Bab 127Pov Rini Hampir dua puluh tahun aku pergi merantau di luar pulau jawa dan telah memiliki tabungan, aku pun ingin menemui putriku. Belahan jiwaku yang sejak bayi memang sudah aku titipkan di pantai asuhan.Pasti banyak yang berpikir jika aku ini adalah ibu yang tak baik, karena meninggalkan putrinya sendiri di panti asuhan. Terserah saja jika orang mau bilang apa, yang penting menurutku itu adalah hal yang terbaik. Dari pada aku menjadi gelap mata dan kemudian melakukan hal lain untuk mencelakai bayiku itu? Jadi, jika tak tahu apa pun lebih baik kalian diam saja."Mas, aku hamil!" ucapku dengan perasaan yang bercampur aduk saat itu pada Mas Hasan, seperti biasa saat dia bertandang di kost ku yang sempit itu."Kamu hamil? Gila kamu!" Respon yang diberikan oleh Mas Hasan saat itu sebenarnya sudah aku tebak, tetapi aku memang harus mengatakan hal ini padanya bukan? "Iya Mas. Kenyataannya begitu, dan aku hanya melakukan hal ini dengan kamu saja. Kamu juga tahu kan hal itu," tuka
Bab 128Pov RiniUntung saja saat itu aku masih ingat dengan Tuhan, jika tidak pasti aku sudah mengakhiri hidup ini. Karena semua yang aku impikan dan diharapkan nyatanya hancur begitu saja. Entah benar atau salah, tapi aku memang melimpahkan semua kesalahan ini pada Mas Hasan.Andai saja dia bilang sudah memiliki isteri, tentu aku tak akan pernah menerima cintanya bukan? Kenapa jika memang dia mencintai istrinya, tapi kenapa dia malah menjadikan aku pacarnya? Berarti memang sejak awal niat Mas Hasan sudah tidak baik. Tetapi aku pun juga salah, karena dengan polosnya malah mau menyerahkan semua sebelum menikah. Dan, tentu saja penyesalan memang selalu ada di akhir."Bu, tolong titip putri saya ini. Suatu saat nanti saya pasti akan menjemputnya kembali," ucapku saat menggendong Nesya yang baru berusia dua minggu itu ke panti asuhan."Kenapa harus dititipkan? Kamu mau kemana?" Ibu panti yang terlihat sangat sabar itu pun balik bertanya padaku.Lalu, tanpa sedikit pun rasa malu aku pun m
Bab 129Pov Rini Seperti sebuah mimpi yang tak pernah aku harapkan lagi, nyatanya sebelum aku bertemu dengan Nesya malah aku bertemu dengan Mas Hasan. Padahal, hampir setiap hari aku selalu berdoa agar tak lagi dipertemukan dengan lelaki kurang ajar itu.Sakit hati yang telah kuobati selama puluhan tahun, nyatanya sekarang semua harus kembali terungkap di waktu yang singkat.Dan, seperti benang kusut entah bagaimana caranya hingga Mas Hasan dan Nesya bisa menikah dan malah saat ini putriku itu sedang mengandung anak dari ayahnya sendiri.Namun ada satu hal yang kusyukuri saat ini, akhirnya aku bisa bertemu dengan istri dari Mas Hasan. Bu Dewi, aku selama ini sebenarnya sangat ingin betermu dengan dia, karena aku tahu jika memiliki kesalahan yang sangat besar."Maafkan saya Bu. Sungguh saat itu saya tak tahu jika Mas Hasan sudah memiliki istri. Tolong maafkan saya," ucapku dengan sepenuh hati.Jika saat itu Bu Dewi ingin menampar aku atau mungkin menghajarku, aku pasti akan menerima
