Home / Romansa / TERJERAT CINTA HOT MOMMY / BELINDA YANG POLOS.

Share

BELINDA YANG POLOS.

Author: Na_Vya
last update Last Updated: 2022-03-16 11:57:47

"Hem, kita mau ke mana?" Belinda bertanya kepada Raffa yang tengah sibuk menyetir. Wanita bermata biru itu tak henti memandang ke arah luar jendela, yang menurutnya sangat asing.

Dua puluh menit yang lalu, Raffa membawanya pergi dari diskotek. Tanpa mengatakan apa pun, pemuda tersebut mengajaknya ke suatu tempat yang biasa dikunjunginya.

"Kita ke hotel. Emang mau ke mana lagi? Kalau enggak ke sana." Raffa menjawab pertanyaan Belinda dengan gaya khasnya yang datar dan suara yang terdengar dingin.

Belinda sontak menoleh ke samping—menatap pemuda yang baru saja dikenalnya dengan alis tertaut.

Seperti orang bodoh, Belinda yang sama sekali belum paham dengan apa yang tengah dilakukannya jelas melontarkan pertanyaan konyol.

"Hotel?"

Raffa cuma mengangguk tanpa bersuara. Meski dalam benak pemuda itu merasa aneh dan bertanya-tanya.

Bulu kuduk Belinda seketika berdiri. Entah kenapa mendengar kata Hotel, dia mendadak jadi gelisah.

Lamunan wanita itu buyar manakala Raffa menghentikan mobilnya.

"Ayo turun. Kita udah sampai," ajak Raffa setelah melepas seat belt dari tubuhnya.

Namun, ketika dia hendak membuka pintu mobil, Belinda menyentuh lengannya tiba-tiba.

"Tunggu dulu!" seru Belinda dengan tatapan mata yang terlihat cemas.

Raffa berbalik lantas bertanya,

"Ada apa?" Keningnya mengernyit heran saat menatap Belinda yang terlihat aneh. "Kamu kenapa? Kok pucet?" Refleks tangannya terjulur dan menempelkannya di kening Belinda.

"Dingin." Raffa menarik tangannya kembali. Dia tidak melihat tanda-tanda Belinda sakit.

"A-aku cuma ...," Belinda masih memegang lengan Raffa dengan posesif. Kegugupan telah membuatnya tidak sadar, bila dia sudah menyentuh pria lain.

Tingkah Belinda yang aneh jelas saja membuat Raffa jadi pusing.

"Cuma apa? Ayo turun. Kan kita mau ...." ucapannya terjeda sesaat. Raffa menatap lekat-lekat wajah Belinda yang tidak lepas menatapnya.

Jantung wanita itu sudah berdebar tak keruan. Ini pertama kalinya dia pergi ke Hotel bersama pria asing. Dia cuma takut, jika ada seseorang yang mengenalinya.

"Hem, sebenarnya aku takut." Pengakuan Belinda barusan jelas saja membuat Raffa semakin bingung.

Pemuda yang saat ini memakai kemeja berbahan jeans tersebut kemudian bertanya,

"Takut kenapa, hem?" Raffa menatap lamat-lamat wajah Belinda yang masih terlihat cemas.

"Aku takut kalau kita ke tempat umum, suamiku atau seseorang yang kenal denganku ada di sini," ungkap Belinda akhirnya.

"Terus gimana?" Raffa seakan tidak peduli dengan ketakutan yang melanda klien barunya itu. "Hem? Sekarang mau kamu apa?" tanyanya dengan kesabaran yang hampir menipis.

'Heuh! Untung cakep. Kalau enggak, udah gua suruh turun daritadi.' Gerutunya dalam hati.

"Gimana kalau kita ke tempat kamu? Hem, kamu ada rumah atau apartemen?" tanya Belinda dengan polosnya.

Namun, tidak dengan Raffa yang sekarang ini hampir meledakkan kemarahannya.

'Ck! Ya kali gua ngajak dia ke apartemen.' Pemuda itu membatin.

