"Kamu ingat, kursi dan meja di pojok tempat favoritku saat menyendiri. Kamu minum tanpa bertanya dulu jenis minuman apa yang ada di meja. Kamu nggak sadar udah minum sebanyak itu."Perlahan Clara ingat. Ya, ingatan terakhirnya memang sampai di rooftop saat Revan kembali mengutarakan perasaan padanya. Revan bahkan menghias tempat itu dengan sedemikian romantisnya. Revan yang ia pikir ke kamar sejenak untuk mengambilkan jaket untuknya, ternyata Revan justru hendak mengambilkan sesuatu yang sangat tidak Clara bayangkan. Jadi, Revan tahu tanggal ulang tahunnya?"Sudah ingat sekarang?" tanya Revan lagi. Kali ini perlahan kakinya melangkah menghampiri Clara. "Kamu bahkan memberitahuku tentang password pintunya. Itu sebabnya kita bisa masuk meskipun kamu hampir nggak sadar, padahal rencananya aku mau nelepon Lidya buat bawain kartu akses pintunya," jelas Revan seraya terus mendekat ke arah Clara."Aku bahkan nggak kepikiran buat menidurkanmu di kamarku, karena aku takut kamu nggak suka. Para
Bersiap untuk diadili, Clara berjalan menuju rumahnya dengan perasaan tidak menentu. Ia tahu Ita sedang emosi, dan ucapannya tadi tidak mengurungkan niatnya untuk tetap pulang ke rumah. Clara yakin, mamanya sudah sampai sejak beberapa menit yang lalu, mengingat Angga mengantarnya lebih dulu daripada perjalanan dirinya bersama Revan.Sebelum masuk, Clara menghela napas pelan. Meyakinkan diri sendiri kalau semuanya baik-baik saja. Setelah itu, ia mulai mendorong gerbang rumah yang memang hanya dikunci saat malam hari saja. Detik berikutnya, pintu rumahnya yang terbuka langsung terpampang nyata. Clara pun melangkah masuk setelah sejenak membuka sepatunya.Satu hal yang membuatnya berpikir keras saat memasuki ruang tamu adalah sepi. Kalau kakak-kakak Clara memang tidak tinggal di sini lagi karena semuanya sudah berkeluarga, hanya Clara yang belum. Namun, yang jadi pertanyaan Clara ... ke mana kedua orangtuanya? Padahal Clara kira, mereka sedang membahas tentang kesalahpahaman tadi pagi."
Benny membawa segelas air hangat lalu memberikannya pada Ariana. "Kamu ke dokter aja, gimana? Telepon Rima gih, biar dia yang antar kamu."Setelah menenggak minuman yang tadi disiapkan Benny, Ariana pun menggeleng. "Aku pasti cuma kelelahan atau masuk angin biasa. Aku benci obat-obatan dan nggak mau ke dokter kalau nggak darurat banget.""Tapi aku perhatikan ... belakangan ini kamu muntah-muntah terus kalau pagi. Kamu nggak mungkin hamil, kan?""Ya nggaklah, kamu pikir aku sebodoh itu sampai-sampai kecolongan?"Benny mengembuskan napas lega. "Baguslah kalau nggak. Jangan sampai hal mengerikan semacam itu terjadi.""Enggak akan, Ben. Kamu tenang aja. Dari dulu aku kalau kelelahan emang begini. Tanya aja Rima kalau nggak percaya.""Ya udah semoga cepat pulih, ya. Kamu harus ingat, sebulan ke depan kita bakalan keliling kota dan mengunjungi banyak bioskop," ucap Benny seraya mencium kening Ariana.***Sebagian besar respons orang-orang terhadap film Cinta Sejati adalah sangat positif. Ra
