Home / Romansa / TAMBATAN HATI SANG CEO / BAB. 2 Sampai di Acara Reuni

Share

BAB. 2 Sampai di Acara Reuni

last update Last Updated: 2025-04-09 14:44:56

Di kamar luas yang mewah dengan jendela besar yang menghadap ke taman rumah, Zera Mirae berdiri di depan cermin rias. Jemarinya yang lentik dengan hati-hati menyisir rambut panjang hitamnya yang berkilau. Setelah puas, gadis cantik itu pun mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda sederhana namun elegan. Dia memandangi wajahnya di cermin, memastikan riasannya sempurna.

“Baiklah, Zera. Kamu bisa melakukannya,” gumamnya sambil menarik napas panjang.

Sang gadis mengenakan gaun selutut berwarna biru tua yang pas di tubuhnya. Penampilannya tampak anggun namun tidak terlalu berlebihan. Sepatu hak tinggi yang senada melengkapi gayanya malam itu. Dia lalu memutar tubuhnya sedikit, memastikan semua terlihat sempurna.

Zera melirik jam di meja kecil di sebelah cermin. Masih ada banyak waktu untuk segera menuju lokasi acara. Namun sang gadis harus segera berangkat jika ingin tiba tepat waktu di acara reuni SMA Cipta Nusantara.

Di dalam hatinya, ada rasa berdebar yang sulit dijelaskan olehnya. Reuni ini bukan sekadar ajang berkumpul dengan teman-teman lama baginya, melainkan kesempatan untuk bertemu dengan seseorang yang masih sering menghantui pikirannya.

Farez Keil, kakak kelasnya yang juga mantan kekasihnya di masa remaja.

“Apa Kak Farez masih ingat aku?” gumamnya, tersenyum kecil namun penuh rasa gugup.

Zera tahu bahwa pertemuan ini akan membawa kenangan lama yang telah lama terkubur. Hubungan mereka dulu begitu indah, namun harus berakhir karena keputusan sang ayah, Tuan Cornelius, yang mengirimnya untuk melanjutkan studinya ke Belanda.

Pikiran Zera melayang pada saat ibunya, Nyonya Debira, baru saja mengutarakan niat untuk menjodohkannya dengan anak sahabat ayahnya.

“Zera, kamu tahu, umurmu tidak lagi muda. Kalau kamu terus menolak pria-pria yang kami kenalkan, kapan kamu mau menikah?” ucap ibunya beberapa hari yang lalu.

“Tapi, Mami. Aku masih belum siap untuk menikah,” jawab Zera dengan hati-hati.

“Belum siap atau masih memikirkan Farez?” tebak ibunya dengan nada tegas.

Zera terdiam. Ibunya mengenalnya terlalu baik.

“Dengar, Zera. Abdiel itu pria baik. Dia serius denganmu. Kenapa kamu tidak memberinya kesempatan? Abdiel juga teman SMA mu dulu kan? Tidak ada bedanya dengan Farez.” bujuk ibunya lagi.

“Aku akan pikirkan, Mami,” jawabnya singkat, mencoba mengakhiri pembicaraan.

Namun kenyataannya, Zera tidak pernah benar-benar bisa melupakan Farez. Pria itu telah meninggalkan jejak mendalam di hatinya.

Setelah memastikan penampilannya sempurna, Zera turun ke lantai bawah di mana sopir pribadinya sudah menunggu.

“Selamat pagi, Nona Zera,” sapa Pak Surya, sopir Keluarga Tuan Cornelius.

“Selamat pagi, Pak Surya. Sudah siap?” tanya Zera sambil tersenyum.

“Tentu, Nona. Silakan masuk,” jawab Pak Surya sembari membukakan pintu mobil hitam mengkilap itu.

Zera duduk di kursi belakang, menghela napas pelan. Jalanan Jakarta pagi itu tampak lengang, berbeda dari biasanya.

“Sepertinya kita tidak akan terjebak macet, Pak Surya,” ujar Zera, mencoba membuka percakapan.

“Benar, Nona. Waktu yang tepat untuk berangkat,” jawab Pak Surya sambil tersenyum di kaca spion.

Di dalam mobil, Zera tidak bisa berhenti memikirkan apa yang akan dia katakan pada Farez jika mereka bertemu. Apakah gadis itu harus meminta maaf karena meninggalkannya tanpa penjelasan? Atau cukup menyapa pria itu seperti teman lama tanpa membahas masa lalu?