Alasannya kesal ialah bila selama ini dirinya tidak pernah membawa seorang perempuan ke apartemennya. Selama hampir tiga tahun dia menjalani profesi sebagai lelaki penghibur.

Raffa paling anti membawa pulang seorang perempuan. Dia selalu menghabiskan malam-malam panasnya di Hotel.

"Gimana?" Belinda bertanya lagi, sebab Raffa tidak menghiraukan permintaannya. "Ya, udah. Kalau enggak bisa, aku pulang aja." Dia melepaskan lengan Raffa, lalu berbalik.

"Eh, tunggu! Mau ke mana?"

Giliran Raffa menyentuh lengan Belinda, yang hendak membuka pintu.

Belinda berbalik badan lantas menyahut,

"Aku mau pulang aja. Kayaknya kamu juga enggak setuju kalau kita ke rumah kamu."

Mendengar itu, Raffa sontak berpikir sejenak.

'Bisa berabe ini urusannya. Kalau Mami Kumala tahu.' Batinnya menyeru—dia tentu saja tidak mau mami Kumala sampai tahu perihal ini. Bisa-bisa malam ini Raffa kehilangan honornya.

Demi apapun, jika tidak karena duit, Raffa tidak akan sudi membawa perempuan ke apartemen.

'Ck! Baru ketemu aja udah nyusahin.'

"Emang kata siapa aku enggak setuju?" Pemuda itu berkilah.

"Habisnya tadi diem aja. Aku pikir kamu enggak setuju kalau kita pindah tempat." Belinda menarik tangannya dari pintu mobil. Dia lantas menghadap Raffa.

"Ayo. Kita ke apartemen kamu aja." Belinda tersenyum sangat manis sekali, membuat kekesalan Raffa seketika menguap entah ke mana.

'Heuh .... jadi enggak sabar pengen nyobain.'

eh?

"Ayo."

Raffa kembali ke posisi semula. Dia menghidupkan kembali mesin mobil lalu menginjak pedal gas, melesat dari Hotel tempatnya biasa menginap menuju apartemen.

Baru kali ini Raffa mendapat klien yang merepotkan. Tidak seperti tante-tantenya yang lain. Yang ganjen dan menurut kepadanya. Belinda memang berbeda dari segi sifat mau pun penampilan.

Kebanyakan dari klien Raffa selalu berpenampilan seksi dan menarik. Memakai baju terbuka dan berdandan menor ala-ala apalah itu sebutannya.

Tak butuh waktu lama, Raffa dan Belinda tiba di gedung bertingkat itu. Apartemen elit yang terletak di tengah kota dengan berbagai macam fasilitas lengkap dan mahal pula. Harganya pun tidak main-main. Raffa harus merogoh kocek yang dalam untuk mendapatkan hunian yang super wah tersebut.

Semuanya dia dapatkan dengan hasil menjual diri. Mungkin terdengar lucu dan menjijikkan. Selama hampir tiga tahun Raffa hidup dari hasil memuaskan para wanita-wanita yang haus kepuasan.

Belinda yang melihatnya saja dibuat takjub. Dia pikir, Raffa tinggal di rumah biasa atau apartemen sederhana. Namun, dugaannya ternyata salah. Raffa tinggal di apartemen mewah dan sangat bagus.

"Kamu tinggal di sini?" tanyanya, begitu heels di kakinya menginjak lantai apartemen Raffa yang mengkilap.

Ruangan besar itu benar-benar bersih dan wangi. Semua perabot di dalamnya bermerek dan modern. Tak ada yang mengira jika seorang pemuda lajang yang tinggal di sini.

"Iya." Raffa menjawab sambil berlalu dari hadapan Belinda yang masih terlihat sibuk mengelilingi tempat tinggalnya. Pemuda itu menuju pantry, lalu membuka lemari es.

"Mau minum apa?" tawarnya kemudian.

"Apa aja." Belinda menghampiri Raffa ke pantry. Kemudian dia duduk di bar mini yang kebetulan juga tersedia di sana. "Waow. Mini bar."

Pemuda itu lantas mengambil minuman yang selalu tersedia di lemari es. Apalagi kalau bukan minuman bintang favoritnya. Dia meraih dua kaleng lalu menutupnya lagi.

