Home / Romansa / TAMBATAN HATI SANG CEO / BAB. 14 Ban Mobil Farez Kempes

Share

BAB. 14 Ban Mobil Farez Kempes

last update Last Updated: 2025-04-27 20:24:16

Rencana jahat di basement

Di basement Hotel bintang lima yang luas, suasana begitu sunyi, hanya terdengar suara gemerincing kecil dari lift yang sesekali terbuka dan tertutup. Lampu neon berpendar redup, memberikan kesan dingin pada tempat tersebut. Di sudut parkiran yang terpencil, seorang pria misterius mengenakan jaket hitam dengan hoodie menutupi sebagian wajahnya berjalan perlahan. Gerakannya sangat waspada, sesekali menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada yang melihat.

Entah bagaimana caranya kamera pengintai telah dinonaktifkan sepenuhnya di area parkiran tersebut untuk beberapa saat ke depan.

Pria tadi lalu berhenti di depan sebuah mobil mewah berwarna hitam mengkilap, mobil milik Farez Keil, sang pengusaha muda yang sedang naik daun saat ini. Dengan tatapan penuh dendam, pria itu berjongkok, mengeluarkan sebuah alat kecil dari saku jaketnya.

“Rasain kamu, Farez,” gumamnya pelan, penuh amarah.

“Sok pintar, sok hebat, dan sok sempurna! Berani-beraninya kamu mencu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 15 Menghabiskan Waktu Bersama Para Sahabat

    Masih di basement hotel,Mobil mewah hitam milik Farez terlihat digerek perlahan ke arah bengkel setelah bannya kempes tanpa sebab yang jelas. Di basement gedung hotel tersebut. Arnold, sang sahabat tengah sibuk memeriksa rekaman CCTV di ruang keamanan. Namun, ekspresi kecewa tampak jelas di wajahnya ketika seorang petugas memberitahukan jika kamera CCTV di area tersebut tiba-tiba mengalami kerusakan.“Kamera ini sudah berfungsi baik sebelumnya, Tuan Arnold. Kerusakan ini sepertinya terjadi mendadak,” jelas petugas tersebut dengan nada serius.Arnold mengerutkan dahi. “Mendadak? Kebetulan yang aneh. Ada orang iseng yang kempesin ban mobil Tuan Farez, dan tiba-tiba CCTV-nya rusak? Rasanya sulit diterima.”Petugas itu hanya mengangguk, merasa tidak punya jawaban memadai. Arnold menyalin rekaman yang ada, meskipun hasilnya nihil. Dengan langkah mantap, dia kembali ke lobi hotel untuk menemui Farez yang masih tampak kesal.“Farez, gue udah cek CCTV, tapi nggak ada bukti siapa yang kempes

    Last Updated : 2025-04-27
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 16 Sore Yang Semakin Seru di Pantai Indah Kapuk

    Langit sore di Pantai Indah Kapuk mulai berubah keemasan, memberikan suasana magis yang menenangkan. Di salah satu restoran tepi pantai yang elegan, tiga pria muda tampak menikmati hidangan terakhir mereka. Farez, Joseph, dan Arnold, tiga pengusaha sukses di usia muda, baru saja menyelesaikan santapan seafood segar mereka."Ah, ini benar-benar tempat yang pas untuk relaksasi," ucap Arnold sambil meregangkan tubuhnya. Dia lalu memandang laut dengan ekspresi puas.Joseph mengangguk setuju. "Setuju, Bro. Udara pantai dan makanan enak adalah kombinasi yang sempurna."Namun, Farez hanya tersenyum lembut. Pikirannya masih terganggu oleh insiden ban mobilnya yang dirusak beberapa jam sebelumnya."Hey, Farez, masih mikirin ban mobilmu?" tanya Arnold sambil menepuk bahunya.Farez mendesah pelan. "Ya, sedikit. Tapi aku nggak mau itu merusak hari ini. Lagipula, kita di sini untuk menikmati hidup, kan?"Joseph tersenyum lebar. "Betul sekali! Jadi bagaimana kalau kita bikin sore ini lebih seru?