“Kak Farez,” bisiknya pelan, seolah berharap pria itu mendengar.

Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Dia membuka layar dan melihat pesan masuk dari Abdiel.

Abdiel: “Hai, Zera. Malam ini kamu mau ke mana? Jangan lupa, aku selalu ada untukmu. Sepertinya aku tidak bisa ikut acara reuni sekolah. Aku sangat sibuk.”

Zera menghela napas. Abdiel adalah pria yang baik, namun dia tahu jika hatinya tidak bisa menerima pria itu.

Dengan cepat, Zera mengetik balasan singkat.

Zera: “Hai, Abdiel. Aku ada banyak pekerjaan kantor. Tidak ada waktu untuk bersantai Mungkin nanti kita bicara lagi, ya.”

Zera mencoba menolak secara halus ajakan Abdiel untuk mengajaknya jalan nanti malam.

Setelah itu, sang gadis menyimpan ponselnya dan mencoba fokus pada acara yang akan dihadiri olehnya.

Mobil akhirnya tiba di lokasi reuni, sebuah restoran rooftop yang elegan dengan pemandangan kota Jakarta yang gemerlap. Pak Surya keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Zera.

“Sudah sampai, Nona,” kata Pak Surya.

“Terima kasih, Pak Surya. Bapak bisa pergi. Nanti saya akan menghubungi lagi jika acara telah selesai,” ujar Zera sambil tersenyum.

“Tentu, Nona. Selamat menikmati acaranya,” balas Pak Surya dengan ramah.

Zera lalu melangkah masuk ke restoran dengan langkah mantap, meskipun hatinya mulai berdebar-debar saat ini. Gadis itu melihat begitu banyak wajah-wajah familiar yang dulu dirinya kenal. Beberapa teman langsung menyapanya.

“Zera Mirae! Kamu makin cantik aja!” seru Suci, salah satu teman seangkatannya.

“Suci! Kamu juga nggak pernah berubah, ya! Masih selalu ceria,” balas Zera sambil memeluk temannya itu.

“Oh ya, kamu kok datang sendiri? Mary dan Jasmine ke mana?” tanya Suci kepadanya.

“Aku sudah lama lost contact dengan Mary dan Jasmine,” tutur Zera lagi.

Obrolan ringan dengan teman-temannya membuat Zera sedikit lebih rileks, namun matanya terus mencari-cari satu sosok. Seseorang yang menjadi alasan utama kehadirannya di reuni ini.

“Farez di mana, ya?” tanya Zera pada dirinya sendiri.

Gadis itupun melirik ke kiri dan ke kanan mencari-cari keberadaan sang mantan pacar.

“Zera, kamu nyari siapa?” tanya Joseph, kakak kelasnya dulu yang tiba-tiba muncul di sampingnya.

“Oh, hai Kak Joseph! Nggak kok. Aku cuma lihat-lihat aja,” jawab Zera, mencoba menyembunyikan kegugupannya.

Joseph tertawa kecil.

“Ha-ha-ha. Kamu pasti sedang nyari Farez, kan? Tenang aja, dia pasti datang, kok. Tadi katanya telat karena ada masalah di jalan.”

Padahal yang sebenarnya terjadi, Farez sudah tiba dari tadi. Dia sedang ngobrol dengan Arnold. Sekaligus untuk menetralisir degupan jantungnya yang sungguh begitu terpesona dengan penampilan Zera saat ini yang semakin cantik.

Zera hanya tersenyum kecil. Joseph ternyata terlalu pandai menebak.

“Oh ya, Zera. Apa kabar sahabatmu, Mary? Kok dia nggak datang ke acara reuni?” tanya Joseph yang memiliki niat suci untuk bertemu kekasih masa lalunya, bernama Mary. Yang juga merupakan sahabat baik dari Zera. Mereka telah lama tidak saling memberi kabar, dan masih belum ada kata putus diantara keduanya.

“Wah, Kak Joseph. Aku juga sudah lama kehilangan komunikasi dengan Mary. Semenjak dia dan keluarganya pindah ke luar negeri,” ucap Zera menjelaskan.

“Deg!” Seketika dada Joseph meringis sakit, saat mendengar penjelasan dari Zera.

Pria itu pun, bergumam dalam hati.

“Mary, di manakah kamu berada saat ini? Kenapa kamu seolah-olah sedang bersembunyi dariku. Padahal aku sangat merindukanmu,” ujar Joseph dalam hatinya.

