Share

4

Author: Autumn
last update Last Updated: 2022-03-09 09:33:19

Ethan Hill duduk dengan gugup dan resah di sofa ruang tamu kediaman Alice. Matanya tak henti memandangi rumah Alice yang tidak begitu besar ini. 

Ini lebih seperti rumah kontrakan yang cukup ditinggali untuk satu orang saja. Dekorasi rumahnya juga sederhana namun tetap menampilkan sisi Alice yang hangat.

Ethan terus berpikir dalam hati, apakah Alice memang semudah ini mengajak pria lain untuk datang ke rumahnya. Atau karena terjadi hal mendesak seperti tadi. 

Jujur saja, selama tiga bulan belakangan ini, Ethan jadi terus memikirkan wanita itu, ya sebenarnya Ethan tidak memiliki perasaan apapun, hanya saja Ethan merasa jika dia cukup nyaman dengan Alice Winsley. 

"Silahkan dinikmati, pak direktur," 

Alice meletakkan secangkir kopi panas, ah ini hanya kopi instan biasa. Karena Alice sendiri hanya sesekali minum kopi, dan tidak pernah meracik kopi. 

"Mungkin ini tidak sesuai selera bapak, tapi saya hanya ada ini. Semoga bapak tidak masalah," 

Alice menggaruk canggung belakang telinganya. 

Alice baru menyadari jika keputusannya ini adalah keputusan fatal. Tapi apalah daya, nasi sudah menjadi bubur. Apa yang ada dipikiran Ethan saat Alice mengajaknya untuk ke rumahnya saja. 

"Tidak masalah," jawab Ethan enteng, lalu meniup kopi itu dan menenggaknya. 

Ethan mengecap bibirnya merasakan rasa kopi yang baru kali ini dirasakannya. Rasanya tidak seperti kopi mahal, tapi tetap enak. 

Ethan mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu melihat Alice. 

"Kau beli di mana ini?" 

Alice menyengir lebar, karena melihat Ethan yang baru pertama kali merasakan kopi instan ini. 

"Di supermarket banyak. Bapak tinggal pilih saja. Nanti akan saya beritahu kopi instan yang mana yang bapak minum ini," 

Ethan mengangguk lalu menyeruput lagi kopi itu. Aneh, padahal dilihat dari warna juga aromanya, kopi ini biasa saja. Tapi rasanya enak seperti ini. 

"Pasti bapak merasa begitu lelah selama sebulan terakhir ini kan? Apa semuanya lancar-lancar, saja?" 

Alice membuka pembicaraan. Tidak ada yang bisa mereka bicarakan selain tentang pekerjaan. 

Karena Alice rasa, memang itu topik yang membuat mereka merasa klik ketika mengobrol. 

Ethan meletakkan kembali cangkir kopi itu, lalu memandang Alice. Hanya memandang saja, belum mengeluarkan kalimat apapun. 

Dipandangi dengan pandangan sendu begitu, membuat Alice tiba-tiba jadi merasa buruk karena sudah bertanya. Tapi apakah memang terjadi sesuatu terkait peluncuran produk baru kemarin itu? Karena yang Alice tahu memang seperti tidak ada kejadian berarti, dalam artian semua lancar-lancar saja. Namun, siapa yang tau bagaimana sebenarnya yang terjadi dibelakang. 

Ethan berdehem pelan dan melemparkan pandangannya ke berbagai arah. 

"Ya, memang ada yang terjadi. Tapi itu sudah terselesaikan. Itu semua berkat kerja keras kalian," 

Ethan seperti menyembunyikan sesuatu. Alice hanyalah karyawan biasa, jadi tidak ada hak untuk mengetahui lebih lanjut sebenarnya apa yang terjadi. 

Alice tersenyum simpul. "Bapak juga sudah melakukan yang terbaik. Semua juga karena usaha keras bapak. Begitu hebat dan berdedikasi," puji Alice

Entah perasaan Alice saja atau bagaimana, tapi Ethan tampak merona. Walaupun terlihat samar. Mendadak Alice jadi senang sendiri. Pasti orang-orang di kantornya belum ada yang pernah melihat Ethan Hill seperti tadi. 