    Last Updated : 2025-04-28
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 17 Dihadang Oleh Minibus Hitam

    Penghadangan Tak Terduga di Jalanan Sepi,Matahari sore bersinar lembut di langit Jakarta, memantulkan kilau keemasan di atas air Pantai Indah Kapuk. Farez, Joseph, dan Arnold, tiga pengusaha muda yang baru saja menyelesaikan pertemuan santai di tepi pantai, melangkah menuju mobil Joseph yang terparkir rapi di dekat kafe tempat mereka menghabiskan waktu.“Seru juga ya sore ini,” ujar Arnold sambil meregangkan otot-ototnya. “Kita memang sdah lama nggak nongkrong santai kayak gini.”Joseph membuka pintu mobil sedan mewahnya dan mengangguk. “Setuju. Tapi jangan lupa, kita masih punya bahasan soal kolaborasi real estate itu.”Farez, yang mengenakan kemeja putih kasual, tersenyum tipis sambil masuk ke kursi depan. “Tenang aja, gue udah punya konsep. Nanti di perjalanan kita bahas lebih detail.”Mereka pun masuk ke dalam mobil. Joseph mengambil posisi di balik kemudi, sementara Arnold duduk di kursi belakang. Mesin mobil menderu halus, membawa mereka meninggalkan hiruk-pikuk kawasan Pant

    Last Updated : 2025-04-28
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 18 Kegagalan Yang Menyakitkan

    Di sebuah rumah tua.Di sudut terpencil pinggiran Kota Jakarta, sebuah rumah tua berdiri angkuh di tengah keheningan malam. Dindingnya yang kusam penuh retakan, dengan cat mengelupas dan jendela-jendela kusen kayu yang hampir rapuh. Di dalamnya, suara teriakan dan bantingan terdengar memecah kesunyian, mengiringi kemarahan seorang pria yang dikenal dengan sebagai seorang pengusaha.Pria itu berjalan mondar-mandir di tengah ruangan utama, sepatu kulitnya menghentak lantai kayu tua yang berderit. Wajahnya merah padam, dahinya berkerut dalam, dan matanya penuh api amarah. Di depannya, tiga anak buahnya, Reza, Bagas, dan Fajar. Ketiganya berdiri dengan kepala tertunduk, jelas sangat ketakutan saat ini.“Kalian pikir aku sedang bercanda?” bentak pria itu lalu menghentakkan meja kayu di depannya hingga gelas berisi minuman keras di atasnya tumpah. “Aku suruh kalian beri pelajaran pada Farez! Tapi apa yang terjadi? Malah kalian yang dipermalukan! Kurang ajar! Kalian benar-benar tidak becus

    Last Updated : 2025-04-29
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 19 Maaf, Aku Sudah Punya Kekasih

    Suasana restoran di dalam Mall Senayan City, Jakarta Selatan, terasa tenang siang itu. Musik instrumental yang lembut mengalun, berpadu dengan derap langkah pengunjung yang berlalu-lalang. Di salah satu sudut ruangan, seorang gadis bernama Zera Mirae duduk di meja dekat jendela. Wanita cantik itu terlihat anggun dengan blouse putih dan rok hitam. Semburat riasan tipis di wajahnya mempertegas kecantikan alaminya.Namun, ada sedikit kegelisahan di matanya. Sudah hampir setengah jam dia menunggu kedatangan sahabat lamanya, Abdiel, yang mengundangnya untuk makan siang bersama. Sesekali, Zera melirik jam tangan di pergelangan kirinya, lalu menarik napas panjang.“Aduh, Abdiel ... ke mana sih?” gumamnya pelan. Zera lalu melirik ponselnya, tapi tidak ada pesan baru dari pria itu.Pelayan pun mulai mendekatinya dengan senyum ramah. “Maaf Nona, apakah perlu saya antarkan minuman dulu untuk Anda?”Zera menggeleng lembut. “Nanti saja, Mbak. Saya masih menunggu teman,” sahutnya kepada pelayan i