Suasana di ruang tamu mewah orangtua Revan tampak tegang.Baik Angga maupun Lidya, merasa jadi tersangka utama. Padahal, selama ini mereka sekadar melaksanakan perintah. Seharusnya yang disidang di sini adalah Revan dan Clara. Namun, faktanya sekarang dengan gugup dan hanya bisa menunduk, mereka bergantian menjelaskan awal mula perkenalan Clara dan Revan yang merupakan sama-sama korban perselingkuhan, sampai akhirnya malah terjebak cinta yang tak biasa.Bukan hanya Ita yang terkejut bukan main saat tahu Clara dan Benny hanya pura-pura putus setahun yang lalu. Mira juga sama terkejutnya, tidak menyangka selama ini Revan berpacaran dengan Ariana.Ita bahkan sangat tidak habis pikir dengan perbuatan Benny. Padahal, Ita kira reputasi sempurna yang Benny sandang selama ini sama dengan kenyataan karena ia juga merasa cukup mengenal pria itu. Namun, ternyata di balik itu semua Benny sangat buruk. Ia sangat bersyukur fakta terkuak sehingga Clara tidak perlu menjadi istri Benny."Sandiwara kal
Clara terbangun dari tidurnya. Baru saja ia bermimpi aneh, Revan menikah dengan Ariana. Dalam mimpi itu, Clara merasa sangat tidak rela. Bahkan, saat sudah bangun pun rasanya masih sesak. Apa-apaan ini?Jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul 2 dini hari. Sebaiknya Clara tidur lagi agar besok bisa berbicara dengan sang Mama. Clara yakin, Ita pasti sudah sampai di rumah ini.Detik berikutnya, Clara kembali tertidur, terlebih rasa kantuk yang tidak bisa ditahan lagi.Keesokan harinya, Clara langsung membuka tirai kamarnya begitu membuka mata. Setelah menggosok gigi dan cuci muka, ia pun keluar kamar untuk mencari keberadaan Ita. Rupanya sang mama benar-benar sudah datang, dugaannya pasti benar bahwa Ita sampai di rumah ini tadi malam."Mama...." Clara memeluk Ita dari belakang, tak peduli kalau Ita sedang sibuk menyiapkan sarapan. "Maafin aku, Ma. Maaf udah bikin Mama kecewa."Ita memutar tubuhnya, lalu membalas pelukan Clara. "Mama udah tahu semuanya, justru Mama yang minta maaf kala
Setelah membaca pesan mengejutkan dari Ariana, selama beberapa saat Clara terdiam. Sampai kemudian ia tertawa terbahak-bahak. Clara sudah seperti orang gila yang tertawa sendiri di dalam mobil, seolah yang ditertawakannya sangat lucu. Ya, memang sangat lucu. Clara merasa, Ariana jauh lebih bodoh dari yang dibayangkan. Entah apa tujuan Ariana mengirimkan pesan bodoh seperti ini, yang pasti Clara tidak berniat membalasnya. Ia tidak mau ikut-ikutan menjadi orang bodoh.Tawa Clara spontan terhenti saat ponselnya kembali berdering. Seperti dugaannya, Ariana pasti meneleponnya lagi. Sejenak, Clara menstabilkan napasnya akibat tertawa berlebih, lalu tanpa ragu menggeser layar untuk mengangkat panggilan Ariana."Ada apa lagi?" tanya Clara cepat."Kamu udah baca pesan dariku, kan?""Lalu?""Aku nggak bohong. Aku hamil anak Revan.""Wah, sama dong. Aku juga barusan melahirkan anak Revan nih. Kembar tiga," jawab Clara penuh semangat."Aku serius, Clara. Ini bukan lelucon.""Aku juga serius, saya
Setelah Ita mengatakan kalau Revan sudah tiba, detik berikutnya Clara langsung bangkit dari duduknya. Sebelumnya ia memang sedang merapikan riasan wajahnya di kamarnya. Kini, wanita itu setengah berlari menuju ruang tamu untuk menghampiri Revan."Wah, ada yang bersemangat banget nih," ucap Revan. "Harusnya peluk dong sini.""Hush, ada Mama sama Papa.""Berarti kalau nggak ada ... boleh peluk?"Clara bersiap mengomel, tapi Revan kembali berbicara lagi, "Mereka nggak ada, barusan pamit mau ke rumah sepupu kamu yang mau nikah. Namanya Ririn, kan?""Maksud mereka apa nih, anak gadisnya dibiarkan berdua sama pria," balas Clara. "Ah iya, kenapa kamu pulang nggak pamit dulu?""Udah aku duga, kamu pasti bahas ini. Maaf ya, aku buru-buru banget kemarin. Aku melakukan itu supaya bisa balik lagi ke sini tepat waktu seperti sekarang.""Baiklah, kalau begitu sebentar ya ... aku ambilin minum dulu.""Enggak usah, Cla.""Loh, emangnya kamu nggak haus?"Alih-alih menjawab pertanyaan Clara, Revan mala
