Share

5

Penulis: Autumn
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-10 11:29:00

"Itu sudah berlalu begitu lama. Apa kau tidak ingin menjalin hubungan lagi?"

Ethan sudah seperti pewawancara yang tengah menanyai narasumbernya. Matanya seakan ikut bertanya perihal sesuatu yang sebenarnya Alice tak ingin bahas. Tapi juga terselip rasa ingin tahu dari Ethan.

"Mungkin belum bertemu dengan seseorang yang tepat saja," komentar Alice datar.

Ya, setidaknya itu jawaban terbaik. Karena memang dirinya belum menemukan seseorang yang bisa menarik perhatiannya.

Terkecuali itu Ethan Hill.

Apa yang dirasakannya untuk Ethan Hill ini hanyalah perasaan kagum semata.

Bukan perasaan romantis antara pria dan wanita.

Itulah yang bisa Alice pikirkan mengenai apa yang tengah terjadi pada dirinya saat ini.

"Kau benar. Menemukan seseorang yang tepat itu bukan perkara mudah. Saya berharap, kau akan menemukannya suatu saat,"

Alice tersenyum getir mendengar ungkapan harapan Ethan itu. Bukannya dia tidak senang ada yang mendo'akannya begitu. Hanya saja Alice merasa bahwa cinta sangat sulit untuknya saat ini.

"Saya akan menghubungi bapak jika saya menemukannya," balas Alice bergurau.

Ethan menarik sudut bibirnya, membentuk senyuman kecil.

"Kau terlihat pesimis. Apa kau tidak percaya lagi dengan cinta?" celetuk Ethan begitu saja.

Alice yang mendengar itu mendadak bungkam dan tubuhnya membeku. Bagaimana dia harus merespon tentang topik yang cukup sensitif itu.

"Bukan tidak percaya. Hanya saja-"

Alice menggantungkan kalimatnya. Menatap Ethan berharap dia tak perlu bertanya lagi dan pura-pura mengerti.

Tapi Ethan terlihat begitu penasaran dan menunggu jawaban Alice yang menggantung.

Ethan masih memandangi Alice seketika dia sadar bahwa dia sudah keterlaluan menanyakan hal yang bersifat sangat pribadi itu. Hal itu rasanya juga kurang pantas untuk ditanyakan pada orang yang baru dikenal. Sekalipun itu mereka merupakan atasan dan bawahan.

"Maaf. Tak perlu menjawabnya lagi," ucap Ethan akhirnya, tak memaksakan Alice untuk melanjutkan ucapannya.

Ethan tak tau apakah Alice pernah mengalami suatu trauma tentang seseorang hingga membuatnya merasa sulit untuk menjalani hubungan lagi. Tapi Ethan berharap jika Alice bisa menemukan seseorang yang tepat itu.

"Bagaimana dengan bapak sendiri?"

DEG!!!!!

Ethan mematung mendengar ucapan Alice. Hanya beberapa orang saja yang tau mengenai hubungan Ethan. Karena Ethan sebenarnya sudah menikah.

Tapi Ethan menahan diri untuk memberitahu Alice, karena takut wanita itu jadi menghindari dirinya.

Ethan terlihat seperti pria tak bermoral, yang nyaman dengan wanita lain tapi tidak dengan istri sendiri.

Sejujurnya ada sesuatu terjadi yang membuat Ethan harus menikahi istrinya itu.

"Pak. Bapak melamun," tegur Alice sembari tangannya berayun-ayun di depan wajah Ethan.

Ethan mengerjap.

"Ah, maaf," katanya lalu mengusap kasar wajahnya.

Raut wajah Ethan yang berubah tegang saat Alice menanyakan bagaimana dengan hubungan Ethan, membuatnya jadi merasa bersalah. Mungkin Ethan juga mengalami hal yang membuatnya trauma seperti Alice dulu.

"Tak apa. Tak perlu dijawab jika bapak merasa keberatan. Saya bertanya karena memang tak pernah terdengar kabar kencan apapun dari bapak,"

Topik tentang Ethan Hill ini selalu jadi topik yang hangat untuk dibicarakan. Banyak dari rekannya yang membicarakan mengenai kesendirian Direktur Utama Hill's Group ini.