Sementara itu pagi masih panjang, dan harapan Zera untuk bertemu Farez masih menyala. Dia bertekad untuk membicarakan masa lalu mereka, meski hanya untuk mendapatkan kejelasan yang selama ini dirinya rindukan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 3 Ternyata Cinta Lama Belum Kelar

    Suasana pagi menjelang siang itu begitu hangat. Restoran rooftop yang menjadi tempat reuni angkatan SMA Cipta Nusantara di dekorasi dengan lampu-lampu gantung berwarna kuning keemasan, menciptakan nuansa romantis dan penuh nostalgia. Beberapa alumni terlihat berbincang hangat, tertawa lepas mengingat kenangan-kenangan lama. Di sudut ruangan, panggung kecil menampilkan beberapa alumni yang bernyanyi lagu-lagu cinta populer. Lantunan suara mereka menggema indah, yang menambah suasana melankolis bagi sebagian orang yang hadir.Di pojok restoran, seorang gadis cantik bernama Zera Mirae memilih duduk sendirian. Dia memandang jauh ke arah cakrawala kota yang berkilauan, pikirannya melayang. Situasi hari ini mengingatkannya pada banyak hal yang dulu pernah dialami olehnya namun karena keadaan yang memaksa, semua harus tinggalkannya. Lagu cinta yang disenandungkan dari atas panggung membawa ingatannya kembali ke masa-masa SMA. Saat-saat penuh kenangan bersama orang-orang yang pernah mengisi

    Last Updated : 2025-04-09
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 4 Janji Untuk Tak Akan Pernah Menyerah

    Sesaat setelah acara reuni selesai,Sinar matahari yang hangat menyapu wajah Zera ketika dia berdiri di dekat dermaga Pantai Ancol, menatap ombak yang tenang berkejaran di tepian. Di sampingnya, Farez tersenyum lembut, memperhatikan raut bahagia Zera. Mereka baru saja memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama, mengenang masa-masa SMA yang penuh kenangan. Hubungan mereka yang sempat kandas kini terajut kembali dengan indah."Aku nggak pernah bosan lihat laut ini, Kak Farez," ujar Zera sambil menghela napas panjang. "Rasanya tenang banget di sini. Jadi ingat saat dulu kita masih duduk di bangku SMA. Kita sering menghabiskan waktu di sini," tutur sang gadis lagi.Farez mengangguk. "Aku tahu. Laut ini juga saksi waktu kita sering kabur habis pulang sekolah, ingat nggak?"Zera tertawa kecil, mengangguk. "Ha-ha-ha. Kamu dulu sering banget ngerayu aku buat ke sini, padahal kita tahu bakal dimarahin sama guru BK kalau ketahuan.""He-he-he. Tapi mereka nggak pernah tahu, kan?" jawab Farez

    Last Updated : 2025-04-09
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 5 Janji Untuk Berjuang Bersama

    Cinta yang harus diperjuangkan,Malam pun tiba, setelah menghabiskan waktu seharian bersama Farez, Zera dijemput oleh sopir pribadinya di tempat pertemuan terakhir mereka. Farez, di sisi lain, menyetir sendiri mobilnya menuju rumahnya. Di sepanjang perjalanan, senyuman tak henti menghiasi wajah keduanya. Janji untuk memperjuangkan cinta mereka memberikan harapan baru di tengah berbagai tantangan yang akan dihadapi bersama.Sesampainya di rumah, Zera keluar dari mobil dengan langkah ringan. Dia menyapa sekilas beberapa pelayan rumahnya yang menyambutnya di pintu, lalu masuk ke dalam rumah megah Keluarga Cornelius. Hatinya yang penuh kebahagiaan segera berubah tegang ketika melewati ruang keluarga dan mendapati ayahnya, Tuan Cornelius, sang ayah yang terkenal penuh wibawa sedang duduk di sofa sambil menatapnya dengan tatapan tajam.“Zera,” panggil Tuan Cornelius dengan nada tegas. “Dari mana saja kamu? Sudah malam begini baru pulang,” ujar sang ayah dengan tatapan tajamnya.Zera yang

    Last Updated : 2025-04-09
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 6 Makan Siang Bersama