"Terima kasih. Saya hanya melanjutkan perjuangan kakek saya saja," ucapnya sedikit serak, dengan wajah menunduk. 

Memang benar, Steven Hill, adalah orang yang mendirikan Hill's Group ini. Jadi sebagai penerus bisnis tersebut, Ethan harus melakukan yang terbaik. Itu memang bukan tugas yang mudah, tapi Ethan bisa melakukannya. 

Tentu itu membuat Alice merasa jika Ethan begitu keren karena bisa mengemban tugas dan tanggung jawab yang tidak kecil. 

"Ya. Saya dengar jika beliau masuk rumah sakit. Bagaimana kondisinya saat ini?" 

Ethan terdiam lagi, wajahnya masih menunduk, seperti ada kesedihan yang berusaha untuk mencuat keluar namun Ethan berusaha keras menahannya agar tetap berada di dalam dirinya. 

Alice hanya mendengar sekilas jika kakek Ethan Hill ini masuk rumah sakit. Namun tak tau bagaimana kelanjutannya. 

Tak tau kenapa, Alice merasa ada begitu banyak hal yang disembunyikan oleh Ethan. Seolah tak boleh seorang pun tahu tentang hal itu. Tapi mereka juga belum begitu lama mengenal. Ethan juga tak bisa asal bicara saja. 

"Kondisinya sudah membaik. Tidak perlu khawatir," ucapnya bergetar. 

Melihat Ethan yang tampak lemah, membuat Alice jadi berinisiatif sendiri, tiba-tiba tubuhnya bergerak tanpa arahan lalu mengambil tempat di samping Ethan. 

Menyentuh tangannya untuk memberikan sisa kekuatan yang Alice miliki hari ini. 

Ini semua di luar kehendak Alice. Tubuhnya benar-benar bergerak sendiri, bahkan isi dalam kepalanya sibuk menyangkal tindakannya barusan. Karena yang mengambil alih tubuhnya tadi adalah perasaan di dalam hatinya. 

Karena Ethan terlihat seperti butuh sandaran. 

Tangan Ethan yang besar dengan urat-urat tangan yang menonjol terlihat kekar dan kuat. Namun rasa hangat dari tangan Alice sepertinya tak cukup untuk menyalurkan kehangatan ke dalam diri Ethan. 

Ethan mengangkat wajahnya dan memandang Alice, seolah bertanya apa-yang-sedang-kau-lakukan. 

Bibir Alice kelu melihat wajah Ethan dengan raut wajah yang sulit dijelaskan. Sesuatu tak bisa keluar dari mulutnya, hanya untuk memberi penjelasan terkait dengan tindakannya ini. 

Alice dan Ethan merasa waktu berjalan begitu lama, keheningan yang melanda mereka membuat suasana jadi semakin canggung. Hanya saling  menatap dengan berbagai pikiran di kepala. 

Ethan mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia harus sadar bahwa ini tidak benar. Namun tak dapat dipungkiri jika hangatnya tangan Alice ikut membuat hatinya merasa hangat. 

Ethan jadi merasa memiliki tempat untuk bersandar. Bisakah dia melakukannya dengan Alice?

"Kenapa kau menatap saya begitu?" gumam Ethan yang akhirnya berbicara lebih dulu. 

Eh. Alice yang terkejut segera menarik lagi tangannya dan menarik mundur bokongnya sedikit menjauh, memberikan ruang bagi Ethan juga Alice untuk menarik napas dari sesaknya atmosfir tadi. 

"Memangnya bagaimana tatapan saya itu?" 

Ethan mengerutkan alisnya, tangannya yang satu lagi menyisir rambutnya yang klimis. Jantung Alice serasa berhenti berdetak melihat Ethan seperti tadi. Terlihat begitu tampan dan keren. Sangat maskulin. Rambutnya yang bergaya ala-ala side bangs seperti karakter di drama-drama yang Alice lihat, membuat pesonanya semakin tumpah-tumpah. Jika bisa dia ingin berteriak karena tidak sanggup melihat aura Ethan Hill. Tapi gengsinya lebih besar. 

Alice menggelengkan kepalanya pelan untuk menyadarkan dirinya. Ini bukan saatnya menghayal. Karena berbagai skenario tentang keinginan dirinya menjalin hubungan dengan atasannya mulai liar di kepalanya. 