Bab 130Pov Author"Aku ingin bayi ini mati saja! Aku tak ingin anak ini! Tolong bilang pada dokter untuk mengeluarkan bayi sial ini! Atau jika tidak, maka aku yang akan mengeluarkan dia sendiri secara paksa!" ucap Nesya dengan mata penuh kebencian.Tak ayal semua yang ada di dalam ruangan itu pun tersentak kaget, tak terkecuali Pak Hasan yang masih di ambang pintu."Nesya, kamu yang tenang ya Nak. Kamu jangan seperti ini. Istighfar!" Bu Rini langsung mendekati anaknya dan berusaha untuk memeluknya.Namun dengan cepat Nesya pun menghalau tangan ibu kandungnya itu. "Kamu jangan pernah dekati aku! Atau aku akan bunuh diri sekarang juga!" teriak Nesya dengan mata berapi-api."Jangan Nak. Jangan bilang seperti itu, istighfar! Ibu minta maaf karena telah meninggalkan kamu di panti asuhan, itu semua ibu lakukan demi kebaikan kamu. Sekarang kamu tenang ya. semua akan baik-baik saja karena ibu sudah berada disini sekarang." Bu Rini terus saja tetap berusaha mendekati putrinya.Sementara itu F
Bab 131Pov HasanHingga berumur setia ini, aku belum pernah merasakan senang ini. Bahkan ini rasanya lebih sakit dari ketika ditinggal oleh Dewi dan Fika. Sebuah kenyataan bahwa saat ini aku telah menikah dan menghampiri anak kandungku sendiri, sungguh membuat dada ini terasa sesak.Tak mampu lagi rasanya aku untuk berbicara. Rasanya lebih baik diam, karena meski aku berbicara seperti apa pun sungguh tak akan bisa mengubah segala suasana. Semua sudah hancur lebur berantakan."Semua ini salah kamu Mas! Sungguh aku tak akan pernah memaafkan kamu selamanya!" ucap Rini saat itu."Kamu seorang lelaki yang biadab! Bahkan sepertinya hewan saja lebih mulia dari pada kamu!" kata Dewi dengan mata berapi-api saat itu.Kuterima semua kemarahan orang lain padaku saat ini, karena memang aku bersalah saat ini. Kesalahan fatal yang aku pun tahu tak akan pernah bisa untuk dimaafkan.Selama ini aku memang sering tergoda dengan daun muda, tetapi tentu pikiranku masih normal untuk tak jatuh cinta pada a
Bab 132Pov Hasan Namun begitu, setelah kenyataan seperti ini terjadi aku pun tentu harus berusaha menerima dengan lapang dada. Menguatkan hati, pikiran serta tubuhku untuk bisa menghadapi kenyataan.Percaya atau tidak, tetapi sebenarnya aku ini sangat sayang pada anakku. Fika, Lio dan yang baru diketahui adalah Nesya.Karena sebuah kesalahanku sendiri yang fatal di masa lalu, akhirnya saat ini aku pun harus menanggung karma dengan sedemikian rupa. Kini, rasa cinta yang sempat terbit karena nafsu pada Nesya sontak menghilang dalam diriku. Tetapi hal ini terserah juga kalian mau percaya atau tidak. Berganti dengan rasa sayang ayah pada anaknya.Aku telah menghancurkan masa depan Nesya dengan sedemikian rupa, jadi aku pun berharap bisa memperbaiki semuanya.'Kamu bisa memperbaiki ini semua Hasan! Jangan putus asa! Tuhan itu maha pemaaf yang pasti akan memberikan kesempatan lagi padamu. Tenang, semua akan baik-baik saja!' gumamku dalam hati yang terus memberi semangat pada diri sendiri
Bab 133Pov HasanMeski sangat berat, tapi aku terus berusaha untuk membuka mata. Tak usah ditanya lagi bagaimana lagi rasanya sakitnya badan ini. Karena mungkin tadi aku telah mengalami kecelakaan yang hebat."Papa! Alhamdulillah akhirnya Papa siuman Ma!" Ada senyum lega ketika masih bisa mendengar suara Fika itu.Syukur juga, ternyata mata ini bisa melihat dengan terang sekarang.Fika berusaha untuk memeluk tubuhku saat ini. Kudengar suara isak tangis dari beberapa orang, tetapi rasanya kepalaku ini sudah tak bisa digerakkan. Jadi, hanya bisa melihat di satu sisi saja."Papa tenang ya. Dokter akan memberikan perawatan yang terbaik, yang akan membuat Papa kembali sehat! Nggak boleh menyerah pokoknya!" Fika menangis tersedu tetapi tetap memberikan semangat padaku.Kuangkat salah satu tangan, meski terasa sangat sulit, dan mengusap pucuk rambut putri sulungku itu.Meski dari luar dia kelihatannya memang cuek dan gampang marah, aku tahu jika dia sebenarnya gadis yang berhati lembut, tak