    Hari telah beranjak siang, matahari bersinar cerah di langit Kota Jakarta. Gedung-gedung tinggi di pusat bisnis berdiri megah, menampakkan kesibukan yang tak pernah surut. Di salah satu gedung tersebut, tepatnya di lantai dua puluh lima, Farez baru saja menyelesaikan meeting panjang dengan kolega bisnisnya. Kemeja putihnya tetap rapi, dengan dasi biru yang longgar melingkar di lehernya. Dia menghela napas lega, melirik arlojinya, memastikan waktu masih sesuai jadwal.“Akhirnya meeting selesai juga!” ucapnya lega.Tiba-tiba, pintu kantornya diketuk dari luar. "Masuk," seru Farez, tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya.Joseph, sahabat sekaligus tetangganya di gedung perkantoran ini, masuk dengan langkah santai. Jas hitam yang dia kenakan tak mampu menyembunyikan auranya yang selalu ceria. "Farez! Siang ini kita makan di tempat biasa, ya?" ujarnya tanpa basa-basi sambil menduduki sofa di ruangan itu.Farez mendongak, lalu menggeleng sambil tersenyum tipis. "Maaf, Jo. Hari ini gue

    Last Updated : 2025-04-09
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 7 Nongkrong di Mall KoKas

    Petualangan Romantis Farez dan Zera di Amazing D’Caribbean,Setelah menikmati makan siang di sebuah restoran penuh kenangan, Farez memandangi Zera dengan senyum lembut. Restoran itu merupakan tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama saat masih SMA, dan kenangan itu terasa hidup kembali.Lalu tiba-tiba Farez berkata kepada kekasihnya,“Bagaimana kalau kita lanjut ke Mall Kota Kasablanka? Sudah lama banget kita nggak ke sana. Aku mau mengajak kamu ke Amazing D’Caribbean, tempat favorit kita dulu,” ujar Farez antusias.Zera mengangguk penuh semangat. “Aku suka banget ide itu! Ayo, Kak!”“Okay, yuk kita segera meluncur!” ucap Farez lalu menggenggam tangan kekasihnya dengan sangat erat.Bowling Seru di Amazing D’Caribbean.Sesampainya di mall, Farez dan Zera langsung menuju Amazing D’Caribbean, sebuah arena permainan yang dipenuhi lampu warna-warni dan musik yang membangkitkan semangat. Farez segera menarik Zera menuju arena bowling.“Kamu siap kalah, Kak?” tantang Zera sambil meng

    Last Updated : 2025-04-09
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 8 Pertentangan Dengan Sang Ayah

    Setelah menikmati sore yang penuh kebahagiaan bersama Farez di Amazing D’Caribbean, Zera akhirnya berpamitan kepada kekasihnya. Cahaya senja menghiasi langit ketika Farez mengantar Zera ke depan mall.“Terima kasih, Kak Farez. Hari ini menyenangkan banget,” ucap Zera dengan senyuman manis.“Aku juga senang banget. Jaga dirimu, ya. Kapan ada waktu santai, kita bertemu lagi!” balas Farez sambil melambaikan tangan.Gadis itu pun masuk ke dalam taksi online yang akan membawanya untuk pulang ke rumahnya. Setelah menempuh beberapa saat dalam perjalanan, akhirnya Zera sampai juga di rumah mewah milik keluarganya.Zera pun mulai melangkah masuk ke rumahnya yang megah, namun langkahnya terhenti ketika melihat sosok ayahnya, Tuan Cornelius, berdiri di ruang keluarga dengan berkacak pinggang dan sorot mata tajam. Nyalinya langsung terasa menciut.“Dari mana kamu, Zera?” tanya Tuan Cornelius dengan nada tegas.Zera menelan ludah. Dia tahu ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan soal Farez. “

    Last Updated : 2025-04-09
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 9 Tidak Akan Pernah Mau Dijodohkan

    Di Rumah Keluarga Tuan Deron Keil. Perdebatan di meja makan.Farez berdiri di depan cermin di kamarnya, menyeka rambut basahnya dengan handuk. Butiran air dari rambutnya jatuh ke kulit wajahnya yang tampak segar setelah mandi. Pria itu beberapa saat yang lalu baru saja sampai di rumahnya setelah menghabiskan siang sampai sore bersama kekasihnya, Zera Mirae.Sebuah ketukan pelan terdengar di pintu kamarnya."Tuan Muda Farez. Permisi, Tuan." Suara seorang maid memanggil dari luar kamar, terdengar sopan dan lembut. "Makan malam sudah siap, Tuan dan Nyonya sedang menunggu di ruang makan," tutur sang maid lagi.Farez mendesah pelan, rasa malasnya terlihat jelas dari raut wajahnya. "Iya, iya, aku turun sebentar lagi, Maid." jawabnya dengan nada datar.“Jangan lama-lama ya, Tuan Muda. Soalnya sudah dari tadi Tuan dan Nyonya menunggu Anda di meja makan,” ucap sang maid lagi.“Siap, Maid!”Maid itu pun mengangguk meskipun tak melihat tuannya dan pergi meninggalkan pintu. Farez lalu melempar

