Beranda / Urban / TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA / BAB 7. FITNAH UNTUK BINTARA

Share

BAB 7. FITNAH UNTUK BINTARA

Penulis: Mona Cim
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-22 20:56:06

Bintara memutuskan untuk memperkuat keamanan desa yang nenek dan kakeknya tinggali. Ia juga mengutus dua penjaga untuk senantiasa berjaga-jaga di sekitar rumah tersebut. Kejadian kemarin yang menimpa kakeknya menjadi peringatan keras untuk Bintara. Orang-orang yang membencinya akan selalu mencari kelemahannya dan salah satu kelemahannya adalah orang-orang yang ia sayang.

Bintara saat ini sedang berada di sebuah kafe, menunggu kedatangan seseoang. Hingga seorang wanita berumur sekitar 35 tahun dengan dandanan yang modis, menghampiri mejanya. Bintara langsung berdiri dan mengulurkan tangan untuk bersalamaan.

“Oh, Anda sudah datang. Selamat Siang, Bu Meta.”

“Selamat Siang, Tuan Bintara.” Wanita itu pun langsung duduk di hadapan Bintara.

“Aku memesan sesuatu yang mungkin Anda suka. Apa perlu memesan makanan lain?” tawar Bintara.

“Ah, tidak perlu. Aku menyukai makanan ini,” sahut Bu Meta.

“Syukurlah. Jadi … apa boleh kita langsung membahasnya?”

“Tentu, Tuan Bintara. Aku dan Laras itu rival dari kami berada di bangku SMA. Hingga sampai saat ini, kami masih saja berperang dingin. Dia banyak mengetahui tentangku, tentu aku juga mengetahui banyak tentangnya. Bahkan tentang suaminya yang sekarang, aku juga satu universitas dulu. Jadi apa yang ingin kau tanyakan tentang wanita itu?” tanya Bu Meta.

“Jadi Anda tahu banyak tentang bisnis mereka juga?” tanya Bintara mulai tertarik.

Bu Meta yang tadinya menyesap minuman, tersenyum sambil menaruh cangkir di tempatnya. “Tentu. Untuk menjadi rival yang bagus, aku harus mengetahui seluk-beluk tentang bisnisnya. Tanyakan saja apa yang ingin kau tanyakan, Tuan. Aku akan menjawab dengan senang hati, aku tak akan membohongimu. Apalagi kau telah menjanjikan kerja sama yang bagus untukku.”

Bintara mengangguk percaya. “Anda tau Pak David dulu memiliki seorang istri bernama Rusmini?” Bintara langsung bertanya pada intinya saja.

“Aku tau itu. Laras sudah dari bangku SMA menyukai David tetapi sayang David malah menikah dengan Mini. Aku juga tahu Laras selalu berusaha mendekati David dan tanpa disangka mereka menikah. Aku kaget bagaimana mungkin? Setelah aku cari tahu, ternyata anak dari Rumini itu cacat pendengaran. David tak pernah mengenalkannya pada orang-orang sehingga membuatku kesulitan untuk melihat anaknya itu,” ungkap Bu Meta menjelaskan dengan raut wajah prihatin ketika membahas anak David.

Bintara meneguk salivanya susah payah. Mendengar identitasnya dulu disebut, membuat bayangan masa lalu tiba-tiba terputar di pikirannya. Dulu, ia sungguh tak dianggap oleh David. Hal tersebut menambah kobaran rasa marah di hati pria muda itu.

“Lalu, apa kau tahu di mana Rusmini sekarang?” tanya Bintara menatap lekat.

Baru kali ini Bu Meta menggeleng. “Aku tak tahu soal itu. Aku juga heran kapan David dan Mini bercerai. Tapi aku tak pernah berpikir mereka bercerai, sebab salah satu perusahaan David itu dengan nama Mini kudengar. Itu perusahaan yang tersukses yang David miliki. Jika ia bercerai dengan Mini, tidak mungkin ia masih memimpin perusahaan itu, bukan?”

Akhirnya Bintara tahu apa yang membuat ayahnya atau Laras hanya menculik ibunya. Tak membunuhnya seperti yang mereka lakukan padanya waktu itu. Tangan Bintara mengepal di samping badan.

“Terima kasih atas waktu yang Anda berikan, Bu Meta. Mari bertemu kembali di kantorku untuk pembahasan tentang kerja sama kita lebih lanjut,” ucap Bintara tersenyum ramah sambil mengajak bersalaman.

“Sama-sama, Tuan Bintara. Senang bekerja sama dengan Anda,” sahut Bu Meta.

