Share

7

Author: Autumn
last update Last Updated: 2022-03-12 16:19:58

"Ashley, ayo kita makan di kafetaria kantor saja. Aku malas ingin keluar," ajak Alice setelah menyelesaikan setengah pekerjaannya.

Setengahnya lagi akan dia kerjakan setelah makan siang. Perutnya pun sudah tak tahan lagi menahan keroncongan yang menggeram di tubuhnya.

"Tunggu, aku selesaikan ini dulu," jawab Ashley acuh masih memandangi layar komputernya dengan serius.

Alice mendesis kemudian mengambil ponselnya dari dalam tas. Memeriksa apakah ada pesan masuk atau mungkin panggilan tak terjawab.

Selama bekerja Alice memang tidak memeriksa ponselnya, karena tak ingin fokusnya jadi terpecah.

Alice membuka sebuah aplikasi pesan yang dia gunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Membuka salah satu forum kerja tapi lebih seperti grup mengobrol biasa dan ini seluruh karyawan ada di satu grup yang sama. Berbagai divisi kumpul menjadi satu. Tujuannya agar mereka bisa akrab dengan rekan lainnya. Grup ini tentu juga diawasi oleh pihak yang memang berwenang jadi tidak ada siapapun yang bisa memecah belah atau melakukan tindakan provokatif.

Kecuali satu, membicarakan Ethan Hill.

Alice biasanya hanya jadi pembaca saja tanpa berniat untuk menimpali atau nimbrung obrolan di grup tersebut. Ya, karena Alice juga tidak begitu mengenal antar rekan divisi lainnya. Jadi ya takutnya ketika dia ikut bicara, suasananya malah jadi berubah.

Alice membaca satu persatu pesan. Mereka seperti tengah membicarakan sesuatu.

Seketika matanya menangkap satu kalimat yang membuat Alice jadi syok bukan kepalang.

'Kemarin aku seperti melihat Direktur Utama Ethan Hill ada di rumah sakit. Tapi sepertinya itu bukan rumah sakit di mana kakeknya dirawat'

Sial. Ternyata ada lagi yang melihat Ethan berada di rumah sakit. Eh tapi dikatakan di situ jika dia hanya melihat Ethan saja, tidak melihat Alice juga.

Grup ini memang tidak ada Ethan Hill di dalamnya, ya karena untuk apa juga Direktur Utama seperti dia masuk ke dalam grup obrolan karyawan biasa.

Tapi kadang orang-orang yang berada di grup ini tidak tahu sopan santun, membicarakan Ethan seenaknya. Walaupun ada yang menegur, tapi tetap saja keesokan harinya akan terulang kembali.

Wah, sepertinya topik Ethan Hill ini memang tidak ada habisnya.

Alice membaca lagi isi dalam grup itu, banyak yang mempertanyakan keabsahan berita itu. Ada yang percaya begitu saja, ada yang mentah-mentah menolaknya, ada juga yang iseng mengatakan jika itu hanya jadi-jadian Ethan saja. Dalam artian mirip dengan Ethan.

Alice masih tetap bisa bernapas dengan lega karena tak ada satupun yang menyebutkan tentang dirinya ketika bersama Ethan di rumah sakit.

"Ayo, nanti keburu habis waktu makan siang,"

Ashley sudah selesai dengan urusannya. Ketika Ashley dan Alice keluar dari ruangan, mereka berpapasan dengan Ella dan Agatha yang baru saja selesai makan siang.

"Apa menu hari ini?" tanya Ashley

Alice mengangkat bahunya, "Aku tak tahu. Kau pikir aku yang menjadi kokinya?"

Biasanya di kafetaria tersedia berbagai macam menu, tapi tak jarang menu yang ada tidak sesuai dengan selera Alice.

Sampai di kafetaria, mereka segera mengambil nasi beserta lauknya lalu mengambil tempat didekat jendela, agar mereka bisa melihat pemandangan luar.

"Menurutmu siapa yang akan menjadi karyawan terbaik tahun ini?"

Alice mengangkat sebelah alisnya ketika mendengar seseorang melontarkan kalimat itu kepada temannya.

Tapi Alice tak bisa mendengar jawaban temannya itu karena mereka sudah pergi meninggalkan tempat yang tadi mereka tempati.

"Hei. Memangnya sudah dimulai untuk penentuan kandidatnya siapa saja?" tanya Alice yang jadi penasaran.

Setiap tahun memang perusahaan induk akan mengadakan survei karyawan terbaik, lalu menjadikan beberapa yang terbaik itu sebagai kandidat dan akhirnya dipilih siapa yang benar-benar terbaik.