Juga tersebar berbagai macam rumor yang mengatakan bahwa pria ini menyukai sesama jenis. Ada juga yang mengatakan bahwa Ethan Hill tidak tertarik pada wanita juga berbagai rumor lain. Tapi semua rumor itu tak pernah ada bantahannya atau kebenarannya, seolah semua dia biarkan saja.

Ethan Hill seolah tak peduli jika karyawannya membicarakan tentang dirinya.

"Apa kau begitu penasaran?" tanyanya menyeringai memperlihatkan barisan gigi rapi dan putih bersih.

Alice menggelengkan dengan cepat kepalanya. Walaupun dalam hatinya berteriak jika dia penasaran, tapi Alice tidak ingin menunjukkannya.

"Saya-"

Suara Alice berhenti di udara, ketika dia mendapatkan panggilan telepon di ponselnya.

"Maaf pak. Saya ingin jawab telepon ini dulu," izinnya pada Ethan.

Ethan mengangguk pelan, matanya masih memperhatikan wanita itu. Sedikit heran, untuk apa Alice meminta izin padanya.

Ah apakah karena Alice masih menganggap Ethan atasannya walaupun ini di luar jam kerja.

Alice sedikit membelakangi Ethan namun tidak menjauh darinya.

"APA??," pekik Alice seperti sangat terkejut.

Ethan pun juga ikut terkejut mendengar suara tinggi Alice.

"Baik, saya segera kesana," ucapnya terdengar khawatir dan panik.

Entah apa yang dikatakan seseorang diseberang sana pada Alice tapi ketika Alice membalikkan tubuhnya, wajahnya jadi pucat dengan mata yang ingin mengeluarkan air mata.

"Ada apa?"

Ethan pun seketika panik. Bingung dengan apa yang terjadi pada Alice.

"Sa-saya harus pergi. Ibu saya masuk rumah sakit, pak," ucapnya sedih lalu jatuhlah air mata yang sudah mati-matian ditahannya.

Alice mengusap kasar air mata itu, lalu bangkit berdiri, berjalan masuk ke kamarnya tanpa memberikan arahan pada Ethan, apakah dia harus pergi atau tetap di sini.

Tak lama, Alice keluar lagi dengan menenteng tas tangannya, namun air mata tak kunjung berhenti mengucur.

"Akan saya antar. Kita pergi bersama,"

Alice terlihat ragu menerima niat baik Ethan. Ya, Ethan hanya bersikap sebagai seseorang yang memiliki jiwa sosial.

Juga melihat bahwa Alice adalah bawahannya. Jadi Ethan tak bisa membiarkan jika ada sesuatu yang terjadi padanya.

"Baiklah. Terima kasih, pak," sahutnya sengau. Suaranya yang serak karena menangis membuat Ethan jadi tidak tega.

Ethan pun bangkit dari duduknya, "Ayo" katanya pada Alice.

Ethan keluar rumah lebih dulu, lalu disusul Alice setelah mengunci pintu rumahnya agar orang lain tidak bisa masuk.

Kemudian mereka masuk ke mobil dan Ethan langsung tancap gas meninggalkan kediaman Alice.

Setelah Alice memberitahu di mana rumah sakit yang ingin dituju, Ethan tidak segan-segan lagi menginjak pedal gas semakin dalam, agar mereka segera sampai.

Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, Alice lebih banyak diam, tangannya saling meremas satu sama lain, sesekali menyeka air matanya yang masih saja mengalir.

Sialnya, yang ingin Ethan lakukan adalah memeluk Alice saat ini. Ingin merengkuh tubuh mungilnya dan membawanya dalam dekapan hangat Ethan.

Tapi urung dilakukannya karena banyak pertimbangan yang harus dia pikirkan.

Mobil akhirnya berhenti di halaman pelataran rumah sakit, dengan cepat Alice melepas sabuk pengamannya dan keluar dari mobil.

Ethan pun juga terburu-buru mengikuti wanita itu yang memang tampak tidak tenang.

Siapa yang bisa tenang, jika diberi kabar tentang orang terdekatnya masuk rumah sakit. Bahkan Ethan pun juga begitu ketika mendengar bahwa kakeknya jatuh sakit.

"Maaf. Saya ingin bertanya ruangan pasien atas nama Catharina Winsley, ada di mana?"