"Kau seperti mencoba untuk mengerti keadaan saya saat ini. Apa saya begitu jelas memperlihatkannya?" 

Alice terdiam, sebenarnya Alice tidak begitu membaca suasana tadi, tapi karena perasaannya itu membuat tubuhnya jadi bergerak sendiri begitu juga dengan tatapannya. Yang ada di dalam kepala Alice, tentang bagaimana perjuangan Ethan melewati banyak hal dalam kehidupannya yang semuanya terjawab dari raut wajah Ethan dan spontan memunculkan perasaan ingin menjadi sandaran bagi pria itu. 

Alice meremas kedua tangannya yang jadi berkeringat. Mendadak ruangan kecil ini terasa panas dan semakin sesak. 

"Pak, raut wajah yang bapak tampilkan tadi tidak bisa membohongi orang lain. Sekeras apapun hati bapak untuk menutupi yang sebenarnya, tapi raut wajah dan pandangan mata bapak itu tak bisa disembunyikan. Apa mungkin saya salah menanggapi hal itu?" 

Ethan terlihat mengejang. Lalu tiba-tiba terkekeh pelan. Tak menyangka jika Alice menyadari hal ini. 

"Kau tahu, semua orang di kantor melihat saya begitu dingin dan tak ada belas kasihan. Tapi tak ada satupun dari mereka yang menyadari bahwa saya juga bisa merasa buruk seperti ini," 

Ah. Jadi apakah Alice satu-satunya orang yang bisa melihat salah satu sisi yang disembunyikan oleh Ethan. Wah, jika memang benar begitu, Alice merasa sangat tersanjung. 

"Kalau begitu, kedepannya bapak boleh menunjukkan sisi yang seperti itu lagi pada saya. Tapi hanya dengan saya saja. Sebagai salah satu bawahan bapak, saya akan membantu sebisa saya," sahut Alice mendadak riang. 

Mungkin beban yang Ethan tanggung terlalu berat, sehingga menyulitkan dia untuk bersandar pada orang lain. 

"Kau sangat berinisiatif. Saya rasa saya tidak perlu menyulitkan bawahan. Tidak baik jika hal ini tersebar di kantor. Lain kali saya tidak akan begitu lagi, tapi untuk malam ini adalah pengecualian. Mungkin karena saya terlalu dalam menyimpan kesedihan saya jadi saya tidak bisa menahannya lagi dan akhirnya lepas seperti tadi," balasnya tertawa kecil. 

Tapi Alice adalah wanita yang berpendirian. Jika dia sudah memutuskan suatu hal, maka tidak akan ditariknya lagi. 

"Tidak apa, tidak masalah. Tapi silahkan temui saya jika bapak merasa ingin menumpahkan apa yang sedang bapak simpan itu," 

Ah kata-katanya keluar begitu lancar seperti jalan tol. Bisa-bisa Ethan jadi salah paham. Sungguh tidak ada perasaan apapun, ini hanya murni karena Alice ingin membantu Ethan. Jika ada yang bisa dia lakukan. 

"Terima kasih. Tolong jangan menarik lagi ucapanmu barusan," gurau Ethan, 

"Tidak akan," jawab Alice langsung sambil terkekeh pelan. 

Ethan diam-diam menatap Alice yang masih sibuk terkekeh itu, entah bagaimana harusnya dia menanggapi penawaran barusan. Tapi apakah itu tanda bahwa Ethan tak perlu lagi menyimpan semuanya sendiri. 

Mengapa Alice begitu peduli, padahal tidak ada hubungan spesial di antara mereka. Jika Ethan sampai larut dalam situasi ini, sepertinya dia akan berada dalam masalah besar. 

"Apa kau pernah membawa pria lain ke rumahmu?" ucap Ethan yang seperti termenung saat mengatakannya. Itu artinya bahwa Ethan mengeluarkan mentah-mentah isi pikirannya yang cukup mengganggu tanpa disaring. 

Alice mendadak jadi tegang. Apakah jawabannya harus jujur apa bohong. Kalau jujur maka ini adalah kali pertama Alice membawa seorang pria ke rumahnya. Tapi jika begitu kelihatan bahwa Alice tidak menjalin hubungan dengan pria manapun. Dan kalau menjawab bohong maka yang Alice dapatkan hanyalah dosa. 

