Home / Romansa / TAMBATAN HATI SANG CEO / BAB. 4 Janji Untuk Tak Akan Pernah Menyerah

Share

BAB. 4 Janji Untuk Tak Akan Pernah Menyerah

last update Last Updated: 2025-04-09 14:46:26

Sesaat setelah acara reuni selesai,

Sinar matahari yang hangat menyapu wajah Zera ketika dia berdiri di dekat dermaga Pantai Ancol, menatap ombak yang tenang berkejaran di tepian. Di sampingnya, Farez tersenyum lembut, memperhatikan raut bahagia Zera. Mereka baru saja memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama, mengenang masa-masa SMA yang penuh kenangan. Hubungan mereka yang sempat kandas kini terajut kembali dengan indah.

"Aku nggak pernah bosan lihat laut ini, Kak Farez," ujar Zera sambil menghela napas panjang.

"Rasanya tenang banget di sini. Jadi ingat saat dulu kita masih duduk di bangku SMA. Kita sering menghabiskan waktu di sini," tutur sang gadis lagi.

Farez mengangguk.

"Aku tahu. Laut ini juga saksi waktu kita sering kabur habis pulang sekolah, ingat nggak?"

Zera tertawa kecil, mengangguk.

"Ha-ha-ha. Kamu dulu sering banget ngerayu aku buat ke sini, padahal kita tahu bakal dimarahin sama guru BK kalau ketahuan."

"He-he-he. Tapi mereka nggak pernah tahu, kan?" jawab Farez sambil terkekeh.

"Tapi yang paling aku ingat, waktu kita duduk di pasir, kamu ngomong kalau suatu hari kamu pengin jadi pengusaha sukses."

Zera menoleh, tersenyum penuh makna.

"Dan sekarang aku masih kejar mimpi itu. Tapi kamu, Kak Farez? Apa cita-citamu dulu sudah tercapai?"

Farez menunduk sebentar, lalu menatap Zera dengan serius. "Cita-cita terbesarku sekarang cuma satu, yaitu bikin kamu bahagia."

Kata-kata Farez membuat Zera terdiam sejenak, lalu tersenyum sambil menyembunyikan wajahnya yang sedikit memerah.

"Gombalan kamu nggak pernah berubah ya, Kak."

“Ha-ha-ha! Semuanya hanya untukmu, Zera. Apapun itu. Kali ini aku akan memperjuangkan hubungan kita, apapun yang terjadi!” ucapnya penuh harap.

Mereka pun lalu berjalan menyusuri pantai, kaki keduanya menyentuh pasir yang mulai terasa dingin. Angin sore meniup lembut, membawa aroma laut yang khas. Zera dan Farez memutuskan untuk berhenti sejenak, duduk di sebuah batu besar yang menghadap ke laut.

"Kamu tahu nggak, Kak?" ucap Zera sambil menatap horizon indah di depannya.

"Aku sempat berpikir kita nggak akan pernah bertemu lagi, Kak Farez."

"Aku juga," jawab Farez pelan.

"Waktu kita pisah dulu, jujur aku nyesel banget. Tapi sekarang, aku janji, aku nggak akan sia-siakan kesempatan ini," ucapnya lagi.

Zera lalu menatap Farez. "Janji?"

"Janji!" seru Farez dengan nada meyakinkan.

Hari mulai gelap. Matahari perlahan tenggelam di cakrawala, menciptakan warna jingga keemasan yang memantul indah di permukaan laut. Farez berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Zera.

"Ayo, aku ada kejutan kecil buat kamu," katanya.

"Kejutan apa?" Zera memandangnya curiga.

"Kamu ikut aja dulu. Percaya sama aku," ujar Farez dengan senyum khasnya.

Mereka pun berjalan menuju sebuah kafe kecil di tepi pantai. Lampu-lampu kafe yang remang menciptakan suasana romantis. Di salah satu sudut kafe, Farez memilih meja yang menghadap langsung ke arah laut.

"Tempat ini baru, ya?" tanya Zera sambil duduk.

"Iya, aku baru tahu juga. Tapi pas lihat tadi siang, aku pikir ini tempat yang pas buat kita."

Seorang pelayan datang dengan buku menu, dan Farez memesan jus jeruk untuk Zera serta kopi hitam untuk dirinya sendiri. Sambil menunggu pesanan datang, mereka melanjutkan obrolan.