***

Esok harinya Bintara dikejutkan dengan keadaan kantornya yang terlihat ramai dengan sejumlah awak media. Bintara menghentikan mobilnya di parkiran direktur, seketika para wartawan yang melihat langsung mengerumuni mobilnya.

“Aku akan keluar, Tuan,” ucap Erdo.

“Tak perlu, Do. Jalankan mobilnya ke bagian belakang kantor perusahaan dengan cepat. Kita akan masuk lewat pintu belakang,” titah Bintara.

“Baik, Tuan.”

Erdo memundurkan mobilnya dengan cepat, membuat para wartawan terkejut dan segera menghindar. Mobil yang Erdo kemudikan melaju menuju bagian belakang kantor perusahaan. Beberapa wartawan dan kameramen pun turut mengejaar mobil itu.

Mobil berhenti tepat di depan pintu bagian belakang. Bintara keluar mobil dengan cepat dan memasuki ruangan. Erdo ikut masuk dan mengunci pintu masuk tersebut.

“Cari tahu apa yang terjadi. Datang padaku jika kau berhasil menemukannya,” tegas Bintara terus melangkahkan kaki jenjangnya menuju lift.

“Baik, Tuan,” sahut Erdo menunduk hormat dan menjauh dari tuannya.

Bintara tumbuh menjadi sosok pria yang dingin, tegas, dan juga kejam. Namun, ia tetap mempunyai sisi Kelvin terdahulu hanya ketika ia bersama orang-orang yang ia sayangi. Tak ada raut khawatir sama sekali pada wajah Bintara selama menaiki sebuah lift. Ia melenggang dengan tenang keluar dari lift tersebut ketika sudah sampai pada lantai teratas.

Bintara melepaskan jasnya, lalu menaruh di sandaran kursi. Ia duduk dengan tenang sambil memejamkan mata, Tak lama seseorang mengetuk pintu ruangannya. Bintara pun menyuruhnya masuk. Erdo langsung datang menghadapnya.

“Lapor, Tuan. Keributan di depan disebabkan oleh rumor yang mengatakan bahwa Tuan membatalkan kerja sama parfume dengan perusahaan Pak David karena bahan parfume yang Tuan pilih berbahaya untuk kulit. Wajah David telah membanjiri laman beberapa situs media mengenai komentarnya langsung. David mengonfirmasi bahwa rumor tersebut adalah benar. Ada beberapa bukti yang beredar, beberapa remaja yang menggunakan parfume tersebut mengalami iritasi dan dilarikan ke rumah sakit,” tutur Erdo menjelaskan semuanya dengan lugas.

Bintara tertawa sumbang mendengar laporan tersebut. Ia menggelengkan kepalanya dengan tampang meremehkan. “Dia bertindak seolah-olah sedang menggalikan kuburan untukku, tetapi dia tak sadar sedang menggali kuburan untuk dirinya sendiri. Ayahku memang tak pernah berubah. Ia selalu bertingkah gegabah dari dulu, beruntungnya ada ibuku yang cerdas yang bisa mengatasi kecerobohan itu. Tapi sekarang, di sisinya hanya ada wanita licik yang berotak uang dan kebencian,” lontar Bintara.

“Apa yang harus kita lakukan untuk berita ini, Tuan?” tanya Erdo.

“Jangan lakukan apapun. Aku yang akan mengirimkan semua wartawan itu kembali ke Tuan David yang terhormat,” ucap Bintara menyeringai.

“Baik, Tuan. Lalu karyawan yang masih belum masuk?”

“Suruh mereka libur untuk hari ini.”

“Baik, Tuan,” sahut Erdo menunduk hormat seraya pergi dari ruangan Bintara.

Bintara menghidupkan komputernya dan memulai pekerjaannya. Tak peduli dengan keadaan di luar yang dipenuhi oleh wartawan dan awak media lainnya. Bahkan televisi di ruangan Bintara menayangkan siaran langsung di depan kantor Bintara Corp.

“Sampai saat ini Pak Bintara belum juga keluar dari gedung perusahaan untuk memberikan pernyataan tentang rumor yang—” Bintara langsung mematikan televisi tersebut.

Bintara mengetikkan sesuatu di ponselnya dan mengirimkannya pada seseorang. Tak lama ia menghubungi anak buahnya untuk berbicara secara langsung. “Kau sebarkan segera apa yang aku minta. Jangan lupa kau cantumkan beberapa bukti lain dari potongan CCTV di tempat itu.” Bintara memutuskan sambungan teleponnya dengan senyuman miring.

