Share

Part 3 Berusaha Bangkit

last update Last Updated: 2022-06-11 21:53:48

TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKU

Part 3(berusaha bangkit)

 

Belum sempat kak Gara melanjutkan kata-katanya, kak Angga muncul dari pintu menyambung perkataan. Ia melotot sambil menujukku dan kak Gara.

 

"Aku nggak nyangka, kamu kakak iparku yang kusegani, ternyata juga selingkuh dengannya!" Tunjuk kak Angga mengarah padaku. Suaranya terdengar lantang hingga kak Murni ke luar dari kamarnya.

 

"Angga, tolong sabar dulu, ini bukan seperti yang kamu kira," bantah kak Gara bangkit dari duduknya.

 

Aku tetap tenang duduk. Buat apa juga menjelaskan, mau membersihkan namaku? Toh, sekarang aku bukan istrinya lagi. Kak Angga tidak punya hak atas diriku.

 

"Masih menyangkal!" Tiba-tiba kak Angga menuju pipi kak Gara. Mukanya merah melotot. 

 

"Aak!" Kak Gara memegang sudut bibirnya, sedikit lebam.

 

"Tunggu! Tunggu, Kak!" Aku langsung berdiri di antara mereka. Jika tidak, akan terjadi pergulatan. Posisiku menghadap mantan suamiku.

 

"Urusanmu apa? Tolong jangan ribut di sini." Aku masih bersuara datar. Menahan hati, aku malu jika tetangga melihat keributan ini.

 

"Oh, jadi kamu membela selingkuhanmu!? Tidak puas denganku selingkuh dengan mantanmu, dan sekarang kamu juga selingkuh dengan suami kakakku!"

 

"Pergi dari sini!" Kutunjuk ke pintu. Hinaan terus dilontarkan bahkan berucap pun terasa sesak. 

 

"Okeh, tadinya aku minta kamu balik ke rumah, semua lantaran Ibuku! Tapi setelah melihat kalian duduk bahagia di sini, niatku tak jadi, menyesal aku menikahimu!"

 

"Cukup Angga! Jika kehadiranmu hanya untuk menyampaikan kata-kata hinaan, tolong pergi dari rumahku! Sekarang Dinda tanggung jawabku, bukan urusanmu." Kak Murni tidak tinggal diam. Dadaku sesak, tak menyangka jika sudah balik ke rumah ibuku, kak Angga masih menghina. Sebesar apa fitnahan kak Anggi hingga kata-kata hinaan kuterima. 

 

"Kamu akan menyesal menceraikan Dinda, Angga. Tuduhanmu tidak benar, seharusnya cari kenenaran dulu atau tanyakan baik-baik," kata kak Gara.

 

Kak Angga tersenyum sinis. "Hebat, kalian sekongkol membela perselingkuhan ini, kamu kira aku tak bisa bahagia tanpamu? Banyak wanita yang lebih cantik darimu, Din, aku bisa dapat yang lebih darimu."

 

"Silahkan cari wanita itu, tolong urus surat perceraian ini secepatnya, kutunggu," jawabku datar. Aku harus mengendalikan amarahku. Tak akan kuperlihatkan betapa sakitnya hati ini, justru aku akan memperlihatkan kalau aku kuat dan bahagia tanpanya. Toh aku masih muda dan berhak mendapatkan yang lebih baik. Tapi sebelumnya akan kuberi pelajaran kepada Anggi, rumah tanggaku hancur dan aku yakin itu ulahnya.

 

"Awas kamu! Kalau bukan karena kakakku lagi hamil, sudah kuusir dari rumah." Kak Angga menunjuk kak Gara. Lalu ia pergi.

 

Diam. Aku duduk menahan hati. Satu bulan, hanya satu bulan. Ibarat memberikan keperawanan, setelah itu aku diusir. Kukepal tangan menahan amarah, aku diam bukan berarti takut, tapi aku ingin tahu seperti apa lelaki yang pernah menjadi suamiku. Dulu, saat ia mendekatiku, tak terlihat sikap kasarnya, bahkan aku merasa beruntung saat itu. Sekarang sikap aslinya terlihat dan itu pun sangat menyakitkan, adik kakak sama-sama bermulut tajam.

 

"Kak Gara, sebaiknya Kakak jangan ke sini, rumah tangga Kakak akan hancur jika kita saling komunikasi, lagian Kak Anggi sedang mengandung," ucapku.

 

"Maaf Din, aku disuruh Ibu menjemputmu, lagian aku juga ingin melihat keadaanmu."

 

"Sampaikan salamku untuk Ibu. Aku baik-baik aja."

 

"Gara, niat baikmu mungkin tidak baik untuk istrimu, Dinda benar, Anggi lagi hamil," timpa kak Murni.