Raffa mendekat dan duduk di samping Belinda.

"Ini. Di sini cuma ada ini." Menyodorkan kaleng yang dia bawa.

Belinda tersenyum, lantas berucap,

"Enggak apa-apa. Asal jangan minuman beralkohol." Dia mengambilnya lalu membuka tutup kaleng tersebut, tetapi rupanya cukup sulit.

Raffa yang melihatnya jadi menawarkan diri untuk membantu.

"Sini aku bukain." Setelah terbuka dia menyodorkannya kembali ke Belinda.

"Thanks." Belinda menenggaknya hingga tersisa separuh. Tenggorokannya menjadi segar, dan agak tergelitik dengan soda yang terkandung dalam cairan dingin berkarbonasi tersebut.

Sejenak keduanya larut dalam pikiran masing-masing.

Belinda tak pernah menyangka jika dirinya berani melangkah sejauh ini. Pergi ke luar rumah tanpa seizin dari suaminya. Sedangkan Raffa, diam-diam menelisik perempuan yang ada di sebelahnya sambil berpura-pura menikmati minumannya.

Tubuh yang langsing, mata yang indah, hidung yang mancung, ditambah adanya tahi lalat yang berada tepat di antara dagu dan bibir. Menambah kesan manis saat sedang tersenyum.

Belinda benar-benar sangat sederhana dan elegan. Dari caranya bicara pun terkesan lemah lembut, namun menggemaskan. Sedikit polos dan apa adanya.

"Suamimu profesinya apa?" tanya Raffa, setelah begitu lama terdiam dan sibuk memindai Belinda. Dia merasa ingin tahu lebih banyak lagi tentang wanita pendiam ini.

Belinda agak lama menjawab pertanyaan Raffa. Dia seperti tengah menimbang-nimbang jawabannya.

"Hem ... suamiku punya usaha ekspor impor di Bandung." Singkat dan padat.

Raffa manggut-manggut.

"Alasanmu mencari kesenangan apa? Maaf aku terlalu banyak bertanya," tanyanya lagi.

"Cuma pengen menghibur diri aja. Aku bosan. Makanya aku minta Mbak Dini buat nyariin hiburan. Eh, malah dia ngasih kamu ke aku." Belinda terkekeh.

Dia pikir hiburan yang diberikan Dini sesuatu yang lain. Namun rupanya, Dini malah mengenalkannya pada Raffa.

Raffa mengernyit.

"So? Sekarang atau nanti?"

Pertanyaan Raffa jelas memudarkan senyum Belinda.

"Apa?" Wajah polos Belinda semakin menambah rasa penasaran di hati Raffa.

Pemuda berlesung pipi itu beringsut maju lantas berbisik di telinga Belinda.

"Petualangan kita malam ini." Dengan berani Raffa mengecup telinga Belinda yang membeku di tempatnya. "Atau kita main di sini aja." Kecupan mesra itu beralih ke pipi tirus Belinda yang betah mematung.

Belinda menelan ludahnya berkali-kali. Terpaan napas Raffa yang hangat membuat darahnya berdesir. Dia hanya mampu mengerjapkan kelopak matanya tanpa bersuara. Otaknya mendadak buntu.

#####

Related chapters

  • TERJERAT CINTA HOT MOMMY   MENCICIPI TANPA PERMISI.

    Belinda meremang manakala tangan Raffa mulai memeluk pinggangnya dari belakang dengan posesif. Sementara tangan lain pemuda itu menyibak rambut Belinda ke samping bahu, hingga mengekspos leher jenjang perempuan bermata bulat tersebut.Aroma parfum vanila seketika menguar dan membuat Raffa semakin tidak sabar ingin mengecupnya. Kulit putih mulus leher Belinda, seakan menggodanya.Bak orang yang terhipnotis, Belinda tidak dapat mencegah atau menolak perlakuan Raffa padanya. Aliran darahnya memanas, ketika pemuda itu mendaratkan kecupan di lekuk lehernya. Belinda terpejam, dengan suara desah*n tertahan di bibirnya yang tipis. Kedua tangannya mengepal kuat di sisi tubuh, dengan debaran jantung yang hampir meledak.Sensasi yang belum pernah dia rasakan sama sekali itu, telah berhasil mengacaukan cara kerja otaknya. Sentuhan-sentuhan jemari Raffa pada setiap inci tubuhnya, seolah memberi sinyal kepada sesuatu di dalam dirinya

    Last Updated : 2022-03-16
  • TERJERAT CINTA HOT MOMMY   TEMENIN NGOBROL AJA.