Bab terkait

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 8. SERANGAN BALIK DARI BINTARA

    David dan sang istri cekikikan di ruang kerja pribadinya melihat laman beberapa situs media yang melaporkan tentang komentarnya terhadap Bintara yang memutuskan kontrak kerja. Lalu bermunculan lagi berita Bintara yang kabur lewat pintu belakang perusahaan untuk menghindari awak media.“Aku bilang juga apa, dia pasti kalang kabut menghadapi rumor ini. Rasakan kamu, Anak nakal! Sudah berani kamu menentang ayahmu sendiri dengan kekayaan yang tak seberapa itu. Beginilah akibatnya telah melawanku.” David tampak puas sekali melihat layar komputernya.“Mungkin sebentar lagi dia akan menghubungimu dan merengek minta konfirmasi ulang ke pihak media untuk membersihkan namanya. Jangan mau, Mas. Biar saja kasih pelajaran buat dia,” ucap Laras menghasut suaminya. Ia sangat senang jika semakin hari semakin bisa mengendalikan David.“Tentu, Sayang. Dia sangat keterlaluan memutuskan kontrak kerja yang sukses begitu saja,” sahut David.Tiba-tiba mata David tertuju pada berita yang baru saja update. Ju

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 9. MEMILIH BERPISAH

    “Jika semisalnya aku dan keluargamu berselisih, apakah kau tetap ingin bersamaku?”Awalnya Viona terhenyak mendengar pertanyaan tersebut, tetapi setelahnya ia tersenyum. “Bahkan keluarga kita tak pernah bertemu, Bin. Bagaimana bisa mereka berselisih paham. Kau memikirkan sesuatu yang terlalu jauh,” sahutnya.Bintara menghela napasnya sambil kembali memegang kemudi. Ia tak mengharapkan respon demkian dari kekasihnya. Namun, Bintara juga bingung harus membahas semuanya dari mana. Pada bagian mana ia harus bercerita.Mereka pun sampai di sebuah pantai yang sangat indah dan juga sepi. Hanya ada mereka berdua di sana. Viona langsung berlari riang sambil merentangkan kedua tangannya. Gadis itu menghentikan laju larinya tepat di bibir pantai.“Ah, ini sangat indah dan menyegarkan,” ucap Viona membiarkan angin menerpa wajah cantiknya.“Tapi lebih indah gadis di sampingku,’’ celetuk Bintara yang berdiri di samping Viona.Viona mencibir dengan gerakan bibirnya, lalu menyenggol dengan lengannya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 10. TAWA BINTARA DI PANTI ASUHAN

    David berusaha keras untuk memulihkan nama baiknya usai tersandung rumor yang dibuat oleh Bintara. Ia menjelaskan pada awak media jikalau ia sengaja mengganti bahan parfume untuk membantu masyarakat kota kecil agar dapat membeli parfume brand ternama dengan harga yang murah. David juga menyampaikan kata maaf pada Bintara Corp langsung di depan kamera secara live yang dilakukan tepat di depan kantor perusahaan David sendiri.“Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya pada Pak Bintara karena telah menyebabkan kesalahpahaman soal parfume yang membuat beberapa Masyarakat iritasi. Tim saya sudah meninjaunya, ternyata laporan dari Masyarakat tersebut adalah palsu. Saya juga meminta maaf karena tidak konfirmasi pada pihak Bintara Corp karena tidak memberitahu soal pembuatan parfume untuk masyarakat kecil. Maksud saya itu baik, hanya saja saya kurang memperhatikan soal kontrak. Bahwa saya seharusnya membicarakan hal ini pada kolega bisnis saya yaitu Pak Bintara,” tutur David memasang tampang mani

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 11. KEMBALI MENJADI KEKASIH

    Viona memasuki kantor perusahaan Bintara Corp dengan setelan kuliah. Ia bertanya pada resepsionis di mana ruangan Bintara, tetapi ia malah ditanya apakah memiliki janji atau tidak dengan pimpinan perusahaan tersebut.“Maaf sebelumnya, Nona. Apakah Nona sudah ada janji pada Tuan Bintara sebelumnya?” tanya wanita resepsionis itu.“Dia kekasihku. Aku bisa menjumpainya tanpa membuat janji terlebih dahulu. Katakan dimana ruangannya,” sahut Viona.“Aku akan menghubungi Tuan Bintara terlebih dahulu. Mohon ditunggu sebentar, Nona.”Viona merotasikan matanya karena harus menunggu. Tak ada pilihan lain, ia biarkan saja wanita itu menghubungi Bintara. Namun, tampaknya Bintara tak memberikan izin pada wanita itu membuat Viona menatap dengan lamat raut tak menyenangkan resepsionis.“Apa katanya?” tanya Viona.“Maaf, Nona. Kata Tuan Bintara dia tak memiliki kekasih, jadi Nona ini ….”“Omong kosong apa yang dia katakan! Cepat hubungi dia lagi dan aku akan berbicara kali ini” desak Viona.Meski ragu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 12. AKSI BINTARA MELUMPUHKAN MUSUH