 

"Baiklah, kalau ada apa-apa, jangan sungkan hubungi aku, aku pasti membantumu, Din," ucap kak Gara, lalu memalingkan muka ke kak Murni. "Iya, Kak Murni, lagian Dinda sudah seperti adikku, aku permisi dulu," sambung kak Gara. Lalu kak Gara bangkit dan melangkah ke pintu. Aku tetap duduk, sampai di pintu, ia masih menoleh ke belakang melihatku, barulah ia pergi.

 

"Din, kok aku merasa aneh dengan perhatian Gara, seperti ...." Kak Murni tidak melanjutkan kata-katanya. Tapi aku mengerti arah pembicaraanya.

 

"Kak, ini lah salah satu yang membuat Kak Anggi tidak menyukaiku."

 

"Cemburu?"

 

"Mungkin, sudah lah, aku nggak mau ambil pusing, besok aku akan cari kerja, tolong Kakak doakan," jawabku, lalu berlalu ke kamar.

 

Jika dalam rumah tangga tidak ada kepercayaan, buat apa kupertahankan. Sakit, tak kupungkiri hati ini sangat sakit. Rasanya ingin menampar mereka, tapi akan kutampar mereka dengan cara lain.

 

***

 

Pagi ini aku siap-siap pergi wawancara. Ada sebuah perusahaan butuh karyawan posisi accounting, tapi seleksi penerimaanya langsung wawancara serta bawa berkas lamaran. Kupakai rok hitam selutut, kemeja ngepas abu-abu muda, dan membiarkan rambut panjang sepunggungku terurai. 

 

"Masih cantik," gumamku percaya diri sambil melihat kecermin. Siapa lagi yang memuji kalau bukan diri sendiri, toh yang selama ini yang memujiku sudah menceraikanku. Sakit ....

 

Percaya diri akan membawa pikiran positif. Aku tidak boleh terpuruk. Perceraian ini kuanggap awal dari kehidupan menuju bahagia.

 

"Loh, kok seperti mau kerja, Din?"

 

"Baru mau pergi interview, Kak. Untung lihat situs loker tadi subuh, padahal ini hari terakhir penerimaan," jawabku sambil memakai sepatu hitam hak tinggi. Aku ingin terlihat cantik, penampilan pasti juga hal yang akan diperhitungkan.

 

Naik ojek online, aku tak ingin terlambat. Ini perusahaan besar dan sainganku pasti banyak. Dulu aku juga pernah kerja di posisi yang sama, masalah pembukuan bukan yang sulit bagiku, bahkan jabatan kepala keuangan pernah kududuki.

 

Akhirnya aku sampai di depan gedung perusahaan itu. Bertanya ke satpam, akhirnya aku dipersilahkan menuju sebuah ruangan. Setelah mengisi form yang disediakan, aku disuruh menunggu. Kulihat, ada sekitar lima belas orang yang ikut tes di sini. 

 

Aku pasti berhasil, aku pasti lolos. 

 

Sugestiku menguatkan diri. Gugup, kulihat sainganku banyak dan sepertinya masih lajang. Meskipun ini bukan wawancara pertama kali, tetap saja aku gugup. Ini perusahaan besar dan bahkan lebih besar dari perusahaan tempatku bekerja dulu.

 

Masih menunggu. Beberapa yang ikut tes sudah bergantian masuk ruangan wawancara. Aku menghela nafas dalam, berusaha tenang. Tapi ....

 

"Kak Angga?" bathinku. Terkekut, kulihat mantan suamiku masuk menuju ruangan tes. Kugunakan tas lalu menutupi wajah. Aku tak ingin ia melihatku di sini. Tapi, kenapa ia ada di sini, aku tahu ini bukan perusahaan tempatnya bekerja.

 

Sudah dua orang ke luar masuk tes. Tapi kak Angga tak kunjung ke luar dari ruangan itu. Akhirnya kubatalkan ikut tes wawancara. Aku tak mau terlihat susah setelah dicerai. Ia akan semakin senang dan merasa menang.

 

Aku melangkah ke luar. Keinginan mendapatkan kerja di perusahaan ini harus kukubur. Jika yang mewawancara mantan suamiku, aku yakin ia akan menggunakan kesempatan ini merendahkan, atau menekanku.

 

Berdiri di pinggir jalan. Aku tak tahu harus cari kerja di mana lagi. Zaman sekarang meskipun sudah berpengalaman, tetap saja sulit dapat kerja. Akhirnya kuputuskan ke perusahaan lama tempatku bekerja dulu.

 

"Eh, Dinda? Apa kabar." Silvi menyambut kedatanganku. Ia bawahanku dulunya yang kuangkat menggantikanku karena mengundurkan diri. Ia kerja di perusahaan ini juga karena aku, kami bersahabat dari masa kuliah.

 

"Sil, ada lowongan nggak? Aku butuh nih," ucapku memelas. Kuletakkan berkas lamaran di mejanya, dulu ini meja kerjaku.

