Bab 128Pov RiniUntung saja saat itu aku masih ingat dengan Tuhan, jika tidak pasti aku sudah mengakhiri hidup ini. Karena semua yang aku impikan dan diharapkan nyatanya hancur begitu saja. Entah benar atau salah, tapi aku memang melimpahkan semua kesalahan ini pada Mas Hasan.Andai saja dia bilang sudah memiliki isteri, tentu aku tak akan pernah menerima cintanya bukan? Kenapa jika memang dia mencintai istrinya, tapi kenapa dia malah menjadikan aku pacarnya? Berarti memang sejak awal niat Mas Hasan sudah tidak baik. Tetapi aku pun juga salah, karena dengan polosnya malah mau menyerahkan semua sebelum menikah. Dan, tentu saja penyesalan memang selalu ada di akhir."Bu, tolong titip putri saya ini. Suatu saat nanti saya pasti akan menjemputnya kembali," ucapku saat menggendong Nesya yang baru berusia dua minggu itu ke panti asuhan."Kenapa harus dititipkan? Kamu mau kemana?" Ibu panti yang terlihat sangat sabar itu pun balik bertanya padaku.Lalu, tanpa sedikit pun rasa malu aku pun m
Bab 129Pov Rini Seperti sebuah mimpi yang tak pernah aku harapkan lagi, nyatanya sebelum aku bertemu dengan Nesya malah aku bertemu dengan Mas Hasan. Padahal, hampir setiap hari aku selalu berdoa agar tak lagi dipertemukan dengan lelaki kurang ajar itu.Sakit hati yang telah kuobati selama puluhan tahun, nyatanya sekarang semua harus kembali terungkap di waktu yang singkat.Dan, seperti benang kusut entah bagaimana caranya hingga Mas Hasan dan Nesya bisa menikah dan malah saat ini putriku itu sedang mengandung anak dari ayahnya sendiri.Namun ada satu hal yang kusyukuri saat ini, akhirnya aku bisa bertemu dengan istri dari Mas Hasan. Bu Dewi, aku selama ini sebenarnya sangat ingin betermu dengan dia, karena aku tahu jika memiliki kesalahan yang sangat besar."Maafkan saya Bu. Sungguh saat itu saya tak tahu jika Mas Hasan sudah memiliki istri. Tolong maafkan saya," ucapku dengan sepenuh hati.Jika saat itu Bu Dewi ingin menampar aku atau mungkin menghajarku, aku pasti akan menerima
Bab 130Pov Author"Aku ingin bayi ini mati saja! Aku tak ingin anak ini! Tolong bilang pada dokter untuk mengeluarkan bayi sial ini! Atau jika tidak, maka aku yang akan mengeluarkan dia sendiri secara paksa!" ucap Nesya dengan mata penuh kebencian.Tak ayal semua yang ada di dalam ruangan itu pun tersentak kaget, tak terkecuali Pak Hasan yang masih di ambang pintu."Nesya, kamu yang tenang ya Nak. Kamu jangan seperti ini. Istighfar!" Bu Rini langsung mendekati anaknya dan berusaha untuk memeluknya.Namun dengan cepat Nesya pun menghalau tangan ibu kandungnya itu. "Kamu jangan pernah dekati aku! Atau aku akan bunuh diri sekarang juga!" teriak Nesya dengan mata berapi-api."Jangan Nak. Jangan bilang seperti itu, istighfar! Ibu minta maaf karena telah meninggalkan kamu di panti asuhan, itu semua ibu lakukan demi kebaikan kamu. Sekarang kamu tenang ya. semua akan baik-baik saja karena ibu sudah berada disini sekarang." Bu Rini terus saja tetap berusaha mendekati putrinya.Sementara itu F
Bab 131Pov HasanHingga berumur setia ini, aku belum pernah merasakan senang ini. Bahkan ini rasanya lebih sakit dari ketika ditinggal oleh Dewi dan Fika. Sebuah kenyataan bahwa saat ini aku telah menikah dan menghampiri anak kandungku sendiri, sungguh membuat dada ini terasa sesak.Tak mampu lagi rasanya aku untuk berbicara. Rasanya lebih baik diam, karena meski aku berbicara seperti apa pun sungguh tak akan bisa mengubah segala suasana. Semua sudah hancur lebur berantakan."Semua ini salah kamu Mas! Sungguh aku tak akan pernah memaafkan kamu selamanya!" ucap Rini saat itu."Kamu seorang lelaki yang biadab! Bahkan sepertinya hewan saja lebih mulia dari pada kamu!" kata Dewi dengan mata berapi-api saat itu.Kuterima semua kemarahan orang lain padaku saat ini, karena memang aku bersalah saat ini. Kesalahan fatal yang aku pun tahu tak akan pernah bisa untuk dimaafkan.Selama ini aku memang sering tergoda dengan daun muda, tetapi tentu pikiranku masih normal untuk tak jatuh cinta pada a
