Bentakan Alberto mengejutkan semua orang, bahkan pria itu menatap tajam ke arah anggota tim Chasseurs. Tampaknya Bos Forezsther ini tidak terima dengan mereka yang menolak perintahnya. Tentu saja hal tersebut membuat Alberto menjadi kesal. Pria ini terus mengomeli mereka lemah, tidak sehebat melakukan misi lain dan seorang penakut. Meski diomeli, penolakan tetap berlanjut karena mereka tidak seberani itu untuk melawan seseorang yang ditakuti satu kota. Bahkan untuk menyerang anggota ValHolitz saja butuh keberanian yang besar, apalagi membunuh Bos ValHolitz. Tidak mungkin bagi tim Chasseurs melakukan pekerjaan berisiko seperti itu.
“Kau tampak terburu-buru, seperti seseorang yang ingin segera memusnahkan musuhnya karena suatu hal yang ditakuti. Apakah kau sedang ketakutan, Alberto?” tanya Callista yang mulai curiga dengan tingkah Alberto yang terus memaksa mereka untuk melaksanakan misi darinya.
“Bukan seperti itu! Aku sudah muak dengan ValHolitz, maka
“Setelah itu, balas dendam pun terus berlanjut hingga sekarang,” lanjut Alberto.“Kenapa dia harus menggunakan namanya sendiri? Bukankah hal itu cukup berisiko untuk Forezsther? Seharusnya kau tahu akan hal itu, kan?”“Ya, aku sangat tahu, tapi aku sudah mempersiapkan semuanya,” jawab Alberto membuat Callista mengernyitkan dahi. Lagi-lagi pria itu bangkit dari duduknya, berjalan mendekati Callista. Wanita ini sempat memundurkan tubuh karena khawatir sang bos akan melakukan sesuatu. Namun Alberto hanya berdiri di sampingnya.“Termasuk meledakkan orang yang mengaku sebagai Antonio palsu,” bisik Alberto. Mata Callista langsung membelalak lebar mendengar pengakuan sang bos. Ketika dia hendak menoleh, Alberto langsung meninju perut Callista hingga wanita itu terpelanting dan menubruk lemari buku. Dirinya tampak terbatuk-batuk seraya menahan rasa sakit. Tentu saja dia mengeluarkan darah akibat pukulan itu.“
Callista teringat dengan seorang wanita yang mengaku sebagai bagian dari kelompok mafia yang disebutkannya tadi. Dia pernah bertemu dengannya, tapi dia sudah lupa bagaimana wajah wanita tersebut. Setelah berusaha mengingat-ingat, akhirnya dia terkejut.“Ah! Ornella Fulgen! Ya, wanita itu pernah dijodohkan oleh Fulgen Famiglia kepada Bos ValHolitz. Dengan kata lain, ada kerja sama antara dua kelompok mafia ini. Namun kenapa Bos Fulgen Famiglia bertemu dengan Alberto? Apa yang mereka rencanakan?” tanyanya kepada diri dia sendiri.Banyak misteri yang belum dia ketahui tentang bosnya. Meski penasaran, dia tidak ingin terlalu ikut campur. Namun tetap saja, dia khawatir kalau pertemuan Alberto dengan Bos Fulgen Famiglia ada kaitannya dengan penyerangan kepada ValHolitz. Dirinya berharap kalau pertemuan mereka tidak membuat kota menjadi medan perang. Bisa-bisa polisi akan turun tangan dan hal itu merepotkan dia yang notabenenya seorang kriminal.Tidak lama
Richard tersenyum lalu membuka matanya. Melihat reaksi bos mafia itu membuat Callista berdecak. Namun dia tidak mengumpat lagi setelah melihat kondisi tubuh pria tersebut. Tubuh bagian bahu sampai dengan pinggang dipenuhi perban, begitupun dengan tangan kanannya. Callista dapat melihat dengan jelas karena Richard tidak mengenakan pakaian atas.“Kenapa kau tidak memakai baju?” tanya Callista.“Aku sulit mengangkat tanganku, rasanya menyakitkan,” jawabnya.“Pakailah, Bodoh! Penyakitmu akan bertambah kalau kau tidak memakai pakaian hangat,” suruh Callista.“Ambilkan untukku dan pakaikan!” suruh Richard membuat Callista menganga tak percaya. Pria tersebut malah menyuruhnya.“Aku tidak mau! Kakimu baik-baik saja, ambil sendiri!” omelnya seraya melipat kedua tangan di dada.“Oh begitu reaksimu? Sepertinya seseorang yang sudah ku selamatkan memang tidak memiliki niatan untuk balas bu
Dua hari semenjak ledakan di pelabuhan, Callista semakin gelisah karena dia tidak memiliki bukti untuk membuat kecurigaan ValHolitz kepada Forezsther menghilang. Tepat hari ini dirinya harus memberikan bukti tersebut di hadapan Richard. Namun dia tidak memilikinya, bahkan dia sendiri sudah tahu siapa dalang di balik penyerangan itu. Callista tidak tahu apa yang harus dilakukannya agar peperangan bisa dicegah.Kini dia sedang berada di markas tim Chasseurs, duduk seorang diri pojok ruangan seraya memandangi pemandangan luar. Kepalanya terus berputar, mencoba mencari cara. Sayang sekali, perasaan gelisah yang dirasakannya begitu mengganggu, mengakibatkan dia tidak bisa memikirkan sesuatu dengan baik. Berulang kali dia terus membuang napas kasar.Tiba-tiba saja, anggota tim Chasseurs masuk ke dalam markas. Mereka duduk di salah satu kursi. Tampaknya keempat orang itu tidak menyadari keberadaan Callista. Wanita ini pun berdiri dari duduknya dan menghampiri mereka.&
