Share

TERJERAT CINTA YANG SALAH
TERJERAT CINTA YANG SALAH
Penulis: Autumn

1

Penulis: Autumn
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-01 21:36:41

Alice masih berkutat di depan komputer demi-demi untuk memenuhi deadline pekerjaannya. Walaupun jam di dinding kantor sudah menunjukkan pukul sembilan malam, dan rekan-rekan kerja Alice sudah pada pulang semua, tapi tidak menyurutkan niat Alice untuk bekerja lembur hari ini.

Alice menghembuskan napas panjang, sebenarnya hal ini tidak akan terjadi jika Alice tidak salah dalam memberikan laporan tentang survei mengenai kepuasan konsumen terkait produk yang baru beberapa bulan diluncurkan.

Memang itu bukanlah pekerjaan utamanya, hanya saja karena suatu kejadian, Alice harus juga membuat laporan survei tersebut.

"Astaga, ini mulai membuatku muak," lirihnya dalam kehingan ruangan kantor yang tetap terasa nyama walaupun dalam kesendirian.

Ruangan kantor yang tertata rapi ini karena ada seseorang yang selalu mengomel mengenai kerapihan suatu tempat. Tidak bisa jika melihat ada barang yang berantakan, atau meja yang acak-acakan, pasti dia akan langsung mengomel panjang lebar meminta si empunya meja untuk membereskan barang-barangnya. Siapa lagi kalau bukan si Perfeksionis, Ashley.

Alice dan Ashley berteman baik. Bahkan sangat baik, juga saling mendukung dalam kehidupan pekerjaan satu sama lainnya. Juga dalam hubungan yang lebih dari sekedar pekerjaan. Baginya Ashley adalah teman terbaiknya.

Sayangnya, Ashley sudah lebih dulu menikah, sehingga mereka jarang memiliki kesempatan berdua untuk menghabiskan waktu. Memang Alice merasa kesepian, tapi Alice juga mengerti bahwa ada yang lebih penting untuk Ashley urus daripada hanya sekedar menemani Alice.

Tak jarang, Ashley juga menceramahi Alice yang tak juga menikah, walaupun ibunya sudah putus asa meminta padanya, walaupun orang-orang di sekelilingnya sudah pada menikah, walaupun banyak yang mengatakan bahwa menikah itu menyenangkan. Tak juga merubah pendirian Alice tentang hal yang satu ini.

Namun tak sedikit juga yang mengatakan bahwa pernikahan itu sangat mengerikan.

Alice memutar pelan-pelan persendian tangannya, memijat kakinya yang mulai lelah karena terus duduk, juga memijat belakang lehernya karena lelah menatap komputer terus-menerus.

Sedikit lagi, tinggal sedikit lagi, Alice pasti bisa menyelesaikannya.

'Sabar, Alice. Kau harus kuat,' batinnya dalam hati.

Alice yang saat ini berada di Divisi Perencanaan dan Pengembangan terkait produk yang di luncurkan perusahaan, dituntut harus selalu memiliki ide dalam hal itu. Pekerjaannya memang tak mudah karena harus memaksakan otaknya untuk terus berputar memikirkan inovasi dan inovasi untuk pengembangan produk. Ya, walaupun semua tidak di tanggung sendiri.

Tapi sejauh ini, Alice selalu bisa memberikan ide dan masukan yang cemerlang. Ah, bukannya ingin menyombong, tapi ya begitulah kenyataannya.

Perusahaan tempatnya bekerja saat ini merupakan perusahaan nasional yang sedang berusaha untuk melebarkan sayapnya agar bisa menjadi perusahaan multinasional.

Sebuah perusahaan manufaktur, yang saat ini sudah memiliki beberapa anak perusahaan.

Alice sendiri bekerja di perusahaan induk, ya, anggap ini merupakan suatu keberuntungan baginya. Perusahaan induk sendiri lebih fokus dalam mengembangkan produk kecantikan, fashion, yang sedang menjadi trend saat ini.

Sedangkan beberapa anak perusahaan lainnya lebih berfokus pada pengembangan produk makanan dan minuman.

Alice sebenarnya tidak begitu tertarik dengan dunia fashion ataupun kecantikan yang sedang marak-maraknya, namun bukan berarti Alice acuh terhadap hal tersebut. Ya bisa dikatakan jika Alice tetap mampu mengikuti perkembangan tentang mereka.

Memang benar penampilan itu menguntungkan, namun penampilan itu tidak bisa dijadikan tolak ukur dalam menilai seseorang. Yang terpenting itu, selalu rapi jika ingin bertemu dengan orang lain agar memberikan kesan yang baik.