    Sementara di diskotek, Vano terlihat tengah dicecar berbagai pertanyaan oleh Axel. Pemuda itu nampak sangat tidak menyukai Axel yang terkenal dengan sikap kasarnya.Sejak satu jam yang lalu mereka duduk di meja bartender sambil menunggu chat dari Mami Kumala."Jadi, temen lu baru dapet pelanggan baru?" tanya Axel yang sudah ke sekian kalinya.Vano berdecak mendengar pertanyaan-pertanyaan yang sangat membosankan baginya. Dia sangat mengenal Axel, yang sejak dulu tidak menyukai Raffa—sahabatnya."Astaga ... itu mulu yang lu tanyain, Bang! Enggak ada yang lain apa?" ucap Vano sambil menggelengkan kepalanya berulang."Ada sih yang mau gue tanyain ke elu. Tapi gue enggak yakin, lu mau jawab jujur apa enggak." Axel menyeringai, seperti sedang memikirkan sesuatu."Apaan?""Temen lu dukunnya orang mana? Pakek sus

    Last Updated : 2022-03-16
  • TERJERAT CINTA HOT MOMMY   TERKESIMA DENGAN BELINDA.

    Paginya Raffa terbangun dari tidurnya dengan perasaan tak karu-karuan. Bayangkan saja, dia yang biasanya menghabiskan malam bergelora dengan para pelanggannya. Semalaman dia dan Belinda tidur bersama, tetapi cuma saling memeluk satu sama lain, tanpa melakukan apa-apa.Alhasil, Raffa yang notabene sang pemain, harus menahan diri untuk tidak menyerang Belinda habis-habisan. Mati-matian dia menekan hasratnya yang tersulut tanpa tersalurkan. Kemolekan tubuh perempuan di sampingnya ini sangat menggoda. Sayangnya, Raffa tidak dapat menyentuh atau berbuat lebih.'Cantik, tapi sayang enggak bisa gue icip.' Raffa membatin sambil memandangi wajah Belinda yang tertidur di lengannya dengan nyaman.Nampak sangat polos dan menggemaskan. Saking gemasnya, Raffa kembali mencuri ciuman dari bibir Belinda yang sangat menggoda.Setelah mengecupnya, dengan hati-hati Raffa mengangkat lengannya.

    Last Updated : 2022-03-16
  • TERJERAT CINTA HOT MOMMY   PENYESALAN TAK BERKESUDAHAN.

    Hari ini Raffa mungkin sedang berbaik hati. Entah kena angin apa dia menawarkan diri untuk mengantar Belinda pulang. Hal itu tentu saja membuat Vano jadi terheran-heran, lantaran sahabatnya itu tidak pernah sekali pun mengantar para pelanggannya pulang."Eh, lu serius mau nganter si Tante Belinda pulang?" Vano bertanya kepada Raffa yang sekarang ini sedang berganti baju di kamarnya.Sedangkan Belinda menunggu di luar. Perempuan itu tengah menikmati sarapan yang khusus dipesankan Raffa."Seriuslah," ucap Raffa sembari menyisir rambutnya yang sudah diberi gel rambut. "emangnya kenapa? gue liat lu kayak orang enggak percaya gitu." Dia menyemprotkan parfum ke seluruh badan.Raffa terlihat sangat tampan dan menawan. Walau hanya memakai kaos berkerah dengan celana kinos selutut berwarna hitam. Penampilan pemuda itu cukup menarik perhatian para wanita di luar sana.

    Last Updated : 2022-03-16
  • TERJERAT CINTA HOT MOMMY   BOKINGAN TANTE AUREL.