"Tidak. Bapak adalah yang pertama," jawab Alice akhirnya dengan jujur. 

Ethan tersentak, seperti tidak percaya, "Apa kau tidak sedang menjalin hubungan?" 

Pertanyaan dengan sedikit nada memaksa itu membuat Alice menghela napas panjang. "Sekarang tidak. Hubungan terakhir saya adalah dua belas tahun yang lalu," 

Ethan semakin tercengang. Itu sudah berlalu lama sekali. 

Related chapters

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   5

    "Itu sudah berlalu begitu lama. Apa kau tidak ingin menjalin hubungan lagi?" Ethan sudah seperti pewawancara yang tengah menanyai narasumbernya. Matanya seakan ikut bertanya perihal sesuatu yang sebenarnya Alice tak ingin bahas. Tapi juga terselip rasa ingin tahu dari Ethan. "Mungkin belum bertemu dengan seseorang yang tepat saja," komentar Alice datar. Ya, setidaknya itu jawaban terbaik. Karena memang dirinya belum menemukan seseorang yang bisa menarik perhatiannya. Terkecuali itu Ethan Hill. Apa yang dirasakannya untuk Ethan Hill ini hanyalah perasaan kagum semata. Bukan perasaan romantis antara pria dan wanita. Itulah yang bisa Alice pikirkan mengenai apa yang tengah terjadi pada dirinya saat ini. "Kau benar. Menemukan seseorang yang tepat itu bukan perkara mudah. Saya berharap, kau akan menemukannya suatu saat," Alice tersenyum getir mendengar ungkapan harapan Ethan itu. Bukannya dia tidak senang ada yang me

    Last Updated : 2022-03-10
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   6

    Alice menyeruput teh hijau kesukaannya dengan nikmat. Tapi nikmatnya teh ini tidak senikmat biasanya karena suasana hatinya yang tidak tenang memikirkan kesehatan ibunya. Dokter mengatakan bahwa penyakit ibunya sudah semakin parah, dan harusnya dirawat di rumah sakit saja. Tapi Alice tak memiliki biaya untuk membayar pengobatan ibunya itu. Belum lagi Alice juga harus membayar hutang yang dia pinjam pada rentenir demi ibunya agar bisa sembuh kembali. Tapi memikirkan tentang penyakit kanker paru-paru stadium akhir, tentu mendengarnya saja sudah tahu bahwa penyakit itu tidak dapat di sembuhkan. Juga beresiko tinggi akan kematian. Alice menghembuskan napas panjang untuk mengurangi sesak di dadanya. Alice masih belum siap jika ibunya itu pergi meninggalkannya. Banyak hal yang belum Alice lakukan untuk ibunya termasuk itu menikah. Harus bagaimana Alice sekarang? Tak bisa dia memaksakan kehendak ibunya, menikah dengan orang yang t

    Last Updated : 2022-03-11
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   7

    "Ashley, ayo kita makan di kafetaria kantor saja. Aku malas ingin keluar," ajak Alice setelah menyelesaikan setengah pekerjaannya. Setengahnya lagi akan dia kerjakan setelah makan siang. Perutnya pun sudah tak tahan lagi menahan keroncongan yang menggeram di tubuhnya. "Tunggu, aku selesaikan ini dulu," jawab Ashley acuh masih memandangi layar komputernya dengan serius. Alice mendesis kemudian mengambil ponselnya dari dalam tas. Memeriksa apakah ada pesan masuk atau mungkin panggilan tak terjawab. Selama bekerja Alice memang tidak memeriksa ponselnya, karena tak ingin fokusnya jadi terpecah. Alice membuka sebuah aplikasi pesan yang dia gunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Membuka salah satu forum kerja tapi lebih seperti grup mengobrol biasa dan ini seluruh karyawan ada di satu grup yang sama. Berbagai divisi kumpul menjadi satu. Tujuannya agar mereka bisa akrab dengan rekan lainnya. Grup ini tentu juga diawasi oleh pihak yang memang berwenan

    Last Updated : 2022-03-12
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   8