Bab 134Pov Author "Papa! Papa!" teriakan Fika memenuhi ruangan itu. Ruangan dimana saat ini Hasan sudah terbujur kaku dengan tertipu selimut."Istighfar, Fik! Istighfar!" Bu Dewi pun mencoba menenangkan anaknya."Tidak Ma! Saat ini Papa belum boleh pergi! Masih banyak yang harus diperbaiki! Bangun Pa! Bangun!" Fika semakin histeris saja hingga dia pun berusaha membangunkan Hasan yang sudah meninggal.Dengan susah payah akhiranya Dewi dan Rini pun bisa membawa gadis itu keluar ruangan dan mengajaknya untuk duduk di ruang tunggu. Meski memang dia masih belum tenang saat ini."Ikhlaskan kepergian Papa, Fik. Doakan saja yang terbaik," ucap Dewi sambil terisak juga."Iya Fik. Ini Sudah menjadi takdir Papa kamu, Nak. Istighfar ya," timpal Rini yang juga menangis saat ini.Meski Hasan telah menyakiti hati kedua wanita dewasa itu sedemikian rupa, tetapi kematian Hasan yang mendadak dan tak terduga ini sungguh membuat keduanya merasa terpukul.Mereka memang membenci, tetapi bukan berarti in
Bab 180Pov Author Setelah kejadian meninggalnya Bu Rini secara bunuh diri di rumah itu, Bu Dewi pun memutuskan untuk menjual salah satu rumah miliknya itu. Karena menurutnya rumah itu sudah menyimpan banyak kenangan pahit."Ma ... lihat berita terbaru nggak?" Fika datang tanpa mengetuk pintu kamar By Dewi pagi ini, dia sepertinya sangat bersemangat sambil membawa ponselnya."Berita apa sih, Sayang?" Fika segera menunjukan latar ponselnya pada Bu Dewi. Ada rasa senang dan sedikit iba ketika dia membaca berita itu."Apa ini benar, Sayang?" tanya Bu Dewi sekedar memastikan."Tentu, Ma," jawab Fika singkat.Berita itu menunjukan jika semalam Nesya telah ditangkap di sebuah losmen di kecamatan sebelah. Dengan kondisi yang mengenaskan, seperti seorang yang mengalami depresi.Seminggu sudah pelarian Nesya setelah kematian Bu Rini itu, gadis hitam manis itu pun hanya satu kali saja menghubungi Bu Dewi, setelahnya dia seperti hilang ditelan bumi.Dalam pelariannya itu, Nesya terus berpinda
Bab 179Pov Bu Dewi Aku sungguh tak menyangka jika Nesya mengatakan hal seperti itu. Padahal dia sudah benar-benar nyata terlihat bersalah, tetapi masih menyangkal juga. Jika saja saat ini dia berada di depanku, pasti Aku pun langsung akan menampar dia."Astaghfirullah aladzim!" kata itu terus saja aku ucapkan dengan lirih.Nesya pun kemudian melanjutkan ucapannya, "begini ya Tan. Seharusnya orang-orang itu nggak hanya memikirkan perasaan dia saja, seharusnya mereka memikirkan aku juga dong! Bayangkan deh selama dua puluh tahun dia pergi dan lepas tanggung jawab, menyerahkan aku di Panti asuhan begitu saja. Apa itu yang dinamakan seorang ibu? Coba bayangkan jika kalian jadi aku!" ucap Nesya seakan masih merasa paling benar.Aku akan segera menimpali ucapan gadis tak tahu diri ini setelah mengucapkan istighfar, tetapi nyatanya dia kembali nyerocos."Apa yang kulakukan saat ini anggap saja hanya sebagai sebuah ungkapan kekesalan belaka! Toh sebenarnya apa yang aku lakukan pada ia itu t