    Raffa menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang Panti Asuhan yang letaknya tidak jauh dari rumahnya yang dulu. Pemuda itu menatap seorang perempuan paruh baya yang tengah berbincang di halaman Panti Asuhan tersebut.Dadanya terasa sesak, lantaran dia hanya bisa memandang dari jauh sosok yang melahirkannya itu. Sosok ibu yang hampir tiga tahun terakhir ini tidak dapat disapa mau pun di peluk."Ibu ..." Cuma itu yang bisa Raffa ucapkan. Kerinduan pada sang ibu sedikit demi sedikit terobati, manakala dia mendatangi tempat ini.Tempat di mana ibunya selalu berkunjung setiap satu bulan sekali. Raffa ingat betul, pada waktu pertama kali dia menginjakkan kaki ke Panti Asuhan Muara Bunda. Pada waktu itu hari ulang tahunnya yang ke 10 tahun. Hingga detik ini dia masih menyimpan memori kenangan indah bersama ibunya."Mungkin lain waktu Raffa menemui Ibu. Semoga Ibu mau memaafkan

    Last Updated : 2022-03-16
  • TERJERAT CINTA HOT MOMMY   KEMBALI KE KLUB.

    Sementara di rumah Belinda.Perempuan itu langsung memerintahkan asisten rumah tangga yang bekerja di rumahnya untuk membersihkan kamar tamu. Dia juga memasak makanan kesukaan suaminya dengan penuh semangat. Meski di hatinya merasa sedih, dengan kemungkinan yang akan terjadi. Suaminya entah mau menyentuh masakannya atau tidak. Seperti yang sudah-sudah.Belinda terus mendesah frustrasi, bukankah seharusnya dia merasa senang? Suaminya datang untuk menemuinya setelah hampir tiga bulan lamanya tidak bertemu."Seandainya Mas Bima seperti suami-suami di luaran sana. Mungkin aku tidak akan merana setiap hari. Menunggu kedatangannya hampir tiap malam, yang aku tahu itu tidak akan pernah terjadi." Belinda terus bermonolog sendiri sambil menata makanan di meja dengan dibantu asisten rumah tangganya yang lain."Mbak, saya mau mandi dulu. Tolong ini nanti diterusin, ya?" ucapnya semba

    Last Updated : 2022-03-17
  • TERJERAT CINTA HOT MOMMY   DI BALIK SIKAP DINGIN BIMA.

    Tengah malam Belinda terbangun. Dia melirik ke sisi tempat tidurnya yang kosong. Lagi-lagi, Bima menyakiti hatinya dengan tak kasat mata. Harusnya malam ini dia menghabiskan malam penuh gelora bersama suaminya itu. Melepas rindu dalam balutan hangatnya cinta sejoli yang baru bertemu.Namun, semua kehangatan itu nampaknya memang tak dapat dirasakan olehnya. Dicintai dan disayangi oleh Bima mungkin cuma ada dalam angan-angan Belinda. Bagaimana mungkin, dia bisa merasakan semua itu, jika Bima saja tak pernah sudi tidur satu kamar dengannya semenjak menikah.Pria itu memilih tidur di kamar lain dan tidak peduli dengan perasaan istrinya yang hampir tiap hari mengharapakan sentuhan dan kasih sayangnya.Malam-malam dingin seperti ini, Belinda selalu menghabiskannya sendiri. Itu sudah jadi kebiasaannya. Bersuami pun percuma, bila dia tidak pernah dianggap keberadaannya.

    Last Updated : 2022-03-17
  • TERJERAT CINTA HOT MOMMY   KEMBALI BERTEMU.