Perawat yang sedang berjaga di meja administrasi itu pun terlihat memeriksa sesuatu di komputernya, lalu memberitahukan pada Alice di mana ruangan ibunya.

Setelah diberikan petunjuk oleh perawat itu, Alice dan Ethan pun menuju ruangan yang di maksud.

Dan ketika sampai di depan pintu kamar rawat ibunya, Alice menghentikan langkahnya.

Dia menangis lagi, dari kaca kecil yang terdapat di pintu kamar itu, terlihat ibu Alice yang terbaring lemah, dengan infus ditangannya. Wajahnya tirus dan tubuhnya juga kurus, matanya terpejam, sepertinya dia sedang beristirahat.

Ethan melirik Alice yang terlihat tidak kuasa melihat kondisi ibunya.

Mungkinkah ibunya menderita suatu penyakit tertentu?

Ceklek.

Pintu kamar itu terbuka lalu menutup kembali. Seorang dokter dan perawat keluar dari kamar tersebut.

"Bagaimana kondisi ibu saya, dok?" tanya Alice bergetar, tangannya dengan cepat menghapus air matanya berusaha untuk tegar.

Sang Dokter menghela napas panjang dan menggeleng pelan. Wajahnya seperti pasrah, seolah mengatakan ini-tidak-akan-berhasil.

Ethan tahu gelagat seperti itu.

Dokter itu kemudian meminta Alice untuk mengikutinya agar mereka bisa berbicara secara pribadi. Sedangkan perawat yang bersamanya diminta untuk pergi lebih dulu.

Tidak begitu jauh, tapi Ethan masih bisa melihat mereka.

Dokter itu pun mengatakan sesuatu yang membuat Alice begitu syok hingga menutup mulutnya. Mungkin menahan agar tangisannya tidak keluar dengan keras.

Sungguh, Ethan ingin langsung menarik wanita itu dalam pelukannya. Tubuhnya terlihat lesu karena menerima informasi yang mengejutkannya.

Setelah selesai berbicara, Dokter itu meninggalkan Alice, ketika melewati Ethan dia memberikan anggukan kecil, seperti sapaan, yang kemudian dibalas oleh Ethan dengan mengangguk juga.

Ethan mendekati Alice, menyentuh lembut lengan wanita itu.

Alice mengangkat kepalanya dan menatap Ethan, tersenyum pedih.

"Kau baik-baik saja?"

Upsss. Sialan. Ethan salah bicara. Itu adalah pertanyaan bodoh. Harusnya dia bisa melihat Alice yang tidak baik-baik saja tanpa perlu bertanya lagi.

"Saya tidak apa-apa, pak," jawabnya bohong.

"Kau tidak pandai berbohong, Alice"

Alice tertawa kecil mendengar penuturan itu. Lalu mengusap wajahnya.

"Kondisi ibu saya sudah stabil. Jadi tak perlu khawatir lagi, hanya saja diminta untuk banyak-banyak istirahat dan jangan melakukan pekerjaan berat,"

Ethan mengangguk mengerti, "Syukurlah kalau begitu. Kau juga istirahatlah, kau ingin tetap di sini atau bagaimana?"

"Tadi Dokter bilang, kalau saya untuk saat ini lebih baik pulang. Besok pagi baru bisa datang lagi, karena ibu saya butuh istirahat,"

"Kalau begitu, biar saya antar pulang,"

"Tidak, tidak, tidak, pak" tolak Alice cepat.

Matanya sembap, dan ujung hidungnya yang memerah tapi sudah tidak menangis lagi.

"Saya tidak ingin merepotkan bapak lagi. Jadi saya pulang sendiri saja,"

Suaranya tidak setinggi saat dia menolak tadi, tapi tetap ada gelagat tidak enak terlihat darinya.

"Justru kau akan merepotkan saya kalau kau pulang sendiri. Kalau sampai terjadi sesuatu bagaimana. Tadi saya berinisiatif untuk ikut, jadi pulangnya kau harus sama saya juga," terang Ethan.

Masuk akal.

Alice akan lebih merepotkan Ethan jika terjadi sesuatu dengannya nanti di jalan. Amit-amit, Alice hanya bisa berdo'a selalu diberikan perlindungan.

"Ayo, kita pulang sekarang," ajak Ethan.