"Entahlah, menurutmu siapa saja kandidatnya?" ucap Ashley

"Cih. Aku bertanya tapi kenapa kau malah balas bertanya juga," dengus Alice kesal.

Ashley terkikik kecil sembari mengunyah makanannya itu dengan nikmat.

"Aku yakin yang masuk dalam kandidat hanya itu-itu saja," gumam Ashley

Alice mengangguk membenarkan kalimat Ashley tadi. Benar, yang masuk dalam kandidat ya paling hanya itu-itu saja sama seperti tahun sebelumnya. Dan kemungkinan yang menang adalah orang itu juga.

"Hei, hei, hei. Apakah kalian sedang membicarakan saya?"

Simsalabim. Orang yang tadi sempat disinggung Alice dalam hati, kini muncul dihadapan mereka.

"Hahaha. Apakah Ketua Divisi juga sudah menduganya,"

Brilley menarik kursi di samping Ashley, lalu melipat tangannya di atas meja dan mencondongkan tubuhnya. Berbicara dengan gaya penuh keangkuhan.

"Menurut kalian siapa lagi. Tentu saya harus mempertahankan gelar karyawan terbaik ini," ucapnya dengan raut wajah meninggi.

Siapa yang tidak tahu. Karyawan terbaik selama tiga tahun berturut-turut ini adalah Brilley John, Ketua Divisi Perencanaan dan Pengembangan Hill's Group.

Tapi itu semua tidak terlepas dari usaha dan kerja keras Brilley sendiri, secara dia sangat berdedikasi akan pekerjaannya. Rasa-rasanya, Brilley ini lebih mencintai pekerjaannya daripada dirinya sendiri.

"Ta-tapi, apa Ketua Divisi Brilley tak pernah dengar tentang desas-desus salah satu karyawan dari Divisi Penjualan dan Pemasaran?" pancing Alice

Alice sendiri juga hanya pernah dengan gosipnya saja, bahwa salah satu karyawan divisi tersebut memiliki kinerja yang hampir setara dengan Brilley John. Jika begitu maka Brilley John memiliki saingan yang kuat dan sebanding dengannya.

"Memangnya siapa yang dimaksud?" tanya Ashley yang sepertinya juga tidak tahu.

"Entahlah, aku hanya dengar dari orang lain," jawab Alice cuek, lalu menyantap susu kotaknya yang tadi dia ambil dari mesin pendingin.

Seketika Brilley mengetuk kepala Alice dengan map biru yang dibawanya.

"Kau ini. Bisa jangan menakuti saya tidak," ujar Brilley sedikit tinggi.

Alice cekikikan dalam hati. Bahkan Brilley saja takut bergeser posisinya.

"Saya sarankan agar Ketua Divisi Brilley tetap bekerja keras dan jangan mau kalah dari orang lain. Maka dengan begitu, Ketua Divisi Brilley bisa tetap mendapatkan trofi kebanggan sebagai karyawan terbaik lagi,"

Brilley ingin memukul lagi kepala Alice, tangannya sudah dia angkat, namun seketika gerakannya terhenti saat melihat Daniel Lambert menghampiri meja mereka.

"Astaga. Ada apa dengan mereka di sana? Kenapa sekretaris Direktur Utama Ethan Hill mendatangi mereka?" bisik salah satu yang masih ada di kafetaria.

Ini sepertinya pemandangan langka, karena baik Daniel Lambert ataupun Ethan Hill tak pernah menampakkan dirinya di kafetaria kantor.

"Alice Winsley, Direktur Utama ingin menemui Anda," ucapnya kalem pada Alice. Raut wajahnya yang datar namun tidak menyeramkan, matanya menatap lurus pada Alice.

Alice menelan ludah dengan susah payah. Ada apa Ethan ingin menemui Alice?

"Ap-apakah sekarang?" tanya Alice jadi gugup.

Ashley menarik-narik ujung kemeja berwarna putih Alice memberikannya isyarat untuk menjelaskan apa yang sebenarnya sudah terjadi.

Tapi Alice hanya menggeleng-geleng samar, juga tak mengerti akan kondisi apa ini.

"Ya," balasnya lantang.

Brilley yang masih ada di sana juga sangat tercengang, seolah rasanya tidak masuk akal Ethan Hill ingin menemui Alice Winsley. Jika ada pekerjaan maka harusnya melalui Brilley dulu sebagai Ketua Divisi.