    Last Updated : 2025-04-09
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 10 Mimpi Buruk Farez

    Cinta yang dipertaruhkan,Farez memasuki kamarnya dengan langkah berat setelah percakapan panjang dan penuh tekanan dengan ayahnya, Tuan Deron. Pintu kamar ditutup dengan keras, dan rasa sesak di dadanya tidak bisa diabaikan olehnya begitu saja. Lampu kamar yang redup semakin mempertegas kehampaan yang dirasakan olehnya. Farez lalu menghempaskan tubuhnya ke atas kasur, matanya memandang kosong ke arah langit-langit kamar."Perjodohan?" gumamnya pelan."Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi!”Farez lalu memutar otaknya, mencari cara untuk melawan keputusan yang telah ditetapkan oleh kedua orang tuanya. Namun, pikiran itu hanya membawanya pada satu hal yang kini semakin memenuhi benaknya, Zera sang kekasih hati. Senyum lembut Zera, suara tawanya, dan cara dia membuat dunia Farez terasa lebih berarti. Rasa rindu tiba-tiba menyeruak di dadanya.Dengan cepat, Farez meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Dia membuka aplikasi panggilan video dan menekan nama Zera. Jemarinya sediki

    Last Updated : 2025-04-24

Latest chapter

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 11 Semangat Pagi Untuk Farez

    .Langit Jakarta terlihat cerah pagi itu. Sinar matahari masuk dengan lembut melalui jendela besar di kamar Farez, memberikan kehangatan yang menyenangkan. Udara pagi yang segar membuat suasana terasa lebih hidup. Farez membuka matanya perlahan, menghela napas panjang, lalu duduk di tepi tempat tidurnya. Meskipun tadi malam dia diganggu oleh mimpi buruk tentang hubungannya dengan Zera yang tidak direstui ayahnya, Tuan Deron, pagi ini dia merasa tubuhnya bugar.“Sudah pagi, ya?” gumamnya sambil merentangkan kedua tangannya. Wajahnya mencerminkan tekad untuk melupakan mimpi buruk tadi malam.Pria muda itu bangkit dan mengganti pakaian tidurnya dengan baju olahraga kasual. Setelah itu, dia berjalan keluar kamar menuju ruang gym pribadinya yang terletak di lantai bawah rumah megahnya. Langkahnya mantap, menunjukkan kedisiplinan yang selama ini menjadi bagian dari hidupnya.Sesampainya di ruang gym, Farez memulai pemanasan dengan beberapa gerakan ringan. Dia menyadari bahwa olahraga adalah

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 10 Mimpi Buruk Farez

    Cinta yang dipertaruhkan,Farez memasuki kamarnya dengan langkah berat setelah percakapan panjang dan penuh tekanan dengan ayahnya, Tuan Deron. Pintu kamar ditutup dengan keras, dan rasa sesak di dadanya tidak bisa diabaikan olehnya begitu saja. Lampu kamar yang redup semakin mempertegas kehampaan yang dirasakan olehnya. Farez lalu menghempaskan tubuhnya ke atas kasur, matanya memandang kosong ke arah langit-langit kamar."Perjodohan?" gumamnya pelan."Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi!”Farez lalu memutar otaknya, mencari cara untuk melawan keputusan yang telah ditetapkan oleh kedua orang tuanya. Namun, pikiran itu hanya membawanya pada satu hal yang kini semakin memenuhi benaknya, Zera sang kekasih hati. Senyum lembut Zera, suara tawanya, dan cara dia membuat dunia Farez terasa lebih berarti. Rasa rindu tiba-tiba menyeruak di dadanya.Dengan cepat, Farez meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Dia membuka aplikasi panggilan video dan menekan nama Zera. Jemarinya sediki

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 9 Tidak Akan Pernah Mau Dijodohkan