"Mana kunci mobilnya? Mobil yang aku bawa, susah parkirnya. Kita pakai mobil yang kamu bawa aja."Revan pun tanpa ragu menyerahkan kunci mobilnya.Jujur saja, melihat Clara yang seperti ini, Revan jadi senyam-senyum sendiri. Ia bahkan memilih menurut saja dengan apa yang Clara lakukan, tanpa sedikit pun bertanya ke mana wanita itu akan membawanya."Ada yang lucu?!" tanya Clara sambil fokus mengemudikan mobil Revan. Sesekali ia melirik Revan yang tersenyum sendiri seperti orang gila."Bukan lucu, sih. Lebih ke gemas.""Aku nggak menyangka, kamu diam aja saat digoda penyanyi dangdut tadi. Kenapa? Karena seksi kayak Ariana?""Aku mau menolak, tapi keluarga kamu nyuruh aku ke panggung.""Terus kamu mau aja?!""Enggak, aku justru berharap ada bidadari cemburu yang menyelamatkanku dari situasi tadi, dan puji Tuhan terkabul.""Apa? Cemburu?!""Terus apa namanya kalau bukan cemburu? Posesif, seperti yang keluargamu bilang?" Revan malah menggoda Clara.Alih-alih menjawab, Clara malah menepikan
Delapan bulan kemudian….Suara tangis bayi menggema di salah satu ruangan bersalin di rumah sakit. Clara, yang baru saja berjuang mati-matian demi kehadiran buah cintanya bersama Revan, kini tersenyum lega melihat bayi mungil yang baru saja dilahirkannya secara normal. Lelah dan sakitnya seakan terbayar sudah saat mendengar suara tangis sang bayi.Revan, yang mendampingi Clara dan tidak mau sedikit pun beranjak. Ia terus menggenggam tangan Clara selama proses persalinan tadi. Sungguh, Revan jadi tahu betapa besar perjuangan seorang ibu. Setelah buah hati mereka benar-benar lahir, Revan tanpa ragu mencium kening Clara yang penuh dengan peluh.“Terima kasih, Sayang. Terima kasih sudah melahirkan anak kita.”Ini adalah anak pertama mereka dan berjenis kelamin laki-laki. Sempurna sudah kebahagiaan Clara dan Revan.Setelah bayi mungil itu selesai dibersihkan, perawat pun meletakkannya di samping Clara. Detik berikutnya, Mira dan Ita masuk. Dua wanita paruh baya itu juga tampak terharu, har
Sebulan setelah Clara dan Revan berbulan madu, hari-hari kembali berjalan seperti biasa. Bedanya, sekarang Clara dan Revan tinggal sekamar. Catat, sekamar dan satu ranjang! Terkadang di kamar Revan, sesekali juga di kamar Clara, yang pasti mereka tidur berdua. Menikmati awal-awal pernikahan dengan selalu bermesraan dan melakukan hal ‘panas’ tanpa sedikit pun merasa bosan.Sisanya sama saja, Revan tetap bekerja seperti biasa dan tentunya Angga selalu setia menjadi asisten Revan.Saat Revan dan Angga sedang bekerja, Clara dan Lidya pun akan sibuk dengan berbagai aktivitas. Terkadang, Lidya mengajari Clara memasak. Ini bukan berarti Clara tidak bisa memasak. Clara bisa, sedikit, dan Lidya yang jauh lebih jago bersedia mengajarinya.Clara jadi berharap Lidya dan Angga tetap tinggal di rumah ini bahkan setelah mereka menikah. Jika tidak, Clara pasti akan merasa kesepian saat Revan sibuk bekerja.Mereka berempat kompak tidak takut jika harus tinggal bersama dalam satu atap. Bagaimana tidak,
