Pengakuan Richard membuat mereka terkejut. Bagaimana bisa dirinya mengetahui kalau ada Federico yang membantu mereka masuk ke gedung tanpa terekam kamera pengawas? Ditambah lokasi Federico sudah ketahuan. Padahal sedari tadi, Richard tidak menunjukkan gerak-gerik kalau dirinya tahu tentang hal tersebut. Sayangnya, pria itu sudah mengetahuinya.
“Ba-bagaimana kau tahu?” tanya Justin.
“Hh! Kau baru bersuara? Tentu saja aku tahu karena anggota tim Chasseurs yang masuk hanya tiga orang. Sementara satu orang lagi pasti sedang mengawasi di luar sana. Namun kalian tenang saja! Para anak buahku tidak akan menyakitinya, hanya memintanya untuk berhenti melakukan hal ini. Aku tahu kalau Federico tidak begitu mahir dalam perkelahian, jadi, aku menyuruh mereka untuk tidak melakukan apapun kepadanya,” jawab Richard.
“Tambahan,” lanjut Richard sebelum salah satu dari mereka berbicara. “Peretas ValHolitz membiarkan Federico untuk meretas
“TIDAK!” pekik wanita itu. “Aku sama sekali tidak mencintainya!”Callista masih berusaha menyangkal, padahal hal tersebut hanya akan menyiksa dirinya sendiri. Meski berusaha meyakinkan hati, tapi hati kecilnya tidak bisa berbohong. Dirinya memang menyukai Richard, makanya menahan diri untuk tidak membunuh pria yang disukainya itu.Satu jam sudah berlalu, dirinya masih berperang dengan keyakinan hati dan otaknya. Pada akhirnya dia pun mengalah dan mengakui kalau dirinya mencintai Richard. Entah kapan perasaan itu tumbuh, yang Callista tahu adalah dia mulai mengagumi Richard belakangan ini karena cara bertarungnya yang hebat. Padahal awalnya dia hanya mengagumi, tapi entah kenapa, perasaan itu berubah menjadi cinta. Callista juga tidak memahami kenapa hal seperti ini terjadi kepadanya.“Ternyata kau ada di sini!” Callista menolehkan kepala ketika seseorang berkata begitu, ternyata anggota The Crow Hunters. Callista pun berdiri d
Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu. Callista yang sedang menatap ke arah luar jendela pun menolehkan kepala. Dia menghampiri pintu itu lalu membukanya. Betapa terkejut wanita ini ketika melihat siapa yang ada di depan mata dia. Ya, Richard, sang suami berdiri di sana dengan senyuman manis.“Tahu dari mana kalau aku ada di sini?” tanya Callista seraya mengubah raut wajahnya menjadi datar dan menatap tajam pria itu.“Tentu saja aku tahu, bahkan semenjak kau mulai tinggal di sini.” Jawaban Richard membuat Callista berdecak.“Bukan itu jawaban yang ingin aku dengar,” gumamnya.“Sudah tiga hari kau meninggalkan rumah, dan aku mengerti kalau alasanmu pasti kejadian tiga hari lalu, makanya aku membiarkanmu untuk menenangkan diri. Namun sudah tiga hari pula aku merindukanmu. Ba-““Ck! Tidak bisakah kau mengatakan hal bodoh sepertimu hah? Membuatku kesal saja,” geram Callista seraya melipatkan kedua tangannya di dada.“Aku hanya mengatakan apa yang ingin aku katakan,” ucap Richard me
“Mencari pelakunya?” tanya Richard setelah terdiam beberapa menit seusai Callista meminta hal itu kepada sang suami. Callista menganggukkan kepala.“Akan aku usahakan, tapi aku tak janji karena aku cukup sibuk dengan banyak hal,” katanya. Callista kembali mengangguk lalu pergi ke kamar.Di kamar, dia sedang memikirkan kembali apa yang dikatakan Richard tadi. Pria itu sempat terdiam ketika dirinya meminta untuk mencarikan si pelaku yang sudah membunuh Fernando. Kenapa Richard terdiam? Callista sengaja berkata begitu untuk melihat reaksi Richard. Melihat bagaimana raut wajah dan sikapnya membuat Callista semakin curiga. Mungkinkah Richard tahu sesuatu? Jika memang benar, dia berniat untuk mencari tahu. Mungkin akan memakan waktu lama, tapi dia tak peduli selagi dirinya berhasil menemukan petunjuk.Keesokan harinya, Callista keluar dari kamar dan langsung pergi menuju ke dapur. Rumah ini terasa sepi, mungkinkah Richard sudah pergi? Pikirnya.