"Kamu masih ingat lagu favorit kita waktu SMA?" tanya Farez tiba-tiba.

Zera mengangguk. "Tentu saja. Lagu itu masih ada di playlist-ku sampai sekarang."

Farez tersenyum, lalu mengeluarkan ponselnya. Dia lalu memutar lagu yang dimaksud, dan nada-nada lembut mulai mengalun. Zera tersenyum mendengarnya.

"Masih suka lagu ini?" tanya Farez.

"Banget," jawab Zera.

"Kamu selalu tahu cara bikin aku terharu ya, Kak."

“Ha-ha-ha! Tentu saja, Zera. Karena kamu adalah tambatan hatiku,” ucap Farez dari kesungguhannya hatinya.

Minuman mereka pun datang, dan keduanya mulai menikmati suasana malam. Angin laut yang sejuk menambah kesan damai.

"Kak Farez," ucap Zera pelan, memecah keheningan.

"Hmm?"

"Terima kasih," ucap Zera sambil menatap lurus ke mata Farez.

"Terima kasih sudah memilih untuk nggak menyerah dengan hubungan kita."

Farez menggenggam tangan Zera yang berada di atas meja.

"Aku yang harusnya berterima kasih. Karena kamu masih mau kasih aku kesempatan kedua."

Obrolan mereka terhenti sejenak ketika pelayan datang membawa makanan dua piring pasta seafood. Farez tahu Zera suka makanan laut, dan sang pria sengaja memesan menu favorit Zera.

"Kamu benar-benar merencanakan ini semua ya, Kak?" ucap Zera sambil tersenyum.

"Tentu saja. Aku mau hari ini jadi kenangan indah buat kita berdua," jawab Farez sambil menyendok makanannya.

Setelah makan, mereka memutuskan untuk berjalan kembali ke dermaga. Laut malam yang tenang, ditemani suara ombak dan lampu-lampu kapal di kejauhan, menciptakan suasana yang sulit dilupakan.

"Aku senang banget hari ini, Kak Farez," ucap Zera sambil menggenggam lengan Farez erat.

"Aku juga," jawab Farez.

"Dan aku berharap ini bukan yang terakhir buat kita."

Zera mengangguk, lalu bersandar di bahu Farez. Keduanya berdiri di sana cukup lama, menikmati malam tanpa perlu banyak bicara. Dalam hati mereka, masing-masing merasa bahwa momen ini adalah awal dari perjalanan baru yang akan mereka jalani bersama.

Malam di Pantai Ancol semakin indah dengan suara deburan ombak yang tenang. Farez dan Zera duduk bersebelahan di bangku kayu dekat dermaga, menikmati sisa-sisa suasana romantis setelah makan malam di kafe tepi pantai. Angin laut yang sejuk menyapu wajah mereka, membuat malam itu terasa sempurna.

"Kamu tahu, malam ini benar-benar mengingatkanku pada masa-masa SMA kita, Kak." ujar Zera, tersenyum sambil menatap Farez.

Farez mengangguk, balas menatap Zera.

"Aku juga merasa begitu. Seolah-olah nggak ada yang berubah, ya? Kamu tetap jadi orang yang paling bikin aku nyaman."

Zera tersenyum kecil, lalu mengalihkan pandangannya ke laut.

"Aku harap kita bisa terus seperti ini, Kak Farez. Tanpa ada yang mengganggu kebahagiaan kita."

Namun, suasana hangat itu tiba-tiba terusik oleh suara ponsel Farez yang berdering pelan. Pria tampan itu mengambil ponselnya dari sakunya, membuka layar, dan melihat pesan singkat dari ayahnya.

“Jangan lupa hari Sabtu. Kamu harus hadir di pertemuan keluarga untuk bertemu dengan calon istrimu. Ini penting, Farez. Jangan buat kami malu.”

Farez terdiam. Jantungnya serasa berhenti sesaat saat membaca pesan tersebut. Matanya terpaku pada layar ponselnya, pikirannya bercampur aduk antara bingung dan cemas.

"Kak Farez?" suara Zera membuyarkan lamunannya.

"Hmm?" Farez buru-buru mematikan layar ponselnya dan mencoba tersenyum.

"Ada apa Zera?"