Bab 132Pov Hasan Namun begitu, setelah kenyataan seperti ini terjadi aku pun tentu harus berusaha menerima dengan lapang dada. Menguatkan hati, pikiran serta tubuhku untuk bisa menghadapi kenyataan.Percaya atau tidak, tetapi sebenarnya aku ini sangat sayang pada anakku. Fika, Lio dan yang baru diketahui adalah Nesya.Karena sebuah kesalahanku sendiri yang fatal di masa lalu, akhirnya saat ini aku pun harus menanggung karma dengan sedemikian rupa. Kini, rasa cinta yang sempat terbit karena nafsu pada Nesya sontak menghilang dalam diriku. Tetapi hal ini terserah juga kalian mau percaya atau tidak. Berganti dengan rasa sayang ayah pada anaknya.Aku telah menghancurkan masa depan Nesya dengan sedemikian rupa, jadi aku pun berharap bisa memperbaiki semuanya.'Kamu bisa memperbaiki ini semua Hasan! Jangan putus asa! Tuhan itu maha pemaaf yang pasti akan memberikan kesempatan lagi padamu. Tenang, semua akan baik-baik saja!' gumamku dalam hati yang terus memberi semangat pada diri sendiri
Bab 133Pov HasanMeski sangat berat, tapi aku terus berusaha untuk membuka mata. Tak usah ditanya lagi bagaimana lagi rasanya sakitnya badan ini. Karena mungkin tadi aku telah mengalami kecelakaan yang hebat."Papa! Alhamdulillah akhirnya Papa siuman Ma!" Ada senyum lega ketika masih bisa mendengar suara Fika itu.Syukur juga, ternyata mata ini bisa melihat dengan terang sekarang.Fika berusaha untuk memeluk tubuhku saat ini. Kudengar suara isak tangis dari beberapa orang, tetapi rasanya kepalaku ini sudah tak bisa digerakkan. Jadi, hanya bisa melihat di satu sisi saja."Papa tenang ya. Dokter akan memberikan perawatan yang terbaik, yang akan membuat Papa kembali sehat! Nggak boleh menyerah pokoknya!" Fika menangis tersedu tetapi tetap memberikan semangat padaku.Kuangkat salah satu tangan, meski terasa sangat sulit, dan mengusap pucuk rambut putri sulungku itu.Meski dari luar dia kelihatannya memang cuek dan gampang marah, aku tahu jika dia sebenarnya gadis yang berhati lembut, tak
Bab 134Pov Author "Papa! Papa!" teriakan Fika memenuhi ruangan itu. Ruangan dimana saat ini Hasan sudah terbujur kaku dengan tertipu selimut."Istighfar, Fik! Istighfar!" Bu Dewi pun mencoba menenangkan anaknya."Tidak Ma! Saat ini Papa belum boleh pergi! Masih banyak yang harus diperbaiki! Bangun Pa! Bangun!" Fika semakin histeris saja hingga dia pun berusaha membangunkan Hasan yang sudah meninggal.Dengan susah payah akhiranya Dewi dan Rini pun bisa membawa gadis itu keluar ruangan dan mengajaknya untuk duduk di ruang tunggu. Meski memang dia masih belum tenang saat ini."Ikhlaskan kepergian Papa, Fik. Doakan saja yang terbaik," ucap Dewi sambil terisak juga."Iya Fik. Ini Sudah menjadi takdir Papa kamu, Nak. Istighfar ya," timpal Rini yang juga menangis saat ini.Meski Hasan telah menyakiti hati kedua wanita dewasa itu sedemikian rupa, tetapi kematian Hasan yang mendadak dan tak terduga ini sungguh membuat keduanya merasa terpukul.Mereka memang membenci, tetapi bukan berarti in
Bab 135Pov DewiInnalillahi wa innalillahi rojiun. Sungguh, aku sedikit pun tak pernah menyangka Mas Hasan akan pergi secepat ini. Pergi ketika semua masih berantakan dan sebenarnya masih sangat membutuhkan dia."Ma ... kenapa sih Papa pergi secepat ini? Meski Fika memang membenci dia, tetapi Fika tak ingin Papa pergi secepat ini," ucap Fika yang masih sesenggukan setelah acara pemakaman Mas Hasan usai."Ikhlaskan semuanya, Sayang. Memang hanya segini usai Papa kamu. Doakan saja semoga Allah mengampuni semua dosanya," ucapku sambil terus mengelus punggungnya.Aku hanya lah seorang manusia, rasanya sangat tak pantas untuk mengatakan tentang dosa. Tetapi memang aku menyesali kepergian Mas Hasan setelah membuat banyak dosa ini. Sepertinya dia pun pergi sebelum meminta maaf pada Allah. "Iya Ma. Tapi ... bagaimana dengan Nesya?" tanya Fika lagi dengan lirih.Kuhirup nafas panjang saat ini, rasanya hati aku sendiri saja masih sesak jika mengingat tentang Nesya."Mama tak tahu, Fika. Yang