Baik Clara maupun Revan sekarang sama-sama merasa lega. Bagaimana tidak, mereka sudah melewati semua proses dari lamaran, pernikahan, resepsi pernikahan dan ngunduh mantu yang dirayakan secara mewah dan besar-besaran di kediaman orangtua Revan.Jujur, Clara tidak pernah berpikir akan menikah sebelum usia 30 tahun. Dulu, ia mengira akan menunggu Benny lebih lama lagi. Namun, siapa sangka jodohnya ternyata adalah Revan yang tidak perlu membuatnya menunggu sampai bertahun-tahun untuk mempersuntingnya.Sungguh, Clara tidak bisa memungkiri rasanya sangat membahagiakan. Apalagi jika mengingat Revan yang begitu mencintainya, lalu mertuanya juga sangat menyambut hangat kehadirannya.Sekarang, tersisa proses yang sangat dinanti-nantikan mereka berdua. Ah, mungkin bukan hanya mereka berdua, pasti setiap pasangan yang baru menikah sangat menantikan momen ini. Bulan madu.Clara dan Revan sepakat akan menghabiskan waktu bulan madu mereka di negeri ini, tepatnya di Pulau Sumba. Mereka akan tinggal
Kembali ke kamar, Revan mendapati Clara masih tertidur lelap. Ia tersenyum lalu memutuskan bergabung di kasur seperti tadi. Dipeluknya Clara yang kini mulai menggeliat.Dengan penuh kasih sayang, Revan mengelus-elus rambut Clara, juga tak lupa mengecup keningnya. Ah, sepertinya ini akan menjadi aktivitas pagi yang menyenangkan dan akan dilakukannya setiap hari tanpa rasa bosan.Perlahan, Clara membuka matanya. Ia agak terkejut menyadari Revan sedang menatapnya intens sambil memeluknya."Astaga. Kamu ngagetin aja.""Selamat pagi, Istriku. Wanita cantik yang selalu ada di hatiku."Clara mengernyit. "Semakin hari kamu semakin menjadi-jadi. Apa jangan-jangan belakangan ini kamu kursus ngegombal.""Asal kamu tahu, perkataanku tulus. Ini karena aku sangat bahagia memilikimu, Sayang."Clara tersenyum. Ia lalu mendekatkan bibirnya pada bibir Revan. Setelah mencium singkat bibir suaminya itu, Clara berkata, "Aku juga bahagia. Serius.""Sekarang, mau tidur lagi sambil dipeluk, sarapan atau mand
Clara dan Revan memang tidur di kasur yang sama, meskipun mereka belum melakukan ritual malam pertama ala pengantin baru seperti pasangan yang baru menikah pada umumnya lantaran Clara belum selesai mengusir tamu bulanannya. Namun, mereka tetap mesra. Ya, mesra meskipun tanpa bercinta.Pagi ini saja, Revan terbangun dari tidurnya dalam keadaan memeluk erat Clara. Sangat erat. Terlebih Clara juga tampak nyaman saat dipeluk. Ah, rasanya sangat membahagiakan saat wanita yang dicintainya kini resmi menjadi istrinya.Clara masih tertidur lelap, sedangkan Revan melirik jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi. Rasanya ia ingin tidur lagi, tapi getaran ponsel tiba-tiba membuatnya terpaksa mengulurkan tangannya ke arah nakas untuk melihat siapa yang meneleponnya. Jika dirasa tidak penting, ia akan mengabaikannya saja lalu tidur lagi. Bila perlu ia akan menonaktifkan ponselnya.Melihat layar ponselnya yang menyala, Revan mengernyit. Rupanya Anggalah yang menelepon. Ia sebelumnya sudah mewan
Setelah Revan secara resmi melamar Clara, seminggu kemudian dua keluarga bertemu untuk menentukan tanggal pernikahan. Clara pun sudah tidak tinggal di rumah Revan lagi. Tunangan? Ah, baik Revan maupun Clara dan seluruh keluarga memutuskan sekalian menikah saja. Maksudnya, tunangan hanya bertukar cincin dan sekadar dihadiri dua keluarga inti masing-masing, tidak sampai membuat acara besar.Setelah diputuskannya tanggal pernikahan, tentunya segala persiapan pun mulai dilakukan. Baik Clara maupun Revan tentu baru tahu ternyata segala persiapan menjelang pernikahan itu lumayan memusingkan dan menguras energi, terlebih keduanya memang menginginkan yang terbaik untuk acara yang hanya akan berlangsung seumur hidup sekali ini.Mereka benar-benar sibuk selama beberapa bulan terakhir ini. Dan sepertinya bukan Clara dan Revan saja yang merasa lelah, keluarga mereka masing-masing serta Angga dan Lidya pun turut sibuk mempersiapkan hari bahagia Clara dan Revan.Enam bulan berikutnya, Clara dan Rev