"Kamu kenapa? Kok tiba-tiba diam?" tanya Zera sambil menatap wajah Farez dengan khawatir.

Sang pria pun menarik napas dalam-dalam, lalu menghela napas panjang. Dia tahu jika ini adalah momen yang tepat untuk jujur pada Zera. Namun, lidahnya terasa berat untuk memulai.

"Ada sesuatu yang harus aku omongin sama kamu," ucap Farez akhirnya, suaranya sedikit bergetar.

Zera mengernyit.

"Apa? Kamu kelihatan serius banget."

Farez lalu memandang Zera dengan tatapan penuh kesungguhan.

"Aku nggak tahu gimana cara bilangnya. Tapi aku nggak mau ada rahasia di antara kita."

Zera duduk tegak, menunggu penjelasan Farez.

"Okay, ngomong aja, Kak Farez. Apa yang sebenarnya terjadi?"

Farez mengusap wajahnya, mencoba mengumpulkan keberanian.

"Tadi ... aku dapat pesan dari Papiku. Hari Sabtu nanti, keluargaku sudah mengatur pertemuan untuk menjodohkan aku dengan seorang wanita."

Zera terdiam. Ekspresi wajahnya yang semula santai berubah menjadi serius. Dia menatap Farez, mencari kepastian.

"Apa? Kamu dijodohkan? Sejak kapan, Kak?"

Farez buru-buru menjelaskan. "Dengar dulu, Zera. Ini semua keputusan orang tuaku, bukan keinginan aku. Aku nggak pernah setuju, tapi kedua orang tuaku terus memaksa. Dan sekarang mereka sudah mengatur pertemuan itu."

Zera menunduk, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya.

"Jadi ... apa rencanamu? Kamu bakal nurut sama mereka?"

Farez menggeleng keras. "Tidak. Aku nggak akan biarkan mereka menentukan masa depanku tanpa persetujuan dari aku. Makanya aku ingin kamu ikut denganku hari Sabtu nanti."

Zera mengangkat wajahnya, menatap Farez dengan mata penuh pertanyaan.

"Maksud kamu, aku ikut ke pertemuan itu? Buat apa?"

Farez menggenggam tangan Zera erat.

"Aku mau jujur di depan kedua orang tuaku. Aku mau mereka tahu kalau aku sudah punya seseorang yang aku cinta, dan itu kamu, Zera."

Zera membeku sejenak, lalu melepaskan genggaman tangan Farez dengan perlahan. "Tapi, Kak Farez ... kalau mereka nggak setuju? Bagaimana kalau kedua orang tuamu nggak menerima aku?"

Farez menatap Zera dengan penuh keyakinan.

"Aku nggak peduli. Aku hanya mau sama kamu. Kita sudah terlalu jauh untuk mundur sekarang."

Zera terdiam, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Ini terlalu mendadak, Kak Farez. Aku nggak tahu apakah aku siap untuk menghadapi mereka."

Farez memegang kedua tangan Zera.

"Aku tahu ini sulit. Tapi aku nggak bisa melakukannya tanpa kamu. Aku butuh kamu untuk ada di sisiku."

Zera menghela napas panjang, lalu menatap Farez.

"Kalau begitu, kamu harus janji. Apapun yang terjadi nanti, kamu nggak akan menyerah pada kita."

Farez mengangguk mantap. "Aku janji. Aku nggak akan pernah menyerah, Zera. Kamu adalah pilihan hatiku, dan aku akan berjuang untuk kita."

Zera akhirnya tersenyum kecil, meski matanya masih menyiratkan keraguan. "Baiklah. Aku akan ikut denganmu hari Sabtu nanti."

Farez tersenyum lega, lalu menarik Zera ke dalam pelukannya.

"Terima kasih, Zera. Aku benar-benar bersyukur punya kamu di hidupku."