    Di meja makan, Belinda dan Bima terlihat seperti dua orang asing yang tinggal dalam satu atap. Duduk di meja yang sama, tak lantas membuat hubungan mereka jadi baik. Bima sibuk dengan sarapannya sementara Belinda sibuk dengan urusannya sendiri. Meski ekor matanya tak henti melirik sang suami yang sudah berpenampilan rapi.Bima terlihat gagah dan berwibawa. Usianya memang terbilang cukup matang. Namun, ketampanan wajah Bima tak diragukan lagi. Dewasa dan tegas, itu kesan pertama Belinda waktu pertama kali bertemu lelaki berusia 48 tahun tersebut."Aku akan pulang hari ini," ucap Bima membelah kesunyian di ruang makan luas ini. Seperti biasa, tanpa menatap wajah Belinda sama sekali.Biasanya Belinda akan sedih dan kecewa mendengar penuturan Bima. Namun, kali ini tidak lagi. Dia seolah telah kebal dan terbiasa mulai detik ini."Aku titip salam buat Mbak Marina," ujarnya, yang terkesan tidak peduli denga

    Last Updated : 2022-03-17

Latest chapter

  • TERJERAT CINTA HOT MOMMY   Sampai maut memisahkan.

    Beberapa saat yang lalu, Raffa baru saja menyelesaikan ijab qobul yang berlangsung dengan khidmat itu. Kini, dirinya dan Belinda telah resmi menjadi sepasang suami istri. Suasana di dalam ruangan tersebut begitu mengharukan, ketika Raffa menyematkan cincin di jari manis sang istri, kemudian melabuhkan kecupan mesra di kening Belinda. "Mommy Bel, istriku," ucap Raffa dengan lirih, bahkan saking pelannya hanya dia dan Belinda yang mendengar. Pipi Belinda seketika merona, semu kemerahan tercetak jelas di wajah cantiknya. "Daddy Raffa," ujarnya tak mau kalah dengan Raffa. Perasaannya sungguh sangat bahagia, pada akhirnya, dia dan Raffa bisa menikah dengan restu dari orang tua. "Selamat, ya, Bel," ucap bu Farah mengusap sayang puncak kepala menantunya. "Semoga pernikahan kalian langgeng." "Amiiin …" sahut Raffa dan Belinda bersamaan. Masalah yang ada sudah terselesaikan, dengan kata maaf yang terucap dari mulut ibu sebelum pernikahan ini berlangsung. Bu Farah sudah membuang jauh-j

  • TERJERAT CINTA HOT MOMMY   Jadi nikah sekarang?

    "Bel …" Raffa sampai speechless sendiri, bingung harus bagaimana. Perempuan yang dicintainya kini telah membuka mata. Hanya lelehan air mata yang mewakili perasaannya detik ini. Bahagia bercampur haru menjadi satu. "Sayang …." Pemuda itu membungkuk agar bisa mendaratkan sebuah kecupan di kening Belinda. "Raffa …" Suara Belinda terdengar serak dan lemah. Maniknya menjelajah ke seluruh ruangan serba putih dan berbau khas tersebut. "Aku … di rumah sakit?" tanyanya yang belum menyadari bila di dadanya ada sang putri. "Iya, Bel. Kamu di rumah sakit," jawab Raffa, sembari menyeka lelehan air mata yang tidak mau berhenti mengalir itu. Alisa melangkah mendekat, sementara dua perawat yang masih berada di dalam ruangan itu melakukan tugasnya masing-masing. Perhatian Belinda beralih pada suara bayi yang merengek. Suaranya terdengar begitu dekat. Lantas, dia pun melebarkan maniknya seketika saat menyadari ternyata ada seorang bayi yang tengah tengkurap di dadanya. "I--ini?" Alisa terseny

  • TERJERAT CINTA HOT MOMMY   Raffa....

    Dalam ruangan serba berwarna putih, Belinda terlihat tengah duduk termenung seorang diri. Tatapan matanya terlihat kosong, dengan pikiran yang bercabang. Ada suara-suara yang terus saja berdengung di telinganya. Seperti suara tangisan bayi, dan suara seorang laki-laki.Namun, yang Belinda tidak mengerti ialah, mengapa dia tidak dapat melihat orang tersebut. Dia hanya bisa mendengar suara yang nampak tidak asing di telinganya. Lalu, suara bayi itu? Bayi siapa? Belinda memindai ruangan serba putih itu. Kosong, tidak ada satu orangpun yang berada di sana. "Aku di mana?" gumamnya sambil menelisik setiap sudut yang sama sekali tidak ada apa pun. Lantas, tangannya terjulur ke bawah, memegang perutnya yang rata. "Kenapa aku merasa ada sesuatu yang hilang? Rasanya seperti?" Pandangannya pun turun pada perut yang tertutupi dress berwarna putih itu. Hati Belinda berdesir, berusaha mengingat-ingat sesuatu. Tetapi, nihil! Dia tetap tidak mengingat apa pun. "Apa? Sebenarnya apa yang terjadi?"