Satu bulan berlalu, waktu yang begitu cepat bagi Revan karena ia terlampau sibuk mengurusi banyak hal sehingga tidak terasa waktu seakan berlalu begitu saja. Namun, kabar baiknya sekarang pria itu cukup lega karena segala tentang Benny sudah selesai. Beberapa artisnya yang terlibat sebagai korban dalam kasus ini pun terlindungi dengan baik, sementara Benny resmi dijatuhi hukuman 4 tahun penjara.Tentang Ariana, wanita itu sudah mantap meninggalkan dunia keartisannya. Ia bukan hanya ingin fokus pada bayi dalam kandungannya, tapi juga ingin hidup tenang bersama sang Nenek. Dengar-dengar, Ariana juga hendak mengajukan gugatan cerai terhadap Benny. Entah benar atau tidak, tapi setidaknya itulah berita yang beredar.Mengusik Ariana? Tentu tidak. Clara dan Revan memang sudah memutuskan untuk mengakhiri segala tentang Ariana dan Benny. Mereka sepakat, tinggal fokus pada hubungan mereka berdua saja.Kalau bagi Revan sebulan terasa cepat saking sibuknya, sedangkan bagi Clara kebalikannya. Bagi
Revan langsung terduduk, sedangkan Clara bergegas berdiri untuk melihat siapa tamu yang mendatangi rumahnya itu. Belum sempat mencapai pintu, seorang wanita yang sangat mereka kenal sudah lebih dulu muncul."Lidya?" ucap Clara yang agak terkejut, pasalnya wanita itu sama sekali tidak mengabarinya kalau hendak datang."Bos, Clara ... ya Tuhan, kenapa kalian nggak ada yang mau angkat telepon? Aku pikir kalian lagi ngapain," ucap Lidya yang ekspresinya sulit diartikan. Entah itu kesal, khawatir atau curiga?"Bos juga, udah bikin Angga super sibuk, kenapa bikin aku ikutan sibuk juga?" lanjut Lidya."Ponselku di-silent ternyata, pasti punya Clara juga," jawab Revan seraya mengeluarkan ponselnya dari saku jas. Revan memang melepas jasnya tanpa mengeluarkan ponselnya. Ia terlalu fokus pada kebersamaannya dengan Clara sehingga tidak memedulikan hal lain. Ternyata ada banyak panggilan tidak terjawab dari Angga."Ada apa, Li?" Kali ini Clara yang berbicara."Angga nyuruh aku ke sini buat minta
Ariana menangis, apalagi saat Benny benar-benar dibawa oleh polisi. Ia tidak bisa mencegah dan hanya bisa pasrah melihat pria yang kini resmi menjadi suaminya digiring ke mobil polisi. Tangisan Ariana bahkan semakin menjadi-jadi, membuat siapa saja yang ada di sana merasa kasihan dan tidak tega melihatnya.Setelah mobil polisi berhasil meninggalkan area gedung resepsi pernikahan yang dipenuhi para wartawan dan orang-orang sekitar yang tampaknya ingin melihat langsung 'pertunjukan langka' seorang aktor papan atas yang belakangan ini terkena skandal video syur, sekarang harus diringkus polisi di hari resepsi pernikahannya.Sebenarnya waktu resepsinya masih belum selesai, tapi harus dipaksa selesai. Meskipun begitu, Ariana belum mau keluar gedung, terlebih di depan sana para wartawan masih bertahan untuk meliputnya.Akhirnya, Ariana memutuskan duduk di ruang ganti. Ia menangis sejadi-jadinya ditemani tim wedding organizer yang terus berusaha menenangkannya.Setelah lebih tenang, beberapa