Share

After Six Months

Author: Lilyana R
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Kita sudah menikah secara sah di mata hukum dan agama. Sudah enam bulan dan kamu belum memberikan hakku sebagai suamimu. Kurang sabar apa ku Ren?” Tanya Gavrielle. Ia memeluk tubuhku dari belakang. Ia merapikan rambutku, lalu mengambil ikat rambut dan menguncir rambutku tinggi.

“Tapi kamu nggak harus memarahiku di kantor seperti tadi pagi! Bukan Pak Syaron sugar dady-ku tapi dirimu.”

Gavrielle terbahak.”Aku bukan sugar daddy-mu, sejak kapan coba? Apa ada posisi seperti itu sejak kita kenal. Yang akan terjadi adalah aku daddy dari calon baby-mu, iya kan?” Tanyanya menyudutkanku. Gavrielle merangsek memeluk tubuhku. Padahal awalnya aku ingin dia pergi. Ternyata aku masih saja kalah kalau menyangkut urusan strategi darinya. Menyebalkan!

”Ini sudah enam bulan, aku ingin hakku malam ini.” Ia merajuk. 

Aku sadar apa yang di katakan oleh suamiku adalah benar. Semuanya ucapannya, fakta.

“Aku tidak bisa menunda lagi.” Ucap suamiku pelan.  Bersyukur kakiku tetap ia perhatikan, sehingga aku tidak terlalu merasakan ngilu parah. Kurasa sikap manisnya mengompres kakiku adalah karena keinginannya ini. Ia menciumku dan memperlakukanku dengan sangat lembut namun sangatlah agresif.

Hampir tiga jam kami bergulat panas. Peluhnya menetes ke tubuhku. Ia terlentang setelah mendapatkan pelepasan yang ketiga kalinya.

“Renata...” Ia menyebut namaku. Lalu, ia mengecup dahiku dengan lembut. Ia pun menyelimuti tubuhku.

"Bagaimana dengan keadaan nenekmu, Ren? Apakah sudah sehat? Hmm?” Gavrielle menatapku intens lalu ia memeluk tubuhku seakan takut akan kehilanganku.

“Sudah lebih baik. Pelayan di rumah bilang,nenekku sudah membaik.” Jawabku lirih. ”Gav, bagaimana kalau aku hamil? Kamu tidak pakai pengaman? Aku akan membersihkan diri sekarang.”

“Memangnya kenapa?Aku suamimu yang sah. Kenapa kamu takut sekali?”

Aku mendongak menatap mata Gavrielle, aku mengusap rambutnya yang hitam namun sangat halus dan harum. Ia benar-benar manis, amarahku sedikit mereda setelah kegilaannya di kantor tadi.

Gavrielle mengusap perutku dengan tangan kanannya. Ia bangkit lalu mencium perutku yang tertutup selimut. 

“Apaan sih, Gav? Ini malam pertama kita.”

“Aku ingin kamu cepat hamil supaya papa tidak memaksaku untuk menikah dengan wanita lain.”

“Aku ingin resign, Gav. Aku nggak tau harus bersikap bagaimana kalau aku berangkat ke kantor besok. Kenapa kamu harus memarahiku di depan orang-orang, tanpa belas kasihan lagi.” Rajukku. Rasanya suamiku benar-benar sudah tidak menganggapku sebagai isteri. Semuanya begitu menyesakkan.

“Aku pria dewasa yang normal. Kita ini sudah menikah. Aku ingin hakku sebagai suami tapi kamu selalu saja menolakku. Bayangkan! Selama enam bulan aku harus menahan diri. Ngapain juga kamu harus ke Jogja. Kamu ini kepala tim, bukan crew! Sembarangan! Siapa yang ngasih perintah itu ke kamu?” Cecar suamiku.

“Vriel, aku nggak ingin namamu semakin buruk di kantor. Lebih baik aku resign.” Ku usap rambutnya dan ku kecup kedua pipinya. Ia pun terkekeh sejenak.

“Aku keberatan, ingat perjanjian kita sebelum menikah. Meskipun perjanjian itu tidak tertulis tapi semua keputusanmu setelah menikah itu harus ku setujui, Renata.”