Alice mengangguk, walaupun rasa tidak enak menghinggapi dirinya.

Mereka berjalan perlahan, suara langkah kaki mengiringi keheningan yang melanda di antara keduanya.

Alice yang sedari tadi melihat dengan pandangan kosong ke sekitarnya seketika menahan lengan Ethan untuk berhenti berjalan.

"Ada apa?" Ethan menoleh kaget karena Alice tiba-tiba menahan lengannya. Lalu menunjuk seseorang yang berada tidak jauh dari mereka.

Dan kebetulan sekali, orang yang sedang ditunjuknya itu melihat kearah mereka. Beruntung Ethan segera berbalik dan menarik Alice meninggalkan tempat mereka berdiri.

"Alice," panggil seseorang yang tadi ditunjuk Alice.

Jantung Alice jadi berpacu cepat mendapati Brilley John ada di rumah sakit yang sama. Brilley seperti mengikuti mereka karena masih terdengar memanggil nama Alice.

Bab terkait

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   6

    Alice menyeruput teh hijau kesukaannya dengan nikmat. Tapi nikmatnya teh ini tidak senikmat biasanya karena suasana hatinya yang tidak tenang memikirkan kesehatan ibunya. Dokter mengatakan bahwa penyakit ibunya sudah semakin parah, dan harusnya dirawat di rumah sakit saja. Tapi Alice tak memiliki biaya untuk membayar pengobatan ibunya itu. Belum lagi Alice juga harus membayar hutang yang dia pinjam pada rentenir demi ibunya agar bisa sembuh kembali. Tapi memikirkan tentang penyakit kanker paru-paru stadium akhir, tentu mendengarnya saja sudah tahu bahwa penyakit itu tidak dapat di sembuhkan. Juga beresiko tinggi akan kematian. Alice menghembuskan napas panjang untuk mengurangi sesak di dadanya. Alice masih belum siap jika ibunya itu pergi meninggalkannya. Banyak hal yang belum Alice lakukan untuk ibunya termasuk itu menikah. Harus bagaimana Alice sekarang? Tak bisa dia memaksakan kehendak ibunya, menikah dengan orang yang t

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-11
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   7

    "Ashley, ayo kita makan di kafetaria kantor saja. Aku malas ingin keluar," ajak Alice setelah menyelesaikan setengah pekerjaannya. Setengahnya lagi akan dia kerjakan setelah makan siang. Perutnya pun sudah tak tahan lagi menahan keroncongan yang menggeram di tubuhnya. "Tunggu, aku selesaikan ini dulu," jawab Ashley acuh masih memandangi layar komputernya dengan serius. Alice mendesis kemudian mengambil ponselnya dari dalam tas. Memeriksa apakah ada pesan masuk atau mungkin panggilan tak terjawab. Selama bekerja Alice memang tidak memeriksa ponselnya, karena tak ingin fokusnya jadi terpecah. Alice membuka sebuah aplikasi pesan yang dia gunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Membuka salah satu forum kerja tapi lebih seperti grup mengobrol biasa dan ini seluruh karyawan ada di satu grup yang sama. Berbagai divisi kumpul menjadi satu. Tujuannya agar mereka bisa akrab dengan rekan lainnya. Grup ini tentu juga diawasi oleh pihak yang memang berwenan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-12
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   8

    "Mengapa hujannya tiba-tiba begini, sih," keluh Alice sembari menepikan dirinya masuk lagi ke dalam lobi perusahaan. Percikan air hujan mengenai sepatu hak warna hitam miliknya. Juga menyiprat sampai mengenai ujung celana kerjanya. Alice menghela napas panjang, menyesali keputusannya saat Ashley menawarinya untuk pulang bersama. "Untuk apa aku tadi menolak. Aku jadi menyesalinya," lirih Alice yang sedang menghentakkan kakinya kecil karena kesal. Sambil menunggu hujan berhenti, Alice memilih duduk di sebuah sofa yang memang disediakan untuk menerima tamu. Kalau Alice nekat menerjang hujan, besoknya pasti dia akan sakit. Hujan mengguyur dengan begitu derasnya. Jika kondisi ini berlarut sampai beberapa hari kedepan, bisa dipastikan akan terjadi banjir. Lebih sialnya, daerah rumah Alice juga rawan banjir. Membuat penderitaan Alice

