TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MAS
Part 29
“Mm Pak Ismail Bos aku, Pak.” Aku memperjelas agar terlihatmenghargai Pak Ismail. Ada sedikit ragu karena Pak Ismail mengaku teman.
“Hah? Sebenarnya teman atau Bos?” tanya Bapak tampakbingung, sambil melihatku lalu ke Pak Ismail. Waduh, kenapa jadi begini? Bahkanrasa tak enak tak mau pergi.
“Teman,” jawab Pak Ismail tidak ragu.
Hah? Bos bisa jadi teman ya? Oh iya, aku kan berteman samaKak Amel. Lagian selama ini kami bicara tidak seperti bos dan bawahan, tapiseperti rekan kerja karena kami sudah lama kenal dalam menangani beberapan proyekdi tempat dulu aku berkeja. Mungkin itu maksud Pak Ismail karena ia termasukorang yang menghargai orang lain, meskipun itu pegawainya. Astaga, kenapa akumerasa
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 30 ( Menikah )Tak tahan mendengar omongan tetangga, aku masuk. Bukan takmenghargai, cara bertanya pun terdengar bikin kesal. Di dalam, Tia menangis ditempat tidur. Ya Tuhan, aku kira ia sudah mulai terbiasa dengan semua itu, tapiaku salah.“Tia.” Aku duduk di tepi ranjang sambil menyentuh pundaknya.“Tia malu, Maa.” Suara Tia parau karena menangis.Aku harus berbuat apalagi? Semua bukan kemauanku. Andaikan akubisa membawa Tia jauh dari dari kota ini. Namun, tak semudah itu. Aku jugabutuh pekerjaan untuk menyambung hidup. Sementara di kampung pasti juga sudahbanyak yang tahu karena Bapak saja sudah tahu.“Jangan dengarkan omongan orang. Yang penting Tia rajinsekolah.
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 31 ( Panggil Mas )Ternyata ini semua ulah Ibu mantan mertua. Kesempatan yang digunakan menyebar berita itu kala aku kerja, dan Tia sekolah. Hari pertama kami di kontrakkan. Begitu cepatnya Ibu bertindak hingga tak menunggu beberapa hari dulu. Ternyata Tuhan menunjukkan jalan, yang busuk pasti terungkap."Sarah, Ibu hanya ingin Tia balik ke rumah, begitu juga denganmu." Mata Ibu berkaca saat berucap.Aku hanya terdiam menatap Ibu. Namun, semua ini berhasil membuat butiran bening membasahi pipi. Haruskah aku marah? Haruskah aku prihatin? Ibu hanya terlalu menyayangi Tia hingga apapun caranya diusahan agar tidak terpisah, walaupun hanya sema
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 32 ( Memulai )Entah kenapa ada firasat kalau Ibu tak suka kalau adalelaki lain mendekatiku. Lagian aku tau dengan batasan. Tak ada hubungan khususantara aku dan Pak Ismail. Sejauh ini belum ada firasat jika ia punya perasaankhusus, meskipun memintaku memanggilnya ‘Mas’, karena sangat terlihat daricaranya bicara, belum ada yang bisa menggantikan Kak Amel, termasuk aku.“Jadi nggak usah dekat-dekat ma siapapun, Sarah. Bukanmaksud Ibu melarangmu menikah lagi, tapi biarlah masa iddah itu berakhir dulu.Tentu Ibu berharap kamu dapatkan jodoh yang baik dan bisa menyayangi Tia.”“Iya, Bu,” jawabku berusaha menghargai.Sebaiknya untuk ke depan, tak usah bicara sesuatu yangberhubungan dengan masalah pribad
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 33 ( Dua Lamaran )“Maaf, Bu. Kedatangan saya mau bertemu Ibu dan Bapakselaku orang tua Sarah,” ucap Ibu Mas Arga. Di belakang Ibu ada Andi menentengdua kotak kue, bisa dilihat dari gambar di kotak tersebut.“Kami? Masudnya ada apa ya, Bu?” tanya Emak, hinggaaku dan Bapak langsung beradu pandang. Bisa jadi Bapak mengingat tentangkeinginan Ibu Mas Arga, tentang keinginan agar aku tetap menjadi menantunya,tapi kali ini untuk Andi adik dari mantan suamiku. Astagfirullah’alaziim ....Sejenak kami terdiam. Rasanya aneh membayangkan jikaAndi menjadi suamiku. Tidak ada rasa walaupun hanya setitik. Kami pernah seatapdalam hubungan ipar dan lebih dari sepuluh tahun. Luar dalam sifat masing-masingsudah saling tahu.