    Di Rumah Keluarga Tuan Deron Keil. Perdebatan di meja makan.Farez berdiri di depan cermin di kamarnya, menyeka rambut basahnya dengan handuk. Butiran air dari rambutnya jatuh ke kulit wajahnya yang tampak segar setelah mandi. Pria itu beberapa saat yang lalu baru saja sampai di rumahnya setelah menghabiskan siang sampai sore bersama kekasihnya, Zera Mirae.Sebuah ketukan pelan terdengar di pintu kamarnya."Tuan Muda Farez. Permisi, Tuan." Suara seorang maid memanggil dari luar kamar, terdengar sopan dan lembut. "Makan malam sudah siap, Tuan dan Nyonya sedang menunggu di ruang makan," tutur sang maid lagi.Farez mendesah pelan, rasa malasnya terlihat jelas dari raut wajahnya. "Iya, iya, aku turun sebentar lagi, Maid." jawabnya dengan nada datar.“Jangan lama-lama ya, Tuan Muda. Soalnya sudah dari tadi Tuan dan Nyonya menunggu Anda di meja makan,” ucap sang maid lagi.“Siap, Maid!”Maid itu pun mengangguk meskipun tak melihat tuannya dan pergi meninggalkan pintu. Farez lalu melempar

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 8 Pertentangan Dengan Sang Ayah

    Setelah menikmati sore yang penuh kebahagiaan bersama Farez di Amazing D’Caribbean, Zera akhirnya berpamitan kepada kekasihnya. Cahaya senja menghiasi langit ketika Farez mengantar Zera ke depan mall.“Terima kasih, Kak Farez. Hari ini menyenangkan banget,” ucap Zera dengan senyuman manis.“Aku juga senang banget. Jaga dirimu, ya. Kapan ada waktu santai, kita bertemu lagi!” balas Farez sambil melambaikan tangan.Gadis itu pun masuk ke dalam taksi online yang akan membawanya untuk pulang ke rumahnya. Setelah menempuh beberapa saat dalam perjalanan, akhirnya Zera sampai juga di rumah mewah milik keluarganya.Zera pun mulai melangkah masuk ke rumahnya yang megah, namun langkahnya terhenti ketika melihat sosok ayahnya, Tuan Cornelius, berdiri di ruang keluarga dengan berkacak pinggang dan sorot mata tajam. Nyalinya langsung terasa menciut.“Dari mana kamu, Zera?” tanya Tuan Cornelius dengan nada tegas.Zera menelan ludah. Dia tahu ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan soal Farez. “

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 7 Nongkrong di Mall KoKas

    Petualangan Romantis Farez dan Zera di Amazing D’Caribbean,Setelah menikmati makan siang di sebuah restoran penuh kenangan, Farez memandangi Zera dengan senyum lembut. Restoran itu merupakan tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama saat masih SMA, dan kenangan itu terasa hidup kembali.Lalu tiba-tiba Farez berkata kepada kekasihnya,“Bagaimana kalau kita lanjut ke Mall Kota Kasablanka? Sudah lama banget kita nggak ke sana. Aku mau mengajak kamu ke Amazing D’Caribbean, tempat favorit kita dulu,” ujar Farez antusias.Zera mengangguk penuh semangat. “Aku suka banget ide itu! Ayo, Kak!”“Okay, yuk kita segera meluncur!” ucap Farez lalu menggenggam tangan kekasihnya dengan sangat erat.Bowling Seru di Amazing D’Caribbean.Sesampainya di mall, Farez dan Zera langsung menuju Amazing D’Caribbean, sebuah arena permainan yang dipenuhi lampu warna-warni dan musik yang membangkitkan semangat. Farez segera menarik Zera menuju arena bowling.“Kamu siap kalah, Kak?” tantang Zera sambil meng

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 6 Makan Siang Bersama

    Hari telah beranjak siang, matahari bersinar cerah di langit Kota Jakarta. Gedung-gedung tinggi di pusat bisnis berdiri megah, menampakkan kesibukan yang tak pernah surut. Di salah satu gedung tersebut, tepatnya di lantai dua puluh lima, Farez baru saja menyelesaikan meeting panjang dengan kolega bisnisnya. Kemeja putihnya tetap rapi, dengan dasi biru yang longgar melingkar di lehernya. Dia menghela napas lega, melirik arlojinya, memastikan waktu masih sesuai jadwal.“Akhirnya meeting selesai juga!” ucapnya lega.Tiba-tiba, pintu kantornya diketuk dari luar. "Masuk," seru Farez, tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya.Joseph, sahabat sekaligus tetangganya di gedung perkantoran ini, masuk dengan langkah santai. Jas hitam yang dia kenakan tak mampu menyembunyikan auranya yang selalu ceria. "Farez! Siang ini kita makan di tempat biasa, ya?" ujarnya tanpa basa-basi sambil menduduki sofa di ruangan itu.Farez mendongak, lalu menggeleng sambil tersenyum tipis. "Maaf, Jo. Hari ini gue