    "Mengapa hujannya tiba-tiba begini, sih," keluh Alice sembari menepikan dirinya masuk lagi ke dalam lobi perusahaan. Percikan air hujan mengenai sepatu hak warna hitam miliknya. Juga menyiprat sampai mengenai ujung celana kerjanya. Alice menghela napas panjang, menyesali keputusannya saat Ashley menawarinya untuk pulang bersama. "Untuk apa aku tadi menolak. Aku jadi menyesalinya," lirih Alice yang sedang menghentakkan kakinya kecil karena kesal. Sambil menunggu hujan berhenti, Alice memilih duduk di sebuah sofa yang memang disediakan untuk menerima tamu. Kalau Alice nekat menerjang hujan, besoknya pasti dia akan sakit. Hujan mengguyur dengan begitu derasnya. Jika kondisi ini berlarut sampai beberapa hari kedepan, bisa dipastikan akan terjadi banjir. Lebih sialnya, daerah rumah Alice juga rawan banjir. Membuat penderitaan Alice

    Last Updated : 2022-03-14
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   9

    "Sepertinya hujan kelihatan tidak akan berhenti," gumam Alice yang tengah mendengarkan suara hujan dengan begitu heboh menabrak atap rumahnya. Ini sudah berlangsung selama beberapa jam, dan mulai membuat Alice khawatir akan banjir. "Ya, sepertinya memang begitu," sahut Ethan yang sudah keluar dari kamar mandi. Ethan ingin menggunakan kamar mandi, karena dia merasa gerah. Padahal hujan di luar begitu deras dan membuat udara menjadi dingin, tapi sepertinya dingin itu tidak masalah baginya untuk mandi. Terlebih ternyata dia membawa baju ganti. "Terima kasih, kamar mandinya," Alice tersenyum simpul, Ethan pun kemudian duduk di samping Alice. Seketika aroma tubuh Ethan masuk kedalam indera penciuman Alice. Aroma yang sangat dikenali Alice. Ini adalah aroma sabun mandinya. Memikirkan itu wajah Alice jadi memerah, sangat memalukan. Tapi rasanya begitu berbeda ji

    Last Updated : 2022-03-16
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   10

    Ashley menatap wajah anak dan suaminya yang tertidur setelah anaknya meminta ayahnya untuk membacakan buku cerita. Ashley mengusap lembut puncak kepala Bryana, tapi isi kepalanya malah memikirkan Alice. Sebelum pulang kerja tadi, Ashley memaksa Alice untuk menceritakan semua yang terjadi dengannya belakangan ini. Terkhusus yang melibatkan Ethan Hill. Ashley menghela napas panjang. Rasanya semua ini terjadi begitu tiba-tiba. Rasanya jika dipikir lagi tidak mungkin Alice bisa dekat dengan Ethan, secara mereka berasal dari tingkatan sosial yang berbeda. Tapi tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan sudah berkehendak. Apapun terasa mudah dilakukan. Mungkin memang sepertilah jalan takdir Alice. Walaupun masih belum tahu bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Ethan. Sebagai teman baiknya, Ashley hanya bisa mengingatkan Alice untuk tidak terlalu terbawa perasaan akan perlakuan Ethan padanya. Ashley hanya tak ingin Alice merasakan patah hati. Lagipula sepertinya Alice masih belum ada ke

    Last Updated : 2022-05-12
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   11

    Hujan sudah benar-benar berhenti, jam di dinding menunjukkan pukul sepuluh malam. Sudah berlalu begitu lama Ethan ada di rumah Alice. Tentu wanita itu ingin beristirahat. Ethan tak akan mengganggu waktunya lagi. Beruntung suara dalam kepalanya tadi menghentikan aktivitasnya. Menyadarkan Ethan, bahwa dirinya ini sudah memiliki istri. Walaupun Ethan tidak mencintai istrinya itu, namun bukan berarti Ethan bisa bermain api di belakangnya. Datangnya Alice ke dalam kehidupan Ethan, seolah memberikan sentuhan baru. Sentuhan yang berbeda dari saat dia bersama istrinya. Apa mungkin karena Ethan tidak mencintai istrinya itu, hingga dia merasa biasa saja. Lalu bagaimana dengan Alice? Terlalu mudah jika Ethan menyebutnya cinta. Hanya karena Ethan suka dan nyaman berada didekat wanita itu. Akal sehatnya juga mendadak hilang saat bersama Alice, dan hatinya selalu menginginkan untuk menemui wanita itu. Hingga berujung Ethan datang padanya. Ethan tahu ini sangat salah. Ethan harus menjaga jarak