Bab 178Pov Bu Dewi Sampai tiba di rumah pun aku sebenarnya masih saja terus memikirkan almarhumah Bu Rini. Nasibnya yang tragis seakan tak bisa membuat aku move on. Pertemuan yang tak terduga, tapi akhirnya menjadi hubungan bis itu, kini hanya tinggal jejak duka saja.Yang aku tahu sebenarnya dia adalah seorang wanita yang tangguh, sehingga bisa memendam rasa sakit oleh pengkhianat seorang Mas Hasan selama puluhan tahun, nyatanya dia masih bisa berdiri dengan tegar. Meski memang dia meninggalkan Nesya selama dua puluh tahun, tetapi menurutku itu adalah sebuah tindakan yang benar. Orang lain bisa menyalahkan karena tak mengalaminya sendiri bukan?Namun, nyatanya Bu Rini tak berkutik dengan anak kandungnya sendiri. Bahkan dengan dalih demi kembali membuat anak durhaka itu bahagia. Ah entahlah, keputusan macam apa itu.Semua perbuatan memang akan selalu ada pertanggung jawaban nanti. Penyesalan memang selalu datang di akhir, tapi entah mengapa aku seperti tak melihat adanya hal itu di
Bab 177Pov AuthorDepresi! Itulah satu kata yang sangat tepat untuk menggambarkan apa yang saat ini tengah dirasakan oleh Nesya. Tentu saja dia sangat emosi saat mengetahui ATM berwarna hitam itu tak lagi ada di tempatnya."Sial! Kenapa sih si Dwi bisa tahu jika dalam ATM itu ada banyak uang!" Saking kesalnya Nesya pun sampai membanting dompetnya ke sembarang arah.Tentu saja gadis manis itu tak ingat, karena semalam dia sudah mabuk berat. Sebagai seorang penipu alias scammer cinta yang sudah sangat profesional, tentu saja Dwi telah menimbang semua itu dengan matang. Karena memang tujuan utamanya membawa Nesya bermalam adalah untuk menjarah uang itu. Untuk kenikmatan surga dunia yang dia dapat, itu hanya seperti sebuah bonus pelengkap saja bagi Dwi.Dengan sedikit belaian saja, Nesya yang sedang mabuk berat itu langsung mengatakan semuanya pada Dwi. Dan, saat malam itu juga lelaki itu langsung menghapus semua jejak dari ponsel Nesya dan mengamankan ATM berharga itu.Dan, ketika tadi
Bab 176Pov Author Nesya terus berlari tanpa sedikit pun menoleh ke belakang. Beruntung dia memang memiliki badan yang ramping dan atlet lari saat dulu masih SMA, jadi dia pun sangat diuntungkan kali ini.Ketika dirasa sudah jauh dari kompleks tempat tinggalnya itu, dia pun sirkit mengurangi kecepatan. Dan, mulai mencari sebuah tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi. Sebuah perumahan terbengkalai dengan beberapa rumah kosong jendela yang sudah rusak, menjadi pilihannya kini."Lumayan deh! Untuk tempat persembunyian sementara!" Nesya segera loncat memasuki jendela, dan duduk berselonjor kaki karena sangat lelah."Kurang ajar sekali memang ibu itu. Sudah mati saja masih membuat masalah untukku!" umpat Nesya saat itu.Ternyata tangisan dia saat berada di rumah Pak Rt itu memang hanyalah tangisan buaya saja. Saat itu sebenarnya dia ingin mencari simpati dari para warga, namun nyatanya mereka malah geram mendengarnya. Alhasil Nesya pun menghentikan tangisan itu dan lalu berpikir un
Bab 175Pov Author "Tangkap dia!""Tangkap anak durhaka itu!"Warga kembali saling berteriak, dan berusaha mengejar Nesya. Tetapi nyatanya Nesya berlari cukup kencang, seakan dia baru mendapatkan kekuatan super. Memang sih sebenarnya dia pernah menjadi juara 1 lomba lari se kecamatan saat masih duduk di bangku SMA. Ternyata skill itu sangat membantu dia sekarang."Sudah biarkan saja dia lari. Toh polisi juga sudah mengantongi identitas dia. Cepat atau lambat dia tentu akan segera ditangkap!" Pak Rt berusaha menenangkan warganya.Akhirnya warga pun membubarkan diri dan membenarkan kata Pak Rt. Satu yang pasti, mereka sama sekali tak ingin Nesya kembali ke kompleks itu.Polisi memang tentu saja akan mengejar Nesya, karena memang dari bukti semua hasil kamera pengintai itu. Menunjukkan dia adalah penyebab Bu Rini bunuh diri. Toh pasti nanti ketika polisi mengotopsi jenazah itu, maka pasti akan ditemukan banyak bekas luka. Hampir setiap waktu, Nesya menjatuhkan tangan pada sang ibu. Ba