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 34 ( Mereka Perang Komentar )“Sebaiknya kita dengarkan dulu pendapat Sarah, Mak,”ujar Bapak.“Nggak usah tanya lagi karena Emak udah taujawabannya. Lah si Andi lebih parah dari Arga. Masa kita mau membiarkan Sarahjatuh ke lubang yang sama. Si Arga aja yang tampak laki bisa kayak itu, apalagiAndi yang ayunya melebihi Sarah. Nggak usah banyak mikir atau pertimbangan,Emak aja yang tua ini kagak mau lihat laki kayak gitu,” cerocos Emak semangatempat lima.“Gimana Sarah?” tanya Bapak.“Aku nurut perkataan Emak, Pak,” jawabku pelan sambilmenunduk. Ada rasa malu menjawabnya, ya Tuhan ....“Tuh kan, Emak benar, Pak. Lah si Andi kayak gitusiapa juga y
TERIMA KASIHMEMINTAKU BEKERJA, MASPart 35 ( Penolakan )Pov Emak“Mak, hari ini masak apa?” tanya Bapak sambil mengangkat galonmenuju meja di sudut ruangan.“Ayam kecap, Pak. Ntar lalapan kol ma sambal terasinya pastiada kok,” jawabku sambil mengiris bawang bombay.“Alhamdulillah Emak tak lupa kesukaan Bapak.” Bapak tampaksenang.“Alah Bapak ini, itu makanya ada istri.”Bapak tak banyak menuntut tentang menu dalam tudung saji.Asal ada kol dan sambal terasi, tanpa lauk pun tetap lahap makan nasi. Kalau dikampung tinggal tangkap lele saja di kolam. Sesekali ke sawah cari belut. Lah ayamtinggal disemblih aja karena kami juga ternak ayam kampung. Tid
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 36 Pov AndiSeperti biasa, saat istirahat siang aku pulang untuk makan.Baru turun dari angkot, terlihat ada Bapak Mbak Sarah dan Tia berdiri depanpintu. Pintu yang terbuka lebar bisa terlihat juga ada Emak di dalam.Ternyata kedatanganku langsung disambut Ibu dengan ucapan,agar meminta izin ke Tia untuk bisa menggantikan Mas Arga sebagai Bapak. Ya,aku sangat menyayangangi Tia. Selama ini ia yang membuat rumah ini berwarna danramai. Tapi semenjak ia tak tinggal lagi di sini, ada rasa yang kurang.Biasanya terdengar rengek Tia minta belikan cemilan. Tak ada yang menemanikulagi main catur dengan tawa yang membubarkan suasana sepi.Jika dengan menjadi Bapak tiri Tia bisa membuatku tak jauhdarinya, dan Ibu juga senang, aku rela menepis semua rasa. Rasa ke Mbak Sarahyang tadi
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 37 ( Ke rumah mantan mertua )Emak melarangku memenuhi undangan Ibu. Setelah Bapakmenelepon memberitahu kalau telah terjadi keributan antara Emak dan Ibu,kuputuskan ke rumah Ibu agar menjernihkan masalah. Tak bisa membiarkan seolahaku lari begitu saja. Ia nenek yang baik bagi putriku.“Syukurlah kamu datang, Sarah. Ibu kira kamu tak mau datangkarena ....” Ibu tak melanjutkan kata-kata, tapi aku tahu maksudnya.“Ada apa, Bu?” Kini, kami sudah duduk di ruang tamu.Ibu menghela napas besar. Terlihat sedang dalam masalahkarena raut wajah agak sedih. Mungkin masalah Mas Arga atau Andi tak kunjungdapat jodoh. Apalagi kalau bukan dua hal itu, karena dari masalah keuangan takada masalah selama ini.