Ya, Alice juga sama seperti pegawai kantoran lainnya yang setiap saat dikejar-kejar deadline, berkutat di depan komputer, mengikuti rapat, belum lagi jika ditegur oleh atasan. Tentu hal tersebut mengakibatkan stress, bahkan sampai mempengaruhi perubahan suasana hati.

Intinya, kehidupan pekerjaan Alice Winsley sama seperti kebanyakan orang.

Begitulah tentang pekerjaan Alice.

Satu orang yang selalu merasa keberatan jika Alice begitu sibuk dengan pekerjaannya, adalah ibunya. Ibunya bisa menceramahi Alice satu harian penuh agar Alice bisa membagi waktunya, untuk bekerja dan juga mencari pasangan hidup.

Direcoki hal yang sama terus-terusan membuat Alice jadi jengah mendengarnya. Kenapa ibunya sangat mendesak Alice untuk menikah padahal calonnya saja tidak ada.

Nah kembali lagi, calonnya saja tidak ada, bagaimana Alice bisa menikah. Tak ada yang berniat mendekati dirinya, atau seseorang yang bisa menarik perhatiannya. Jadi ya daripada pusing memikirkan hal itu, lebih baik Alice pikirkan saja tentang masa depan pekerjaannya.

"Kau belum pulang?"

Suara bass seorang pria mengejutkan Alice, serasa jantung Alice berhenti mendadak mendengar suara itu.

Matanya dengan liar sibuk mencari asal suara, hingga dia temukan seseorang yang berdiri di ambang pintu ruangan Divisi Perencanaan dan Pengembangan. Orang itu sedang memandangi Alice dengan pandangan datar.

"Se-sebentar lagi, pak," jawab Alice gelagapan.

Orang yang dipanggil dengan sebutan 'pak' itu mulai mendekat kearah Alice. Jantung Alice yang tadi rasanya sempat berhenti, kini malah semakin kencang dan berdebar-debar.

Sejenak Alice berpikir, seseorang sekelas atasannya ini sedang apa jam segini di kantor, apa mungkin dia juga lembur seperti Alice?

"Siapa namamu?"

Ah benar juga, sekelas Direktur Utama, tidak mungkin mengenali Alice yang tidak punya jabatan apa-apa. Hanya karyawan biasa, yang mungkin juga tak terlihat oleh para atasan di perusahaannya.

"Alice Winsley," cicit Alice sambil menundukkan wajahnya.

Alice berusaha untuk tetap menghormati Ethan Hill, Direktur Utama perusahaan ini.

Ethan terlihat mengangkat sebelah alisnya.

"Selesaikan pekerjaanmu. Saya akan menunggumu di sini sembari kau menyelesaikannya!" ujar Ethan dengan tenang namun dalam, sorot matanya mencerminkan bahwa dia tidak main-main ketika mengucapkan hal itu.

Alice dengan pandangan bertanya menatap atasannya ini. Tapi baru beberapa detik menatapnya, Alice langsung menundukkan lagi kepalanya. Bagaimana dia sanggup memandangi dengan lama seorang atasan dari segala atasan di perusahaannya.

"Se-sepertinya tidak perlu pak. Bapak pulang duluan saja. Saya bisa menyiapkannya sendiri," jawab Alice masih memandangi papan ketik komputer miliknya.

Alice menelan ludah, rasanya ingin melihat Ethan Hill yang sebenarnya jarang-jarang karyawan biasa melihatnya. Ini merupakan sebuah keberuntungan bagi Alice.

"Apa kau ingin bertanggung jawab, jika ada sesuatu terjadi? Dengan adanya saya di sini, saya bisa menjadi saksi jika memang terjadi sesuatu. Jangan membantah saya." ucapnya tegas sambil berjalan memutar dan menarik kursi yang ada di sebelah Alice. Kursi kerja milik Ashley.

Tangan Alice mendadak jadi berkeringat. Apa-apaan ini. Bagaimana pula semua ini bisa terjadi? Perasaan Alice, dia tidak ada memakan sesuatu yang bisa mendatangkan keberuntungan seperti ini.

"Ta-tapi, saya benar-benar tidak apa pak. Saya-"

"Jangan membantah, Alice Winsley," katanya dingin.

Alice jadi semakin keder, bahkan menatap atasannya ini pun tak bisa dia lakukan. Tatapan matanya sangat terasa sekali. Benar-benar membuat orang jadi tak nyaman.

Jantung Alice yang berdetak kencang kini semakin menjadi-jadi. Napasnya jadi tak beraturan dan dadanya begitu berat.

Jelas saja, seorang Ethan Hill sedang menemani Alice menyelesaikan pekerjaannya ditengah-tengah jam lembur yang menyebalkan ini.