    Last Updated : 2022-05-12
  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   12

    Setelah kejadian di rumah Alice waktu itu, artinya sudah lima hari berlalu, Ethan tidak lagi datang menemui Alice. Tidak juga menghubunginya walau Alice sudah memberikan nomor ponselnya. Inilah yang Alice sudah duga. Sepertinya Ethan menghindari dirinya. Juga Alice menghindari Ethan, dia tak tahu harus bagaimana menghadapi pria itu. "Alice, hari ini kau pergi menggantikan saya untuk melihat bagian produksi. Pergilah sekarang, lalu laporkan bagaimana perkembangannya. Di sana kau akan bertemu dengan Direktur Utama Ethan Hill. Jadi jangan sampai kau membuat masalah yang akan mempermalukan saya" perintah Brilley pada Alice yang dengan satu tarikan napas. Matanya masih sibuk menatapi laporan yang ada di tangannya. "Kenapa harus saya Ketua Divisi Brilley?" tolak Alice. Biasanya pekerjaan ini akan diberikan pada Ashley. Tapi entah kenapa malah diberikan padanya hari ini. Hal ini memang diperlukan, agar memastikan bahwa produksi juga berjalan sesuai dengan arahan Divisi yang di ketuai o

    Last Updated : 2022-05-12

Latest chapter

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   52

    Sangat sangat sangat mewah.Kesan pertama Alice ketika melihat rumah besar Ethan yang ada di hadapannya, sampai membuatnya tanpa sadar menahan napas dan membuka mulut lebar-lebar. Begitu takjub melihat kemegahan rumah Ethan Hill ini. Mata Alice tak bisa berpaling dari campuran desain klasik dan modern dan di dominasi warna putih ini. Begitu elegan dan tampak sangat mewah. "Astaga, Alice. Ini bukan saatnya kau mengagumi rumah ini" lirihnya pelan sembari memukul kepalanya untuk menyadarkan diri. Sambil menelan ludah, Alice hendak menekan tombol bel rumah Ethan. Eh tapi, tiba-tiba pintunya membuka dengan sendirinya bahkan sebelum Alice sempat menekan bel tersebut. Hal pertama yang ada di dalam benaknya adalah betapa kerennya rumah Ethan yang pintunya bisa membuka sendiri. Alice celingak-celinguk melihat ke sekelilingnya apakah ada mata-mata atau tidak. Bagaimana bisa pintunya terbuka sendiri sedang dia belum memberikan tanda akan keberadaannya. Seperti orang bodoh, Alice memutar k

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   51

    Lelah. Satu kata yang cukup menggambarkan kondisinya saat ini. Namun bukan lelah fisik karena nyatanya fisiknya baik-baik saja. Pekerjaannya juga tidak banyak hingga tak perlu terlalu membuang tenaga. Tapi ya begitulah dia lelah. Alice menghempaskan tubuh rampingnya ke atas ranjangnya yang nyaman. Meregangkan seluruh otot-otot tubuhnya yang menegang. Setelah mandi rasanya sangat menyegarkan. Dalam pikirannya terus berputar-putar tentang pertanyaan Ashley yang sampai saat ini belum bisa dijawabnya. Apakah dirinya mencintai Ethan Hill?Kenapa Ethan justru hadir dalam hidupnya. Jawabannya hanya satu. Takdir!Takdir Tuhan yang membawa Alice bertemu Ethan, dan terlibat dengan pria itu. Semakin Alice menjauhi pria itu, maka mereka akan semakin terikat. Semakin banyak hal terjadi yang melibatkan keduanya. Tentu ini merupakan takdir yang sudah digariskan untuk Alice. Satu hal yang Alice harapkan jika takdir yang sedang dia jalani ini merupakan takdir yang baik. Bertemu dengan Ethan ada

