Callista menghentikan langkah kakinya ketika dia sudah berada di depan sebuah bangunan. Sebelumnya Justin tidak memberi tahu apapun, hanya meminta Callista untuk datang ke lokasi yang sudah diberitahukannya. Ya, rumah sakit, lokasi yang ditunjuk berhenti di bangunan ini. Dengan cepat Callista masuk ke sana dan mencari seseorang yang mungkin dikenalnya.
Tak lama kemudian, dia melihat Justin dan teman-temannya sedang duduk di ruang tunggu. Dirinya pun menghampiri mereka lalu bertanya, “Ada apa dengan Fritz?”
Tampak jelas wajah mereka begitu sedih dan muram. Callista mengulangi pertanyaannya. Tanpa berbicara, Lionello pun menunjuk ke pintu yang ada di depan mereka yaitu ruang unit gawat darurat. Tanpa diminta, Justin pun berkata, “Fritz mengalami kecelakaan cukup parah. Mobil yang dikendarainya dihantam oleh mobil lain. Pelaku melarikan diri seusai kecelakaan itu. Kami mendapatkan kabar dari salah satu teman Fritz yang bekerja di dekat lokasi kejadian.&r
Callista pun berdiri di depan pemakaman Fritz. Dirinya tak beranjak dari sana. Padahal sudah beberapa menit berlalu semenjak Fritz dimasukkan ke dalam liang lahat dan orang-orang juga sudah pergi. Kini dia seorang diri seraya memandangi tulisan Fritz Ryker di batu nisan.Bersamaan dengan itu, kenangan dia bersama dengan Fritz terlintas. Akhir-akhir ini tak banyak hal yang dia lakukan bersama dengan Fritz, bahkan mereka hanya sekedar membicarakan pekerjaan saja ketika bertemu. Meski begitu, kepergian sang teman meninggalkan luka untuknya. Bagaimanapun juga, Fritz termasuk orang yang membantu Callista untuk melewati masa sulitnya di masa lalu. Ditambah pria itu adalah teman seperjuangannya. Tidak mungkin Callista tidak merasakan sedih. Namun kali ini, dia tidak ingin menangis dan memfokuskan diri untuk apa yang ada di depannya.“Aku tidak akan bertanya kenapa kau meninggalkan aku secepat ini, aku hanya memberitahumu bahwa aku akan menyelesaikan semuanya lalu menyus
Sesampainya di lokasi, dan tim Chasseurs juga sudah datang, segeralah Callista memerintahkan Lionello dan Justin untuk memindahkan tubuh si pelaku ke dalam mobil miliknya. Dia tidak memberi tahu apapun tentang apa yang akan dia lakukan. Bahkan ketika Justin mempertanyakan hal itu, Callista tidak menjawab dan malah mengalihkan pembicaraan. “Sisanya, serahkan kepadaku!” kata Callista seusai dirinya menutup pintu bagasi mobil di mana si pelaku dibiarkan berada di bagasi. “Kau tidak ingin memberi tahu kami?” tanya Lionello. “Ini balas dendamku. Aku tidak mau melibatkan kalian. Sejauh ini kalian sudah membantuku. Terima kasih banyak!” jawab Callista. Meski perkataan itu tidak menjawab pertanyaan Lionello. “Baiklah. Kami serahkan kepadamu! Asal kau kembali ke markas kami seusai melakukan hal itu. Kami akan menunggumu,” ujar Justin. Callista mendesis mendengar perkataan Leader Tim Chasseurs. “Jangan beranggapan bahwa aku akan mati, Justin! Aku hanya
Callista pulang ke rumah lalu membersihkan diri setelah itu pergi ke dapur. Dia membuat makan malam untuknya sendiri. Setelah selesai membuat makanan, dia pergi ke ruang tengah dan menyalakan televisi. Menikmati makanan tersebut seraya menonton. Sesekali matanya melirik ke arah jam yang ada di dinding.Tiba-tiba saja, pintu dibuka oleh seseorang. Callista tidak menolehkan kepala, dia masih menatap televisi. Dirinya bisa merasakan orang tersebut menghampirinya. “Tidak biasanya kau makan di sini,” katanya.“Terpaksa, aku sangat lapar dan tidak mungkin makan di kamarku,” jawab Callista tanpa menoleh. Pria itu adalah Richard, suaminya. Richard baru saja pulang dari markas untuk membersihkan diri, tapi dirinya tak menyangka kalau ternyata Callista sudah pulang lebih awal. Biasanya hanya dia yang ada di rumah dan wanita tersebut akan pulang tengah malam.“Biasanya kau pulang malam,” kata Richard lagi.“Diamlah!” k
“Kau tidak bisa pergi ke manapun, Bos Mafia Sialan! Nyawamu berada di tangan kami,” kata Ninetto, Leader The Crow Hunters. Mendengar hal itu membuat Richard mendesis lalu berdiri dari duduknya. Tentu saja gerakan itu membuat mereka sedikit memundurkan tubuh tanpa melepaskan todongan.“Jadi, hanya ini tim yang dikirim untuk menyerangku? Bahkan istriku menjadi salah satunya. Hh! Alberto memang pintar,” kata Richard.“Diamlah! Kau tidak berhak berbicara!” bentak Ethaniel membuat Richard tertawa pelan.“Apakah kalian dipaksa untuk menyerangku di rumahku sendiri?” tanyanya. Namun tak ada yang menjawab pertanyaan itu. “Bos kalian itu memang cerdik walau dia selalu saja membuat kesalahan. Dengan mengirim tim sesedikit mungkin, bahkan menggunakan istriku sebagai umpan. Apakah dia berpikir kalau aku akan takut dengan tim sedikit seperti ini? Rupanya dia sama sekali tidak memahami bagaimana aku.”“Su