Kapan lagi ada kesempatan begini.

Alice melirik sedikit-sedikit kearah Ethan Hill yang saat ini tengah sibuk menatapi layar ponselnya.

Tangan Alice bergerak cepat, menari di atas papan ketik, begitu bersemangat hingga suara tombolnya terdengar menghiasi ruangan yang senyap ini.

Tapi Ethan Hill tidak terlihat terganggu akan hal itu.

Ahhh kejadian ini pasti akan dia ceritakan pada Ashley, dan membuat wanita itu merasa iri. Tentu saja akan iri, berduaan bersama seorang atasan yang keren, tampan, berwibawa, berpendidikan tinggi, dan juga memiliki bentuk tubuh yang bagus.

Sungguh lengkap warna-warni hidup Alice hari ini.

Dia tarik lagi perkataannya bahwa lembur hari ini menyebalkan.

'Oh Tuhan. Terima kasih kau telah memberikan kesempatan emas seperti ini,' batin Alice dengan perasaan bahagia.

Alice kembali melirik Ethan yang masih sibuk dengan ponselnya, tangannya bergerak-gerak cepat seperti mengetikkan sesuatu.

"Apa ada yang ingin kau sampaikan?" celetuk Ethan yang ternyata sadar jika Alice meliriknya.

Alice berdehem beberapa kali sebelum menyampaikan apa yang ada di benaknya.

"Saya merasa tidak enak membuat bapak jadi terjebak menemani saya lembur," jelas Alice.

Ethan terlihat berhenti mengetik, lalu matanya menatap Alice. Tapi kali ini dengan pandangan yang sepertinya lembut.

"Saya bertanggung jawab menjaga keamanan karyawan saya. Apa kau pikir saya tidak memiliki perasaan seperti itu, sehingga jika ada karyawan lembur akan saya biarkan saja,"

Alice terdiam. Dia memang tidak tau jika atasannya ini memiliki pemikiran yang begitu.

"Saya melakukannya juga untuk memastikan bahwa karyawan yang lembur itu tidak melakukan sesuatu yang pada akhirnya akan merugikan perusahaan," katanya lebih jelas.

Alice masih diam, belum ada keinginan untuk menanggapi.

"Kau tak perlu banyak berpikir. Lagipula kau ini seorang wanita, apa mungkin saya biarkan kau lembur sendirian seperti ini,"

Ahh Alice juga tak tau bahwa atasannya ini begitu pengertian.

Banyak rumor yang mengatakan bahwa Ethan Hill merupakan sosok iblis karena sangat kejam jika menyangkut tentang pekerjaan ataupun perusahaan. Tapi sepertinya itu tidak semuanya benar, karena atasannya ini terdengar begitu perhatian akan kesejahteraan karyawannya. Buktinya memberikan bonus, penghargaan atas kerja keras juga sering membawa karyawannya pergi menghilangkan kejenuhan saat bekerja.

Dan keberadaan Ethan menemani Alice saat ini semakin mematahkan omongan yang mengatakan bahwa Ethan adalah seorang iblis.

Ethan Hill merupakan seorang pemimpin yang baik.

"Saya akan menyelesaikannya dengan cepat," ujar Alice kemudian fokus lagi mengerjakan pekerjaannya.

Dia tak ingin menyita waktu Ethan Hill lama-lama karena dia tau bahwa Ethan juga lelah.

Terlihat dari matanya yang jadi sayu, dan lingkaran hitam disekelilingnya, juga jas hitam yang dia letakkan di meja kerja Ashley, dasi yang berwarna senada juga sudah terlepas dari lehernya.

Alice semakin cepat memainkan jarinya di atas papan ketik, sesekali melirik Ethan.

Setelah melewati sekitar lima belas menit dalam heningnya ruangan yang hanya ditemani suara ketikan jari Alice.

Akhirnya pekerjaannya pun selesai.

"Syukurlah ini sudah selesai,"

Alice segera mencetak laporan itu, dan mengkopinya jadi beberapa rangkap.

Seketika matanya menatap Ethan yang ternyata tengah tertidur dalam keadaan duduk. Tangannya menyilang di depan dadanya. Bibirnya yang tipis menutup rapat, matanya juga begitu.

Alice sungguh terpesona. Ethan merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang sangat sempurna.

Alice bergerak pelan-pelan demi mengurangi suara agar Ethan tidak terbangun. Alice merapikan lembaran laporan itu dengan cepat, lalu mematikan komputer dan merapikan meja kerjanya.

Alice kemudian berdiri dan berjalan menuju meja Ketua Divisi Perencanaan dan Pengembangan, dengan berjinjit agar tidak membangunkan Ethan, lalu meletakkan laporan yang sudah dibuatnya itu.