 

"Waduh," jawab Silvi. Dari raut wajahnya, yang kuinginkan sepertinya tidak ada. Nasib, kenapa nasibku begini.

 

"Nggak ada ya?" tanyaku memopang dagu, lesu.

 

"Kok tiba-tiba ingin kerja lagi, Din?"

 

"Aku butuh biaya hidup."

 

"Loh, Kak Angga emangnya nggak kerja?"

 

"Kerja," jawabku.

 

"Trus?"

 

"Kami sudah cerai."

 

"Whaaat?!"

 

Untung ruangan ini hanya ia sendiri. Kalau tidak bisa malu aku didengar orang.

 

"Satu bulan udah cerai?" Mata Silvi membulat.

 

"Iya."

 

"Kok bisa?"

 

Aku tahu, Silvi pasti sangat penasaran. Ia juga saksi perjalanan cintaku dengan kak Angga. Tolakkan tiga kali akhirnya luluh juga.

 

Kuceritakan kenapa aku bisa dicerai. Aku juga butuh teman curhat, selama menikah, komunikasiku dengam Silvi terputus. Aku sibuk dengan rumah tanggaku, dan ia juga sibuk dengan karirnya.

 

"Keterlaluan ya, Kak Angga, kok nggak dengar penjelasanmu dulu, ih! Kesal deh sama tu Anggi, dari dulu aku tau ia iri sama kamu. Aku juga pernah ingatin, mantan suamimu itu adiknya Anggi, lah kamu dibutakan cinta."

 

"Udah ah, tolong carikan aku kerja, posisi apapun aku mau. Jangan bahas yang lalu, sedih tau," jawabku sewot. Sudah susah menahan hati, Silvi malah mengungkit kebodohanku.

 

"Sebenarnya ada posisi kosong, tapi bukan bagian keuangan. Aku juga nggak jamin bakalan diterima, karena ada bos baru."

 

"Loh, Pak Ilham mana?"

 

"Pensiun."

 

"Yahhhh." Kecil sudah harapanku. Namanya juga perusahaan Tbk. Pemilik sahamnya banyak.

 

"Jangan patah semangat, aku coba ajukan berkasmu dulu. Lagian saat mengundurkan diri, namamu bersih dan salah satu karyawan terbaik."

 

Silvi membawa berkasku masuk ke ruangan pak Ilham yang dulunya atasanku. Kini ruangan itu sudah ada pemilik baru. Menunggu, aku tak boleh patah semangat. 

 

Tujuh menit berlalu. Silvi ke luar dari ruangan itu.

 

"Masuk," ucap Silvi menujuk ke pintu.

 

"Apa?"

 

"Maasuk!"

 

"Interview?"

 

"Lah iya lah, atau mau bersihin toilet di dalam?"

 

"He he he, canda, makasi ya."

 

Setelah mengetok pintu, aku menekan handle pintu, lalu masuk. Sampai di dalam kulihat seorang pria duduk sambil menatap ponsel. Mataku tertegun, ia mirip aktor Rio dewanto. Kok aku merasa ikut acara jumpa artis.

 

"Permisi, Pak," ucapku menyapa.

 

"Duduk," jawabnya tanpa menatapku. Sok, itulah gambarannya. Mentang-mentang bos.

 

Lima menit aku duduk. Ia tetap sibuk dengam ponselnya. Ternyata begini rasanya butuh kerja, kalau tidak butuh, nggak bakalan mau aku dicuekin.

 

"Oke, namamu ...." Ia mengambil CV-ku lalu membacanya. Kok bicaranya tidak resmi, sejenak bukan seperti tes wawancara. 

 

"Dinda, cuma itu namamu?" sambungnya melihatku.

 

"Iya, Pak," jawabku. Oh tidak, ia mirip sekali Rio Dewanto.

 

"Kenapa? Mau bilang aku mirip Rio Dewanto?"

 

Oh Tuhan, ia bisa membaca pikiranku. Tapi iya sih, mirip sekali.

 

"He he he, iya, Pak. Bapak mirip Rio Dewanto," jawabku jujur. Emang kenyataan kok.

 

Ia sama sekali tidak senyum kupuji. Dingin dan kaku. Beda dengan dengan pak Ilham, humoris dan dekat dengan bawahan.

 

"Jadi kamu pernah kerja di sini dulunya?"

 

"Iya, Pak."

 

"Wow, pernah jadi karyawan teladan juga?"

 

"Iya, Pak."

 

"Kenapa berhenti?"

 

"Karna menikah, Pak."

 

"Trus, kenapa ingin kerja lagi?"

 

"Butuh, Pak."

 

"Suaminya mengijinkan?"

 

Huh! Wawancaranya tidak berbobot. Kok bertanya masalah pribadi?

 

Aku terdiam berpikir mencari jawaban yang pas.

 

"Begini ya, aku butuh asisten 24 jam, aku tak peduli apakah kamu sedang bersantai dengan suamimu tiba-tiba aku telpon minta antarkan berkas."