Tapi kalau bukan tentang pekerjaan, maka mengenai hal apa? Brilley memberikan pandangan bertanya dan sangat mengharapkan jawaban dari Alice.

Namun, Alice hanya memberikan senyuman datar, menandakan bahwa dia juga bingung harus menjawab apa.

"Cih, bukankah itu anggota Divisi Perencanaan dan Pengembangan," sinis salah satu dari mereka, kali ini seorang wanita dengan rambut panjang sebahu dan juga poni yang menutupi keningnya, rasanya gayanya mirip dengan Ella Foster.

"Tolong ikut dengan saya sekarang," pinta Daniel Lambert lagi, kali ini seperti tidak sabaran, karena sepertinya ingin hal seperti ini saja menyita waktu begitu lama.

"Ba-baiklah,"

Alice berdiri dari duduknya dan meninggalkan Ashley juga Brilley, yang masih berusaha untuk mendapatkan jawaban dari Alice.

'Maafkan aku, Ashley,' batin Alice.

Alice dan Daniel berjalan keluar dari kafetaria sembari menerima bisikan-bisikan menjengkelkan. Ah padahal Alice tidak ingin terlihat mencolok, tapi karena kejadian ini pasti akan membuatnya jadi bahan pembicaraan.

"Huh, dasar manusia menyebalkan," umpat Alice kesal tepat setelah mereka berhasil keluar dari kafetaria.

Sedangkan Daniel hanya melirik Alice dari sudut matanya saja. Dirinya sangat terkejut ketika diminta oleh Ethan Hill untuk membawa Alice Winsley dari Divisi Perencanaan dan Pengembangan ini.

Entah ada perlu apa dengan wanita ini.

Ruang kerja Ethan berada di lantai paling atas, dan dekat dengan atap gedung Hill's Group ini.

Sebenarnya Alice begitu penasaran bagaimana rasanya berada di atap itu, tapi tak pernah bisa dia lakukan mengingat jika dia harus melewati lantai di mana ada ruangan Ethan Hill.

"Kau tahu saya?"

Suara berat dan dewasa itu bertanya pada Alice ketika mereka berada di elevator.

"Ya. Tidak ada yang tidak tahu Anda, sebagai sekretaris Direktur Utama Ethan Hill, Daniel Lambert"

Daniel berdehem pelan, "Jadi sebenarnya ada hubungan apa kau dan dia?"

'Dia?' batin Alice.

Apakah hubungannya sudah sedekat itu dengan Ethan? Ta-tapi kan tidak sopan memanggil Ethan begitu.

"Tidak ada hubungan apapun. Saya juga tidak mengerti mengapa beliau ingin menemui saya," balas Alice berdalih.

Walaupun Daniel adalah sekretaris yang paling dipercaya oleh Ethan, tapi Alice tak akan sembrono menceritakan hubungannya dengan Ethan.

TING!!!

Pintu elevator terbuka, seketika terlihat ruang kerja Ethan yang begitu mewah dan terlihat seperti dirinya.

"Kita ke atap gedung,"

Untuk sampai ke atap, mereka perlu melewati tangga yang ada di sudut lantai ini, dan taraaaa, Alice pun sampai di atap gedung Hill's Group sebagaimana keinginannya yang belum terwujud.

"Temuilah. Saya akan meninggalkan kalian berdua. Sepertinya Ethan percaya denganmu. Apapun hubungan kalian, saya harap tidak akan ada yang mengetahuinya," pesan Daniel sebelum melangkah turun meninggalkan Alice.

Jantung Alice jadi berdetak kencang, Alice memutar kenop pintu dan melangkahkan kakinya masuk.

Pertama-tama Alice ingin mengagumi tempat ini, karena begitu asri.

Banyak bunga-bunga dalam pot yang semakin menambah keasrian tempat ini.

"Kau sudah datang," sambut Ethan.

Alice mengangguk canggung, "Ada apa ya bapak ingin menemui saya?"

Ethan tersenyum, lalu menarik tangan Alice. Alice tak sanggup melepaskannya karena begitu terkejutnya.

Mereka akhirnya berdiri di tepian dinding pembatas, melihat hamparan gedung-gedung tinggi lainnya juga berbagai kepadatan yang mengisi setiap sudut kota.

"Wah. Ini pertama kalinya saya datang kesini,"

Ethan tersenyum senang. "Saya membawamu kesini karena berpikir jika kau mungkin masih sedih mengingat bahwa ibumu masuk rumah sakit. Berbagai ide yang saya pikirkan untuk membuatmu merasa tenang walaupun mungkin sulit, tapi ya hanya ini yang menurut saya paling aman. Kau pasti tidak akan mau jika saya mengajakmu cari angin di luar kantor," jelas Ethan panjang.