Hal ini sama seperti yang pernah disampaikan oleh Fritz tentang dirinya yang sempat mengikuti ke mana bosnya pergi dan melihat bosnya bertemu dengan bos mafia dari Fulgen Famiglia. Namun Fritz tidak tahu pembicaraan apa yang mereka bahas, dia hanya bisa melihat pertemuan mereka. Richard juga mengatakan hal yang sama, kemungkinan pertemuan itu bukan hanya dilakukan sekali atau dua kali. Entah sudah berapa banyak mereka membicarakan tentang sebuah rencana.“Sepertinya kau tidak terkejut ketika ku sebut Fulgen Famiglia,” sindir Richard seraya melirik istrinya. Callista membalas lirikan sang suami.“Kau sudah tahu sebelumnya, kan?” tebaknya. Callista mendengkus pelan.“Hanya tahu kalau mereka melakukan pertemuan,” jawab Callista seraya melihat ke arah televisi.“Kenapa tidak memberitahuku?”“Karena aku tidak memiliki bukti. Daripada membahas hal itu, ada satu pertanyaan yang menggangguku. Bukankah w
Seusai makan malam, Richard dan Callista memutuskan untuk pulang. Namun Richard berkata kalau dirinya akan pergi ke markas setelah mengantar sang istri ke rumah. Sesampainya di depan gedung apartemen, Callista pun hendak turun, tapi tangannya ditahan oleh Richard. Callista menolehkan kepala.Tanpa dia sangka, pria tersebut mencium bibirnya. Tentu saja dia terkejut, tapi anehnya dia enggan untuk menjauh. Bahkan ketika ciuman itu sedikit memanas, Callista tetap membiarkannya. Sempat pula membalas sampai akhirnya Richard melepaskan ciuman. Pria tersebut tersenyum senang ketika Callista membalas.“Kau tidak marah?” tanya Richard. Dengan cepat Callista pun menampar Richard lalu keluar dari mobil. Richard menyadari kalau wajah Callista begitu memerah, tapi dia tidak mengerti kenapa wanita itu menamparnya. Meski tamparan yang diberikan tidak sekeras waktu dulu. Richard pun tertawa pelan seraya menggelengkan kepala. Dia memutuskan untuk segera pergi ke markas ValHo
Callista membelalakkan matanya mendengar pengakuan dari pria yang mengaku sebagai Fernando Foligno itu. Semua perkataannya terdengar jelas oleh Callista. Dia tak menyangka dengan apa yang didengarnya tadi. Fernando Foligno, sang suami yang sudah dinyatakan meninggal akibat luka tembak beberapa bulan lalu ternyata masih hidup. Bahkan kini pria itu berdiri tak jauh dari Callista. Namun Callista tidak mengerti, apa alasannya? Kenapa menggunakan nama Kristian? Kenapa harus membohongi dirinya?Tentu saja Callista merasa sangat sakit hati, dan tidak terima. Namun dia tidak ingin memergoki mereka karena masih membicarakan tentangnya. Dia ingin dengar sejauh mana pria itu berbohong dan merencanakan sesuatu yang sebesar ini. Banyak pertanyaan yang terlintas di benak dia, tapi Callista memutuskan untuk tetap berada di tempat persembunyian untuk mendengarkan kelanjutan cerita Kristian atau yang mengaku sebagai Fernando.“Ehm … jika kau melibatkan seseorang untuk diju
“Hah?! Apa maksudmu?” tanya Callista.“Aku hanya ingin tahu, siapa yang akan kau bela ketika peperangan itu terjadi,” jawabnya.“Cih! Kau masih saja memikirkan hal seperti ini, bukankah seharusnya kau mengkhawatirkan kelompokmu sendiri? Ditambah kau sudah menyatakan perang kepadaku yang notabenenya adalah anggota Forezsther. Mungkin kau juga sudah memberi tahu Alberto,” kata Callista.Richard mengernyitkan dahi keheranan. Kemarin sang istri tampak berbeda seperti biasanya, tapi sekarang malah bersikap sama. Perubahan Callista membuat Richard menjadi bingung. Pria itu pun membalas, “Aku lebih khawatir kau akan menjadi korban atas peperangan yang akan terjadi. Akan jauh lebih baik kalau kau tidak terlibat dan tak perlu ikut perang. Ka-““Jangan naif, Bos Mafia! Sekeras apapun aku menyangkal, aku tetaplah anggota Forezsther dan tak mungkin bagiku untuk bersembunyi. Berjuang bersama temanku akan jauh lebih
Callista terdiam, berusaha untuk mengingat tentang pasangan yang sudah dibunuhnya. Melihat Callista yang kebingungan, Richard pun mengambil dokumen dari dalam laci mejanya lalu memberikannya kepada wanita itu. Callista melihat isi dari dokumen tersebut yang menampilkan informasi tentang dua pasangan yang mereka bicarakan.“Mereka adalah kedua orang tua Kristian yang bekerja sebagai agen rahasia untuk beberapa kelompok mafia. Mereka hanya tinggal berdua di apartemen itu. Kau pergi ke sana untuk membunuh keduanya. Kebetulan Fernando berada di tempat lain dan ketika melihat orang tuanya, mereka sudah tiada dengan luka tusukan di mana-mana. Sempat ada perlawanan, terbukti dari beberapa barang yang hancur. Sekarang kau sudah mengingatnya?” ungkap Richard seraya melihat ke arah Callista.Wanita menganggukkan kepalanya. “Ya, aku baru ingat dengan misi itu. Misi yang diberikan oleh bosku karena mereka pernah bekerja dengannya dan berkhianat. Karena pengkhiana