Alice bahkan sampai menahan napas ketika berjalan karena begitu takut jika Ethan terbangun.

Sampai ditempat duduknya, Alice kembali menatapi Ethan Hill. Sejenak dia ragu, bagaimana cara membangunkan Ethan yang sepertinya tertidur begitu nyenyak.

Alice menjulurkan tangannya hendak menggoyangkan lengan Ethan untuk membuat pria itu terjaga.

Tapi mendadak diurungkan niatnya. Alice ingin memandangi Ethan lebih lama, karena Alice yakin kejadian seperti ini tidak akan terjadi kedua kalinya.

Alice menumpukan salah satu tangannya di atas meja dan menopang kepalanya, matanya masih menatap Ethan, yang begitu tampan.

DRRRTTT DRRRT DRRRTT

Getar ponsel yang sepertinya milik Ethan, langsung membuat pria itu bangun dari tidurnya. Lalu segera mengambil ponselnya dan mematikan getar tersebut yang sepertinya alarm.

Sedetik kemudian Ethan mengarahkan pandangannya pada Alice.

"Kau sudah selesai?" tanyanya serak.

Alice mengangguk gelagapan, wajahnya panas karena dia sendiri kaget Ethan tiba-tiba terbangun dan memergoki dirinya yang tengah menatapi pria itu.

"Ayo kita pulang,"

Alice mengangguk lagi, dengan cepat dia berdiri dan mengambil tasnya. Begitu juga dengan Ethan.

Mengambil jas dan dasinya lalu berjalan keluar dari ruangan yang disusul Alice.

"Kau bawa mobil?"

Alice menggeleng.

"Rumah saya tidak jauh dari kantor pak. Jadi saya biasanya jalan saja,"

"Begitu," ucap Ethan pendek.

Alice tersenyum getir. Rasanya jadi canggung karena berada didekat atasannya.

Mereka turun menggunakan elevator dan keadaan semakin canggung karena di dalam elevator hanya ada mereka berdua.

Keluar dari elevator, ternyata lobi perusahaan sepi dan benar-benar tidak ada orang kecuali mereka berdua.

Alice dan Ethan kemudian keluar dari gedung kantor lalu Ethan meminta satpam yang bertugas dua puluh empat jam itu untuk memeriksa kembali kondisi di dalam dan mengunci pintu masuk gedung.

"Biar saya antar. Sekalian saja saya bertanggung jawab mengantarmu sampai rumah,"

Alice mendadak berhenti berjalan. Apa ini tidak apa-apa ya. Rasanya sangat tidak nyaman berdua saja dengan atasan dari segala atasan.

"Jangan membuat perasaan saya jadi buruk. Saya tidak ada niat lain selain mengantarkanmu sampai rumah," katanya melanjutkan sebelum Alice salah paham.

Alice diam dan memandangi saja Ethan. Ya, dia sebenarnya tidak ada niatan untuk menolak. Alice masih tau diri untuk menghargai kebaikan seseorang.

"Kalau begitu, apa bapak tidak keberatan kalau saya ajak untuk menikmati secangkir kopi? Ya anggap saja sebagai rasa terima kasih saya karena pak direktur sudah menemani saya lembur" suara Alice terdengar gugup. Wajar jika begitu, karena ini pertama kalinya dia mengajak atasannya yang selama ini tidak pernah berinteraksi langsung dengannya.

Ethan tersenyum, "Baiklah. Saya tidak keberatan,"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   2

    Alice Winsley sedang menatapi dengan penuh kagum pada seorang pria yang saat ini tengah memasang raut wajah serius tapi tetap memikat. Pria itu, Ethan Hill, dia adalah seorang Direktur Utama di perusahaan tempat Alice bekerja saat ini. 'Ya Tuhan. Mengapa dia begitu tampan? Hatiku rasanya sudah lelah terus meledak setiap kali melihatnya' batin Alice yang semakin menajamkan penglihatannya pada pria itu, Ethan. Walaupun saat ini mereka sedang berada di tengah-tengah rapat evaluasi membahas peluncuran produk baru mereka bulan kemarin, namun Alice dengan beraninya malah menatapi sang Direktur Utama. Alice sepertinya tidak lagi berpikir panjang, bagaimana seandainya ada salah seorang rekan kerjanya memergoki dirinya yang tengah menatapi Ethan Hill dengan mata bulat dan besar, penuh dengan ketertarikan. Seolah semua yang ada di sekelilingnya memudar dan hanya menampilkan pria itu. Dengan bibir tipis dan hidung mancungnya, alis tebal d

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-02
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   3