    Last Updated : 2025-04-29
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 1 Datang Ke Acara Reuni

    Di sebuah perumahan mewah di Kemang Residence, seorang pria muda bernama Farez Keil terlihat berdiri di depan cermin besar di kamar pribadinya. Mengenakan kemeja biru tua yang dipadukan dengan celana hitam formal, dia tampak rapi dan siap untuk menghadiri acara reuni sekolahnya, SMA Cipta Nusantara. Wajah tampannya yang dihiasi senyum tipis menunjukkan antusiasme yang jarang terlihat darinya.Setelah memastikan rambutnya tersisir rapi, Farez meraih kunci mobil dan jam tangannya di meja. Langkahnya mantap menuju pintu keluar kamarnya. Dia melewati ruang keluarga yang luas dan elegan dengan sofa empuk berwarna krem serta karpet Persia yang mahal. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar suara Papi Deron, ayahnya.“Farez, duduk dulu sebentar. Ada yang ingin Papi dan Mami bicarakan,” ucap Papi Deron dengan nada serius.Farez menghela napas pelan, jelas tidak ingin terlibat percakapan panjang saat ini. “Papi, aku lagi buru-buru. Kalau penting, bisa kita bicarakan nanti?”Mami Ester yang

    Last Updated : 2025-04-09
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 2 Sampai di Acara Reuni

    Di kamar luas yang mewah dengan jendela besar yang menghadap ke taman rumah, Zera Mirae berdiri di depan cermin rias. Jemarinya yang lentik dengan hati-hati menyisir rambut panjang hitamnya yang berkilau. Setelah puas, gadis cantik itu pun mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda sederhana namun elegan. Dia memandangi wajahnya di cermin, memastikan riasannya sempurna.“Baiklah, Zera. Kamu bisa melakukannya,” gumamnya sambil menarik napas panjang.Sang gadis mengenakan gaun selutut berwarna biru tua yang pas di tubuhnya. Penampilannya tampak anggun namun tidak terlalu berlebihan. Sepatu hak tinggi yang senada melengkapi gayanya malam itu. Dia lalu memutar tubuhnya sedikit, memastikan semua terlihat sempurna.Zera melirik jam di meja kecil di sebelah cermin. Masih ada banyak waktu untuk segera menuju lokasi acara. Namun sang gadis harus segera berangkat jika ingin tiba tepat waktu di acara reuni SMA Cipta Nusantara.Di dalam hatinya, ada rasa berdebar yang sulit dijelaskan olehnya. Reuni

    Last Updated : 2025-04-09
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 3 Ternyata Cinta Lama Belum Kelar

    Suasana pagi menjelang siang itu begitu hangat. Restoran rooftop yang menjadi tempat reuni angkatan SMA Cipta Nusantara di dekorasi dengan lampu-lampu gantung berwarna kuning keemasan, menciptakan nuansa romantis dan penuh nostalgia. Beberapa alumni terlihat berbincang hangat, tertawa lepas mengingat kenangan-kenangan lama. Di sudut ruangan, panggung kecil menampilkan beberapa alumni yang bernyanyi lagu-lagu cinta populer. Lantunan suara mereka menggema indah, yang menambah suasana melankolis bagi sebagian orang yang hadir.Di pojok restoran, seorang gadis cantik bernama Zera Mirae memilih duduk sendirian. Dia memandang jauh ke arah cakrawala kota yang berkilauan, pikirannya melayang. Situasi hari ini mengingatkannya pada banyak hal yang dulu pernah dialami olehnya namun karena keadaan yang memaksa, semua harus tinggalkannya. Lagu cinta yang disenandungkan dari atas panggung membawa ingatannya kembali ke masa-masa SMA. Saat-saat penuh kenangan bersama orang-orang yang pernah mengisi