Bab 174Pov AuthorNesya saat itu juga pingsan dan tak sadarkan diri. Warga yang takut karena rumah itu sudah dipasangi harus polisi, pun langsung membawa gadis manis itu menuju ke rumah Pak Rt. Meski masih sebal, Bu Dewi dan Fika pun ikut menuju ke rumah Pak Rt. Warga sebagian yang masih penasaran pun mengikuti ke rumah Pak Rt.Beberapa menit kemudian setelah diberi minyak kayu putih, Nesya pun kembali siuman."Aku ada dimana? Dimana ibuku?" ucapnya seketika saat sudah membuka mata sambil berusaha bangun. Saat ini dia berada di ruang tamu Pak Rt.Beberapa warga yang masih ada langsung bersorak mendengar ucapan Neysa itu. Mungkin mereka kesal karena Nesya sejak tadi terus mencari ibunya, padahal semasa hidup Bu Rini dia terus menyakiti."Aku akan pergi dari sini dan mencari ibu! Kalian ini memang orang yang tak berperasaan!" sungut Nesya sambil akan beranjak pergi dari tempat itu. Namun Fika danBu Rt pun mencegahnya."Kamu itu mau kemana sih? Sudah di sini saja dulu! Bukankah kamu ta
Bab 173Pov Author Entah suara siapa yang seakan memberikan komando itu, alhasil mereka pun mulai menghajar Nesya."Aduh! Apa-apaan ini!?" teriak Nesya yang kesakitan. Dan, dia berusaha untuk menangkis dengan tangannya.Tak ada Yang menjawab, tetapi para ibu-ibu terus saja memukul dan mencubit tubuh Nesya disertai dengan umpatan-umpatan khas netizen plus 62."Dasar anak durhaka!""Tega kamu memperlakukan ibu kamu seperti itu!""Nggak bakal masuk surga kamu!""Hajar saja anak tak tahu diri ini!" Suara-suara itu membuat kepala Nesya semakin pening saja, karena dia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pun, dia tak tahu telah berbuat kesalahan seperti apa hingga semua orang menghajarnya seperti ini."Ibu!" teriak Nesya dengan keras, karena dia sangat yakin jika hanya sang ibu saja yang mau menolongnya di saat seperti ini.Mendengar teriakan dari Nesya itu, justru malah membuat para ibu-ibu itu menjadi semakin kesal saja. Mereka terus memberikan pelajaran dari tangan dan juga mulut.Hi
Bab 172Pov Author "Mungkin saja saat ponselnya masih kehabisan baterai dan di cek. Lagian dia kan masih dalam perjalanan," ucap Nesya menghibur dirinya sendiri.Gadis itu pun kemudian duduk di depan sebuah rumah yang letaknya hanya sekitar empat rumah saja dari tempatnya tinggal."Aku kirim pesan dulu deh sana Dwi, biar nanti dibuka kalau dia sudah sampai," ucap Nesya yang langsung mengetikkan pesan melalui aplikasi hijau.Dalam benaknya sebenarnya saat ini dia masih malas saja untuk pulang ke rumah. Karena dia malas bertemu dengan ibunya. Jika boleh memilih tentu dia akan memilih untuk tak pulang dulu dan tetap bersama dengan Dwi.Hanya saja kemarin memang pria itu berkata jika sedang ada pekerjaan, sehingga hari ini Nesya diantarkan pulang dulu."Ah, aku kirim lewat masaanger juga deh!" Sebuah ide terlintas juga di benak Nesya, karena memang tempat pertama kali mereka berinteraksi kan dari facebook."Wah, mengapa foto profil facebook Dwi jadi hilang?!" Seru Nesya seketika.Sebagai