    "Kau terus menghela napas. Ada apa?" Alice kaget karena mendengar suara nyaring Brilley tepat di telinganya. "Astaga. Apa Ketua Divisi tidak bisa tidak berbicara di telinga saya? Saya sungguh terkejut. Bagaimana kalau saya jantungan? Apa Anda ingin tanggung jawab?" balas Alice ngotot. Brilley terlihat tertawa cekikikan. "Setelah kau bertemu dengan si Iblis Ethan Hill, kau terus menghela napas. Saya begitu penasaran, apa yang sebenarnya kalian bicarakan tadi" Alice lebih memilih untuk mengabaikan ucapan Brilley yang sedang mengorek informasi darinya. Brilley mendadak menatap Alice dari dekat, alis matanya bertaut, melihat Alice dengan pandangan menyelidik. "Pasti ada sesuatu terjadi di antara kalian, bukan? Saya yakin itu," ucapnya dengan nada intimidasi seperti polisi yang tengah menginterogasi tersangka. Alice menggeleng cepat. Bahaya jika sampai ketahuan mengenai hubungan antara Alice dan Ethan Hill. Padahal tidak ada hubungan ap

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-02
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   4

    Ethan Hill duduk dengan gugup dan resah di sofa ruang tamu kediaman Alice. Matanya tak henti memandangi rumah Alice yang tidak begitu besar ini. Ini lebih seperti rumah kontrakan yang cukup ditinggali untuk satu orang saja. Dekorasi rumahnya juga sederhana namun tetap menampilkan sisi Alice yang hangat. Ethan terus berpikir dalam hati, apakah Alice memang semudah ini mengajak pria lain untuk datang ke rumahnya. Atau karena terjadi hal mendesak seperti tadi. Jujur saja, selama tiga bulan belakangan ini, Ethan jadi terus memikirkan wanita itu, ya sebenarnya Ethan tidak memiliki perasaan apapun, hanya saja Ethan merasa jika dia cukup nyaman dengan Alice Winsley. "Silahkan dinikmati, pak direktur," Alice meletakkan secangkir kopi panas, ah ini hanya kopi instan biasa. Karena Alice sendiri hanya sesekali minum kopi, dan tidak pernah meracik kopi.  

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-09
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   5

    "Itu sudah berlalu begitu lama. Apa kau tidak ingin menjalin hubungan lagi?" Ethan sudah seperti pewawancara yang tengah menanyai narasumbernya. Matanya seakan ikut bertanya perihal sesuatu yang sebenarnya Alice tak ingin bahas. Tapi juga terselip rasa ingin tahu dari Ethan. "Mungkin belum bertemu dengan seseorang yang tepat saja," komentar Alice datar. Ya, setidaknya itu jawaban terbaik. Karena memang dirinya belum menemukan seseorang yang bisa menarik perhatiannya. Terkecuali itu Ethan Hill. Apa yang dirasakannya untuk Ethan Hill ini hanyalah perasaan kagum semata. Bukan perasaan romantis antara pria dan wanita. Itulah yang bisa Alice pikirkan mengenai apa yang tengah terjadi pada dirinya saat ini. "Kau benar. Menemukan seseorang yang tepat itu bukan perkara mudah. Saya berharap, kau akan menemukannya suatu saat," Alice tersenyum getir mendengar ungkapan harapan Ethan itu. Bukannya dia tidak senang ada yang me

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-10
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   6

    Alice menyeruput teh hijau kesukaannya dengan nikmat. Tapi nikmatnya teh ini tidak senikmat biasanya karena suasana hatinya yang tidak tenang memikirkan kesehatan ibunya. Dokter mengatakan bahwa penyakit ibunya sudah semakin parah, dan harusnya dirawat di rumah sakit saja. Tapi Alice tak memiliki biaya untuk membayar pengobatan ibunya itu. Belum lagi Alice juga harus membayar hutang yang dia pinjam pada rentenir demi ibunya agar bisa sembuh kembali. Tapi memikirkan tentang penyakit kanker paru-paru stadium akhir, tentu mendengarnya saja sudah tahu bahwa penyakit itu tidak dapat di sembuhkan. Juga beresiko tinggi akan kematian. Alice menghembuskan napas panjang untuk mengurangi sesak di dadanya. Alice masih belum siap jika ibunya itu pergi meninggalkannya. Banyak hal yang belum Alice lakukan untuk ibunya termasuk itu menikah. Harus bagaimana Alice sekarang? Tak bisa dia memaksakan kehendak ibunya, menikah dengan orang yang t

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-11
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   7