Alice merasa terharu, usaha Ethan ini begitu mengena di hatinya.

"Tapi tindakan bapak ini memicu kecurigaan orang lain. Jika begini, mereka mungkin akan menyadari bahwa saya memiliki suatu hubungan dengan bapak,"

Memang, Ethan tahu bahwa ini akan memercik kehebohan para karyawannya.

Untuk yang satu ini, Ethan memang lalai.

Karena di dalam kepalanya hanya terpikirkan bagaimana cara agar Alice tidak sedih lagi.

"Maaf. Saya tidak memikirkannya dengan matang," ujarnya menyesal.

"Tidak apa, pak. Terima kasih karena sudah memperhatikan saya,"

Alice memandang lagi pemandangan di depannya, rasanya sangat menyenangkan dan benar saja, Alice sudah tidak sedih lagi.

Suasana ini membuatnya merasa tenang dan juga membuatnya lupa akan rasa sakit yang dia rasakan sebelumnya.

Alice melirik Ethan yang juga tersenyum sambil melihat-lihat sekitarnya.

"Terima kasih, pak," gumam Alice pelan. Ethan yang mendengar itu seketika memutar wajahnya dan menatap Alice tepat di manik mata.

Tidak ada yang mereka lakukan, hanya saling menatap satu sama lain.

Semilir angin mengibarkan rambut Alice yang hari ini di kepang biasa dan tidak disanggul. Beberapa anak rambut Alice jatuh dan menutupi wajahnya karena tertiup angin.

Entah ada dorongan apa, tapi tangan Ethan bergerak sendiri menyapu anak rambut di wajah Alice agar tidak menghalangi pandangan wanita itu.

Alice terdiam membeku. Waktu terasa berhenti berputar, memberikannya kesempatan untuk menikmati momen ini.

Related chapters

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   8

    "Mengapa hujannya tiba-tiba begini, sih," keluh Alice sembari menepikan dirinya masuk lagi ke dalam lobi perusahaan. Percikan air hujan mengenai sepatu hak warna hitam miliknya. Juga menyiprat sampai mengenai ujung celana kerjanya. Alice menghela napas panjang, menyesali keputusannya saat Ashley menawarinya untuk pulang bersama. "Untuk apa aku tadi menolak. Aku jadi menyesalinya," lirih Alice yang sedang menghentakkan kakinya kecil karena kesal. Sambil menunggu hujan berhenti, Alice memilih duduk di sebuah sofa yang memang disediakan untuk menerima tamu. Kalau Alice nekat menerjang hujan, besoknya pasti dia akan sakit. Hujan mengguyur dengan begitu derasnya. Jika kondisi ini berlarut sampai beberapa hari kedepan, bisa dipastikan akan terjadi banjir. Lebih sialnya, daerah rumah Alice juga rawan banjir. Membuat penderitaan Alice

    Last Updated : 2022-03-14
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   9

    "Sepertinya hujan kelihatan tidak akan berhenti," gumam Alice yang tengah mendengarkan suara hujan dengan begitu heboh menabrak atap rumahnya. Ini sudah berlangsung selama beberapa jam, dan mulai membuat Alice khawatir akan banjir. "Ya, sepertinya memang begitu," sahut Ethan yang sudah keluar dari kamar mandi. Ethan ingin menggunakan kamar mandi, karena dia merasa gerah. Padahal hujan di luar begitu deras dan membuat udara menjadi dingin, tapi sepertinya dingin itu tidak masalah baginya untuk mandi. Terlebih ternyata dia membawa baju ganti. "Terima kasih, kamar mandinya," Alice tersenyum simpul, Ethan pun kemudian duduk di samping Alice. Seketika aroma tubuh Ethan masuk kedalam indera penciuman Alice. Aroma yang sangat dikenali Alice. Ini adalah aroma sabun mandinya. Memikirkan itu wajah Alice jadi memerah, sangat memalukan. Tapi rasanya begitu berbeda ji

    Last Updated : 2022-03-16
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   10