  • TERJERAT CINTA HOT MOMMY   Bel, ayo bangun.

    Raffa melangkah keluar dengan gontai dan mata sembab. Menutup pintu ruangan yang selama ini dijadikan ruang perawatan untuk Belinda dengan perasaan tidak rela. Andai saja, dokter memberinya ijin untuk menemani Belinda di dalam, pasti hatinya bisa sedikit lebih tenang. Tidak seperti saat ini, yang berharap-harap cemas dan bertanya-tanya sendiri. Belum sampai dia membalik badan, ibu dan beberapa orang yang berada di sana mendekat. Ayah, Vano dan pak penghulu yang baru saja tiba juga ikut merasa khawatir dengan kondisi Belinda yang belum ada kejelasan sama sekali. "Raf, kenapa kamu keluar? Terus kenapa itu bayinya dibawa ke dalem?" Ibu memberondong pertanyaan, mendesak Raffa yang masih memunggunginya. Beliau sempat menanyakan sendiri hal tersebut kepada perawat yang menggendong cucunya. Namun, tidak ada jawaban. Perawat itu hanya melempar senyum, dan berlalu dari hadapannya. Tanpa memberikan penjelasan yang diinginkan.Alhasil, semua orang semakin kalut dan takut. Memikirkan kemungkin

  • TERJERAT CINTA HOT MOMMY   Metode Skin to skin.

    Tak berselang lama, dua orang perawat perempuan datang dengan tergesa. Keduanya langsung mendekati ranjang Belinda. Mendengar ada suara langkah kaki yang masuk, Raffa pun menegakkan tubuh, lalu menyeka jejak air mata dengan punggung tangan kiri. Sementara tangannya yang lain seakan enggan melepas genggaman tangannya pada Belinda.Maniknya menatap salah satu perawat tengah yang berdiri sambil mengecek fungsi layar persegi yang sedari tadi tidak berhenti berbunyi itu."Permisi, Tuan. Saya mau mengecek Nyonya Belinda dulu," ucap salah satu perawat yang lainnya, berdiri di depan Raffa. Di tangannya ada sebuah alat tensi darah digital.Raffa pun terhenyak, tubuhnya reflek tersentak dan beringsut mundur, hingga dengan berat hati dia melepas genggaman tangannya pada Belinda. Memberikan sedikit celah agar suster tersebut dapat segera menangani sang kekasih.Dengan masih menahan sesak, manik Raffa yang belum kering sepenuhnya memindai bergantian kedua suster tersebut. Sungguh, hatinya semakin

  • TERJERAT CINTA HOT MOMMY   Pikiran Buruk.

    "Bel, kalo anak kita lahir, mau dikasih nama siapa? tanya Raffa sembari mengusap sayang puncak kepala Belinda yang bersandar di dada polosnya. Memiringkan sedikit kepalanya, lalu mengecup dalam kening itu.Napas keduanya masih sedikit memburu, karena beberapa saat yang lalu baru saja selesai bercinta. Belinda mendongak, guna mempertemukan maniknya dengan manik Raffa yang juga menatapnya."Terserah daddy-nya aja. Mommy ngikut aja," ucapnya sambil tersenyum manis. "Siapa pun namanya, aku sih setuju-setuju aja, Raf." Belinda lantas mengeratkan pelukannya ke Raffa. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh pemuda itu. Seperti biasa selalu menenangkan dan candu.Raffa terkekeh sekilas. Dia dan Belinda kini memiliki nama panggilan baru, yakni Mommy dan Daddy."Kok, terserah aku? Kan, biasanya ibunya yang selalu antusias, nyari nama buat bayinya," kata Raffa, mencubit gemas hidung Belinda yang langsung mengerucutkan bibir.Mengusap bekas cubitan Raffa di hidung, Belinda lalu menyahut, "Aku belum ada

  • TERJERAT CINTA HOT MOMMY   Respon Belinda.