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   50

    "Tetap saja walaupun begitu, kau juga ikut merasakan penderitaan yang sama denganku. Ayahku juga jadi melampiaskan kemarahannya padamu. Kenapa kau masih saja bertahan, Daniel? Aku tidak akan memaksamu tetap tinggal jika kau ingin pergi" Daniel tertegunRaut wajahnya mendadak berubah. Kecewa. Ah apakah hanya perasaan Ella saja ya. "Aku tidak ingin lagi membebanimu dengan perasaanku dan juga tak ingin lagi merepotkanmu atas banyak hal. Aku akan menjaga diriku sendiri. Aku menyadari selama ini, bahwa aku telah membeli kebebasanmu, yang membuatmu mungkin tidak nyaman. Selama ini mungkin bagimu, hidupmu seperti dalam kurungan. Hanya tahu untuk selalu menjaga dan melindungiku, terbebani akan tugas dari ayahku" Ella menarik napasnya. Bicaranya terlalu cepat. Semoga Daniel bisa memahaminya. "Setiap hari aku merasa bersalah telah membawamu dalam kehidupanku, yang seharusnya tak kulakukan. Tapi aku menyadari dengan cepat bagaimana perasaanku terhadapmu dan membuatmu tetap berada di samping

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   49

    "Aku pulang duluan, karena ada urusan lain. Kalian nanti hati-hati di jalan," ucap Ella dengan tergesa sembari berjalan cepat meninggalkan rekan kerjanya yang terbengong-bengong. Mereka yang ada di ruangan itu saling berpandangan, bertanya apakah ada sesuatu pada Ella. Jam baru menunjukkan pukul setengah lima sore, tapi Ella sudah mencuri start untuk pulang lebih dulu. Jika dilihat dari dia yang tergesa-gesa sepertinya memang sedang ada urusan mendesak. Sudahlah biarkan saja. Ella punya sesuatu yang harus diurusnya saat ini juga. Kakinya mengetuk-ngetuk lantai elevator karena tak sabar, benda bergerak tersebut membawanya turun ke lobi perusahaan. Pekerjaannya sedikit terkendala karena dia yang tidak fokus mengerjakannya. Tapi semua sudah dia selesaikan. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Justru yang harusnya dikhawatirkan adalah kelanjutan hubungan Ella dan Daniel. Ting!!!!Pintu elevator terbuka. Setengah berlari Ella keluar dan langsung menuju parkiran yang terletak di luar

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   48

    Ella mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih berat. Telinganya mendengar suara familiar yang biasa membangunkan tidur nyenyaknya. Berusaha untuk menyadarkan diri dan membuka mata selebar-lebarnya, sesekali menggelengkan kepala untuk benar-benar menyadarkan dirinya. Suara yang terus berdering-dering memekak telinga berasal dari ponselnya. Ella memang selalu memasang alarm otomatis, sehingga pada jam yang disetelnya akan berdering. Dengan rasa ngantuk yang masih tersisa dalam dirinya, Ella meraba-raba ranjang untuk mencari di mana ponselnya itu. Ketika menemukan benda persegi panjang dan tipis namun harganya sangat mahal itu, Ella langsung mematikan alarmnya. Tangannya dengan kasar mengucek mata, sekaligus membersihkan sisa kotoran mata. Dengan sangat terpaksa, dia pun bangkit dari tidurnya. Lalu meneguk segelas air putih di atas meja yang selalu dia sediakan.Seketika rasa yang menyegarkan langsung memenuhi dirinya. Ella meletakkan kembali gelas ke atas meja, dan mengedarkan pand

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   47

    "Ayah harus minta maaf pada Daniel," ucap Ella datar. Matanya menatap wajah ayahnya yang tidak mengendurkan pandangannya yang tajam. "Atas dasar apa ayah harus meminta maaf?" Ella menghela napas. "Sampai kapanpun aku tidak akan pernah kembali ke rumah ini, jadi aku mohon dengan sangat agar ayah dan ibu tidak terus-terusan menggunakan Daniel untuk membuatku pulang. Karena ini bukan rumahku, aku tak pernah merasa tinggal di rumah ini. Rumah ini seperti neraka bagiku yang setiap harinya sangat mencekikku," ungkap Ella mengeluarkan sesuatu yang sudah ditahannya dari lama. Suaranya samar bergetar karena dia sangat emosi. Emosi yang akhirnya dia keluarkan juga. "Ella. Tapi ibu kesepian karena kau tidak ada," tegur ibunya lembut. Ella tersentak. Tapi tidak mengubah pendiriannya. "Sampai ayah menyadari semua kesalahannya, aku tidak akan pernah menginjakkan kaki lagi. Jangan membuatku terpaksa menggunakan cara-cara berontak yang lebih parah dari ini," Ella menguatkan hati, membulatkan