Malam itu keduanya menghabiskan waktu lebih lama di tepi pantai, berbicara tentang rencana mereka dan bagaimana menghadapi keluarga Farez. Meski ada kekhawatiran di hati, cinta keduanya yang kuat memberi keberanian untuk melangkah bersama.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 5 Janji Untuk Berjuang Bersama

    Cinta yang harus diperjuangkan,Malam pun tiba, setelah menghabiskan waktu seharian bersama Farez, Zera dijemput oleh sopir pribadinya di tempat pertemuan terakhir mereka. Farez, di sisi lain, menyetir sendiri mobilnya menuju rumahnya. Di sepanjang perjalanan, senyuman tak henti menghiasi wajah keduanya. Janji untuk memperjuangkan cinta mereka memberikan harapan baru di tengah berbagai tantangan yang akan dihadapi bersama.Sesampainya di rumah, Zera keluar dari mobil dengan langkah ringan. Dia menyapa sekilas beberapa pelayan rumahnya yang menyambutnya di pintu, lalu masuk ke dalam rumah megah Keluarga Cornelius. Hatinya yang penuh kebahagiaan segera berubah tegang ketika melewati ruang keluarga dan mendapati ayahnya, Tuan Cornelius, sang ayah yang terkenal penuh wibawa sedang duduk di sofa sambil menatapnya dengan tatapan tajam.“Zera,” panggil Tuan Cornelius dengan nada tegas. “Dari mana saja kamu? Sudah malam begini baru pulang,” ujar sang ayah dengan tatapan tajamnya.Zera yang

    Last Updated : 2025-04-09
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 6 Makan Siang Bersama

    Hari telah beranjak siang, matahari bersinar cerah di langit Kota Jakarta. Gedung-gedung tinggi di pusat bisnis berdiri megah, menampakkan kesibukan yang tak pernah surut. Di salah satu gedung tersebut, tepatnya di lantai dua puluh lima, Farez baru saja menyelesaikan meeting panjang dengan kolega bisnisnya. Kemeja putihnya tetap rapi, dengan dasi biru yang longgar melingkar di lehernya. Dia menghela napas lega, melirik arlojinya, memastikan waktu masih sesuai jadwal.“Akhirnya meeting selesai juga!” ucapnya lega.Tiba-tiba, pintu kantornya diketuk dari luar. "Masuk," seru Farez, tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya.Joseph, sahabat sekaligus tetangganya di gedung perkantoran ini, masuk dengan langkah santai. Jas hitam yang dia kenakan tak mampu menyembunyikan auranya yang selalu ceria. "Farez! Siang ini kita makan di tempat biasa, ya?" ujarnya tanpa basa-basi sambil menduduki sofa di ruangan itu.Farez mendongak, lalu menggeleng sambil tersenyum tipis. "Maaf, Jo. Hari ini gue

    Last Updated : 2025-04-09
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 7 Nongkrong di Mall KoKas

    Petualangan Romantis Farez dan Zera di Amazing D’Caribbean,Setelah menikmati makan siang di sebuah restoran penuh kenangan, Farez memandangi Zera dengan senyum lembut. Restoran itu merupakan tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama saat masih SMA, dan kenangan itu terasa hidup kembali.Lalu tiba-tiba Farez berkata kepada kekasihnya,“Bagaimana kalau kita lanjut ke Mall Kota Kasablanka? Sudah lama banget kita nggak ke sana. Aku mau mengajak kamu ke Amazing D’Caribbean, tempat favorit kita dulu,” ujar Farez antusias.Zera mengangguk penuh semangat. “Aku suka banget ide itu! Ayo, Kak!”“Okay, yuk kita segera meluncur!” ucap Farez lalu menggenggam tangan kekasihnya dengan sangat erat.Bowling Seru di Amazing D’Caribbean.Sesampainya di mall, Farez dan Zera langsung menuju Amazing D’Caribbean, sebuah arena permainan yang dipenuhi lampu warna-warni dan musik yang membangkitkan semangat. Farez segera menarik Zera menuju arena bowling.“Kamu siap kalah, Kak?” tantang Zera sambil meng

    Last Updated : 2025-04-09
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 8 Pertentangan Dengan Sang Ayah

