Richard tersenyum lalu membuka matanya. Melihat reaksi bos mafia itu membuat Callista berdecak. Namun dia tidak mengumpat lagi setelah melihat kondisi tubuh pria tersebut. Tubuh bagian bahu sampai dengan pinggang dipenuhi perban, begitupun dengan tangan kanannya. Callista dapat melihat dengan jelas karena Richard tidak mengenakan pakaian atas.
“Kenapa kau tidak memakai baju?” tanya Callista.
“Aku sulit mengangkat tanganku, rasanya menyakitkan,” jawabnya.
“Pakailah, Bodoh! Penyakitmu akan bertambah kalau kau tidak memakai pakaian hangat,” suruh Callista.
“Ambilkan untukku dan pakaikan!” suruh Richard membuat Callista menganga tak percaya. Pria tersebut malah menyuruhnya.
“Aku tidak mau! Kakimu baik-baik saja, ambil sendiri!” omelnya seraya melipat kedua tangan di dada.
“Oh begitu reaksimu? Sepertinya seseorang yang sudah ku selamatkan memang tidak memiliki niatan untuk balas bu
Dua hari semenjak ledakan di pelabuhan, Callista semakin gelisah karena dia tidak memiliki bukti untuk membuat kecurigaan ValHolitz kepada Forezsther menghilang. Tepat hari ini dirinya harus memberikan bukti tersebut di hadapan Richard. Namun dia tidak memilikinya, bahkan dia sendiri sudah tahu siapa dalang di balik penyerangan itu. Callista tidak tahu apa yang harus dilakukannya agar peperangan bisa dicegah.Kini dia sedang berada di markas tim Chasseurs, duduk seorang diri pojok ruangan seraya memandangi pemandangan luar. Kepalanya terus berputar, mencoba mencari cara. Sayang sekali, perasaan gelisah yang dirasakannya begitu mengganggu, mengakibatkan dia tidak bisa memikirkan sesuatu dengan baik. Berulang kali dia terus membuang napas kasar.Tiba-tiba saja, anggota tim Chasseurs masuk ke dalam markas. Mereka duduk di salah satu kursi. Tampaknya keempat orang itu tidak menyadari keberadaan Callista. Wanita ini pun berdiri dari duduknya dan menghampiri mereka.&
“Tidak, Callista! Kau tidak menunjukkan kalau Forezsther tidak bersalah, aku tidak mungkin diam saja setelah melihat anak buahku diserang. Bahkan jumlahnya sudah tidak terhitung. Ditambah penyerangan masih terjadi, aku harus segera bertindak,” tolak Richard.Callista berbicara dengan Richard di rumahnya untuk membicarakan tentang perang antara ValHolitz dan Forezsther yang mungkin akan terjadi. Dirinya berusaha untuk meyakinkan Richard, sayang sekali, berulang kali bos mafia itu menolak karena sudah tidak tahan dengan penyerangan itu. Meski Callista memohon, Richard akan tetap membalaskan dendamnya kepada Forezsther. Nama Antonio Rassimov yang disebutkan oleh si penyerang menjadi bukti bahwa serangan yang terjadi dari kelompok pembunuh itu. Baginya, hal tersebut sudah menjadi bukti nyata.“Ku akui aku kesulitan untuk mencari bukti Forezsther tidak bersalah, tapi kau juga tidak memiliki bukti kuat selain si penyerang yang menyebut nama Antonio. Bahkan
Callista menatap Richard. Sepertinya tidak mudah untuk membohongi bos mafia itu, tapi dia tidak ingin memberitahunya. Dia harus menutupi apa yang diketahuinya selama ini. Hal tersebut menjadi rahasia untuk Forezsther. Kalau dia memberi tahu Richard, mungkin peperangan akan benar-benar terjadi. Dia memilih untuk menutup mulutnya dan membiarkan ValHolitz untuk mencari tahu sendiri.Callista pun berkata, “Aku tidak memiliki informasi apapun untukmu.”“Oh ya? Kenapa aku memiliki perasaan kuat tentang dirimu yang menyembunyikan sesuatu? Terlihat dari matamu yang berusaha untuk berbohong,” tanyanya.“Hanya sekedar perasaanmu saja. Jika pun aku memilikinya, akan ku beri tahu,” jawab Callista.“Kau sudah bersedia untuk bekerja sama dengan kami, kalau kau memiliki informasi sedikit saja, akan kami hargai. Lebih baik kau terbuka, Nyonya. Dengan begitu, masalah ini akan cepat selesai,” sahut Oscar membuat Callista mend
Callista menghentikan langkah kakinya ketika dia sudah berada di depan sebuah bangunan. Sebelumnya Justin tidak memberi tahu apapun, hanya meminta Callista untuk datang ke lokasi yang sudah diberitahukannya. Ya, rumah sakit, lokasi yang ditunjuk berhenti di bangunan ini. Dengan cepat Callista masuk ke sana dan mencari seseorang yang mungkin dikenalnya.Tak lama kemudian, dia melihat Justin dan teman-temannya sedang duduk di ruang tunggu. Dirinya pun menghampiri mereka lalu bertanya, “Ada apa dengan Fritz?”Tampak jelas wajah mereka begitu sedih dan muram. Callista mengulangi pertanyaannya. Tanpa berbicara, Lionello pun menunjuk ke pintu yang ada di depan mereka yaitu ruang unit gawat darurat. Tanpa diminta, Justin pun berkata, “Fritz mengalami kecelakaan cukup parah. Mobil yang dikendarainya dihantam oleh mobil lain. Pelaku melarikan diri seusai kecelakaan itu. Kami mendapatkan kabar dari salah satu teman Fritz yang bekerja di dekat lokasi kejadian.&r
