Clara terbangun dari tidurnya. Baru saja ia bermimpi aneh, Revan menikah dengan Ariana. Dalam mimpi itu, Clara merasa sangat tidak rela. Bahkan, saat sudah bangun pun rasanya masih sesak. Apa-apaan ini?Jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul 2 dini hari. Sebaiknya Clara tidur lagi agar besok bisa berbicara dengan sang Mama. Clara yakin, Ita pasti sudah sampai di rumah ini.Detik berikutnya, Clara kembali tertidur, terlebih rasa kantuk yang tidak bisa ditahan lagi.Keesokan harinya, Clara langsung membuka tirai kamarnya begitu membuka mata. Setelah menggosok gigi dan cuci muka, ia pun keluar kamar untuk mencari keberadaan Ita. Rupanya sang mama benar-benar sudah datang, dugaannya pasti benar bahwa Ita sampai di rumah ini tadi malam."Mama...." Clara memeluk Ita dari belakang, tak peduli kalau Ita sedang sibuk menyiapkan sarapan. "Maafin aku, Ma. Maaf udah bikin Mama kecewa."Ita memutar tubuhnya, lalu membalas pelukan Clara. "Mama udah tahu semuanya, justru Mama yang minta maaf kala
Setelah membaca pesan mengejutkan dari Ariana, selama beberapa saat Clara terdiam. Sampai kemudian ia tertawa terbahak-bahak. Clara sudah seperti orang gila yang tertawa sendiri di dalam mobil, seolah yang ditertawakannya sangat lucu. Ya, memang sangat lucu. Clara merasa, Ariana jauh lebih bodoh dari yang dibayangkan. Entah apa tujuan Ariana mengirimkan pesan bodoh seperti ini, yang pasti Clara tidak berniat membalasnya. Ia tidak mau ikut-ikutan menjadi orang bodoh.Tawa Clara spontan terhenti saat ponselnya kembali berdering. Seperti dugaannya, Ariana pasti meneleponnya lagi. Sejenak, Clara menstabilkan napasnya akibat tertawa berlebih, lalu tanpa ragu menggeser layar untuk mengangkat panggilan Ariana."Ada apa lagi?" tanya Clara cepat."Kamu udah baca pesan dariku, kan?""Lalu?""Aku nggak bohong. Aku hamil anak Revan.""Wah, sama dong. Aku juga barusan melahirkan anak Revan nih. Kembar tiga," jawab Clara penuh semangat."Aku serius, Clara. Ini bukan lelucon.""Aku juga serius, saya
Setelah Ita mengatakan kalau Revan sudah tiba, detik berikutnya Clara langsung bangkit dari duduknya. Sebelumnya ia memang sedang merapikan riasan wajahnya di kamarnya. Kini, wanita itu setengah berlari menuju ruang tamu untuk menghampiri Revan."Wah, ada yang bersemangat banget nih," ucap Revan. "Harusnya peluk dong sini.""Hush, ada Mama sama Papa.""Berarti kalau nggak ada ... boleh peluk?"Clara bersiap mengomel, tapi Revan kembali berbicara lagi, "Mereka nggak ada, barusan pamit mau ke rumah sepupu kamu yang mau nikah. Namanya Ririn, kan?""Maksud mereka apa nih, anak gadisnya dibiarkan berdua sama pria," balas Clara. "Ah iya, kenapa kamu pulang nggak pamit dulu?""Udah aku duga, kamu pasti bahas ini. Maaf ya, aku buru-buru banget kemarin. Aku melakukan itu supaya bisa balik lagi ke sini tepat waktu seperti sekarang.""Baiklah, kalau begitu sebentar ya ... aku ambilin minum dulu.""Enggak usah, Cla.""Loh, emangnya kamu nggak haus?"Alih-alih menjawab pertanyaan Clara, Revan mala
"Mana kunci mobilnya? Mobil yang aku bawa, susah parkirnya. Kita pakai mobil yang kamu bawa aja."Revan pun tanpa ragu menyerahkan kunci mobilnya.Jujur saja, melihat Clara yang seperti ini, Revan jadi senyam-senyum sendiri. Ia bahkan memilih menurut saja dengan apa yang Clara lakukan, tanpa sedikit pun bertanya ke mana wanita itu akan membawanya."Ada yang lucu?!" tanya Clara sambil fokus mengemudikan mobil Revan. Sesekali ia melirik Revan yang tersenyum sendiri seperti orang gila."Bukan lucu, sih. Lebih ke gemas.""Aku nggak menyangka, kamu diam aja saat digoda penyanyi dangdut tadi. Kenapa? Karena seksi kayak Ariana?""Aku mau menolak, tapi keluarga kamu nyuruh aku ke panggung.""Terus kamu mau aja?!""Enggak, aku justru berharap ada bidadari cemburu yang menyelamatkanku dari situasi tadi, dan puji Tuhan terkabul.""Apa? Cemburu?!""Terus apa namanya kalau bukan cemburu? Posesif, seperti yang keluargamu bilang?" Revan malah menggoda Clara.Alih-alih menjawab, Clara malah menepikan