    Setelah menikmati sore yang penuh kebahagiaan bersama Farez di Amazing D’Caribbean, Zera akhirnya berpamitan kepada kekasihnya. Cahaya senja menghiasi langit ketika Farez mengantar Zera ke depan mall.“Terima kasih, Kak Farez. Hari ini menyenangkan banget,” ucap Zera dengan senyuman manis.“Aku juga senang banget. Jaga dirimu, ya. Kapan ada waktu santai, kita bertemu lagi!” balas Farez sambil melambaikan tangan.Gadis itu pun masuk ke dalam taksi online yang akan membawanya untuk pulang ke rumahnya. Setelah menempuh beberapa saat dalam perjalanan, akhirnya Zera sampai juga di rumah mewah milik keluarganya.Zera pun mulai melangkah masuk ke rumahnya yang megah, namun langkahnya terhenti ketika melihat sosok ayahnya, Tuan Cornelius, berdiri di ruang keluarga dengan berkacak pinggang dan sorot mata tajam. Nyalinya langsung terasa menciut.“Dari mana kamu, Zera?” tanya Tuan Cornelius dengan nada tegas.Zera menelan ludah. Dia tahu ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan soal Farez. “

    Last Updated : 2025-04-09
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 9 Tidak Akan Pernah Mau Dijodohkan

    Di Rumah Keluarga Tuan Deron Keil. Perdebatan di meja makan.Farez berdiri di depan cermin di kamarnya, menyeka rambut basahnya dengan handuk. Butiran air dari rambutnya jatuh ke kulit wajahnya yang tampak segar setelah mandi. Pria itu beberapa saat yang lalu baru saja sampai di rumahnya setelah menghabiskan siang sampai sore bersama kekasihnya, Zera Mirae.Sebuah ketukan pelan terdengar di pintu kamarnya."Tuan Muda Farez. Permisi, Tuan." Suara seorang maid memanggil dari luar kamar, terdengar sopan dan lembut. "Makan malam sudah siap, Tuan dan Nyonya sedang menunggu di ruang makan," tutur sang maid lagi.Farez mendesah pelan, rasa malasnya terlihat jelas dari raut wajahnya. "Iya, iya, aku turun sebentar lagi, Maid." jawabnya dengan nada datar.“Jangan lama-lama ya, Tuan Muda. Soalnya sudah dari tadi Tuan dan Nyonya menunggu Anda di meja makan,” ucap sang maid lagi.“Siap, Maid!”Maid itu pun mengangguk meskipun tak melihat tuannya dan pergi meninggalkan pintu. Farez lalu melempar

    Last Updated : 2025-04-09
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 10 Mimpi Buruk Farez

    Cinta yang dipertaruhkan,Farez memasuki kamarnya dengan langkah berat setelah percakapan panjang dan penuh tekanan dengan ayahnya, Tuan Deron. Pintu kamar ditutup dengan keras, dan rasa sesak di dadanya tidak bisa diabaikan olehnya begitu saja. Lampu kamar yang redup semakin mempertegas kehampaan yang dirasakan olehnya. Farez lalu menghempaskan tubuhnya ke atas kasur, matanya memandang kosong ke arah langit-langit kamar."Perjodohan?" gumamnya pelan."Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi!”Farez lalu memutar otaknya, mencari cara untuk melawan keputusan yang telah ditetapkan oleh kedua orang tuanya. Namun, pikiran itu hanya membawanya pada satu hal yang kini semakin memenuhi benaknya, Zera sang kekasih hati. Senyum lembut Zera, suara tawanya, dan cara dia membuat dunia Farez terasa lebih berarti. Rasa rindu tiba-tiba menyeruak di dadanya.Dengan cepat, Farez meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Dia membuka aplikasi panggilan video dan menekan nama Zera. Jemarinya sediki

    Last Updated : 2025-04-24
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 11 Semangat Pagi Untuk Farez

    .Langit Jakarta terlihat cerah pagi itu. Sinar matahari masuk dengan lembut melalui jendela besar di kamar Farez, memberikan kehangatan yang menyenangkan. Udara pagi yang segar membuat suasana terasa lebih hidup. Farez membuka matanya perlahan, menghela napas panjang, lalu duduk di tepi tempat tidurnya. Meskipun tadi malam dia diganggu oleh mimpi buruk tentang hubungannya dengan Zera yang tidak direstui ayahnya, Tuan Deron, pagi ini dia merasa tubuhnya bugar.“Sudah pagi, ya?” gumamnya sambil merentangkan kedua tangannya. Wajahnya mencerminkan tekad untuk melupakan mimpi buruk tadi malam.Pria muda itu bangkit dan mengganti pakaian tidurnya dengan baju olahraga kasual. Setelah itu, dia berjalan keluar kamar menuju ruang gym pribadinya yang terletak di lantai bawah rumah megahnya. Langkahnya mantap, menunjukkan kedisiplinan yang selama ini menjadi bagian dari hidupnya.Sesampainya di ruang gym, Farez memulai pemanasan dengan beberapa gerakan ringan. Dia menyadari bahwa olahraga adalah