Keadaanku sekarang sangatlah tidak menguntungkan. Terhimpit diantara begitu banyak kepentingan orang-orang di sekitarku. Aku tidak menyangka kalau aku bersedia menikah dengan putra CEO yang penuh skandal. Menjadi isteri sahnya secara diam-diam tanpa sepengetahuan publik dan juga keluarganya. Diantara sekian banyak karyawan wanita di Baskoro Group Company kenapa harus aku yang di jadikan tumbal oleh bosku yang arogan ini. Ponsel ku bergetar, aku hendak mengambilnya dari atas nakas di sebelah ranjang. Tapi ternyata Gavrielle lebih dulu mengambilnya.

“Berikan! Itu ponselku, Gav!” Dia masih saja arogan, semaunya.

“Nomor siapa ini, Renata?” Tanyanya dengan nyalang.

“Kamu bisa lihat kan, ada ID call-nya pasti.”

“Kalau ada sudah pasti langsung ku blokir. Jam berapa ini hampir tengah malam. Jam segini orang ini menelfonmu. Menganggu saja!”

Gavrielle meninggalkan kamar. Ia beranjak ke ruang tamu. Ia menyalakan televisi sambal merebahkan tubuhnya di atas sofa dengan bersandar pada bantal. Ia terlihat kacau, aku tahu dia banyak pikiran. Aku sudah sangat mengantuk, tapi tidak bisa meninggalkannya dengan santai apalagi tidur pulas. Bagaimanapun kami suami isteri yang sah. Tubuhku lelah, tapi kupaksakan berjalan ke dapur. Ku buka buffet, mencari Teh Melati dan set peralatan minum dari tanah liat. Aku suka menyeduh dengan teko itu, aromanya berbeda. Kumasukkan Teh Melati ke teko tanah liat itu. Kutambahkan sedikit bubuk vanili,  juga  teh lain yang aroma daun tehnya lebih kuat.

Krucuk.....

Air panas dari ceret sedikit tumpah. Tanganku sedikit gemetar saat aku menuang air panas. Bersyukur aku selalu memakai apron tebal, benda itu sungguh melindungi tubuhku sehingga air panas itu tidak melukai tubuhku.

Satu minggu lamanya aku tidak berbelanja ke swalayan, stok kue basah di kulkas sudah habis, begitu juga camilan lainnya, yang tersisa Cookies dan juga Nugget Tuna. Entah mengapa aku membeli salah satu camilan kesukaan suamiku itu minggu kemarin. Padahal, ia sama sekali belum pernah menginjakkan kakinya di rumahku ini. Selama ini, kami tinggal di rumahnya yang jaraknya berjauhan dengan kediaman Pak Syaron Baskoro. Daripada menggoreng terlalu lama, kumasukkan Nugget Tuna itu ke air fryer. Lagian suamiku sangat detail masalah makanan, ia tidak akan sembarangan makan. Sambil menunggu Nugget, aku memasukkan cookies itu ke toples dan mengambil nampan di buffet.

Akhinya Nugget Tunaku matang. Kuangkat dari air fryer dan kuletakkan di toples kotak. Aku tidak menutup karena masih panas. Aku ambil Saos Cabai botolan dan tissue kering. Entah pernikahan model apa yang ku jalani dengan suamiku. Bukan nikah kontrak, mungkin tepatnya marriadge with benefit. Mungkin ini hanya anggapanku secara sepihak. Sebab suamiku mungkin punya pandangan lain.

Kuletakkan set cangkir bertatakan tanah liat itu di meja. Kutuang teh panas dari teko, kutambahkan gula diet dan ku aduk perlahan. Setelahnya, aku berjalan kembali ke dapur mengambil Tuna juga cookies-ku.

“Minumlah, mumpung masih anget.” Gavrielle masih saja belum mengambil teh itu.

"Ren bagaimana kalau minggu depan kamu pindah saja ke rumah, letaknya lebih dekat dengan kantor. Lebih terjangkau dengan fasilitas umum, bagaimana?” Tanyanya dengan nada pelan.

“Kenapa? Bukannya Pak Syaron dan Bu Larasati sering berkunjung? Aku mohon. Vriel, jangan membuat masalah dengan Pak Syaron. Setiap orang tua hanya ingin yang terbaik bagi anak-anaknya, termasuk beliau.” Kuambil cangkir juga tatakannya, kuberikan pada Gavrielle. Melihat aku menunggunya meraih cangkir, akhirnya dia-pun menerimanya. Ia mengaduk teh lalu menyeruputnya.

“Yang jadi anaknya itu aku. Kenapa kamu justru membela kedua orang tuaku?” Cibir Gavrielle.