 

Oh, jadi itu maksudnya. Kenapa aku salah paham. Gara-gara cerai hatiku mendadak sensitif.

 

"Saya bisa, Pak," jawabku percaya diri.

 

Ia menyipitkan mata menatapku. Mungkin berpikir. Mata sudah sudah sipit dibikin sipit lagi. Lucu.

 

"Kapan bisa kerja?"

 

"Sekarang pun bisa, Pak," jawabku cepat. Namamya juga berharap.

 

"Oke, tanda tangan surat kontrak, minta ke Silvi. Besok hari pertamamu kerja."

 

"Jadi aku diterima, Pak?"

 

"Ya," jawabnya mengangguk.

 

"Alhamdulillah ..., terima kasih, Pak." Aku mengulurkan tangan ingin bersalaman. Ia menyambutnya sambil tersenyum. 

 

***

 

"Nih, tanda tangan." Silvi menyodorkan surat kontrak kerja. Kubaca sejenak, lalu kutanda tangani. Ternyata namanya Ridwan Pratama.

 

"Oh ya, Sil. Kok cepat aku diterima?" tanyaku. Rasanya aneh. Setahuku butuh proses berhari-hari menerima karyawan baru.

 

"Pak Ridwan pemilik tunggal perusahaan ini. Ia membeli semua saham dan termasuk saham Pt. Abadi."

 

"Apa? Pt. Abadi?"

 

Aku sangat terkejut, Pt. Abadi adalah perusahaan kak Angga bekerja. Jika yang dikatakan Silvi benar, aku akan giat bekerja seperti dulu, 'karyawan teladan' harus kudapatkan. Akan kubuktikan ke mantan suamiku, aku bisa sukses setelah diceraikan.

 

Bersambung ....

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Aku kira bos nya mantan pacarnya dulu, ternyata bukan hehehehe
goodnovel comment avatar
Satria izzet ilhami
menurut sy bukan keputusan bijak, bila baru nikah sdh berhenti kerja. klw sdh punya anak, barulah berhenti kerja, krn memang anak butuh perhatian ekstra.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 4 Ide Silvi

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 4 (Ide Silvi)Mulai cerah. Duniaku terasa bersinar karena mendapatkan pekerjaan. Posisi asisten pak Ridwan. Akan kutunjukkan kalau aku karyawan teladan, biar kak Angga tahu, aku bisa maju setelah diceraikan."Din, ikut acara alumi kampus yuk?""Hah? Nggak mau, pasti si Anggi datang, aku nggak mau melihatnya," tolakku. Acara alumi tidak membuatku semangat. Aku butuh waktu untuk menata hati setelah dicerai."Ayo lah, lagian nggak ada yang melarangmu kumpul ma teman. Dari pada Bt di rumah terus." Silvi masih kukuh agar aku ikut."Malas.""Ada kak Yuda juga loh," goda Silvi menaik turunkan alisnya."Masak iya?" Mataku langsung membulat."Tuh 'kan kepo ...." Silvi menggodaku lagi. Malu, tapi aku penasaran gimana kabarnya."Ih, apaan sih. Itu hanya masa lalu, gara-gara itu aku dicerai," polesku.Sebenarnya aku sangat penasaran gimana kabar kak Yuda. Semenjak ia pergi tanpa kabar, aku menerima pinangan kak Angga. Penantian satu setengah tahun, aku tak m

    Last Updated : 2022-06-11
  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 5 Bertemu

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 5 (Bertemu)Aku duduk di bangku belakang samping pak Ridwan. Mobil melaju dan entah ke mana. Katanya rapat, aku tak berani bertanya, harus jaga image agar terlihat seperti wanita berkelas dan tidak murahan. Karena kebanyakan orang melihat janda diidentik dengan pandangan buruk.Tidak ada sepatah kata pun. Pak Ridwan sibuk dengan ponselnya, kadang menerima telepon dan kadang kulihat seperti membalas pesan. Hanya satu yang menonjol semobil bersamanya, wangi parfumnya. Enak dicium.Andaikan aku belum pernah menikah. Status gadis mungkin lebih membuatku percaya diri mendekatinya. Meskipun Silvi bilang aku masih cantik, tetap saja statusku pernah menikah."Nanti saat rapat, catat semua poin penting. Aku ingin setelah itu kamu periksa laporan keuangan di Pt. Abadi." Pak Ridwan bicara sambil melihat ponsel. Uh! Kok dia tak melirikku? Padahal aku masih cantik kok."Baik, Pak," jawabku.Pt. Abadi? Itu 'kan tempat kak Angga kerja. Atau jangan-jangan kali i

    Last Updated : 2022-06-11
  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 6 Alasan