    Last Updated : 2025-04-25
  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 1 Datang Ke Acara Reuni

    Di sebuah perumahan mewah di Kemang Residence, seorang pria muda bernama Farez Keil terlihat berdiri di depan cermin besar di kamar pribadinya. Mengenakan kemeja biru tua yang dipadukan dengan celana hitam formal, dia tampak rapi dan siap untuk menghadiri acara reuni sekolahnya, SMA Cipta Nusantara. Wajah tampannya yang dihiasi senyum tipis menunjukkan antusiasme yang jarang terlihat darinya.Setelah memastikan rambutnya tersisir rapi, Farez meraih kunci mobil dan jam tangannya di meja. Langkahnya mantap menuju pintu keluar kamarnya. Dia melewati ruang keluarga yang luas dan elegan dengan sofa empuk berwarna krem serta karpet Persia yang mahal. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar suara Papi Deron, ayahnya.“Farez, duduk dulu sebentar. Ada yang ingin Papi dan Mami bicarakan,” ucap Papi Deron dengan nada serius.Farez menghela napas pelan, jelas tidak ingin terlibat percakapan panjang saat ini. “Papi, aku lagi buru-buru. Kalau penting, bisa kita bicarakan nanti?”Mami Ester yang

    Last Updated : 2025-04-09

Latest chapter

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 11 Semangat Pagi Untuk Farez

    .Langit Jakarta terlihat cerah pagi itu. Sinar matahari masuk dengan lembut melalui jendela besar di kamar Farez, memberikan kehangatan yang menyenangkan. Udara pagi yang segar membuat suasana terasa lebih hidup. Farez membuka matanya perlahan, menghela napas panjang, lalu duduk di tepi tempat tidurnya. Meskipun tadi malam dia diganggu oleh mimpi buruk tentang hubungannya dengan Zera yang tidak direstui ayahnya, Tuan Deron, pagi ini dia merasa tubuhnya bugar.“Sudah pagi, ya?” gumamnya sambil merentangkan kedua tangannya. Wajahnya mencerminkan tekad untuk melupakan mimpi buruk tadi malam.Pria muda itu bangkit dan mengganti pakaian tidurnya dengan baju olahraga kasual. Setelah itu, dia berjalan keluar kamar menuju ruang gym pribadinya yang terletak di lantai bawah rumah megahnya. Langkahnya mantap, menunjukkan kedisiplinan yang selama ini menjadi bagian dari hidupnya.Sesampainya di ruang gym, Farez memulai pemanasan dengan beberapa gerakan ringan. Dia menyadari bahwa olahraga adalah

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 10 Mimpi Buruk Farez

    Cinta yang dipertaruhkan,Farez memasuki kamarnya dengan langkah berat setelah percakapan panjang dan penuh tekanan dengan ayahnya, Tuan Deron. Pintu kamar ditutup dengan keras, dan rasa sesak di dadanya tidak bisa diabaikan olehnya begitu saja. Lampu kamar yang redup semakin mempertegas kehampaan yang dirasakan olehnya. Farez lalu menghempaskan tubuhnya ke atas kasur, matanya memandang kosong ke arah langit-langit kamar."Perjodohan?" gumamnya pelan."Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi!”Farez lalu memutar otaknya, mencari cara untuk melawan keputusan yang telah ditetapkan oleh kedua orang tuanya. Namun, pikiran itu hanya membawanya pada satu hal yang kini semakin memenuhi benaknya, Zera sang kekasih hati. Senyum lembut Zera, suara tawanya, dan cara dia membuat dunia Farez terasa lebih berarti. Rasa rindu tiba-tiba menyeruak di dadanya.Dengan cepat, Farez meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Dia membuka aplikasi panggilan video dan menekan nama Zera. Jemarinya sediki

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 9 Tidak Akan Pernah Mau Dijodohkan