    "Ashley, ayo kita makan di kafetaria kantor saja. Aku malas ingin keluar," ajak Alice setelah menyelesaikan setengah pekerjaannya. Setengahnya lagi akan dia kerjakan setelah makan siang. Perutnya pun sudah tak tahan lagi menahan keroncongan yang menggeram di tubuhnya. "Tunggu, aku selesaikan ini dulu," jawab Ashley acuh masih memandangi layar komputernya dengan serius. Alice mendesis kemudian mengambil ponselnya dari dalam tas. Memeriksa apakah ada pesan masuk atau mungkin panggilan tak terjawab. Selama bekerja Alice memang tidak memeriksa ponselnya, karena tak ingin fokusnya jadi terpecah. Alice membuka sebuah aplikasi pesan yang dia gunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Membuka salah satu forum kerja tapi lebih seperti grup mengobrol biasa dan ini seluruh karyawan ada di satu grup yang sama. Berbagai divisi kumpul menjadi satu. Tujuannya agar mereka bisa akrab dengan rekan lainnya. Grup ini tentu juga diawasi oleh pihak yang memang berwenan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-12
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   8

    "Mengapa hujannya tiba-tiba begini, sih," keluh Alice sembari menepikan dirinya masuk lagi ke dalam lobi perusahaan. Percikan air hujan mengenai sepatu hak warna hitam miliknya. Juga menyiprat sampai mengenai ujung celana kerjanya. Alice menghela napas panjang, menyesali keputusannya saat Ashley menawarinya untuk pulang bersama. "Untuk apa aku tadi menolak. Aku jadi menyesalinya," lirih Alice yang sedang menghentakkan kakinya kecil karena kesal. Sambil menunggu hujan berhenti, Alice memilih duduk di sebuah sofa yang memang disediakan untuk menerima tamu. Kalau Alice nekat menerjang hujan, besoknya pasti dia akan sakit. Hujan mengguyur dengan begitu derasnya. Jika kondisi ini berlarut sampai beberapa hari kedepan, bisa dipastikan akan terjadi banjir. Lebih sialnya, daerah rumah Alice juga rawan banjir. Membuat penderitaan Alice

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-14
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   9

    "Sepertinya hujan kelihatan tidak akan berhenti," gumam Alice yang tengah mendengarkan suara hujan dengan begitu heboh menabrak atap rumahnya. Ini sudah berlangsung selama beberapa jam, dan mulai membuat Alice khawatir akan banjir. "Ya, sepertinya memang begitu," sahut Ethan yang sudah keluar dari kamar mandi. Ethan ingin menggunakan kamar mandi, karena dia merasa gerah. Padahal hujan di luar begitu deras dan membuat udara menjadi dingin, tapi sepertinya dingin itu tidak masalah baginya untuk mandi. Terlebih ternyata dia membawa baju ganti. "Terima kasih, kamar mandinya," Alice tersenyum simpul, Ethan pun kemudian duduk di samping Alice. Seketika aroma tubuh Ethan masuk kedalam indera penciuman Alice. Aroma yang sangat dikenali Alice. Ini adalah aroma sabun mandinya. Memikirkan itu wajah Alice jadi memerah, sangat memalukan. Tapi rasanya begitu berbeda ji

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16

Bab terbaru

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   52

    Sangat sangat sangat mewah.Kesan pertama Alice ketika melihat rumah besar Ethan yang ada di hadapannya, sampai membuatnya tanpa sadar menahan napas dan membuka mulut lebar-lebar. Begitu takjub melihat kemegahan rumah Ethan Hill ini. Mata Alice tak bisa berpaling dari campuran desain klasik dan modern dan di dominasi warna putih ini. Begitu elegan dan tampak sangat mewah. "Astaga, Alice. Ini bukan saatnya kau mengagumi rumah ini" lirihnya pelan sembari memukul kepalanya untuk menyadarkan diri. Sambil menelan ludah, Alice hendak menekan tombol bel rumah Ethan. Eh tapi, tiba-tiba pintunya membuka dengan sendirinya bahkan sebelum Alice sempat menekan bel tersebut. Hal pertama yang ada di dalam benaknya adalah betapa kerennya rumah Ethan yang pintunya bisa membuka sendiri. Alice celingak-celinguk melihat ke sekelilingnya apakah ada mata-mata atau tidak. Bagaimana bisa pintunya terbuka sendiri sedang dia belum memberikan tanda akan keberadaannya. Seperti orang bodoh, Alice memutar k

