidak mungkin cuma tanya doang. Pasti ada sesuatu yang sengaja kamu sembunyikan dariku," sentak Irma."Sayang, aku tidak menyembunyikan sesuatu. Aku cuma tanya doang, apa nggak boleh?""Nggak usah lebay deh. Manggil sayang segala," sahut Irma."Kamu bilang jika aku mau membantumu menyingkirkan Mahira dari kehidupan Panji dan merebut seluruh harta Mahira. Kamu bakalan mau menikah denganku. Itu artinya mulai detik ini juga kamu sudah menjadi kekasihku. Dan aku punya hak untuk memanggilmu sayang. Tapi awas
Irma merasa kesal karena Panji mencoba memojokkannya. Kali ini Panji menginginkan sesuatu yang sama sekali tidak diinginkan oleh Irma."Mustahil jika sekarang aku harus mengikuti keinginan Panji. Masa iya dia minta tes DNA sebelum anakku lahir. Dia pasti sudah terpengaruh dengan ucapan Johan. Tidak, aku belum siap melakukan tes DNA sekarang, karena aku takut anak ini memang benar anaknya Johan. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?""Irma, kenapa kamu diam saja? Kamu mau atau tidak?""Aku keberatan Mas. Karena untuk melakukan tes itu kita membutuhkan uang tidak sedikit," "Aku tahu, tapi bagiku tidak masalah. Mahira mungkin juga tidak keberatan,""Kenapa sih Mas, kamu ingin sekali melakukan tes DNA dengan anak ini? Apa kamu mempercayai ucapan Johan? Dan kini mulai meragukan anak yang ku kandung?""Maafkan aku Irma. Jika membuatmu merasa tidak nyaman dengan keinginanku. Tapi hanya ini cara satu-satunya supaya aku bisa kembali mempercayaimu,""Aku berpikir mas Panji tetap mempercayaiku
Malamnya Panji berencana pergi ke rumah Irma. Dia ingin membicarakan masalah tadi, supaya tidak semakin panjang. Mahira mengetahui Panji keluar dari rumah, dia pun tahu kemana tujuannya saat ini. Mahira membiarkan Panji pergi begitu saja berharap dia bisa segera menyelesaikan permasalahannya dan bisa memberikan jawaban untuknya.Panji mengemudikan mobilnya sendiri menuju rumah ibunya. Panji ingin meminta kejelasan atas perbuatan Irma hari ini. Panji sengaja melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi supaya cepat sampai di rumah ibunya.Beberapa menit kemudian mobil Panji berhenti di depan rumah bu Sita. Bergegas Panji keluar dari mobil lalu nyelonong masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu."Kak Panji? Kapan kamu datang? Kenapa nggak ngucap salam dulu?" protes Dara."Ngapain ngucap salam, lagian ini juga rumah kak Panji," sahut Hendra."Dinana Ibu?" "Ibu ada di kamarnya. Sejak pulang dari rumah kak Mahira tadi, ibu memilih berdiam diri di kamar,""Baiklah, aku ak
"Kenapa kamu diam saja Mas? Apakah yang aku ucapkan benar?"Kini suara Mahira semakin meninggi. Karena tak bisa menahan rasa kecewanya lagi."Oke, baiklah ..., aku akui memang semua yang diucapkan Johan benar adanya. Sebelumnya aku memang tidak pernah mencintaimu. Aku memang sengaja mendekatimu supaya aku bisa menjadi bagian dalam hidupmu. Keluargaku memang miskin, kami bahkan sering dibully. Oleh karena itu aku memutuskan menyetujui rencana Irma untuk menggaet hatimu supaya aku bisa menikah denganmu. Setelah itu aku berencana ingin merampas semua harta kekayaanmu. Tapi seiring berjalannya waktu, entah kenapa hatiku mulai bimbang. Aku sering merasa gelisah dan merasa bingung dengan perasaanku sendiri. Aku ingin pergi meninggalkanmu tapi hatiku berkata jangan. Aku sering merasa khawatir jika sesuatu terjadi padamu. Bahkan tanpa aku sadari aku merasa bahagia ketika sedang berdua denganmu. Menyakiti hatimu seperti ini juga luka bagiku. Aku tidak ingin semua ini menimpamu Mahira. Tapi sek
Melihat Mahira terlihat syok, buru-buru Panji berlari kecil menghampirinya."Sayang, tolong jangan dengarkan dia. Bukan seperti itu ceritanya. Kamu harus percaya kepadaku," rengek Panji.Mahira mendorong tubuh Panji supaya menjauh darinya. Saat ini hati Mahira benar-benar sangat terluka sekali. Dadanya terasa sesak seakan kesulitan bernafas. Mahira meremas jantung dadanya dan sekuat tenaga mencoba bangkit lalu memilih pergi meninggalkan semua orang.Panji merasa kesal kepada Irma dan juga Johan. Karena mereka berdua telah berhasil menghancurkan acara ulang tahunnya."Aku tidak akan pernah melupakan semua ini Irma. Kamu dan kekasihmu telah berhasil menghancurkan pesta ulang tahunku. Kalian berdua juga telah menggagalkan semua rencanaku! Katakan kepadaku, hukuman apa yang pantas aku berikan kepada kalian?" sentak Panji yang sudah tersulut emosi."Mas, tolong jangan salah paham dulu. Aku tidak bermaksud seperti itu. Kedatanganku kesini hanya ingin memberimu ucapan selamat saja. Tapi aku