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 6 "Aku sudah diceraikan, statusku janda, Pak Angga," jawabku lantang kepada mantan suamiku."Dinda."Tiba-tiba pak Ridwan muncul dari pintu memanggilku. Kami langsung terdiam melihat ke pintu. Pak Ridwan berdiri melihat kami."Iya, Pak," jawabku pelan. Rasanya tidak enak. Aku takut karirku anjlok karena mencampur adukkan urusan kerjaan dengan urusan pribadi. Mudah-mudahan aku tidak dipecat, baru juga kerja.Pak Ridwam melangkah masuk. Kini posisinya tepat di sampingku melihat ke kak Angga."Pak Angga, tolong kirimkan semua bukti pengeluaran perusahaan ke kantor PT. Cahaya, Dinda bertugas memeriksanya.""I-iya, Pak, nanti saya kirimkan," jawab kak Angga gugup. Lalu sepintas menatapku."Oke, ayo Dinda, kita balik," ajak pak Ridwan, lalu melangkah ke pintu. Aku mengiringinya di belakang. Saat kututup pintu dari luar, kulihat kak Angga masih menatapku.***Di mobil. Tak ada sepatah kata pun yang diucapkan pak Ridwan. Apakah ia tahu atau tidak urusan

    Last Updated : 2022-06-15
  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 7 Pov Angga

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 7Pov AnggaKukira Dinda minta rujuk dan ia akan jadi istriku lagi. Tapi aku salah, ia justru minta surat cerai secepatnya. Usahaku sia-sia. Akan kubuat ia mengemis minta rujuk. Ibarat pepatah, tak satu jalan ke Roma.Mungkinkah hati ini sulit berpaling dari mantan istriku? Jika kuingat dulu, sangat sulit menaklukkan Dinda, tolakan tiga kali, bahkan aku menyaksikannya jalan dengan sahabat kak Anggi. Setelah kumiliki, aku melepaskannya. Aku cemburu, aku kesal, fotonya bersama Yuda tiba-tiba ada di ponselku, kak Anggi bilang, mereka juga sering bertemu. Apakah aku tak berarti baginya hingga berani main selingkuh?"Kenapa diam Kak? Apakah permintaanku sangat sulit dipenuhi?"Sok. Santai sekali minta surat cerai. Dikiranya ia wanita satu-satunya tercantik di dunia ini? Aku juga bisa mendapatkan wanita yang lebih darinya. Buktinya, Debi yang masih gadis bisa kudekati hanya dalam waktu semalam."Oke, justru dengan senang hati kuberikan. Berhubung pekerj

    Last Updated : 2022-06-15
  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 8 Diserang Mantan dan Kakaknya

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 8 (diserang mantan dan kakaknya)"Ada apa Din? Tadi sepertinya suara Angga." Kak Murni muncul dari pintu kamar."Nggak ada Kak, aku mau tidur dulu," jawabku berlalu. Capek bicarakan mantan, lagian tidak penting dibahas, hanya akan bertambah sakit."Oh ya Kak, itu ada bakso dari Kak Gara, besok kalau Kak Gara berkunjung, bilang aku tak di rumah," sambungku, lalu menutup pintu kamar."Iya, lagian tadi Mia yang bilang kamu ada di kamar," jawab kak Murni terdengar hingga kamar.Kak Gara menambah masalah saja. Sepertinya aku harus berkata tegas. Statusku janda, aku tak mau gara-gara aku rumah tangganya hancur. Lagian aku tak punya hati ke dia. Sebenarnya gampang membalas Anggi. Aku bisa gunakan kak Gara, tapi aku masih punya rasa kasihan, ada bayi dalam perut Anggi. Aku juga menghargai ibu mantan mertuaku. Hanya itu.Ponselku berdering, ada WA dari kak Angga. Segera kubaca.[Kamu kira dengan mengusirku merasa menang?]Pesan itu hanya kubaca tanpa kuba

    Last Updated : 2022-06-15
  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 9 Trik Pertama Menarik Perhatian Bos

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 9 (trik pertama menarik perhatian bos)"Kok mayun aja, Din? Kayak di tinggal cowok aja," ucap Silvi sambil membetulkan lipstiknya. Padahal sudah dandan dari rumah, kurang ketebalan mungkin."Emang iya, aku 'kan udah dicerai, hanya satu bulan nikah, uh! Ingin kupenyet tu kepala Angga!" ucapku sambil meremas kertas memikirkan wajah mantan suamiku."Oh tidak! Jangan sampai nggak jadi." Ekspresi Silvi pura-pura terkejut."Iiih, bantuin aku dong, kemaren aku diserang A kuadrat mmmm.""Hah? A kuadrat apaan?" Mata Silvi membulat. Kegiatan memakai lipstik terhenti sesaat."Angga Anggi," jawabku sewot."Oooo si susabu," Mulut Silvi membulat."Hah? Itu apaan?""Suami satu bulan gitu," jawab Silvi. Ternyata dipersingkat."Nggak lucu, udah ah, aku mau ke toilet dulu, ntar kalo Bos cari bilangin ya."Bicara dengan Silvi tidak ada habisnya. Ada saja yang bikin candaan. Padahal hatiku remuk karena insiden kemarin. Aku seperti penjahat yang dikepung dua orang pol