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   51

    Lelah. Satu kata yang cukup menggambarkan kondisinya saat ini. Namun bukan lelah fisik karena nyatanya fisiknya baik-baik saja. Pekerjaannya juga tidak banyak hingga tak perlu terlalu membuang tenaga. Tapi ya begitulah dia lelah. Alice menghempaskan tubuh rampingnya ke atas ranjangnya yang nyaman. Meregangkan seluruh otot-otot tubuhnya yang menegang. Setelah mandi rasanya sangat menyegarkan. Dalam pikirannya terus berputar-putar tentang pertanyaan Ashley yang sampai saat ini belum bisa dijawabnya. Apakah dirinya mencintai Ethan Hill?Kenapa Ethan justru hadir dalam hidupnya. Jawabannya hanya satu. Takdir!Takdir Tuhan yang membawa Alice bertemu Ethan, dan terlibat dengan pria itu. Semakin Alice menjauhi pria itu, maka mereka akan semakin terikat. Semakin banyak hal terjadi yang melibatkan keduanya. Tentu ini merupakan takdir yang sudah digariskan untuk Alice. Satu hal yang Alice harapkan jika takdir yang sedang dia jalani ini merupakan takdir yang baik. Bertemu dengan Ethan ada

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   50

    "Tetap saja walaupun begitu, kau juga ikut merasakan penderitaan yang sama denganku. Ayahku juga jadi melampiaskan kemarahannya padamu. Kenapa kau masih saja bertahan, Daniel? Aku tidak akan memaksamu tetap tinggal jika kau ingin pergi" Daniel tertegunRaut wajahnya mendadak berubah. Kecewa. Ah apakah hanya perasaan Ella saja ya. "Aku tidak ingin lagi membebanimu dengan perasaanku dan juga tak ingin lagi merepotkanmu atas banyak hal. Aku akan menjaga diriku sendiri. Aku menyadari selama ini, bahwa aku telah membeli kebebasanmu, yang membuatmu mungkin tidak nyaman. Selama ini mungkin bagimu, hidupmu seperti dalam kurungan. Hanya tahu untuk selalu menjaga dan melindungiku, terbebani akan tugas dari ayahku" Ella menarik napasnya. Bicaranya terlalu cepat. Semoga Daniel bisa memahaminya. "Setiap hari aku merasa bersalah telah membawamu dalam kehidupanku, yang seharusnya tak kulakukan. Tapi aku menyadari dengan cepat bagaimana perasaanku terhadapmu dan membuatmu tetap berada di samping

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   49

    "Aku pulang duluan, karena ada urusan lain. Kalian nanti hati-hati di jalan," ucap Ella dengan tergesa sembari berjalan cepat meninggalkan rekan kerjanya yang terbengong-bengong. Mereka yang ada di ruangan itu saling berpandangan, bertanya apakah ada sesuatu pada Ella. Jam baru menunjukkan pukul setengah lima sore, tapi Ella sudah mencuri start untuk pulang lebih dulu. Jika dilihat dari dia yang tergesa-gesa sepertinya memang sedang ada urusan mendesak. Sudahlah biarkan saja. Ella punya sesuatu yang harus diurusnya saat ini juga. Kakinya mengetuk-ngetuk lantai elevator karena tak sabar, benda bergerak tersebut membawanya turun ke lobi perusahaan. Pekerjaannya sedikit terkendala karena dia yang tidak fokus mengerjakannya. Tapi semua sudah dia selesaikan. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Justru yang harusnya dikhawatirkan adalah kelanjutan hubungan Ella dan Daniel. Ting!!!!Pintu elevator terbuka. Setengah berlari Ella keluar dan langsung menuju parkiran yang terletak di luar

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   48

    Ella mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih berat. Telinganya mendengar suara familiar yang biasa membangunkan tidur nyenyaknya. Berusaha untuk menyadarkan diri dan membuka mata selebar-lebarnya, sesekali menggelengkan kepala untuk benar-benar menyadarkan dirinya. Suara yang terus berdering-dering memekak telinga berasal dari ponselnya. Ella memang selalu memasang alarm otomatis, sehingga pada jam yang disetelnya akan berdering. Dengan rasa ngantuk yang masih tersisa dalam dirinya, Ella meraba-raba ranjang untuk mencari di mana ponselnya itu. Ketika menemukan benda persegi panjang dan tipis namun harganya sangat mahal itu, Ella langsung mematikan alarmnya. Tangannya dengan kasar mengucek mata, sekaligus membersihkan sisa kotoran mata. Dengan sangat terpaksa, dia pun bangkit dari tidurnya. Lalu meneguk segelas air putih di atas meja yang selalu dia sediakan.Seketika rasa yang menyegarkan langsung memenuhi dirinya. Ella meletakkan kembali gelas ke atas meja, dan mengedarkan pand