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-14
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   9

    "Sepertinya hujan kelihatan tidak akan berhenti," gumam Alice yang tengah mendengarkan suara hujan dengan begitu heboh menabrak atap rumahnya. Ini sudah berlangsung selama beberapa jam, dan mulai membuat Alice khawatir akan banjir. "Ya, sepertinya memang begitu," sahut Ethan yang sudah keluar dari kamar mandi. Ethan ingin menggunakan kamar mandi, karena dia merasa gerah. Padahal hujan di luar begitu deras dan membuat udara menjadi dingin, tapi sepertinya dingin itu tidak masalah baginya untuk mandi. Terlebih ternyata dia membawa baju ganti. "Terima kasih, kamar mandinya," Alice tersenyum simpul, Ethan pun kemudian duduk di samping Alice. Seketika aroma tubuh Ethan masuk kedalam indera penciuman Alice. Aroma yang sangat dikenali Alice. Ini adalah aroma sabun mandinya. Memikirkan itu wajah Alice jadi memerah, sangat memalukan. Tapi rasanya begitu berbeda ji

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   10

    Ashley menatap wajah anak dan suaminya yang tertidur setelah anaknya meminta ayahnya untuk membacakan buku cerita. Ashley mengusap lembut puncak kepala Bryana, tapi isi kepalanya malah memikirkan Alice. Sebelum pulang kerja tadi, Ashley memaksa Alice untuk menceritakan semua yang terjadi dengannya belakangan ini. Terkhusus yang melibatkan Ethan Hill. Ashley menghela napas panjang. Rasanya semua ini terjadi begitu tiba-tiba. Rasanya jika dipikir lagi tidak mungkin Alice bisa dekat dengan Ethan, secara mereka berasal dari tingkatan sosial yang berbeda. Tapi tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan sudah berkehendak. Apapun terasa mudah dilakukan. Mungkin memang sepertilah jalan takdir Alice. Walaupun masih belum tahu bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Ethan. Sebagai teman baiknya, Ashley hanya bisa mengingatkan Alice untuk tidak terlalu terbawa perasaan akan perlakuan Ethan padanya. Ashley hanya tak ingin Alice merasakan patah hati. Lagipula sepertinya Alice masih belum ada ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   11

    Hujan sudah benar-benar berhenti, jam di dinding menunjukkan pukul sepuluh malam. Sudah berlalu begitu lama Ethan ada di rumah Alice. Tentu wanita itu ingin beristirahat. Ethan tak akan mengganggu waktunya lagi. Beruntung suara dalam kepalanya tadi menghentikan aktivitasnya. Menyadarkan Ethan, bahwa dirinya ini sudah memiliki istri. Walaupun Ethan tidak mencintai istrinya itu, namun bukan berarti Ethan bisa bermain api di belakangnya. Datangnya Alice ke dalam kehidupan Ethan, seolah memberikan sentuhan baru. Sentuhan yang berbeda dari saat dia bersama istrinya. Apa mungkin karena Ethan tidak mencintai istrinya itu, hingga dia merasa biasa saja. Lalu bagaimana dengan Alice? Terlalu mudah jika Ethan menyebutnya cinta. Hanya karena Ethan suka dan nyaman berada didekat wanita itu. Akal sehatnya juga mendadak hilang saat bersama Alice, dan hatinya selalu menginginkan untuk menemui wanita itu. Hingga berujung Ethan datang padanya. Ethan tahu ini sangat salah. Ethan harus menjaga jarak

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   12

    Setelah kejadian di rumah Alice waktu itu, artinya sudah lima hari berlalu, Ethan tidak lagi datang menemui Alice. Tidak juga menghubunginya walau Alice sudah memberikan nomor ponselnya. Inilah yang Alice sudah duga. Sepertinya Ethan menghindari dirinya. Juga Alice menghindari Ethan, dia tak tahu harus bagaimana menghadapi pria itu. "Alice, hari ini kau pergi menggantikan saya untuk melihat bagian produksi. Pergilah sekarang, lalu laporkan bagaimana perkembangannya. Di sana kau akan bertemu dengan Direktur Utama Ethan Hill. Jadi jangan sampai kau membuat masalah yang akan mempermalukan saya" perintah Brilley pada Alice yang dengan satu tarikan napas. Matanya masih sibuk menatapi laporan yang ada di tangannya. "Kenapa harus saya Ketua Divisi Brilley?" tolak Alice. Biasanya pekerjaan ini akan diberikan pada Ashley. Tapi entah kenapa malah diberikan padanya hari ini. Hal ini memang diperlukan, agar memastikan bahwa produksi juga berjalan sesuai dengan arahan Divisi yang di ketuai o