    Last Updated : 2022-06-15
  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 10 Reunian

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 10 (reunian)Rasanya jantungku berdebar. Pak Ridwan- bos besar ingin bertanya soal pribadiku? Jangan-jangan ingin mengajak kencan, atau melamarku; mengharap , atau ..., mungkin saja mau menaikan gajiku?"Apa Pak?" tanyaku melihat pak Ridwan.Ia tetap melihat ke depan menyetir. Ekspresi wajahnya tidak berubah, kaku dan tidak memperlihatkan ketertarikan menatapku. Huh! Dugaanku pasti salah."Kamu sudah punya anak?"Ya ileh, jadi hanya menanyakan masalah aku sudah punya anak atau belum? Mendadak anganku buyar tak bersisa."Belum Pak, aku hanya menikah satu bulan saja," jawabku. Mungkin jawaban ini bisa memberitahu statusku. Jika berkenan akan dijadikan istri bos. Mimpi ...."Satu bulan?" Pak Ridwan melihatku sekilas. Tapi tetap saja ekspresinya datar."Mmh." Aku menganggukan kepala. "Emangnya kenapa Pak?" tanyaku balik. Kok bosku kepo."Nggak, jika sudah punya anak, perusahaan akan menanggung biaya pendidikan anak, untuk karyawan terpilih."Oooh, itu

    Last Updated : 2022-06-15
  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 11 Oh Bos-ku

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 11Semua mata melihatku. Ibarat seorang istri selingkuh dan dibenarkan kakak ipar di depan umum. Aku juga seperti penggoda suami kakak ipar. Seburuk itukah penilaian mereka? Tapi kenapa juga tanganku ditarik kak Yuda, trus kenapa mantan suamiku juga menarik tanganku? Uh! Ribet."Seharusnya kamu sadar! Dinda masih berstatus istriku, apa kamu tidak malu memegang tangannya seolah kalian bebas pacaran di belakangku?!" Kak Angga melotot sambil menujuk kak Yuda.Kak Yuda menghela napas besar, lalu berkata, "Jika istrimu selingkuh, trus wanita yang kamu gandeng siapa? Yang selingkuh kamu atau Dinda?" Oh Tuhan, aku tak menyangka kak Yuda membelaku di depan umum. Padahal kami belum saling bicara. Muka kak Angga langsung memerah dan ia terdiam. Tanganku belum dilepas, bahkan pegangannya semakin erat."Sayang, katanya kamu sudah cerai? Kenapa masih mengharap?" Resepsionis kak Angga langsung angkat suara. Terlihat kekecewaan di matanya, dan mungkin juga kesa

    Last Updated : 2022-06-16

Latest chapter

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Ekstra Part

    Ekstra partPov YudaSebelum Ridwan menjemput Dinda di desa.Kuputuskan bertemu pak Ridwan. Mungkin ia masih marah dengan kejadian semalam. Tak peduli jika ia memukulku lagi. Yang kuinginkan, ia bisa membuat Dinda bahagia. Hanya itu."Pak Yuda mau ke mana?""Bu Bunga, aku ingin bertemu Pak Ridwan." Aku bangkit dari sofa. Semalam aku diajak ke rumahnya. Semua hanya ingin mengobatiku."Tapi Pak Yuda masih sakit, gimana kalau ia memukul lagi dan ....""Jangan khawatir, Bu. Aku bisa hadapi.""Pak Yuda." Tiba-tiba tanganku ditahan."Bu Bunga kenapa?" Air mata itu mengkhawatirkan aku. Astaga, apakah Bunga punya perasasn padaku?Bunga wanita cantik dan baik. Lelaki mana yang bisa menolaknya. Ia juga cerdas sama seperti Dinda. Hanya saja, ia bukan Dinda. Dinda wanita sederhana serta mandiri. Itulah kelebihannya dari Bunga. Tentu yang lebih penting tentang rasa."Bu Bunga, kenapa?" tanyaku lagi. Kenapa aku merasa tak tega melihatnya menangis untuku."Kenapa? Apakah Dinda sepenting itu bagimu?"