    Ashley menatap wajah anak dan suaminya yang tertidur setelah anaknya meminta ayahnya untuk membacakan buku cerita. Ashley mengusap lembut puncak kepala Bryana, tapi isi kepalanya malah memikirkan Alice. Sebelum pulang kerja tadi, Ashley memaksa Alice untuk menceritakan semua yang terjadi dengannya belakangan ini. Terkhusus yang melibatkan Ethan Hill. Ashley menghela napas panjang. Rasanya semua ini terjadi begitu tiba-tiba. Rasanya jika dipikir lagi tidak mungkin Alice bisa dekat dengan Ethan, secara mereka berasal dari tingkatan sosial yang berbeda. Tapi tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan sudah berkehendak. Apapun terasa mudah dilakukan. Mungkin memang sepertilah jalan takdir Alice. Walaupun masih belum tahu bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Ethan. Sebagai teman baiknya, Ashley hanya bisa mengingatkan Alice untuk tidak terlalu terbawa perasaan akan perlakuan Ethan padanya. Ashley hanya tak ingin Alice merasakan patah hati. Lagipula sepertinya Alice masih belum ada ke

    Last Updated : 2022-05-12
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   11

    Hujan sudah benar-benar berhenti, jam di dinding menunjukkan pukul sepuluh malam. Sudah berlalu begitu lama Ethan ada di rumah Alice. Tentu wanita itu ingin beristirahat. Ethan tak akan mengganggu waktunya lagi. Beruntung suara dalam kepalanya tadi menghentikan aktivitasnya. Menyadarkan Ethan, bahwa dirinya ini sudah memiliki istri. Walaupun Ethan tidak mencintai istrinya itu, namun bukan berarti Ethan bisa bermain api di belakangnya. Datangnya Alice ke dalam kehidupan Ethan, seolah memberikan sentuhan baru. Sentuhan yang berbeda dari saat dia bersama istrinya. Apa mungkin karena Ethan tidak mencintai istrinya itu, hingga dia merasa biasa saja. Lalu bagaimana dengan Alice? Terlalu mudah jika Ethan menyebutnya cinta. Hanya karena Ethan suka dan nyaman berada didekat wanita itu. Akal sehatnya juga mendadak hilang saat bersama Alice, dan hatinya selalu menginginkan untuk menemui wanita itu. Hingga berujung Ethan datang padanya. Ethan tahu ini sangat salah. Ethan harus menjaga jarak

    Last Updated : 2022-05-12
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   12

    Setelah kejadian di rumah Alice waktu itu, artinya sudah lima hari berlalu, Ethan tidak lagi datang menemui Alice. Tidak juga menghubunginya walau Alice sudah memberikan nomor ponselnya. Inilah yang Alice sudah duga. Sepertinya Ethan menghindari dirinya. Juga Alice menghindari Ethan, dia tak tahu harus bagaimana menghadapi pria itu. "Alice, hari ini kau pergi menggantikan saya untuk melihat bagian produksi. Pergilah sekarang, lalu laporkan bagaimana perkembangannya. Di sana kau akan bertemu dengan Direktur Utama Ethan Hill. Jadi jangan sampai kau membuat masalah yang akan mempermalukan saya" perintah Brilley pada Alice yang dengan satu tarikan napas. Matanya masih sibuk menatapi laporan yang ada di tangannya. "Kenapa harus saya Ketua Divisi Brilley?" tolak Alice. Biasanya pekerjaan ini akan diberikan pada Ashley. Tapi entah kenapa malah diberikan padanya hari ini. Hal ini memang diperlukan, agar memastikan bahwa produksi juga berjalan sesuai dengan arahan Divisi yang di ketuai o

    Last Updated : 2022-05-12
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   13

    Daniel yang sedari tadi diam kini angkat bicara. "Sepertinya kita harus mempertimbangkan untuk mengeluarkan produk seperti itu, mengingat beberapa perusahaan kecantikan juga sudah mengeluarkan produk serupa," Ethan terdiam. Benar, produk lipstik mereka bisa saja kalah saing dengan produk sejenis lip lainnya. Untuk itu membutuhkan pengembangan produk. "Kalau begitu, biarkan saya melihatmu memakai produk yang kau sebut tadi," Alice menelan ludah. "Maksud bapak?" Alice tak ingin memikirkan apapun. "Maksud saya, biarkan saya melihatmu ketika kau mencoba memakainya. Agar saya bisa membuat keputusan. Kapan kau ada waktu luang? Saya ingin kau mencobanya di depan saya," Alice syok mendengarkan permintaan aneh itu. Rasanya sangat memalukan memikirkan Ethan memperhatikan dirinya mencoba lip cream atau lip tint yang tadi dia sebutkan. "Ta-tapi pak, saya sejujurnya sudah membuat analisa perbedaannya. Nanti bapak hanya perlu membacanya saja. Ma-mana mungkin saya bisa mencobanya langsung di