"Kamu siapa?" tanya Mahira."Saya Johan, kekasih gelap Irma," sahutnya dengan santai.Deg!Mendengar hal itu tentu saja membuat Mahira, Panji dan yang lainnya merasa terkejut."Apa? Kamu kekasih gelap Irma?" Mahira merasa tak percaya."Kenapa kalian merasa terkejut seperti itu? Apa selama ini Irma tidak cerita kepada kalian?""Tidak," sahut Mahira."Irma, kenapa kamu tidak mau menceritakan kepada mereka. Bahwa aku adalah lelaki yang selama ini selalu ada untukmu. Aku adalah lelaki yang telah menitipkan benih di rahimmu," ujarnya santai.Irma merasa tidak suka mendengar pengakuan Johan. "Cukup Johan! Jangan bicara aneh-aneh lagi," sentak Irma."Maksudmu apa bicara seperti itu? Kenapa kamu mengaku-ngaku sebagai kekasihnya Irma?" Panji merasa geram."Saya tidak punya maksud apa-apa. Dan saya tidak sedang berbicara omong kosong. Saya hanya ingin memberitahu semua orang, bahwa saya adalah ayah kandung dari bayi yang sedang di kandung Irma. Sepertinya, Irma sengaja tidak memberitahu kalian
Acara pesta ulang tahun Panji diselenggarakam sangat mewah dirumah Mahira. Semua teman serta rekan kerja Mahira dan Panji berbondong-bondong datang untuk ikut merayakan acara itu.Tadinya Panji merasa bingung ada acara apa dirumahnya? Kenapa Mahira tidak memberitahunya, acara untuk siapa ini? Namun ketika sampai di kamarnya, Panji sangat terkejut ketika melihat ada tulisan ucapan ulang tahun dari Mahira. Panji merasa tak percaya Mahira melakukan semua ini untuknya. Mengingat beberapa bulan yang lalu hubungannya sedikit merenggang karena ulah keluarganya."Apa aku bermimpi? Apa semua ini Mahira yang telah mempersiapkan? Aku tidak menyangka ternyata Mahira masih peduli kepadaku," batin Panji."Happy birthday to you sayang," ucap Mahira tiba-tiba membuat Panji menganga tak percaya bahwa Mahira akan memberinya surprise semewah ini. Mahira menghampiri Panji lalu memeluknya serta memberikan kecupan hangat untuknya."Sayang, ternyata kamu tidak lupa dengan hari ulang tahunku? Aku sendiri aja
Keesokan harinya seperti biasa Panji akan berkunjung ke rumah ibunya. Dia membawa banyak hadiah untuk diberikan kepada keluarganya. Mahira sengaja membelikan baju baru untuk keluarga Panji untuk dipakai ke acara Mahira nanti malam."Wah, kak Panji datang-datang membawa banyak bingkisan. Kira-kira isinya apa?" celetuk Dara."Ini hadiah dari Mahira untuk kalian. Kakak juga nggak tahu apa isinya. Mahira cuma berpesan barang-barang yang ada di dalam ini harus kalian pakai untuk acara pesta nanti malam,""Pesta? Nanti malam ada pesta di rumah kak Mahira ya?""Kakak sendiri sebenarnya juga nggak tahu ada acara apa?" sahut Panji.Dara menggeleng kepala sembari melirik ke arah Hendra dan juga ibunya."Yasudah, yang penting nanti malam kita semua harus datang ke acara itu. Kamu sudah sarapan belum? Kalau belum ikut sarapan sama adik-adikmu gih," titah bu Sita."Tidak Bu. Panji sudah sarapan kok. Mahira sudah membuatkanku sarapan,""Wah, tumben? Ada angin apa?" celetuk Dara."Kok tumben sih? Se
Panji benar-benar merasa bahagia karena akhir-akhir ini Mahira sedikit berubah. Dia menjadi lebih bucin kepada Panji. Mahira juga sangat perhatian kepada Panji sehingga membuatnya semakin sulit jauh dari Mahira."Alhamdulillah, akhirnya kenyang juga," celetuk Panji."Mas boleh ke kamar dulu. Biar aku bereskan semua ini,""Nggak ah sayang. Mas ikut bantuin kamu beres-beres dapur dulu ya? Biar cepat selesai dan kita bisa pergi tidur,""Memangnya mas Panji nggak capek?""Nggak dong. Kenapa harus capek, kan bantuin istrinya sendiri," celetuk Panji."Makasih ya Mas," ucap Mahira."Iya, sama-sama,"Keduanya pun mulai bekerja sama membereskan dapur. Setelah selesai barulah keduanya memilih pergi ke kamarnya untuk beristirahat.Panji merebahkan tubuhnya terlebih dahulu diatas ranjang, baru setelah itu disusul Mahira yang kini sudah berganti pakaian tidur. Melihat Mahira berpakaian sexy tentu saja membuat Panji salah tingkah. Apalagi Mahira sangatlah cantik, tentu saja membuat Panji sangat ter