"Taraaa!" kekeh Clara sambil menunjukkan ponselnya.Andai saja tidak sedang menyetir, Revan mungkin langsung mencubit pipi atau mengacak rambut Clara. "Kamu itu....""Faktanya kamu yang nggak tenang. Lucu." Clara tertawa lagi."Gimana kalau kamu jadi artis aja. Bisa-bisanya kamu ngerjain aku di saat seperti ini.""Kenapa? Mau marah?""Enggak," jawab Revan cepat. "Mana mungkin aku marah?""Eits, emangnya nggak apa-apa aku main film? Nanti dipasangin sama pria ganteng dong, tentunya kecuali si Bendot ya.""Enggak, aku tarik kata-kata aku yang tadi. Kamu, kan, udah punya aku yang lebih ganteng dari siapa pun."Clara pun tersenyum. "Katanya kambing, sekarang ngaku ganteng.""Aku kambing yang ganteng."Clara tidak bisa menahan tawanya lagi. "Mana ada kambing ganteng? Bukannya muka kambing sama semua entah itu jantan atau betina?""Iya deh, iya ... aku nggak mau bertengkar hanya karena perkara begini, padahal belum genap satu jam kita resmi pacaran." jawab Revan. "Rasanya udah cukup kita ba
"Wanita sialan! Dia upload di Instagram kamu, Ben!" teriak Ariana yang terkejut bukan main melihat foto yang selama ini menjadi alat mengancam oleh Clara sudah terunggah dengan sempurna. "Matiin teleponnya dan cepat hapus sekarang juga." Ariana bahkan tidak berani melihat kolom komentar yang jumlahnya sudah lebih dari 20 ribu, padahal baru sekitar setengah jam diunggah. Ini sungguh memalukan, Ariana merasa seperti baru saja dilemparkan kotoran tepat ke wajahnya.Benny secepatnya menutup sambungan teleponnya dengan Roy. Ya, barusan juga manajernya itu mengatakan hal seperti yang Ariana katakan. Dengan tangan bergetar, ia membuka akun Instagram-nya."Kenapa dia bisa login di akun kamu, Ben?"Benny bahkan tidak sanggup lagi untuk berkata-kata atau sekadar menjawab pertanyaan Ariana. Clara benar-benar sangat berani."Astaga. Story juga!" teriak Ariana lagi.Sedangkan Benny seperti orang linglung saking paniknya. Rusak sudah reputasi baik yang dijaganya selama ini. Di belakang layar, Benny
"Apa yang kamu rencanakan untuk selanjutnya, Cla?"Clara tertawa sepuasnya, sedangkan Revan tersenyum sambil memperhatikan ekspresi wanita di hadapannya yang tampak sangat bahagia."Kamu punya rencana?" ulang Revan."Rencana selanjutnya? Buat apa aku repot-repot menyusunnya? Setelah ramai begini, aku akan menjadi penonton yang baik, dan biarkan netizen yang bekerja," kekeh Clara. "Lagian aku nggak mau buang-buang energi. Ah, mereka pasti lagi malu banget.""Sekarang mereka nggak bisa berlindung di balik agensi lagi, dan aku rasa mereka akan merencanakan sesuatu buat keluar dari masalah ini.""Tenang aja, mereka berdua itu bodoh. Perpaduan yang sempurna." Clara tertawa lagi. "Kalaupun mereka melakukan sesuatu buat menyerang balik, aku yakin punya semua solusinya karena nyatanya jelas-jelas mereka yang salah. Ingat, semua kartu bagus ada di tanganku. Akulah yang megang kendali sejak awal bahkan sampai sekarang.""Seandainya mereka berusaha memutar keadaan ... aku juga nggak akan diam aj
Seminggu berlalu. Di saat Clara dan Revan menikmati kebahagiaan mereka, berbeda dengan Benny dan Ariana yang mulai frustrasi karena rencana terbaik versi mereka tidak ada yang berjalan lancar.Awalnya memang masih ada akun-akun yang membela mereka. Sambil bersembunyi, mereka mengharapkan keadaan bisa lebih tenang. Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Semua seakan makin kacau.Boleh dibilang, ini adalah skandal pertama yang mereka hadapi karena satu kali pun mereka belum pernah menyelesaikan masalah secara mandiri. Ya, selama ini mereka terlalu dimanjakan oleh Revan.Selama ini, biasanya Revanlah yang selalu membereskan jika terjadi sekecil apa pun masalah. Untuk itu, baik Ariana maupun Benny sejujurnya agak terkejut dan kebingungan harus berbuat apa. Langkah terbaik mana yang seharusnya diambil.Dalam kebingungan tak berujung, hampir seminggu ini mereka berdua sudah berusaha meminta bantuan dengan menelepon rekan sesama artis, berharap ada yang bisa membantu membersihkan nama mereka