Pengakuan Richard membuat mereka terkejut. Bagaimana bisa dirinya mengetahui kalau ada Federico yang membantu mereka masuk ke gedung tanpa terekam kamera pengawas? Ditambah lokasi Federico sudah ketahuan. Padahal sedari tadi, Richard tidak menunjukkan gerak-gerik kalau dirinya tahu tentang hal tersebut. Sayangnya, pria itu sudah mengetahuinya.“Ba-bagaimana kau tahu?” tanya Justin.“Hh! Kau baru bersuara? Tentu saja aku tahu karena anggota tim Chasseurs yang masuk hanya tiga orang. Sementara satu orang lagi pasti sedang mengawasi di luar sana. Namun kalian tenang saja! Para anak buahku tidak akan menyakitinya, hanya memintanya untuk berhenti melakukan hal ini. Aku tahu kalau Federico tidak begitu mahir dalam perkelahian, jadi, aku menyuruh mereka untuk tidak melakukan apapun kepadanya,” jawab Richard.“Tambahan,” lanjut Richard sebelum salah satu dari mereka berbicara. “Peretas ValHolitz membiarkan Federico untuk meretas
“TIDAK!” pekik wanita itu. “Aku sama sekali tidak mencintainya!”Callista masih berusaha menyangkal, padahal hal tersebut hanya akan menyiksa dirinya sendiri. Meski berusaha meyakinkan hati, tapi hati kecilnya tidak bisa berbohong. Dirinya memang menyukai Richard, makanya menahan diri untuk tidak membunuh pria yang disukainya itu.Satu jam sudah berlalu, dirinya masih berperang dengan keyakinan hati dan otaknya. Pada akhirnya dia pun mengalah dan mengakui kalau dirinya mencintai Richard. Entah kapan perasaan itu tumbuh, yang Callista tahu adalah dia mulai mengagumi Richard belakangan ini karena cara bertarungnya yang hebat. Padahal awalnya dia hanya mengagumi, tapi entah kenapa, perasaan itu berubah menjadi cinta. Callista juga tidak memahami kenapa hal seperti ini terjadi kepadanya.“Ternyata kau ada di sini!” Callista menolehkan kepala ketika seseorang berkata begitu, ternyata anggota The Crow Hunters. Callista pun berdiri d
Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu. Callista yang sedang menatap ke arah luar jendela pun menolehkan kepala. Dia menghampiri pintu itu lalu membukanya. Betapa terkejut wanita ini ketika melihat siapa yang ada di depan mata dia. Ya, Richard, sang suami berdiri di sana dengan senyuman manis.“Tahu dari mana kalau aku ada di sini?” tanya Callista seraya mengubah raut wajahnya menjadi datar dan menatap tajam pria itu.“Tentu saja aku tahu, bahkan semenjak kau mulai tinggal di sini.” Jawaban Richard membuat Callista berdecak.“Bukan itu jawaban yang ingin aku dengar,” gumamnya.“Sudah tiga hari kau meninggalkan rumah, dan aku mengerti kalau alasanmu pasti kejadian tiga hari lalu, makanya aku membiarkanmu untuk menenangkan diri. Namun sudah tiga hari pula aku merindukanmu. Ba-““Ck! Tidak bisakah kau mengatakan hal bodoh sepertimu hah? Membuatku kesal saja,” geram Callista seraya melipatkan kedua tangannya di dada.“Aku hanya mengatakan apa yang ingin aku katakan,” ucap Richard me
“Mencari pelakunya?” tanya Richard setelah terdiam beberapa menit seusai Callista meminta hal itu kepada sang suami. Callista menganggukkan kepala.“Akan aku usahakan, tapi aku tak janji karena aku cukup sibuk dengan banyak hal,” katanya. Callista kembali mengangguk lalu pergi ke kamar.Di kamar, dia sedang memikirkan kembali apa yang dikatakan Richard tadi. Pria itu sempat terdiam ketika dirinya meminta untuk mencarikan si pelaku yang sudah membunuh Fernando. Kenapa Richard terdiam? Callista sengaja berkata begitu untuk melihat reaksi Richard. Melihat bagaimana raut wajah dan sikapnya membuat Callista semakin curiga. Mungkinkah Richard tahu sesuatu? Jika memang benar, dia berniat untuk mencari tahu. Mungkin akan memakan waktu lama, tapi dia tak peduli selagi dirinya berhasil menemukan petunjuk.Keesokan harinya, Callista keluar dari kamar dan langsung pergi menuju ke dapur. Rumah ini terasa sepi, mungkinkah Richard sudah pergi? Pikirnya.