    Last Updated : 2025-04-09

Latest chapter

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 19 Maaf, Aku Sudah Punya Kekasih

    Suasana restoran di dalam Mall Senayan City, Jakarta Selatan, terasa tenang siang itu. Musik instrumental yang lembut mengalun, berpadu dengan derap langkah pengunjung yang berlalu-lalang. Di salah satu sudut ruangan, seorang gadis bernama Zera Mirae duduk di meja dekat jendela. Wanita cantik itu terlihat anggun dengan blouse putih dan rok hitam. Semburat riasan tipis di wajahnya mempertegas kecantikan alaminya.Namun, ada sedikit kegelisahan di matanya. Sudah hampir setengah jam dia menunggu kedatangan sahabat lamanya, Abdiel, yang mengundangnya untuk makan siang bersama. Sesekali, Zera melirik jam tangan di pergelangan kirinya, lalu menarik napas panjang.“Aduh, Abdiel ... ke mana sih?” gumamnya pelan. Zera lalu melirik ponselnya, tapi tidak ada pesan baru dari pria itu.Pelayan pun mulai mendekatinya dengan senyum ramah. “Maaf Nona, apakah perlu saya antarkan minuman dulu untuk Anda?”Zera menggeleng lembut. “Nanti saja, Mbak. Saya masih menunggu teman,” sahutnya kepada pelayan i

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 18 Kegagalan Yang Menyakitkan

    Di sebuah rumah tua.Di sudut terpencil pinggiran Kota Jakarta, sebuah rumah tua berdiri angkuh di tengah keheningan malam. Dindingnya yang kusam penuh retakan, dengan cat mengelupas dan jendela-jendela kusen kayu yang hampir rapuh. Di dalamnya, suara teriakan dan bantingan terdengar memecah kesunyian, mengiringi kemarahan seorang pria yang dikenal dengan sebagai seorang pengusaha.Pria itu berjalan mondar-mandir di tengah ruangan utama, sepatu kulitnya menghentak lantai kayu tua yang berderit. Wajahnya merah padam, dahinya berkerut dalam, dan matanya penuh api amarah. Di depannya, tiga anak buahnya, Reza, Bagas, dan Fajar. Ketiganya berdiri dengan kepala tertunduk, jelas sangat ketakutan saat ini.“Kalian pikir aku sedang bercanda?” bentak pria itu lalu menghentakkan meja kayu di depannya hingga gelas berisi minuman keras di atasnya tumpah. “Aku suruh kalian beri pelajaran pada Farez! Tapi apa yang terjadi? Malah kalian yang dipermalukan! Kurang ajar! Kalian benar-benar tidak becus

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 17 Dihadang Oleh Minibus Hitam

    Penghadangan Tak Terduga di Jalanan Sepi,Matahari sore bersinar lembut di langit Jakarta, memantulkan kilau keemasan di atas air Pantai Indah Kapuk. Farez, Joseph, dan Arnold, tiga pengusaha muda yang baru saja menyelesaikan pertemuan santai di tepi pantai, melangkah menuju mobil Joseph yang terparkir rapi di dekat kafe tempat mereka menghabiskan waktu.“Seru juga ya sore ini,” ujar Arnold sambil meregangkan otot-ototnya. “Kita memang sdah lama nggak nongkrong santai kayak gini.”Joseph membuka pintu mobil sedan mewahnya dan mengangguk. “Setuju. Tapi jangan lupa, kita masih punya bahasan soal kolaborasi real estate itu.”Farez, yang mengenakan kemeja putih kasual, tersenyum tipis sambil masuk ke kursi depan. “Tenang aja, gue udah punya konsep. Nanti di perjalanan kita bahas lebih detail.”Mereka pun masuk ke dalam mobil. Joseph mengambil posisi di balik kemudi, sementara Arnold duduk di kursi belakang. Mesin mobil menderu halus, membawa mereka meninggalkan hiruk-pikuk kawasan Pant