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 51 Tamat

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 51 ( TAMAT )Desa ini sangat indah, bangunan rumah mulai banyak. Teringat waktu kecil, setiap liburan pasti ke desa ini. Tapi itu hanya kenangan. Kulihat dekat sungai. Ada sedang pembangunan jembatan. Ramainya para pekerja membuat jalan ini tidak terlihat sepi.Rumah nenek sangat sederhana. Dulu rumah ini masih berdinding papan. Orang tuaku berhasil merehap rumah ini sehingga layak huni dan kokoh. Lantai pun sudah dikeramik. Rumah kecil dengan halaman yang luas. Sekeliling rumah banyak bermacam pohon buah-buhan sebelum menginjakkan kaki di perkebunan teh yang sangat luas.Kubuka pintu rumah. Rumah ini sudah lama tak berpenghuni semenjak nenek meninggal setahun yang lewat. Perabotan rumah dan tempat tidur sudah ditutup kain putih agar debu tak menempel.Kuletakkan tas di kamar. Lalu aku mulai membersihkan rumah ini. Harus sedikit ekstra tenaga karena baru juga sampai. Untung kak Murni sudah persiapkan bahan makanan hingga untuk tiga hari ke depan,

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 50 Di Waktu Yang Salah

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 50 ( di waktu yang salah )Kak Yuda langsung berdiri saat pak Ridwan mendekati kami. Kuseka air mata agar pak Ridwan tak melihatku menangis. Bodohnya aku menangis jika merasa tak dihargai."Ini belum terlanjur, Dinda," ucapku di hati berusaha mensugesti diri."Dinda dan Pak Yuda, ngapain di sini?" tanya pak Ridwan melihatku, lalu memalingkan muka ke kak Yuda."Mmm ini, Pak Ridwan a ...." Belum sempat kak Yuda melanjutkan jawabannya, terdengar seseorang memanggil. "Ridwan! Ridwan!" Ternyata Gina memangil sambil melangkah mendekat. "Kamu ke mana aja? pesta dansanya akan dimulai, ayok." Gina menarik tangan pak Ridwan. Sangat terlihat ia berusaha mendapatkan kembali mantan suaminya.Dibanding Gina, aku tak ada apa-apanya masalah harta, ia dari keluarga pengusaha sukses, sedangkan aku hanya anak yatim piatu meskipun sudah tamat S1. Cari kerja pun dari usaha sendiri tanpa ada keluarga yang membantu. Melihat kejadian ini, kak Yuda langsung melihatku.

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 49 Kenapa Dia Yang ...

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 49 (kenapa dia yang menghapus air mataku?)Jadi wanita bersama kak Yuda keponakan pak Ismail. Pantas mereka sangat akrab, pak Ismail saja bersikap baik ke kak Yuda. Meskipun hanya sekali melihat, tapi aku bisa merasakan itu. "Aku Bunga." Wanita bernama Bunga itu mengulurkan tangan padaku. "Dinda," ucapku menyambut tangannya. Kami saling melempar senyum. Ada sesuatu yang kurasakan, namun sulit kugambarkan perasaan apa itu. Lalu Bunga juga bersalaman dengan pak Ridwan bentuk mereka berkenalan. Dan setelah itu kami duduk. Aku duduk di samping pak Ridwan dengan kursi yang berhadapan dengan kursi Bunga yang berdampingan dengan kursi kak Yuda."Kita seperti double date, ya," ucap pak Ridwan sambil membentangkan tangan kanannya di sandaran kursiku."Pak Ridwan bisa aja, lagian makan bakso di sini sangat menyenangkan, kebetulan saya suka melihat keramaian sana," tanggapan kak Yuda sambil menunjuk ke arah taman, banyak anak-anak berlari bermain. Wajah m

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 48 Wanita Bersama Kak Yuda

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 48 ( wanita bersama kak Yuda )Tanganku dilepas. Dari sorot mata pak Ridwan, seolah ia tak percaya dengan ucapanku. Lebih tepatnya terpengaruh dengan ucapan mantan suamiku yang muncul tiba-tiba. "Terserah kalau kamu tidak percaya," ucapku melangkah terus ke tepi jalan. "Tunggu, Din!" ucap pak Ridwan.Aku tak peduli dan terus melangkah."Dinda!" Tiba-tiba kak Angga berlari mendekat. Tanganku ditahan."Lepaskan aku!" Kutarik tangaku agar terlepas. Aku berhasil."Tunggu, Din, aku bukan ingin menyakitimu, sungguh, aku tak ada niat buruk.""Dinda!" Pak Ridwan memanggil sambil melangkah mendekat."Ikut denganku, Ibu ingin bertemu.""Tolong jangan ganggu hidupku, aku mohon." Kusatukan kedua telapak tangan memohon."Kamu mau apa lagi ke sini!" Tiba-tiba pak Ridwan menujuk kak Annga dengan mata melotot."Hey, santai, emang kamu siapa melarangku? Di sini uang dan kekuasaanmu tak berlaku, Dinda belum resmi menjadi Istrimu, jadi aku masih punya hak untuk i