“Kamu ini cemburuan sekali pada orang tuamu.  Mereka juga orang tuaku, meski aku hanya menantu.”

“Syukurlah kalau kamu sadar.” Sikap arogannya, selalu nylekit kalau bicara, tidak pikir panjang apakah akan menyakiti orang lain atau tidak! Rasanya ingin kutampol wajah tampannya dengan Nugget yang kuberi banyak Saos Cabai. Menyebalkan sekali, suami tampanku yang arogan.

Huhhh.

Related chapters

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Konotasi Makan Tanda Kutip

    Kubuka tutup toples cookies agar memudahkan Gavrielle kalau mau mengambil. Tapi dugaanku ternyata salah, ternyata ia justru mengambil Nuget Tuna dengan tissue. Ia menggigitnya lalu mengunyah camilan itu dan menelannya. Setelah itu ia membersihkan bibirnya hingga bersih dengan tissue. ”Tolong ambilkan cookies itu, Ren.” Aku mengambil satu cookies lalu menyuapkan ke mulutnya. Ternyata ia menarik tubuhku membuatku berpindah ke sampingnya. Ia memegang kepalaku lalu mengunci tubuhku dengan kedua tangannya. “Buka mulutmu!” Aku menurutinya. Akhirnya ia memindahkan separuh cookies yang belum di telannya ke mulutku. Astaga, tak terpikirkan olehku. Gavrielle benar-benar membuat jantungku mau copot. Aku menggigit cookies itu supaya tidak jatuh. Gavrielle pasti akan marah kalau cookies itu jatuh. Mungkin ia akan tersinggung. Sisa cookies itu ku kunyah lalu kutelan. ”Ini variasi cara makan terbaru.” Katanya sambil mengusap kepalaku. Rasanya benar-benar nano-nano. Kadang aku sangsi kalau Gavrie

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Kumpul Kebo? Pasutri?

    Pagi itu ternyata mertuakau, Pak Syaron dan Bu Larasati bertandang ke rumahku. Bersyukur sekali keadaan rumahku tidak terlalu kotor. Di sela-sela pulang ngantor kadang aku masih menyempatkan diri untuk bersih-bersih rumah. Gavriel sudah rapi begitupun dengan diriku. “Kenapa Pak Syaron bisa datang kemari?” Tanyaku pada suamiku. Mudah saja bagi seorang bos besar seperti beliau untuk menyelidiki banyak hal tentangku. Masalahnya, kenapa datang justrudi saat yang tidak tepat. Gavrielle mengendikkan bahunya. Seharusnya suamiku tidak perlu membuka pintu terlebih dahulu. Ia bisa membangunkan aku agar aku bisa membuka pintu dan dia sembunyi. Sehingga aku tidak perlu takut atau canggung menghadapi bos yang sudah kuanggap seperti ayahku sendiri. Gavrielle berjalan di depanku. Ia meraih tanganku dan menggenggamnya kuat. Pak Syaron dan Bu Larasati duduk di ruang tamu. Pak Syaron melihat-lihat foto yang kupajang di dinding ruang tamu. Aku tidak tahu harus memajang foto siapa, jadi lebih baik aku

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Harga Sebuah Permintaan

    Aku terpaksa menarik baju suamiku agar mengikutiku. Aku punya tempat duduk favorite di Warung Mbah Mo. Kalau tidak dipakai oleh pengunjung lain, biasanya aku akan memilih tempat itu.“Sini, Vriel."Aku lebih dulu duduk di tempat lesehan yang ada di pojok. Warung Mbah Mo sangat luas, meskipun tempatnya tidak mewah tapi sangat rapi dan asri. Ada banyak tumbuhan yang tumbuh di luar warung. Tanaman sulur seperti Pare juga Suruh merambat diatas pergola. Selain itu, banyak tanaman hias yang tumbuh subur meskipun di pot. Aneka Mawar, Anyelir, Pakis, bahkan ada juga Janda Bolong. Yang bolong tidak hanya kaos, Janda juga ada yang Bolong. Tidak hanya itu, di daerah belakang warung ada areal luas untuk menanam tanaman seperti Cabai, Daun Bawang, juga Tomat dan Daun Kemangi. Bisa di bilang areal itu memang di tanami untuk stok persediaan tambahan bahan yang akan di masak di warung.“Mbak, ini sepiring Baceman Burung Dara dan Telur Puyuh buat Mbak Renata.” Kata Mas Badrun, pelayan utama di warung