Callista pun berdiri di depan pemakaman Fritz. Dirinya tak beranjak dari sana. Padahal sudah beberapa menit berlalu semenjak Fritz dimasukkan ke dalam liang lahat dan orang-orang juga sudah pergi. Kini dia seorang diri seraya memandangi tulisan Fritz Ryker di batu nisan.Bersamaan dengan itu, kenangan dia bersama dengan Fritz terlintas. Akhir-akhir ini tak banyak hal yang dia lakukan bersama dengan Fritz, bahkan mereka hanya sekedar membicarakan pekerjaan saja ketika bertemu. Meski begitu, kepergian sang teman meninggalkan luka untuknya. Bagaimanapun juga, Fritz termasuk orang yang membantu Callista untuk melewati masa sulitnya di masa lalu. Ditambah pria itu adalah teman seperjuangannya. Tidak mungkin Callista tidak merasakan sedih. Namun kali ini, dia tidak ingin menangis dan memfokuskan diri untuk apa yang ada di depannya.“Aku tidak akan bertanya kenapa kau meninggalkan aku secepat ini, aku hanya memberitahumu bahwa aku akan menyelesaikan semuanya lalu menyus
Sesampainya di lokasi, dan tim Chasseurs juga sudah datang, segeralah Callista memerintahkan Lionello dan Justin untuk memindahkan tubuh si pelaku ke dalam mobil miliknya. Dia tidak memberi tahu apapun tentang apa yang akan dia lakukan. Bahkan ketika Justin mempertanyakan hal itu, Callista tidak menjawab dan malah mengalihkan pembicaraan. “Sisanya, serahkan kepadaku!” kata Callista seusai dirinya menutup pintu bagasi mobil di mana si pelaku dibiarkan berada di bagasi. “Kau tidak ingin memberi tahu kami?” tanya Lionello. “Ini balas dendamku. Aku tidak mau melibatkan kalian. Sejauh ini kalian sudah membantuku. Terima kasih banyak!” jawab Callista. Meski perkataan itu tidak menjawab pertanyaan Lionello. “Baiklah. Kami serahkan kepadamu! Asal kau kembali ke markas kami seusai melakukan hal itu. Kami akan menunggumu,” ujar Justin. Callista mendesis mendengar perkataan Leader Tim Chasseurs. “Jangan beranggapan bahwa aku akan mati, Justin! Aku hanya
Callista pulang ke rumah lalu membersihkan diri setelah itu pergi ke dapur. Dia membuat makan malam untuknya sendiri. Setelah selesai membuat makanan, dia pergi ke ruang tengah dan menyalakan televisi. Menikmati makanan tersebut seraya menonton. Sesekali matanya melirik ke arah jam yang ada di dinding.Tiba-tiba saja, pintu dibuka oleh seseorang. Callista tidak menolehkan kepala, dia masih menatap televisi. Dirinya bisa merasakan orang tersebut menghampirinya. “Tidak biasanya kau makan di sini,” katanya.“Terpaksa, aku sangat lapar dan tidak mungkin makan di kamarku,” jawab Callista tanpa menoleh. Pria itu adalah Richard, suaminya. Richard baru saja pulang dari markas untuk membersihkan diri, tapi dirinya tak menyangka kalau ternyata Callista sudah pulang lebih awal. Biasanya hanya dia yang ada di rumah dan wanita tersebut akan pulang tengah malam.“Biasanya kau pulang malam,” kata Richard lagi.“Diamlah!” k
“Kau tidak bisa pergi ke manapun, Bos Mafia Sialan! Nyawamu berada di tangan kami,” kata Ninetto, Leader The Crow Hunters. Mendengar hal itu membuat Richard mendesis lalu berdiri dari duduknya. Tentu saja gerakan itu membuat mereka sedikit memundurkan tubuh tanpa melepaskan todongan.“Jadi, hanya ini tim yang dikirim untuk menyerangku? Bahkan istriku menjadi salah satunya. Hh! Alberto memang pintar,” kata Richard.“Diamlah! Kau tidak berhak berbicara!” bentak Ethaniel membuat Richard tertawa pelan.“Apakah kalian dipaksa untuk menyerangku di rumahku sendiri?” tanyanya. Namun tak ada yang menjawab pertanyaan itu. “Bos kalian itu memang cerdik walau dia selalu saja membuat kesalahan. Dengan mengirim tim sesedikit mungkin, bahkan menggunakan istriku sebagai umpan. Apakah dia berpikir kalau aku akan takut dengan tim sedikit seperti ini? Rupanya dia sama sekali tidak memahami bagaimana aku.”“Su