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   13

    Daniel yang sedari tadi diam kini angkat bicara. "Sepertinya kita harus mempertimbangkan untuk mengeluarkan produk seperti itu, mengingat beberapa perusahaan kecantikan juga sudah mengeluarkan produk serupa," Ethan terdiam. Benar, produk lipstik mereka bisa saja kalah saing dengan produk sejenis lip lainnya. Untuk itu membutuhkan pengembangan produk. "Kalau begitu, biarkan saya melihatmu memakai produk yang kau sebut tadi," Alice menelan ludah. "Maksud bapak?" Alice tak ingin memikirkan apapun. "Maksud saya, biarkan saya melihatmu ketika kau mencoba memakainya. Agar saya bisa membuat keputusan. Kapan kau ada waktu luang? Saya ingin kau mencobanya di depan saya," Alice syok mendengarkan permintaan aneh itu. Rasanya sangat memalukan memikirkan Ethan memperhatikan dirinya mencoba lip cream atau lip tint yang tadi dia sebutkan. "Ta-tapi pak, saya sejujurnya sudah membuat analisa perbedaannya. Nanti bapak hanya perlu membacanya saja. Ma-mana mungkin saya bisa mencobanya langsung di

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12

Bab terbaru

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   52

    Sangat sangat sangat mewah.Kesan pertama Alice ketika melihat rumah besar Ethan yang ada di hadapannya, sampai membuatnya tanpa sadar menahan napas dan membuka mulut lebar-lebar. Begitu takjub melihat kemegahan rumah Ethan Hill ini. Mata Alice tak bisa berpaling dari campuran desain klasik dan modern dan di dominasi warna putih ini. Begitu elegan dan tampak sangat mewah. "Astaga, Alice. Ini bukan saatnya kau mengagumi rumah ini" lirihnya pelan sembari memukul kepalanya untuk menyadarkan diri. Sambil menelan ludah, Alice hendak menekan tombol bel rumah Ethan. Eh tapi, tiba-tiba pintunya membuka dengan sendirinya bahkan sebelum Alice sempat menekan bel tersebut. Hal pertama yang ada di dalam benaknya adalah betapa kerennya rumah Ethan yang pintunya bisa membuka sendiri. Alice celingak-celinguk melihat ke sekelilingnya apakah ada mata-mata atau tidak. Bagaimana bisa pintunya terbuka sendiri sedang dia belum memberikan tanda akan keberadaannya. Seperti orang bodoh, Alice memutar k

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   51

    Lelah. Satu kata yang cukup menggambarkan kondisinya saat ini. Namun bukan lelah fisik karena nyatanya fisiknya baik-baik saja. Pekerjaannya juga tidak banyak hingga tak perlu terlalu membuang tenaga. Tapi ya begitulah dia lelah. Alice menghempaskan tubuh rampingnya ke atas ranjangnya yang nyaman. Meregangkan seluruh otot-otot tubuhnya yang menegang. Setelah mandi rasanya sangat menyegarkan. Dalam pikirannya terus berputar-putar tentang pertanyaan Ashley yang sampai saat ini belum bisa dijawabnya. Apakah dirinya mencintai Ethan Hill?Kenapa Ethan justru hadir dalam hidupnya. Jawabannya hanya satu. Takdir!Takdir Tuhan yang membawa Alice bertemu Ethan, dan terlibat dengan pria itu. Semakin Alice menjauhi pria itu, maka mereka akan semakin terikat. Semakin banyak hal terjadi yang melibatkan keduanya. Tentu ini merupakan takdir yang sudah digariskan untuk Alice. Satu hal yang Alice harapkan jika takdir yang sedang dia jalani ini merupakan takdir yang baik. Bertemu dengan Ethan ada