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Pria itu Kamu

    Waktu masih menunjukkan pukul 10.00 pagi. Suamiku sudah mengganti kemejanya dengan bathrobe. Tubuhku tambah panas dingin. Lebih baik pura-pura ke toilet. Apes betul. Di kamar mandi, suamiku menuliskan notes yang di tempel di belakang pintu kamar mandi. Jelas-jelas penglihatanku masih sangatlah bagus. Ia memintaku agar aku memakai baju yang sudah ia siapkan.“Astaga, baju dinas berwarna merah. Aku tidak tau haruskah menurutinya?Sedangkan rambutku baru saja kering. Dengan sangat terpaksa kupakai. Setelah itu aku memakai bathrobe. Salahku juga, tidak mengkomunikasikan dengan baik pada suamiku masalah hal seperti ini sejak awal.Wajar saja kalau dia menggebu-gebu saat bergumul bersamaku. Ibarat sesorang musafir yang berjalan di padang pasir dan menemukan oase yang jernih dan ia meminumnya. Dahaganya pastilah hilang. Aku memikirkan masalah kewajiban seorang isteri pada suami, meskipun semuanya karena kontrak semata.Aku sadar akan hutang budiku padanya, meskipun kalau dipikir semua ada im

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Permintaan Maaf Gavrielle

    Suamiku masih saja berdebat dengan papa mertuaku. Ia menyusul papa mertuaku yang masuk ke ruang kerja.“Kenapa nggak bilang kalau Papa ingin menjodohkan aku dengan Renata?”“Pernah kamu menghargai Papa selama ini? Kerjamu keluyuran. Keluar masuk club. Papa sudah menyerah, Vriel. Saat pertama kali Papa menemukan Renata. Papa berpikir mungkin Renata adalah calon yang tepat untuk mendampingimu.”“Kamu tidak tahu seperti apa rasanya menjadi orang tua, kalut memikirkan masa depan anaknya. Bagaimana nasib perusahaan kalau generasi penerus kami tidak punya kepedulian pada usaha yang sudah turun temurun? Jutaan karyawan bernaung di bawah perusahaan kita. Pernah kamu memikirkan Mamamu? Kamu sampai tidak tahu kalau mama-mu keluar masuk rumah sakit terlalu tertekan melihat sikapmu.”Tidak sopan rasanya menguping pembicaraan mereka. Awalnya aku ingin bicara pada papa mertuaku. Namun, ternyata mereka berdua masih saja bersitegang. Aku tidak ingin mendengar lagi alasan apa yang akan dikatakan suami

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Haruskah Ngantor Bersama?

    Matahari sudah naik, jam makan pagi sudah lewat. Suamiku pun bergegas mandi lalu berpakaian. Kuambilkan setelan kemeja, celana panjang, lengkap dengan jas, juga dasi yang cocok dengan kemejanya. Tak lama ia selesai mandi. Dilihat-lihat suamiku sungguh tampan, kadang aku selalu menepis pikiran kalau aku dinikahinya demi keuntungan pribadinya semata, sebab sayang sekali melewatkan segala bentuk perhatian dan kasih sayangnya padaku selama ini. Mubazir sekali melewatkan dirinya dengan segala pesonanya berikut juga kebrengsekannya.“Ren, buruan mandi. Kita akan ke kantor hari ini.”Mataku membola, telingaku kulebarkan mendengar penuturan suamiku.”Ngantor?” Saat ini. “Maksudnya apa?”“Kita berangkat ke kantor hari ini. Agak siang tak masalah.”Bergegas aku ke kamar mandi tanpa banyak bertanya. Aku sebenernya ingin berendam meski tak lama. Tapi perintah suamiku pasti kupatuhi. Sepuluh menit dan aku keluar dari kamar mandi. Sepuluh menit kemudian akupun selesai berpakaian. Keluar menenteng ta