    Viona melangkahkan kakinya masuk ke dalam kediaman ibu kandungnya. Saat itu David dan Laras tengah melakukan makan malam bersama dengan anak mereka, Sonny. Viona datang tak memberi kabar, membuat Laras terkejut melihat kedatangannya.“Halo, Selamat Malam,” sapa Viona.“Viona, kau datang? Kenapa tak mengabari Ibu?” tanya Laras langsung bangkit dari duduknya.“Ini mendadak. Aku takut sendiri di rumah,” sahut Viona.“Takut sendiri?” tanya Laras bingung. “Ah, sebaiknya kau ikut makan bersama kami dan jelaskan sambil makan, ya,” ucap Laras menarik sebuah bangku di samping Sonny.“Dia anak perempuanmu, Laras?” tanya David.“Iya, Mas. Aku belum memperkenalkan kalian. Viona, beri salam pada ayah tirimu,” titah Laras.Viona membungkuk sambil tersenyum. “Salam kenal, Paman. Perkenalkan aku Viona berusia 21 tahun,” ucapnya singkat.“Salam kenal, aku David. Panggil saja Ayah atau daddy. Kau juga anakku sekarang. Ayo duduk, makan bersama kami!” ucap David tersenyum senang.“Terima kasih, Ayah,” uc

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 13. MENGGALI INFORMASI PERTAMA

    Viona menghampiri ibunya yang sedang menikmati salat buah di ruang tengah. Ia akan melancarkan aksinya untuk mengorek informasi tentang ibunya Bintara. Sebelumnya, Viona sudah mempersiapkan beberapa pertanyaan yang akan ia ajukan kepada ibunya tanpa menimbulkan kecurigaan sedikit pun.“Halo, Bu,” sapa Viona duduk tak jauh dari ibunya.“Halo. Kau tak kuliah hari ini?”“Aku hanya ada kelas sore. Pagi ini aku akan bersantai di rumah. Ibu tak ke kantor?”“Tidak untuk sementara waktu. Ibu harus memastikan kasus David clear, baru Ibu berani menunjukkan wajah di sana. Ibu tak ingin terlibat apapun tentang masalah dia,” sahut Laras.“Oh, soal parfume itu? Aku kemarin sempat membaca beritanya. Katanya ayah David bermasalah dengan Bintara Corp, bukan begitu?’“Yeah, begitulah. Tapi dia salah perhitungan sehingga terjebak dalam jebakan yang dia buat sendiri. Dia memang selalu gegabah, kadang ibu juga masuk ke dalam jebakan itu karena dia,” keluh Laras tampak tak suka.Viona semakin mendekatkan d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 14. RENCANA BARU BINTARA

    Bintara memasuki sebuah hotel tempat di mana penandatanganan kontrak kerja sama bisnis dilakukan. Ia sengaja datang di akhir waktu agar ketika kontrak berhasil ditandatangani, ia muncul pada saat itu. Tepat sekali, usai membereskan semua berkas kontrak kerja sama, Bintara menyapa mereka.“Maaf terlambat, apa semuanya sudah selesai ditandatangani?” ucap Bintara membuat kolega bisnisnya terkejut melihatnya.“K-kau … apa yang kau lakukan di sini?” tanya kolega bisnis Bintara yang tak lain adalah Laras.Bintara menyunggingkan senyuman. “Tentu saja aku adalah CEO brand pakaian Jews. Maaf Bu Laras, sebelumnya aku menyuruh kepercayaanku untuk mewakilkan kerja sama ini karena bisnisku sangat banyak dan menyibukkan,” ucapnya terkesan angkuh.“Kurang ajar kau! Aku akan membatalkan kontrak kerja ini!” ketus Laras marah besar. Ia membuka berkas kembali dengan perasaan yang teramat membara, sedangkan Bintara tertawa tanpa suara.“Jangan lupa bayar pembatalannya, Bu Laras,” ucap Bintara mengingatka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 15. KETERANGAN FARAH SOAL LARAS