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 16 Sore Yang Semakin Seru di Pantai Indah Kapuk

    Langit sore di Pantai Indah Kapuk mulai berubah keemasan, memberikan suasana magis yang menenangkan. Di salah satu restoran tepi pantai yang elegan, tiga pria muda tampak menikmati hidangan terakhir mereka. Farez, Joseph, dan Arnold, tiga pengusaha sukses di usia muda, baru saja menyelesaikan santapan seafood segar mereka."Ah, ini benar-benar tempat yang pas untuk relaksasi," ucap Arnold sambil meregangkan tubuhnya. Dia lalu memandang laut dengan ekspresi puas.Joseph mengangguk setuju. "Setuju, Bro. Udara pantai dan makanan enak adalah kombinasi yang sempurna."Namun, Farez hanya tersenyum lembut. Pikirannya masih terganggu oleh insiden ban mobilnya yang dirusak beberapa jam sebelumnya."Hey, Farez, masih mikirin ban mobilmu?" tanya Arnold sambil menepuk bahunya.Farez mendesah pelan. "Ya, sedikit. Tapi aku nggak mau itu merusak hari ini. Lagipula, kita di sini untuk menikmati hidup, kan?"Joseph tersenyum lebar. "Betul sekali! Jadi bagaimana kalau kita bikin sore ini lebih seru?

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 15 Menghabiskan Waktu Bersama Para Sahabat

    Masih di basement hotel,Mobil mewah hitam milik Farez terlihat digerek perlahan ke arah bengkel setelah bannya kempes tanpa sebab yang jelas. Di basement gedung hotel tersebut. Arnold, sang sahabat tengah sibuk memeriksa rekaman CCTV di ruang keamanan. Namun, ekspresi kecewa tampak jelas di wajahnya ketika seorang petugas memberitahukan jika kamera CCTV di area tersebut tiba-tiba mengalami kerusakan.“Kamera ini sudah berfungsi baik sebelumnya, Tuan Arnold. Kerusakan ini sepertinya terjadi mendadak,” jelas petugas tersebut dengan nada serius.Arnold mengerutkan dahi. “Mendadak? Kebetulan yang aneh. Ada orang iseng yang kempesin ban mobil Tuan Farez, dan tiba-tiba CCTV-nya rusak? Rasanya sulit diterima.”Petugas itu hanya mengangguk, merasa tidak punya jawaban memadai. Arnold menyalin rekaman yang ada, meskipun hasilnya nihil. Dengan langkah mantap, dia kembali ke lobi hotel untuk menemui Farez yang masih tampak kesal.“Farez, gue udah cek CCTV, tapi nggak ada bukti siapa yang kempes

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 14 Ban Mobil Farez Kempes

    Rencana jahat di basementDi basement Hotel bintang lima yang luas, suasana begitu sunyi, hanya terdengar suara gemerincing kecil dari lift yang sesekali terbuka dan tertutup. Lampu neon berpendar redup, memberikan kesan dingin pada tempat tersebut. Di sudut parkiran yang terpencil, seorang pria misterius mengenakan jaket hitam dengan hoodie menutupi sebagian wajahnya berjalan perlahan. Gerakannya sangat waspada, sesekali menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada yang melihat.Entah bagaimana caranya kamera pengintai telah dinonaktifkan sepenuhnya di area parkiran tersebut untuk beberapa saat ke depan.Pria tadi lalu berhenti di depan sebuah mobil mewah berwarna hitam mengkilap, mobil milik Farez Keil, sang pengusaha muda yang sedang naik daun saat ini. Dengan tatapan penuh dendam, pria itu berjongkok, mengeluarkan sebuah alat kecil dari saku jaketnya.“Rasain kamu, Farez,” gumamnya pelan, penuh amarah. “Sok pintar, sok hebat, dan sok sempurna! Berani-beraninya kamu mencu