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Ini Menantu Kesayangan Kami

    Suamiku berjalan, ia mendekat ke arah papa mertuaku. Benar-benar mengejutkan. Ia justru memilih duduk menghimpit diantara aku dan papa mertuaku.“Om Aryo, maaf sebelumnya. Masalah perjodohan itu, dulu kan baru sebatas pembicaraan.. Saya sudah menikah dengan isteri saya.” Suamiku merengkuhku.Pasangan Aryo sontak kaget. Pun putrinya yang cantik namun berpenampilan sangat seksi itu. Tak menampik dia memang cantik. Ku pikir suamiku akan meliriknya, namun ia justru mengusap rambutku. Membuat pasangan Aryo memalingkan wajahnya.“Harusnya kalau Gavy sudah menikah, Om Syaron tinggal bilang saja di telefon. Nggak perlu kan kita kemari.” Kata gadis itu sinis. Ia melirik tajam padaku lalu membuang muka.Papa mertuaku begitu santai menangapinya. Beliau justru tersenyum.“Mohon maaf Om, Gavrielle sudah kebelet. Daripada khilaf lebih baik segera nikah saja.” Ucap Suamiku dengan santai tanpa bersalah.Mereka memandangku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Bersyukur aku tak lupa perawatan dan tamp

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Ungkapan Rasa dari Renata

    Aku naik ke ranjang. Tak menggubris kejengkelannya. Ia menyusulku dan tanpa ba-bi-bu menyergap tubuhku dari belakang.”Lepasin,” aku meronta.Aku sadar dengan posisiku di rumah juga di hadapannya. Tapi aku juga manusia biasa. Sekuat apapun aku bertahan ternyata melelahkan juga menghadapi banyak drama pernikahanku. Meskipun kenyataannya aku adalah menantu pilihan kedua mertuaku, mungkin menantu kesayangan mereka. Iya, karena Joya tidak ada di sini.“Mas lepasin bisa nggak sih?” Dia tetap tidak melepaskanku, justru semakin menjadi.”Lebih baik kita bercerai Mas, kalau kamu ingin anak dari pernikahan kita, aku bersedia.” Tangisku luruh. ”Mungkin itu yang sebenarnya kamu inginkan dari pernikahan kita, pewaris dan keturunan untuk baskoro Group!”“Renata Wijaya jaga bicaramu! Aku ini suamimu, Ren. Aku sudah bilang tidak akan menceraikanmu bukan!” Suamiku beringsut, mengunci pintu dan menyembunyikan di sakunya.“Akan kulakukan dan kabulkan apapun permintaanmu asal kamu melepasku dan kita ber

Latest chapter

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Liburan Ke Patayya dan Dubai (END)

    Jakarta, enam bulan kemudian.Satu persatu masalah berat yang kami alami dalam hidup ini kami lewati. Mengurainya sungguh tak mudah. Berderai air mata, berpeluk keringat dan sungguh menguras tenaga apa yang kami alami.Suamiku sudah memberikan bonus akhir tahun pada seluruh karyawannya di akhir tahun ini. Untuk para bodyguard kakek, mereka justru siap untuk bekerja kembali. Jadilah mereka gentian. Bodyguard papa akan liburan sebentar dan pulang ke kampung halamannya.Hubunganku dengan Meira sudah membaik meskipun aku membatasi akses Meira dan Dito untuk masuk lebih dalam ke dalam keluarga kami. Bukannya aku sok, tapi mencegah lebih baik daripada mengobati.“Mama, kami semua sudah siap berangkat.” Kata Arsen. Putraku kelihatan ganteng sekali. Ia memakai pakaian kembar dengan adiknya. Ancel menolak mengganti celana jeans dengan rok. Yang ada justru ia memakai celana jeans dengan bahan dan warna yang

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Ketahuan Bohong!

    Mataku terbelalak waktu kami melihat kalau yang datang itu adalah Agusto. Setahuku Mas Gavrielle sudah melakukan tes DNA diam-diam. Hasil itu menunjukkan kalau Neil itu anak Agusto. Tante Haruka sendiri juga pernah berhubungan dengan Agusto cukup lama. Bahkan Agusto sudah yakin kalau Neil itu adalah anaknya.Paman Hiromi justru mengaku kalau Neil adalah anak biologisnya. Tante Haruka itu super jenuis. Ia bisa melakukan hal apa saja di luar nalar. Termasuk memalsukan hasil Tes DNA Agusto dan Neil.“Agusto mari silahkan.” Sambut suamiku. Ia menyambut Agusto dengan baik.Agusto juga ikut duduk di karpet bersama kami. Suamiku tentu saja kaget dengan kedatangan Agusto.“Sebelum kamu menginterogasiku lebih lanjut. Lebih baik aku jujur saja.”Agusto menepuk pundak Adrian dengan keras.“Sakit Om. Slow kenapa sih.” Adrian menyingkirkan tangan Agusto dari pundaknya.“Aku ingin menanyakan menu m