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 47 Sikap dan Kepercayaan

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 47 (sikap dan kepercayaan)Aku terdiam menatap pak Ridwan. Bukan karena merasa bangga ia punya rasa cemburu padaku. Seorang pak Ridwan lelaki yang hampir mendekati sempurna bagiku, tapi ..., kenapa bersikap seperti posesif. Mudah-mudahan aku salah."Kenapa harus memecat Pak Boby, Mas? Yang salah kan aku?" Kutekan nada suara agar pak Ridwan tidak semakin marah."Kenapa sih kamu bela dia?" Pak Ridwan melihatku sekilas."Ini bukan membela tapi ...." Tak kuasa melanjutkan kata-kataku. Kupalingkan mata ke luar jendela kaca mobil lalu menyeka air mata. Tentu aku terkejut dengan suara lantang pak Ridwan.Tiba-tiba mobil dihentikan di tepi jalan yang agak sepi. Pak Ridwan menghela nafas besar. Terdengar nafasnya meskipun aku belum mengalihkan pandangan ke dia."Maafkan aku, tolong jangan menangis, Din." Suara pak Ridwan melunak.Tapi aku tetap memalingkan mata ke luar jendela."Aku hanya cemburu, itu karena aku takut kehilanganmu, apakah aku salah?"Aku t

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 46 Cemburu

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 46 (Cemburu)Ada rasa lega setelah meninggalkan kantor pak Ismail. Bukan karena pak Ismailnya, tapi karena kak Yuda yang menyulitkanku berucap. Seandainya aku jujur ke pak Ridwan dengan statusku mantan kak Yuda, apakah ia bisa mengerti?Aku takut ini jadi salah paham karena dari awal kebohongan ini tak sengaja hadir. Dan akhirnya berlanjut hingga beberapa kali pertemuan. Pertemuan kali ini diketahu pak Ismail, tak sengaja, semua serta tak disengaja."Hey, kenapa diam aja? Aku masih di sini loh, Din," ucap pak Ridwan membubarkan lumunanku."Iya, aku tau Mas Bos," jawabku berusaha santai ketahuan memikirkan sesuatu."Mikirin apa?""Nggak ada." Bingung mau jawab apa."Jangan bohong.""Mm siapa yang bohong?" Aku balik tanya."Lagi melamun mikirin apa?" Pak Ridwan tetap menyetir."Nggak ada.""Ya udah kalau nggak mau cerita, kita ke PT abadi dulu ya?""Apa? Harus ya?" tanyaku balik karena enggan ingin ke sana. Tentu aku malas bertemu kak Angga. Semenja

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 45 Diketahui Pak Ismail

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 45 (diketahui pak Ismail)Pov YudaKenapa rasanya sesak. Depan mata, kulihat wanita yang dicintai bersama lelaki lain. Sampai saat ini ia terus bersemayam di hati, pikiran dan bahkan bayangannya hadir di setiap malam. Dinda, Dinda ....Tatkala hati ini berbisik. Dekap aku dalam tatapan cinta meskipun dirimu sudah memilih yang lain. Tapi bibirmu diam dan bahkan mata itu berpaling. Bodohnya aku masih merasakan tak rela melihat tanganmu digenggamnya. Aku tahu, kamu hanya sebuah kenangan yang selalu mengikutiku. Entah sampai kapan.Dinda ...."Pak Yuda minta pendapat saya?" Reaksi wajah Dinda sedikit tegang. Apakah ia merasa kesulitan menjawab pertanyaanku. Tentu wanita yang dimaksud adalah dia. "Iya, Din, gimana pendapatmu jika kesempatan sedikit itu dimanfaatkan Pak Yuda merebut wanita yang dicintainya." Kali ini pak Ridwan yang ikut menjelaskan."Saya ..., saya juga bingung harus jawab apa. Mungkin Pak Ismail punya pendapat," ucap Dinda melihat ke

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 44 Situasi Sulit

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 44 (situasi sulit)Pesan WA kak Yuda hanya kubaca tanpa dibalas. Jika aku terus berkomunikasi, ini menyulitkanku karena pasti ada-ada saja yang membuat kenangan kembali hadir. Aku sudah memutuskan harus setia. Pak Ridwan hampir sempurna di mataku, ya ..., di mataku.***[Sudah siap, Din?]Barusan kubaca pesan WA dari pak Ridwan, ops salah, mas Ridwan.[Siap apa, Mas?]Pesannya rancu hingga maksudnya tak nyambung dengan pikiranku.[Berangkat]Kubalas lagi.[Berangkat kerja?][Bukan, berangkat menemaniku di kantor]Rio Dewanto KW ada-ada saja. Menemani di kantor? Apa ia serius memecatku? Oh tidak.[Kerja?]Tanyaku lagi.[Bukan, menemaniku di kantor][Serius Mas Bos memecatku?] Kusertai dengan emoticon sedih.[Kamu itu calon istri Bos, kok sedih dipecat?][Aku cinta pekerjaanku, Mas Bos][Pekerjaan aja? Sama aku gimana?][Masih pagi, jangan bercanda, Mas Bos][Pagi itu membawa berkah, Sayangku]Kok mas bos terlihat lebay. Tapi aku harus membiasakan d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status