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 13 Semakin Kagum Pada Farez

    Beberapa saat yang lalu di pertemuan para pengusaha se-Kota JakartaBallroom salah satu Hotel berbintang lima di Jakarta hari itu dipenuhi oleh para pengusaha ternama, baik yang sudah berpengalaman maupun yang baru merintis. Acara ini merupakan forum networking bagi para pebisnis se-Kota Jakarta. Lampu-lampu kristal yang berkilauan menghiasi ruangan, menciptakan suasana megah dan eksklusif.Di salah satu sudut ruangan, Farez, seorang pengusaha muda berbakat, dikelilingi oleh beberapa rekan sejawatnya. Dia baru saja selesai memberikan presentasi tentang inovasi dalam teknologi pemasaran digital, yang mendapat sambutan meriah. Beberapa pengusaha muda mendekatinya dengan antusias."Keren banget, Bro Farez! Ide tentang penggunaan AI untuk menganalisis data konsumen itu benar-benar brilian!" ucap Arif, seorang pebisnis muda lainnya."Terima kasih, Bro Arif. Aku hanya mencoba menyampaikan apa yang aku yakini akan menjadi tren di masa depan," jawab Farez dengan senyum ramah.Di sisi lain ru

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 12 Hebatnya Farez

    Langit Jakarta yang cerah ceria pagi ini mengiringi perjalanan Farez menuju Hotel Fairmont, tempat pertemuan para pengusaha se-Kota Jakarta akan berlangsung. Mobil sedan hitam yang dikendarai sopirnya melaju dengan mulus di tengah lalu lintas pagi itu. Farez duduk di kursi belakang, sambil melihat-lihat pemandangan kota melalui kaca jendela sembari memikirkan pidatonya.“Kita hampir sampai, Tuan Farez,” ujar sang sopir sambil melirik ke arah Farez melalui kaca spion.“Baik, Pak. Terima kasih,” jawab Farez, suaranya tenang namun penuh fokus.Tak lama kemudian, mobil memasuki area hotel. Petugas valet segera menghampiri dan membuka pintu mobil untuk Farez. Dengan langkah percaya diri, pengusaha muda itu keluar dari mobil dan berjalan menuju ballroom, tempat acara akan berlangsung. Jas abu-abu gelap yang dikenakan oleh Farez terlihat sempurna, sungguh sangat memancarkan aura profesionalisme seorang pengusaha muda yang sukses.Di pintu masuk ballroom, beberapa staf hotel menyambutnya deng

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 11 Semangat Pagi Untuk Farez

    .Langit Jakarta terlihat cerah pagi itu. Sinar matahari masuk dengan lembut melalui jendela besar di kamar Farez, memberikan kehangatan yang menyenangkan. Udara pagi yang segar membuat suasana terasa lebih hidup. Farez membuka matanya perlahan, menghela napas panjang, lalu duduk di tepi tempat tidurnya. Meskipun tadi malam dia diganggu oleh mimpi buruk tentang hubungannya dengan Zera yang tidak direstui ayahnya, Tuan Deron, pagi ini dia merasa tubuhnya bugar.“Sudah pagi, ya?” gumamnya sambil merentangkan kedua tangannya. Wajahnya mencerminkan tekad untuk melupakan mimpi buruk tadi malam.Pria muda itu bangkit dan mengganti pakaian tidurnya dengan baju olahraga kasual. Setelah itu, dia berjalan keluar kamar menuju ruang gym pribadinya yang terletak di lantai bawah rumah megahnya. Langkahnya mantap, menunjukkan kedisiplinan yang selama ini menjadi bagian dari hidupnya.Sesampainya di ruang gym, Farez memulai pemanasan dengan beberapa gerakan ringan. Dia menyadari bahwa olahraga adalah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status