“Tidak, Callista! Kau tidak menunjukkan kalau Forezsther tidak bersalah, aku tidak mungkin diam saja setelah melihat anak buahku diserang. Bahkan jumlahnya sudah tidak terhitung. Ditambah penyerangan masih terjadi, aku harus segera bertindak,” tolak Richard.Callista berbicara dengan Richard di rumahnya untuk membicarakan tentang perang antara ValHolitz dan Forezsther yang mungkin akan terjadi. Dirinya berusaha untuk meyakinkan Richard, sayang sekali, berulang kali bos mafia itu menolak karena sudah tidak tahan dengan penyerangan itu. Meski Callista memohon, Richard akan tetap membalaskan dendamnya kepada Forezsther. Nama Antonio Rassimov yang disebutkan oleh si penyerang menjadi bukti bahwa serangan yang terjadi dari kelompok pembunuh itu. Baginya, hal tersebut sudah menjadi bukti nyata.“Ku akui aku kesulitan untuk mencari bukti Forezsther tidak bersalah, tapi kau juga tidak memiliki bukti kuat selain si penyerang yang menyebut nama Antonio. Bahkan
Callista menatap Richard. Sepertinya tidak mudah untuk membohongi bos mafia itu, tapi dia tidak ingin memberitahunya. Dia harus menutupi apa yang diketahuinya selama ini. Hal tersebut menjadi rahasia untuk Forezsther. Kalau dia memberi tahu Richard, mungkin peperangan akan benar-benar terjadi. Dia memilih untuk menutup mulutnya dan membiarkan ValHolitz untuk mencari tahu sendiri.Callista pun berkata, “Aku tidak memiliki informasi apapun untukmu.”“Oh ya? Kenapa aku memiliki perasaan kuat tentang dirimu yang menyembunyikan sesuatu? Terlihat dari matamu yang berusaha untuk berbohong,” tanyanya.“Hanya sekedar perasaanmu saja. Jika pun aku memilikinya, akan ku beri tahu,” jawab Callista.“Kau sudah bersedia untuk bekerja sama dengan kami, kalau kau memiliki informasi sedikit saja, akan kami hargai. Lebih baik kau terbuka, Nyonya. Dengan begitu, masalah ini akan cepat selesai,” sahut Oscar membuat Callista mend
Callista menghentikan langkah kakinya ketika dia sudah berada di depan sebuah bangunan. Sebelumnya Justin tidak memberi tahu apapun, hanya meminta Callista untuk datang ke lokasi yang sudah diberitahukannya. Ya, rumah sakit, lokasi yang ditunjuk berhenti di bangunan ini. Dengan cepat Callista masuk ke sana dan mencari seseorang yang mungkin dikenalnya.Tak lama kemudian, dia melihat Justin dan teman-temannya sedang duduk di ruang tunggu. Dirinya pun menghampiri mereka lalu bertanya, “Ada apa dengan Fritz?”Tampak jelas wajah mereka begitu sedih dan muram. Callista mengulangi pertanyaannya. Tanpa berbicara, Lionello pun menunjuk ke pintu yang ada di depan mereka yaitu ruang unit gawat darurat. Tanpa diminta, Justin pun berkata, “Fritz mengalami kecelakaan cukup parah. Mobil yang dikendarainya dihantam oleh mobil lain. Pelaku melarikan diri seusai kecelakaan itu. Kami mendapatkan kabar dari salah satu teman Fritz yang bekerja di dekat lokasi kejadian.&r
Callista pun berdiri di depan pemakaman Fritz. Dirinya tak beranjak dari sana. Padahal sudah beberapa menit berlalu semenjak Fritz dimasukkan ke dalam liang lahat dan orang-orang juga sudah pergi. Kini dia seorang diri seraya memandangi tulisan Fritz Ryker di batu nisan.Bersamaan dengan itu, kenangan dia bersama dengan Fritz terlintas. Akhir-akhir ini tak banyak hal yang dia lakukan bersama dengan Fritz, bahkan mereka hanya sekedar membicarakan pekerjaan saja ketika bertemu. Meski begitu, kepergian sang teman meninggalkan luka untuknya. Bagaimanapun juga, Fritz termasuk orang yang membantu Callista untuk melewati masa sulitnya di masa lalu. Ditambah pria itu adalah teman seperjuangannya. Tidak mungkin Callista tidak merasakan sedih. Namun kali ini, dia tidak ingin menangis dan memfokuskan diri untuk apa yang ada di depannya.“Aku tidak akan bertanya kenapa kau meninggalkan aku secepat ini, aku hanya memberitahumu bahwa aku akan menyelesaikan semuanya lalu menyus