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   46

    Ella berguling-guling dengan gelisah di atas ranjang berukuran besar miliknya. Giginya tak henti menggigit kuku jari-jarinya. Merupakan suatu kebiasaan bagi Ella jika sedang merasa tak tenang. Ella tau dengan jelas apa yang membuatnya seperti ini, yaitu Daniel. Perasaannya seolah mengatakan bahwa sesuatu terjadi pada pria itu. Kepalanya terus memikirkan ucapan Daniel tentang Ella yang harus datang ke rumah orang tuanya malam ini karena ada yang ingin mereka bicarakan. Tapi karena Ella keras kepala, dia memutuskan untuk tidak datang. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Ella dengan cepat mengambil ponselnya dan membuka sebuah aplikasi pesan.Tertulis di sana nama profil "Daniel Lambert" yang terletak paling atas di aplikasi pesan tersebut. Ella membuka ruang obrolan itu. Pesan terakhir yang dikirimkannya pada Daniel pun tidak dibaca. Pesan yang dia kirimkan sekitar dua jam lalu. Kemana perginya Daniel? Mengapa tidak kunjung membalas pesan yang Ella kirim? E

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   45

    "Kau tidak makan?" tanya Daniel, bukan dengan nada bertanya tentunya. Ella mengangkat wajahnya. Memandang Daniel. "Jangan hanya menyuruhku makan, kalau kau sendiri tidak makan. Lagipula bukankah kau harusnya pergi bersama Direktur Utama?" Daniel melirik Ella yang ada di depannya. "Aku tidak ikut," balas Daniel pendek dan mulai memakan makan siangnya. Ella pun hanya mengangguk saja, acuh. Tak peduli juga sebenarnya jika Daniel ikut atau, hanya ya jadi tidak bisa bertemu dengannya. "Ayahmu ingin bertemu denganmu. Jadi memintamu untuk datang makan malam," Oh inilah alasannya. Awalnya Ella merasa heran kenapa Daniel tiba-tiba mengajak makan siang berdua. Jadi karena ada permintaan dari ayahnya yang harus Ella penuhi. "Kau sekarang seperti asistennya saja." ujar Ella pedas."Apa kau dibayar lebih besar daripada Ethan membayarmu?" Oke berhenti Ella. Kau pasti menyakiti hati Daniel. Bicaramu kasar sekali. "Jaga ucapanmu," sela Daniel dingin. Rahangnya mengeras, urat disekitar kenin

  • TERJERAT CINTA YANG SALAH   44

    "APAAA!!!!" Ashley memekik tinggi di tengah hiruk-pikuk orang-orang yang makan siang di cafetaria perusahaan mereka. "Pelankan suaramu, Ashley" pinta Alice menggeram dengan suara pelan sembari melempar senyum dan menundukkan wajah pada mereka yang terganggu akibat Ashley. "Upss. Mulutku memang sulit untuk dikendalikan" koementarnya sambil memukul pelan bibirnya. Alice menghela napas, lalu menyendokkan lagi makanan ke dalam mulutnya. "Jadi dengan sangat kebetulan, Ethan datang dan menyelamatkanmu dari para rentenir itu?" ulang Ashley, matanya menyipit curiga sembari mulutnya menyeruput minuman matcha kesukannya. "Ya begitulah" jawab Alice pendek. "Lalu saat itu kau berpikir, 'Oh lihat betapa kerennya dia. Apa dia ditakdirkan untuk menjadi penyelamat jiwaku'. Seperti itu?" ledek Ashley, bibirnya sedikit menekuk ke bawah ketika berbicara. "Sialan. Kau ingin aku beri bogem mentah!" serang Alice marah. "Aku hanya tidak habis pikir, Alice"Ashley merasa ada yang tak mengena di hati

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status