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Tumpeng Nasi Kuning

    Mobil itu masih mengikuti kami sampai rumah. Begitu sampai rumah. Adzan magrib berkumandang. Aku turun dari motor dan Mas Gavrielle menyerahkan kunci motor itu pada salah satu bodyguard papa.Kami masuk dan di kejutkan oleh suara terompet. Rupanya yang meniup terompet anak-anakku juga Mbok Sumi dan Pak Khamdan. Mama, Papa juga eyang putriku dan Kakek sudah ada di ruang tamu.Bukan kue tart yang menyambut kami melainkan tumpeng kecil berisikan nasi kuning. Aku takjub sekali, meskipun bukan pesta yang meriah tapi bagiku ini adalah kado yang sangat berharga bagiku juga suamiku.“Happy wedding anniversary ya Mama, Papa.” Kata Arsen dan Ancel berbarengan. Suamiku yang paling tegar di luar tiba-tiba saja menengadahkan matanya ke langit-langit. Ternyata bertepatan dengan momen itu seseorang masuk ke ruang tamu.“Maaf sepertinya aku ganggu.” Kata Neil. Setelah menyapaku di jalan dan tidak di gubris oleh suam

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)    Hadiah dari Anak-anak

    “Mama sama papa ngapain di sini?”Sedang asyik berduaan begini kenapa anak-anakku bisa datang? Ini Pak Khamdan sama bodyguard papa juga ikut-ikutan datang.Wajah Mas Gavrielle langsung di tekuk. Kenapa aku merasa kalau suamiku tidak ingin di ganggu privasinya.Ancelia dan Arsen menenteng tasnya. Harusnya aku justru senang dengan kedatangan anak-anakku. Tapi kenapa kok aku juga terbawa suasana enggan diganggu siapapun termasuk anak-anakku sendiri.“Papa kok gitu sih, wajah Papa kok manyun. Nggak senang kita datengin?” Tanya Arsen. Ia membuka ranselnya lalu mengambil sebuah bungkusan.Arsen memberikan bungkusan itu pada Ancelia. Putriku lalu menyerahkan bingkisan itu pada Mas Gavrielle."Papa, kami nggak bermaksud mengganggu waktu Mama sama Papa. Tapi kata Kak Arsen ini hari ulang tahun pernikahan mama sama papa jadinya Kak Arsen tadi minta di anterin ke toko buat beli ini.” Kata putriku pan

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Ke Taman Bersejarah

    Aku pernah berada pada titik terendah dalam hidup ini. Bahkan tidak hanya sekali aku berusaha untuk terus berjuang untuk hidup. Entahlah bagaimana dengan Meira kedepannya. Apapun yang ia lakukan padaku juga pada keluarga Besar Baskoro tidak serta merta di balas dengan keburukan.Papa mertuaku adalah pribadi yang baik, terlepas kadang beliau menggunakan kekuasaan juga uangnya untuk menyelesaikan banyak hal. Tapi kebaikan papa mertuaku juga keluarga besar Baskoro pada Meira dan keluarganya tidak bisa dinafikan begitu saja.Papa dan juga mama mertuaku bukan tipikal pendendam, tapi melihat mama jadi jutek seperti tadi aku jadi ikut terbawa arus. Apa ada yang mereka bicarakan tapi tidak ku ketahui. Mungkin Mas Gavrielle belum cerita saja.Mama meninggalkan kamarku. Papa sudah berangkat ke pengadilan, kakek ditemani eyang putri sudah berangkat untuk fisioterapi di rumah sakit yang di kepalai dokter Pambudi.Hari sudah siang. Bergegas aku mandi lalu pelan-pelan

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Kedatangan Meira

    Aku tak menyangka kalau di layar ponselku tertera nomor Meira. Sudah berapa lama kami tak saling berkabar. Jangan-jangan yang datang itu adalah Meira.Pantaslah kalau suamiku cemberut. Aku tahu apa yang sudah di lakukan Meira begitu membekas di hati suamiku. Pun Mas Gavrielle sudah berusaha memperbaiki dirinya selama ini.“Kamu sudah bisa nebak kan siapa yang datang?” Mas Gavrielle langsung mengambil kemeja dan berpakaian.“Aku ikut papa saja ke pengadilan, Ren.”Keputusan Mas Gavrielle dalam sekejap bisa berubah.“Nanti kita ngobrol lagi ya, Sayang. Maaf, aku bener-bener nggak bisa nemani kamu. Cepetan sembuh ya istri kesayanganku.”Klek.Pintu kamarku di buka dari luar. Tak menyangka sama sekali kalau Dito yang membuka pintu. Saat Mas Gavrielle mencium dahiku, Dito melebarkan bukaan daun pintu.“Renata.” Sapanya. ”Boleh masuk kan?”Kepalang tangg

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Siapa Sih yang Datang?