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   50

    "Tetap saja walaupun begitu, kau juga ikut merasakan penderitaan yang sama denganku. Ayahku juga jadi melampiaskan kemarahannya padamu. Kenapa kau masih saja bertahan, Daniel? Aku tidak akan memaksamu tetap tinggal jika kau ingin pergi" Daniel tertegunRaut wajahnya mendadak berubah. Kecewa. Ah apakah hanya perasaan Ella saja ya. "Aku tidak ingin lagi membebanimu dengan perasaanku dan juga tak ingin lagi merepotkanmu atas banyak hal. Aku akan menjaga diriku sendiri. Aku menyadari selama ini, bahwa aku telah membeli kebebasanmu, yang membuatmu mungkin tidak nyaman. Selama ini mungkin bagimu, hidupmu seperti dalam kurungan. Hanya tahu untuk selalu menjaga dan melindungiku, terbebani akan tugas dari ayahku" Ella menarik napasnya. Bicaranya terlalu cepat. Semoga Daniel bisa memahaminya. "Setiap hari aku merasa bersalah telah membawamu dalam kehidupanku, yang seharusnya tak kulakukan. Tapi aku menyadari dengan cepat bagaimana perasaanku terhadapmu dan membuatmu tetap berada di samping

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   49

    "Aku pulang duluan, karena ada urusan lain. Kalian nanti hati-hati di jalan," ucap Ella dengan tergesa sembari berjalan cepat meninggalkan rekan kerjanya yang terbengong-bengong. Mereka yang ada di ruangan itu saling berpandangan, bertanya apakah ada sesuatu pada Ella. Jam baru menunjukkan pukul setengah lima sore, tapi Ella sudah mencuri start untuk pulang lebih dulu. Jika dilihat dari dia yang tergesa-gesa sepertinya memang sedang ada urusan mendesak. Sudahlah biarkan saja. Ella punya sesuatu yang harus diurusnya saat ini juga. Kakinya mengetuk-ngetuk lantai elevator karena tak sabar, benda bergerak tersebut membawanya turun ke lobi perusahaan. Pekerjaannya sedikit terkendala karena dia yang tidak fokus mengerjakannya. Tapi semua sudah dia selesaikan. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Justru yang harusnya dikhawatirkan adalah kelanjutan hubungan Ella dan Daniel. Ting!!!!Pintu elevator terbuka. Setengah berlari Ella keluar dan langsung menuju parkiran yang terletak di luar

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   48

    Ella mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih berat. Telinganya mendengar suara familiar yang biasa membangunkan tidur nyenyaknya. Berusaha untuk menyadarkan diri dan membuka mata selebar-lebarnya, sesekali menggelengkan kepala untuk benar-benar menyadarkan dirinya. Suara yang terus berdering-dering memekak telinga berasal dari ponselnya. Ella memang selalu memasang alarm otomatis, sehingga pada jam yang disetelnya akan berdering. Dengan rasa ngantuk yang masih tersisa dalam dirinya, Ella meraba-raba ranjang untuk mencari di mana ponselnya itu. Ketika menemukan benda persegi panjang dan tipis namun harganya sangat mahal itu, Ella langsung mematikan alarmnya. Tangannya dengan kasar mengucek mata, sekaligus membersihkan sisa kotoran mata. Dengan sangat terpaksa, dia pun bangkit dari tidurnya. Lalu meneguk segelas air putih di atas meja yang selalu dia sediakan.Seketika rasa yang menyegarkan langsung memenuhi dirinya. Ella meletakkan kembali gelas ke atas meja, dan mengedarkan pand

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   47

    "Ayah harus minta maaf pada Daniel," ucap Ella datar. Matanya menatap wajah ayahnya yang tidak mengendurkan pandangannya yang tajam. "Atas dasar apa ayah harus meminta maaf?" Ella menghela napas. "Sampai kapanpun aku tidak akan pernah kembali ke rumah ini, jadi aku mohon dengan sangat agar ayah dan ibu tidak terus-terusan menggunakan Daniel untuk membuatku pulang. Karena ini bukan rumahku, aku tak pernah merasa tinggal di rumah ini. Rumah ini seperti neraka bagiku yang setiap harinya sangat mencekikku," ungkap Ella mengeluarkan sesuatu yang sudah ditahannya dari lama. Suaranya samar bergetar karena dia sangat emosi. Emosi yang akhirnya dia keluarkan juga. "Ella. Tapi ibu kesepian karena kau tidak ada," tegur ibunya lembut. Ella tersentak. Tapi tidak mengubah pendiriannya. "Sampai ayah menyadari semua kesalahannya, aku tidak akan pernah menginjakkan kaki lagi. Jangan membuatku terpaksa menggunakan cara-cara berontak yang lebih parah dari ini," Ella menguatkan hati, membulatkan