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   47

    "Ayah harus minta maaf pada Daniel," ucap Ella datar. Matanya menatap wajah ayahnya yang tidak mengendurkan pandangannya yang tajam. "Atas dasar apa ayah harus meminta maaf?" Ella menghela napas. "Sampai kapanpun aku tidak akan pernah kembali ke rumah ini, jadi aku mohon dengan sangat agar ayah dan ibu tidak terus-terusan menggunakan Daniel untuk membuatku pulang. Karena ini bukan rumahku, aku tak pernah merasa tinggal di rumah ini. Rumah ini seperti neraka bagiku yang setiap harinya sangat mencekikku," ungkap Ella mengeluarkan sesuatu yang sudah ditahannya dari lama. Suaranya samar bergetar karena dia sangat emosi. Emosi yang akhirnya dia keluarkan juga. "Ella. Tapi ibu kesepian karena kau tidak ada," tegur ibunya lembut. Ella tersentak. Tapi tidak mengubah pendiriannya. "Sampai ayah menyadari semua kesalahannya, aku tidak akan pernah menginjakkan kaki lagi. Jangan membuatku terpaksa menggunakan cara-cara berontak yang lebih parah dari ini," Ella menguatkan hati, membulatkan

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   46

    Ella berguling-guling dengan gelisah di atas ranjang berukuran besar miliknya. Giginya tak henti menggigit kuku jari-jarinya. Merupakan suatu kebiasaan bagi Ella jika sedang merasa tak tenang. Ella tau dengan jelas apa yang membuatnya seperti ini, yaitu Daniel. Perasaannya seolah mengatakan bahwa sesuatu terjadi pada pria itu. Kepalanya terus memikirkan ucapan Daniel tentang Ella yang harus datang ke rumah orang tuanya malam ini karena ada yang ingin mereka bicarakan. Tapi karena Ella keras kepala, dia memutuskan untuk tidak datang. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Ella dengan cepat mengambil ponselnya dan membuka sebuah aplikasi pesan.Tertulis di sana nama profil "Daniel Lambert" yang terletak paling atas di aplikasi pesan tersebut. Ella membuka ruang obrolan itu. Pesan terakhir yang dikirimkannya pada Daniel pun tidak dibaca. Pesan yang dia kirimkan sekitar dua jam lalu. Kemana perginya Daniel? Mengapa tidak kunjung membalas pesan yang Ella kirim? E

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   45

    "Kau tidak makan?" tanya Daniel, bukan dengan nada bertanya tentunya. Ella mengangkat wajahnya. Memandang Daniel. "Jangan hanya menyuruhku makan, kalau kau sendiri tidak makan. Lagipula bukankah kau harusnya pergi bersama Direktur Utama?" Daniel melirik Ella yang ada di depannya. "Aku tidak ikut," balas Daniel pendek dan mulai memakan makan siangnya. Ella pun hanya mengangguk saja, acuh. Tak peduli juga sebenarnya jika Daniel ikut atau, hanya ya jadi tidak bisa bertemu dengannya. "Ayahmu ingin bertemu denganmu. Jadi memintamu untuk datang makan malam," Oh inilah alasannya. Awalnya Ella merasa heran kenapa Daniel tiba-tiba mengajak makan siang berdua. Jadi karena ada permintaan dari ayahnya yang harus Ella penuhi. "Kau sekarang seperti asistennya saja." ujar Ella pedas."Apa kau dibayar lebih besar daripada Ethan membayarmu?" Oke berhenti Ella. Kau pasti menyakiti hati Daniel. Bicaramu kasar sekali. "Jaga ucapanmu," sela Daniel dingin. Rahangnya mengeras, urat disekitar kenin

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   44

    "APAAA!!!!" Ashley memekik tinggi di tengah hiruk-pikuk orang-orang yang makan siang di cafetaria perusahaan mereka. "Pelankan suaramu, Ashley" pinta Alice menggeram dengan suara pelan sembari melempar senyum dan menundukkan wajah pada mereka yang terganggu akibat Ashley. "Upss. Mulutku memang sulit untuk dikendalikan" koementarnya sambil memukul pelan bibirnya. Alice menghela napas, lalu menyendokkan lagi makanan ke dalam mulutnya. "Jadi dengan sangat kebetulan, Ethan datang dan menyelamatkanmu dari para rentenir itu?" ulang Ashley, matanya menyipit curiga sembari mulutnya menyeruput minuman matcha kesukannya. "Ya begitulah" jawab Alice pendek. "Lalu saat itu kau berpikir, 'Oh lihat betapa kerennya dia. Apa dia ditakdirkan untuk menjadi penyelamat jiwaku'. Seperti itu?" ledek Ashley, bibirnya sedikit menekuk ke bawah ketika berbicara. "Sialan. Kau ingin aku beri bogem mentah!" serang Alice marah. "Aku hanya tidak habis pikir, Alice"Ashley merasa ada yang tak mengena di hati

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status