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 5 Janji Untuk Berjuang Bersama

    Cinta yang harus diperjuangkan,Malam pun tiba, setelah menghabiskan waktu seharian bersama Farez, Zera dijemput oleh sopir pribadinya di tempat pertemuan terakhir mereka. Farez, di sisi lain, menyetir sendiri mobilnya menuju rumahnya. Di sepanjang perjalanan, senyuman tak henti menghiasi wajah keduanya. Janji untuk memperjuangkan cinta mereka memberikan harapan baru di tengah berbagai tantangan yang akan dihadapi bersama.Sesampainya di rumah, Zera keluar dari mobil dengan langkah ringan. Dia menyapa sekilas beberapa pelayan rumahnya yang menyambutnya di pintu, lalu masuk ke dalam rumah megah Keluarga Cornelius. Hatinya yang penuh kebahagiaan segera berubah tegang ketika melewati ruang keluarga dan mendapati ayahnya, Tuan Cornelius, sang ayah yang terkenal penuh wibawa sedang duduk di sofa sambil menatapnya dengan tatapan tajam.“Zera,” panggil Tuan Cornelius dengan nada tegas. “Dari mana saja kamu? Sudah malam begini baru pulang,” ujar sang ayah dengan tatapan tajamnya.Zera yang

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 4 Janji Untuk Tak Akan Pernah Menyerah

    Sesaat setelah acara reuni selesai,Sinar matahari yang hangat menyapu wajah Zera ketika dia berdiri di dekat dermaga Pantai Ancol, menatap ombak yang tenang berkejaran di tepian. Di sampingnya, Farez tersenyum lembut, memperhatikan raut bahagia Zera. Mereka baru saja memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama, mengenang masa-masa SMA yang penuh kenangan. Hubungan mereka yang sempat kandas kini terajut kembali dengan indah."Aku nggak pernah bosan lihat laut ini, Kak Farez," ujar Zera sambil menghela napas panjang. "Rasanya tenang banget di sini. Jadi ingat saat dulu kita masih duduk di bangku SMA. Kita sering menghabiskan waktu di sini," tutur sang gadis lagi.Farez mengangguk. "Aku tahu. Laut ini juga saksi waktu kita sering kabur habis pulang sekolah, ingat nggak?"Zera tertawa kecil, mengangguk. "Ha-ha-ha. Kamu dulu sering banget ngerayu aku buat ke sini, padahal kita tahu bakal dimarahin sama guru BK kalau ketahuan.""He-he-he. Tapi mereka nggak pernah tahu, kan?" jawab Farez

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 3 Ternyata Cinta Lama Belum Kelar

    Suasana pagi menjelang siang itu begitu hangat. Restoran rooftop yang menjadi tempat reuni angkatan SMA Cipta Nusantara di dekorasi dengan lampu-lampu gantung berwarna kuning keemasan, menciptakan nuansa romantis dan penuh nostalgia. Beberapa alumni terlihat berbincang hangat, tertawa lepas mengingat kenangan-kenangan lama. Di sudut ruangan, panggung kecil menampilkan beberapa alumni yang bernyanyi lagu-lagu cinta populer. Lantunan suara mereka menggema indah, yang menambah suasana melankolis bagi sebagian orang yang hadir.Di pojok restoran, seorang gadis cantik bernama Zera Mirae memilih duduk sendirian. Dia memandang jauh ke arah cakrawala kota yang berkilauan, pikirannya melayang. Situasi hari ini mengingatkannya pada banyak hal yang dulu pernah dialami olehnya namun karena keadaan yang memaksa, semua harus tinggalkannya. Lagu cinta yang disenandungkan dari atas panggung membawa ingatannya kembali ke masa-masa SMA. Saat-saat penuh kenangan bersama orang-orang yang pernah mengisi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status