    Last Updated : 2022-05-12
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   14

    Alice menghela napas berat dan merebahkan tubuhnya di empuknya sofa panjang di ruang tamu rumah ibunya ini. Dirinya langsung melesat pergi ketika jam sudah menunjukkan pukul lima sore yang menandakan waktu pulang kerja. Setelah dari pabrik tadi, Alice tidak lagi bertemu dengan Ethan, Alice tak bisa mengejar Ethan yang sudah pergi entah kemana. Hasilnya, Alice dan Daniel pun berpisah di depan pintu pabrik. Alice kembali ke ruang kerjanya, sedangkan Daniel pergi mencari kemana Ethan. Alice sejujurnya masih terbayang-bayang tentang apa yang dikatakan Ethan tadi. Mungkin memang ide bagus jika Ethan melihat seseorang mengaplikasikan lip tint atau mungkin lip cream langsung ke bibir. Tapi tidak juga memakai bibir Alice kan. Alice jadi malu, harus memasang wajah bagaimana nanti saat dia memakainya di depan Ethan. Alice berteriak tanpa suara dan mengacak-acak rambutnya, pikirannya sungguh kacau. Belum lagi mereka membicarakan yang terjadi terakhir kali di rumah Alice. "Kenapa kau berteri

    Last Updated : 2022-05-12
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   15

    Alice sesenggukan di ruang tamu yang terlihat lengang itu. Wajahnya dia tundukkan karena dia tak ingin ibunya melihat keadaannya yang lemah begini. Alice lebih baik memendam semuanya sendiri daripada harus dia bagi dengan orang lain, apalagi membuat orang tersebut jadi kepikiran. Alice sudah menanggung ini semua sejak lama. Sejak ayahnya meninggalkan mereka. Seperti yang dikatakan ibunya, tak tahu sudah seberapa banyak kesedihan yang dia alami, tapi Alice selalu berhasil menutupinya. Jadi, Alice ingin memainkan peran seperti ini lebih lama lagi. Catharina termangu melihat Alice menangis dihadapannya. Membuat perasaan Catharina campur aduk, karena Alice sudah lama sekali tidak menunjukkan tangisan di depannya seperti ini. Karena selama ini, Alice hanya diam-diam menangis di kamarnya, tidak ada suara. Tapi firasat seorang ibu mengatakan padanya. Untuk itu dia sungguh tidak ingin lagi merepotkan Alice dalam banyak hal. Bukan berarti dia ingin meninggalkan Alice sendirian karena ras

    Last Updated : 2022-05-12

Latest chapter

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   52

    Sangat sangat sangat mewah.Kesan pertama Alice ketika melihat rumah besar Ethan yang ada di hadapannya, sampai membuatnya tanpa sadar menahan napas dan membuka mulut lebar-lebar. Begitu takjub melihat kemegahan rumah Ethan Hill ini. Mata Alice tak bisa berpaling dari campuran desain klasik dan modern dan di dominasi warna putih ini. Begitu elegan dan tampak sangat mewah. "Astaga, Alice. Ini bukan saatnya kau mengagumi rumah ini" lirihnya pelan sembari memukul kepalanya untuk menyadarkan diri. Sambil menelan ludah, Alice hendak menekan tombol bel rumah Ethan. Eh tapi, tiba-tiba pintunya membuka dengan sendirinya bahkan sebelum Alice sempat menekan bel tersebut. Hal pertama yang ada di dalam benaknya adalah betapa kerennya rumah Ethan yang pintunya bisa membuka sendiri. Alice celingak-celinguk melihat ke sekelilingnya apakah ada mata-mata atau tidak. Bagaimana bisa pintunya terbuka sendiri sedang dia belum memberikan tanda akan keberadaannya. Seperti orang bodoh, Alice memutar k

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   51

    Lelah. Satu kata yang cukup menggambarkan kondisinya saat ini. Namun bukan lelah fisik karena nyatanya fisiknya baik-baik saja. Pekerjaannya juga tidak banyak hingga tak perlu terlalu membuang tenaga. Tapi ya begitulah dia lelah. Alice menghempaskan tubuh rampingnya ke atas ranjangnya yang nyaman. Meregangkan seluruh otot-otot tubuhnya yang menegang. Setelah mandi rasanya sangat menyegarkan. Dalam pikirannya terus berputar-putar tentang pertanyaan Ashley yang sampai saat ini belum bisa dijawabnya. Apakah dirinya mencintai Ethan Hill?Kenapa Ethan justru hadir dalam hidupnya. Jawabannya hanya satu. Takdir!Takdir Tuhan yang membawa Alice bertemu Ethan, dan terlibat dengan pria itu. Semakin Alice menjauhi pria itu, maka mereka akan semakin terikat. Semakin banyak hal terjadi yang melibatkan keduanya. Tentu ini merupakan takdir yang sudah digariskan untuk Alice. Satu hal yang Alice harapkan jika takdir yang sedang dia jalani ini merupakan takdir yang baik. Bertemu dengan Ethan ada