    Di Rumah Keluarga Tuan Deron Keil. Perdebatan di meja makan.Farez berdiri di depan cermin di kamarnya, menyeka rambut basahnya dengan handuk. Butiran air dari rambutnya jatuh ke kulit wajahnya yang tampak segar setelah mandi. Pria itu beberapa saat yang lalu baru saja sampai di rumahnya setelah menghabiskan siang sampai sore bersama kekasihnya, Zera Mirae.Sebuah ketukan pelan terdengar di pintu kamarnya."Tuan Muda Farez. Permisi, Tuan." Suara seorang maid memanggil dari luar kamar, terdengar sopan dan lembut. "Makan malam sudah siap, Tuan dan Nyonya sedang menunggu di ruang makan," tutur sang maid lagi.Farez mendesah pelan, rasa malasnya terlihat jelas dari raut wajahnya. "Iya, iya, aku turun sebentar lagi, Maid." jawabnya dengan nada datar.“Jangan lama-lama ya, Tuan Muda. Soalnya sudah dari tadi Tuan dan Nyonya menunggu Anda di meja makan,” ucap sang maid lagi.“Siap, Maid!”Maid itu pun mengangguk meskipun tak melihat tuannya dan pergi meninggalkan pintu. Farez lalu melempar

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 8 Pertentangan Dengan Sang Ayah

    Setelah menikmati sore yang penuh kebahagiaan bersama Farez di Amazing D’Caribbean, Zera akhirnya berpamitan kepada kekasihnya. Cahaya senja menghiasi langit ketika Farez mengantar Zera ke depan mall.“Terima kasih, Kak Farez. Hari ini menyenangkan banget,” ucap Zera dengan senyuman manis.“Aku juga senang banget. Jaga dirimu, ya. Kapan ada waktu santai, kita bertemu lagi!” balas Farez sambil melambaikan tangan.Gadis itu pun masuk ke dalam taksi online yang akan membawanya untuk pulang ke rumahnya. Setelah menempuh beberapa saat dalam perjalanan, akhirnya Zera sampai juga di rumah mewah milik keluarganya.Zera pun mulai melangkah masuk ke rumahnya yang megah, namun langkahnya terhenti ketika melihat sosok ayahnya, Tuan Cornelius, berdiri di ruang keluarga dengan berkacak pinggang dan sorot mata tajam. Nyalinya langsung terasa menciut.“Dari mana kamu, Zera?” tanya Tuan Cornelius dengan nada tegas.Zera menelan ludah. Dia tahu ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan soal Farez. “

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 7 Nongkrong di Mall KoKas

    Petualangan Romantis Farez dan Zera di Amazing D’Caribbean,Setelah menikmati makan siang di sebuah restoran penuh kenangan, Farez memandangi Zera dengan senyum lembut. Restoran itu merupakan tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama saat masih SMA, dan kenangan itu terasa hidup kembali.Lalu tiba-tiba Farez berkata kepada kekasihnya,“Bagaimana kalau kita lanjut ke Mall Kota Kasablanka? Sudah lama banget kita nggak ke sana. Aku mau mengajak kamu ke Amazing D’Caribbean, tempat favorit kita dulu,” ujar Farez antusias.Zera mengangguk penuh semangat. “Aku suka banget ide itu! Ayo, Kak!”“Okay, yuk kita segera meluncur!” ucap Farez lalu menggenggam tangan kekasihnya dengan sangat erat.Bowling Seru di Amazing D’Caribbean.Sesampainya di mall, Farez dan Zera langsung menuju Amazing D’Caribbean, sebuah arena permainan yang dipenuhi lampu warna-warni dan musik yang membangkitkan semangat. Farez segera menarik Zera menuju arena bowling.“Kamu siap kalah, Kak?” tantang Zera sambil meng

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 6 Makan Siang Bersama

    Hari telah beranjak siang, matahari bersinar cerah di langit Kota Jakarta. Gedung-gedung tinggi di pusat bisnis berdiri megah, menampakkan kesibukan yang tak pernah surut. Di salah satu gedung tersebut, tepatnya di lantai dua puluh lima, Farez baru saja menyelesaikan meeting panjang dengan kolega bisnisnya. Kemeja putihnya tetap rapi, dengan dasi biru yang longgar melingkar di lehernya. Dia menghela napas lega, melirik arlojinya, memastikan waktu masih sesuai jadwal.“Akhirnya meeting selesai juga!” ucapnya lega.Tiba-tiba, pintu kantornya diketuk dari luar. "Masuk," seru Farez, tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya.Joseph, sahabat sekaligus tetangganya di gedung perkantoran ini, masuk dengan langkah santai. Jas hitam yang dia kenakan tak mampu menyembunyikan auranya yang selalu ceria. "Farez! Siang ini kita makan di tempat biasa, ya?" ujarnya tanpa basa-basi sambil menduduki sofa di ruangan itu.Farez mendongak, lalu menggeleng sambil tersenyum tipis. "Maaf, Jo. Hari ini gue