    Bu Farah, tante Dini, Marina, kini terlihat sedang sibuk mempersiapkan acara pernikahan dadakan yang akan segera dilaksanakan sebentar lagi. Atas ijin dari dokter Indira tentunya, ketiga perempuan itu bekerja sama untuk menyelesaikan persiapan sederhana dan seadanya. Sempat bingung, lantaran setahu Indira, Belinda adalah istri dari Raffa. Namun, dokter spesialis itu memilih diam dan tidak banyak bertanya perihal urusan privasi keluarga pasiennya. Tugasnya, hanya memantau kondisi Belinda yang belum menunjukkan perubahan. Dan, memberikan perhatian ekstra terhadap bayi Belinda yang saat ini benar-benar butuh asupan nutrisi. "Dok, ini ASI-nya keluar terus. Gimana cara berhentiin-nya?" tanya Dini yang kewalahan menangani ASI Belinda yang terus saja mengalir dari payudaranya. Walaupun Belinda tengah koma, namun produksi ASI tetap keluar dan sangat banyak.Dini yang hendak mengganti baju pasien Belinda dengan kebaya pengantin itu pun berusaha menyumpal tetes demi tetes ASI tersebut dengan

  • TERJERAT CINTA HOT MOMMY   Rencana Dadakan.

    Terkadang, apa yang kita harapkan, dan telah kita susun dengan sedemikian rupa. Tidak bisa terwujud dengan mudah, lantaran hal-hal yang datang dan terjadi tanpa diduga. Seperti halnya rencana pernikahan yang telah direncanakan oleh Raffa setelah kelahiran putrinya. Jauh-jauh hari pemuda itu rupanya sudah memesan cincin pernikahan untuknya dan Belinda tanpa sepengetahuan sang kekasih. Cincin kawin berisinial nama masing-masing, Raffa pesan secara khusus, untuk hari spesialnya. Raffa menatap nanar cincin tersebut di tangannya, dengan perasaan tak menentu. Kesedihan menjadi berkali-kali lipat kala mengingat kondisi Belinda yang masih belum bangun dari tidur panjangnya. Sudah hampir satu bulan lebih, kekasihnya itu sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda apa pun. Segala upaya juga sudah dilakukan oleh dokter, tetapi belum membuahkan hasil. Belinda tetap tidak mau bangun. Dia seakan betah tertidur, dan enggan membuka mata lagi. "Raf...." Vano memangil sang sahabat yang sedari tadi ha

  • TERJERAT CINTA HOT MOMMY   Perhatian Raffa.

    "Gimana hasilnya, Dok? Apa... ada yang mengkhawatirkan?" Raffa bertanya dengan raut cemas dan pucat. Hal yang sudah dia tunggu-tunggu selama dua hari ini akhirnya datang juga.Kemarin, dokter melakukan pemeriksaan lanjutan pada Belinda yang belum juga sadar. Padahal, sudah lebih dari dua hari, perempuan itu tidak sadarkan diri. Dan, setelah melewati proses yang cukup panjang, akhirnya hasil pemeriksaan medis Belinda pun keluar.Indira, selaku dokter yang menangani Belinda menghela panjang. Meletakkan berkas laporan medis pasiennya itu ke meja, lalu melepas kaca mata yang selalu dia pakai, dan menaruhnya di nakas."Begini, Pak," ucapnya seraya melipat tangan ke atas meja. Maniknya menatap serius Raffa yang sedari tadi sudah merasa gelisah dan khawatir. "Dengan sangat menyesal saya katakan, kalau istri Anda ternyata sempat mengalami benturan di kepala. Dan, hal itulah yang menyebabkan Nyonya Belinda belum sadarkan diri sampai sekarang."Kening Raffa mengernyit. "Maksudnya?" tanyanya sam

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status