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   46

    Ella berguling-guling dengan gelisah di atas ranjang berukuran besar miliknya. Giginya tak henti menggigit kuku jari-jarinya. Merupakan suatu kebiasaan bagi Ella jika sedang merasa tak tenang. Ella tau dengan jelas apa yang membuatnya seperti ini, yaitu Daniel. Perasaannya seolah mengatakan bahwa sesuatu terjadi pada pria itu. Kepalanya terus memikirkan ucapan Daniel tentang Ella yang harus datang ke rumah orang tuanya malam ini karena ada yang ingin mereka bicarakan. Tapi karena Ella keras kepala, dia memutuskan untuk tidak datang. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Ella dengan cepat mengambil ponselnya dan membuka sebuah aplikasi pesan.Tertulis di sana nama profil "Daniel Lambert" yang terletak paling atas di aplikasi pesan tersebut. Ella membuka ruang obrolan itu. Pesan terakhir yang dikirimkannya pada Daniel pun tidak dibaca. Pesan yang dia kirimkan sekitar dua jam lalu. Kemana perginya Daniel? Mengapa tidak kunjung membalas pesan yang Ella kirim? E

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   45

    "Kau tidak makan?" tanya Daniel, bukan dengan nada bertanya tentunya. Ella mengangkat wajahnya. Memandang Daniel. "Jangan hanya menyuruhku makan, kalau kau sendiri tidak makan. Lagipula bukankah kau harusnya pergi bersama Direktur Utama?" Daniel melirik Ella yang ada di depannya. "Aku tidak ikut," balas Daniel pendek dan mulai memakan makan siangnya. Ella pun hanya mengangguk saja, acuh. Tak peduli juga sebenarnya jika Daniel ikut atau, hanya ya jadi tidak bisa bertemu dengannya. "Ayahmu ingin bertemu denganmu. Jadi memintamu untuk datang makan malam," Oh inilah alasannya. Awalnya Ella merasa heran kenapa Daniel tiba-tiba mengajak makan siang berdua. Jadi karena ada permintaan dari ayahnya yang harus Ella penuhi. "Kau sekarang seperti asistennya saja." ujar Ella pedas."Apa kau dibayar lebih besar daripada Ethan membayarmu?" Oke berhenti Ella. Kau pasti menyakiti hati Daniel. Bicaramu kasar sekali. "Jaga ucapanmu," sela Daniel dingin. Rahangnya mengeras, urat disekitar kenin

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   44

    "APAAA!!!!" Ashley memekik tinggi di tengah hiruk-pikuk orang-orang yang makan siang di cafetaria perusahaan mereka. "Pelankan suaramu, Ashley" pinta Alice menggeram dengan suara pelan sembari melempar senyum dan menundukkan wajah pada mereka yang terganggu akibat Ashley. "Upss. Mulutku memang sulit untuk dikendalikan" koementarnya sambil memukul pelan bibirnya. Alice menghela napas, lalu menyendokkan lagi makanan ke dalam mulutnya. "Jadi dengan sangat kebetulan, Ethan datang dan menyelamatkanmu dari para rentenir itu?" ulang Ashley, matanya menyipit curiga sembari mulutnya menyeruput minuman matcha kesukannya. "Ya begitulah" jawab Alice pendek. "Lalu saat itu kau berpikir, 'Oh lihat betapa kerennya dia. Apa dia ditakdirkan untuk menjadi penyelamat jiwaku'. Seperti itu?" ledek Ashley, bibirnya sedikit menekuk ke bawah ketika berbicara. "Sialan. Kau ingin aku beri bogem mentah!" serang Alice marah. "Aku hanya tidak habis pikir, Alice"Ashley merasa ada yang tak mengena di hati

DMCA.com Protection Status