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 5 Janji Untuk Berjuang Bersama

    Cinta yang harus diperjuangkan,Malam pun tiba, setelah menghabiskan waktu seharian bersama Farez, Zera dijemput oleh sopir pribadinya di tempat pertemuan terakhir mereka. Farez, di sisi lain, menyetir sendiri mobilnya menuju rumahnya. Di sepanjang perjalanan, senyuman tak henti menghiasi wajah keduanya. Janji untuk memperjuangkan cinta mereka memberikan harapan baru di tengah berbagai tantangan yang akan dihadapi bersama.Sesampainya di rumah, Zera keluar dari mobil dengan langkah ringan. Dia menyapa sekilas beberapa pelayan rumahnya yang menyambutnya di pintu, lalu masuk ke dalam rumah megah Keluarga Cornelius. Hatinya yang penuh kebahagiaan segera berubah tegang ketika melewati ruang keluarga dan mendapati ayahnya, Tuan Cornelius, sang ayah yang terkenal penuh wibawa sedang duduk di sofa sambil menatapnya dengan tatapan tajam.“Zera,” panggil Tuan Cornelius dengan nada tegas. “Dari mana saja kamu? Sudah malam begini baru pulang,” ujar sang ayah dengan tatapan tajamnya.Zera yang

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 4 Janji Untuk Tak Akan Pernah Menyerah

    Sesaat setelah acara reuni selesai,Sinar matahari yang hangat menyapu wajah Zera ketika dia berdiri di dekat dermaga Pantai Ancol, menatap ombak yang tenang berkejaran di tepian. Di sampingnya, Farez tersenyum lembut, memperhatikan raut bahagia Zera. Mereka baru saja memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama, mengenang masa-masa SMA yang penuh kenangan. Hubungan mereka yang sempat kandas kini terajut kembali dengan indah."Aku nggak pernah bosan lihat laut ini, Kak Farez," ujar Zera sambil menghela napas panjang. "Rasanya tenang banget di sini. Jadi ingat saat dulu kita masih duduk di bangku SMA. Kita sering menghabiskan waktu di sini," tutur sang gadis lagi.Farez mengangguk. "Aku tahu. Laut ini juga saksi waktu kita sering kabur habis pulang sekolah, ingat nggak?"Zera tertawa kecil, mengangguk. "Ha-ha-ha. Kamu dulu sering banget ngerayu aku buat ke sini, padahal kita tahu bakal dimarahin sama guru BK kalau ketahuan.""He-he-he. Tapi mereka nggak pernah tahu, kan?" jawab Farez

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 3 Ternyata Cinta Lama Belum Kelar

    Suasana pagi menjelang siang itu begitu hangat. Restoran rooftop yang menjadi tempat reuni angkatan SMA Cipta Nusantara di dekorasi dengan lampu-lampu gantung berwarna kuning keemasan, menciptakan nuansa romantis dan penuh nostalgia. Beberapa alumni terlihat berbincang hangat, tertawa lepas mengingat kenangan-kenangan lama. Di sudut ruangan, panggung kecil menampilkan beberapa alumni yang bernyanyi lagu-lagu cinta populer. Lantunan suara mereka menggema indah, yang menambah suasana melankolis bagi sebagian orang yang hadir.Di pojok restoran, seorang gadis cantik bernama Zera Mirae memilih duduk sendirian. Dia memandang jauh ke arah cakrawala kota yang berkilauan, pikirannya melayang. Situasi hari ini mengingatkannya pada banyak hal yang dulu pernah dialami olehnya namun karena keadaan yang memaksa, semua harus tinggalkannya. Lagu cinta yang disenandungkan dari atas panggung membawa ingatannya kembali ke masa-masa SMA. Saat-saat penuh kenangan bersama orang-orang yang pernah mengisi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status