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   50

    "Tetap saja walaupun begitu, kau juga ikut merasakan penderitaan yang sama denganku. Ayahku juga jadi melampiaskan kemarahannya padamu. Kenapa kau masih saja bertahan, Daniel? Aku tidak akan memaksamu tetap tinggal jika kau ingin pergi" Daniel tertegunRaut wajahnya mendadak berubah. Kecewa. Ah apakah hanya perasaan Ella saja ya. "Aku tidak ingin lagi membebanimu dengan perasaanku dan juga tak ingin lagi merepotkanmu atas banyak hal. Aku akan menjaga diriku sendiri. Aku menyadari selama ini, bahwa aku telah membeli kebebasanmu, yang membuatmu mungkin tidak nyaman. Selama ini mungkin bagimu, hidupmu seperti dalam kurungan. Hanya tahu untuk selalu menjaga dan melindungiku, terbebani akan tugas dari ayahku" Ella menarik napasnya. Bicaranya terlalu cepat. Semoga Daniel bisa memahaminya. "Setiap hari aku merasa bersalah telah membawamu dalam kehidupanku, yang seharusnya tak kulakukan. Tapi aku menyadari dengan cepat bagaimana perasaanku terhadapmu dan membuatmu tetap berada di samping

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   49

    "Aku pulang duluan, karena ada urusan lain. Kalian nanti hati-hati di jalan," ucap Ella dengan tergesa sembari berjalan cepat meninggalkan rekan kerjanya yang terbengong-bengong. Mereka yang ada di ruangan itu saling berpandangan, bertanya apakah ada sesuatu pada Ella. Jam baru menunjukkan pukul setengah lima sore, tapi Ella sudah mencuri start untuk pulang lebih dulu. Jika dilihat dari dia yang tergesa-gesa sepertinya memang sedang ada urusan mendesak. Sudahlah biarkan saja. Ella punya sesuatu yang harus diurusnya saat ini juga. Kakinya mengetuk-ngetuk lantai elevator karena tak sabar, benda bergerak tersebut membawanya turun ke lobi perusahaan. Pekerjaannya sedikit terkendala karena dia yang tidak fokus mengerjakannya. Tapi semua sudah dia selesaikan. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Justru yang harusnya dikhawatirkan adalah kelanjutan hubungan Ella dan Daniel. Ting!!!!Pintu elevator terbuka. Setengah berlari Ella keluar dan langsung menuju parkiran yang terletak di luar

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   48

    Ella mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih berat. Telinganya mendengar suara familiar yang biasa membangunkan tidur nyenyaknya. Berusaha untuk menyadarkan diri dan membuka mata selebar-lebarnya, sesekali menggelengkan kepala untuk benar-benar menyadarkan dirinya. Suara yang terus berdering-dering memekak telinga berasal dari ponselnya. Ella memang selalu memasang alarm otomatis, sehingga pada jam yang disetelnya akan berdering. Dengan rasa ngantuk yang masih tersisa dalam dirinya, Ella meraba-raba ranjang untuk mencari di mana ponselnya itu. Ketika menemukan benda persegi panjang dan tipis namun harganya sangat mahal itu, Ella langsung mematikan alarmnya. Tangannya dengan kasar mengucek mata, sekaligus membersihkan sisa kotoran mata. Dengan sangat terpaksa, dia pun bangkit dari tidurnya. Lalu meneguk segelas air putih di atas meja yang selalu dia sediakan.Seketika rasa yang menyegarkan langsung memenuhi dirinya. Ella meletakkan kembali gelas ke atas meja, dan mengedarkan pand