    Setelah aku selsai berwudlu, segera aku beranjak ke kamar. Suamiku sudah menunggu untuk shalat berjamaah. Ku ambil mukena yang sudah di siapkan suamiku.Baik aku dan suamiku, kami tidak berasal dari keluarga yang sangat religius. Namun, keluarga kami terutama mertuaku adalah keluarga modern yang sangat taat beragama.Setelah kami selesai berjamaah, kepalaku masih saja sedikit pusing. Jadi aku naik kembali ke ranjang. Suamiku memilih untuk duduk di sofa sembari mengambil ponselnya.“Hari ini biar papa saja yang berangkat ke pengadilan. Toh keberadaanku tidak di perlukan.” Kata suamiku sembari menscrol layar ponselnya.“Ngapain sih Mas ketawa begitu?” Suamiku tertawa sampai memegang perutnya. Bikin aku penasaran juga. Kalau suamiku cari hiburan di medsos wajar saja, tapi ia betah sekali natap layar sampai ketawa nggak berhenti.Pertanyaanku nggak kunjung di jawab suamiku. Karena aku juga ingin tahu, diam-diam aku berjalan mend

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Rencana Boyongan Liburan ke Pattaya

    Lagi-lagi Paman Hiromi bercerita panjang lebar.“Selama ini memang papa saya, Kenzo Matsuyama sangat menyayangi Hirata. Ya karena hanya Hirata anak kandungnya bersama Kinarsih. Saya dan Hideaki juga tak di bedakan. Kelihatannya seperti itu. Tapi, Papa memang sangat menyayangi Hirata. Hirata memang anak yang baik dan berbakat.”Tante Haruka menutup wajahnya dan menangis.”Haruka hamil anak saya. Saya sangat mencintainya tapi ia keberatan untuk menikah dengan saya karena saya kalah dalam segala hal dari Hirata. Setelah Hirata menikah, barulah Haruka mengincar Hideaki. Hideaki juga mencintai Haruka sehingga ia mengadopsi Neil menjadi putra mereka.”“STOP HI-ROMI!” Kata Tante Haruka. Ia kepalang malu dengan apa yang di ceritakan oleh Paman Hiromi.Aku bersyukur kakek maupun eyang putri tak menghadiri sidang ini. Kalau mereka menyaksikan entah apa jadinya nanti. Paman Hiromi masih melanjutkan ceritanya.“La

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Dari Lubuk Hati Hiromi

    Sepulangnya dokter Pambudi aku segera mandi. Mbok Sumi mengantarkan Bubur Kacang Hijau ke atas. Uap panas Bubur Kacang Hijau khas Mbok Sumi menggoda selera.“Saya letakkan di meja ya Mbak, Bubur Kacang Hijaunya. Tuan Gavrielle sedang di bawah bersama Den Kakung juga Eyang putri.”Bergegas aku keluar kamar mandi. Aku mendapati Mbok Sumi sedang duduk termenung di sofa.“Mbok.” Ku tepuk pundak Mbok Sumi dari belakang. Mbok Sumi sontak berjingkat pelan.“Den, saya bener-bener minta maaf. Saya nggak tahu menahu apapun masalah ini. Yang saya tahu dan suami saya ceritakan suami saya itu mantan karyawan pabrik yang di PHK karena pabriknya bangkrut.”Mbok Sumi memelukku.”Maafin Pak Khamdan ya.”Harusnya aku yang sangat berterima kasih pada pasangan Mbok Sumi dan Pak Khamdan. Pasangan ini adalah support system penting dalam hidup kami. Mata Mbok Sumi berkaca-kaca. Ia masih saja tak kuasa membendung tangisnya.“Simbok jangan pergi ya. Saya bahagia sekaligus sedih di pertemukan dengan sosok yang

DMCA.com Protection Status