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   47

    "Ayah harus minta maaf pada Daniel," ucap Ella datar. Matanya menatap wajah ayahnya yang tidak mengendurkan pandangannya yang tajam. "Atas dasar apa ayah harus meminta maaf?" Ella menghela napas. "Sampai kapanpun aku tidak akan pernah kembali ke rumah ini, jadi aku mohon dengan sangat agar ayah dan ibu tidak terus-terusan menggunakan Daniel untuk membuatku pulang. Karena ini bukan rumahku, aku tak pernah merasa tinggal di rumah ini. Rumah ini seperti neraka bagiku yang setiap harinya sangat mencekikku," ungkap Ella mengeluarkan sesuatu yang sudah ditahannya dari lama. Suaranya samar bergetar karena dia sangat emosi. Emosi yang akhirnya dia keluarkan juga. "Ella. Tapi ibu kesepian karena kau tidak ada," tegur ibunya lembut. Ella tersentak. Tapi tidak mengubah pendiriannya. "Sampai ayah menyadari semua kesalahannya, aku tidak akan pernah menginjakkan kaki lagi. Jangan membuatku terpaksa menggunakan cara-cara berontak yang lebih parah dari ini," Ella menguatkan hati, membulatkan

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   46

    Ella berguling-guling dengan gelisah di atas ranjang berukuran besar miliknya. Giginya tak henti menggigit kuku jari-jarinya. Merupakan suatu kebiasaan bagi Ella jika sedang merasa tak tenang. Ella tau dengan jelas apa yang membuatnya seperti ini, yaitu Daniel. Perasaannya seolah mengatakan bahwa sesuatu terjadi pada pria itu. Kepalanya terus memikirkan ucapan Daniel tentang Ella yang harus datang ke rumah orang tuanya malam ini karena ada yang ingin mereka bicarakan. Tapi karena Ella keras kepala, dia memutuskan untuk tidak datang. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Ella dengan cepat mengambil ponselnya dan membuka sebuah aplikasi pesan.Tertulis di sana nama profil "Daniel Lambert" yang terletak paling atas di aplikasi pesan tersebut. Ella membuka ruang obrolan itu. Pesan terakhir yang dikirimkannya pada Daniel pun tidak dibaca. Pesan yang dia kirimkan sekitar dua jam lalu. Kemana perginya Daniel? Mengapa tidak kunjung membalas pesan yang Ella kirim? E

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   45

    "Kau tidak makan?" tanya Daniel, bukan dengan nada bertanya tentunya. Ella mengangkat wajahnya. Memandang Daniel. "Jangan hanya menyuruhku makan, kalau kau sendiri tidak makan. Lagipula bukankah kau harusnya pergi bersama Direktur Utama?" Daniel melirik Ella yang ada di depannya. "Aku tidak ikut," balas Daniel pendek dan mulai memakan makan siangnya. Ella pun hanya mengangguk saja, acuh. Tak peduli juga sebenarnya jika Daniel ikut atau, hanya ya jadi tidak bisa bertemu dengannya. "Ayahmu ingin bertemu denganmu. Jadi memintamu untuk datang makan malam," Oh inilah alasannya. Awalnya Ella merasa heran kenapa Daniel tiba-tiba mengajak makan siang berdua. Jadi karena ada permintaan dari ayahnya yang harus Ella penuhi. "Kau sekarang seperti asistennya saja." ujar Ella pedas."Apa kau dibayar lebih besar daripada Ethan membayarmu?" Oke berhenti Ella. Kau pasti menyakiti hati Daniel. Bicaramu kasar sekali. "Jaga ucapanmu," sela Daniel dingin. Rahangnya mengeras, urat disekitar kenin

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   44

    "APAAA!!!!" Ashley memekik tinggi di tengah hiruk-pikuk orang-orang yang makan siang di cafetaria perusahaan mereka. "Pelankan suaramu, Ashley" pinta Alice menggeram dengan suara pelan sembari melempar senyum dan menundukkan wajah pada mereka yang terganggu akibat Ashley. "Upss. Mulutku memang sulit untuk dikendalikan" koementarnya sambil memukul pelan bibirnya. Alice menghela napas, lalu menyendokkan lagi makanan ke dalam mulutnya. "Jadi dengan sangat kebetulan, Ethan datang dan menyelamatkanmu dari para rentenir itu?" ulang Ashley, matanya menyipit curiga sembari mulutnya menyeruput minuman matcha kesukannya. "Ya begitulah" jawab Alice pendek. "Lalu saat itu kau berpikir, 'Oh lihat betapa kerennya dia. Apa dia ditakdirkan untuk menjadi penyelamat jiwaku'. Seperti itu?" ledek Ashley, bibirnya sedikit menekuk ke bawah ketika berbicara. "Sialan. Kau ingin aku beri bogem mentah!" serang Alice marah. "Aku hanya tidak habis pikir, Alice"Ashley merasa ada yang tak mengena di hati

DMCA.com Protection Status