    Bintara tersenyum pada seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik. Wanita itu adalah Farah, ibu dari Geno. Saat ini Bintara berada di rumah temannya tersebut dengan maksud menyapa ibu temannya apakah masih mengenalnya atau tidak. Sudah bertahun-tahun berlalu, pasti wanita itu sudah tak mengenalinya.“Bu, apa Ibu kenal dengan temanku yang satu ini? Dulu sewaktu SMP dia pernah berkunjung ke rumah kita sebanyak dua kali. Ibu bahkan tampak menyukainya dulu,” tanya Geno yang duduk di samping Bintara.Farah memperhatikan wajah Bintara yang ada di hadapannya dengan saksama. Sementara Bintara yang ditatapan hanya tersenyum dan sesekali menunduk malu. Farah sungguh berusaha mengenali wajahnya.“Apa kau dulu mempunyai gangguan pendengaran?”Tanpa diduga Farah bertanya demikian yang menandakan ia mengingat sosok Bintara. Hal tersebut membuat Geno dan Bintara sambil bertukar pandang dengan tatapan takjub.“Ibu mengingatnya?” tanya Geno.“Ya, Ibu mengingat senyumnya. Walau dia banyak ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01

Bab terbaru

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 108. CINCIN PERMATA [ENDING]

    Bintara dan Viona melanjutkan makan malam mereka yang tertunda, membiarkan Rusmini dan David entah langsung pulang atau mengunjungi tempat lain. Setelah sekian lama Viona sudah tak melihat wajah bahagia yang polos kekasihnya. Terakhir ia lihat ketika zaman sekolah SMA dulu.“Kau ingat hari pertama kali kita menjadi sepasang kekasih? Aku yang menyatakan cinta lebih dulu,” sindir Viona tersenyum geli.Tentu saja Bintara merasa terlukai harga dirinya. Ia menatap malas Viona yang sedang menertawakannya. “Itu karena aku sadar diri. Dulu aku tak setampan ini dan memiliki banyak kekurangan. Aku tuli dan penyakitan. Aku juga bukan anak yang diharapkan oleh ayahku. Jadi kepercayaan diriku lenyap karena itu. Aku sungguh tak menduga bagaimana bisa kau menyukaiku yang dulu? Jika aku yang dulu adalah aku yang sekarang, sangat wajar kau menyukai pria tampan, hebat, dan mapan ini,” tutur Bintara yang awalnya merendahkan diri berakhir membanggakan diri. Viona berdecih mendengarnya.“Itu karena kau or

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 107. MAUKAH KAU?

    Bintara berdesis saking gemasnya dengan kelakuan Viona yang ternyata hadir ke kampus. Siang ini Bintara menjemput kekasihnya itu sekalian meminta penjelasan mengapa kekasihnya itu tak mendengarkan saran darinya.“Halo, Sayang aku!” Viona langsung memeluk Bintara yang tak membalas pelukannya.“Mengapa kau tak menurutiku?” Pertanyaan dingin dari Bintara membuat Viona melepaskan pelukan itu dengan tampang cemberut.“Hari ini ada test penting. Aku harus hadir ke kampus, Bin. Lagipula aku sudah tak apa. Kau jangan terlalu khawatir seperti ini. Yang harus kau khawatirkan adalah keadaan perutku, aku sangat lapar,” ucap Viona sedikit merengek.“Merengek memang andalanmu,” sahut Bintara berjalan lebih dulu ke arah mobilnya. Ia tetap membukakan pintu untuk Viona walau tak menunggu gadis itu masuk langsung berjalan ke arah pintu mobil bagian kemudi.Bintara menjelankan mobil meninggalkan kampus Viona. Tujuan mereka adalah sebuah restaurant ala Korea yang tak jauh dari kampus Viona. Bintara memes

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 106. PERMINTAAN BINTARA

    Rusmini telah pulang ke rumahnya, begitu pun dengan David. Sore ini Viona sudah diperbolehkan pulang, hanya saja ia menunggu infus habis. Bintara dengan setiap menungguinya.“Vi, apa menurutmu baiknya Ibu kembali pada ayah? Mendengar ayah akan pergi ke Paris dan memutuskan untuk menyendiri, rasanya aku juga merasakan kesepian yang ayahku rasakan. Ketulusan ayah juga tampak ketika ia memutuskan untuk tidak menikah lagi setelah bercerai dengan ibumu,” lontar Bintara sembari mengupas buah apel.“Kalau menurutku … lebih baik persatukan mereka lagi, Bin. Walau aku tak begitu dekat dengan ibumu, tapi entah mengapa aku bisa melihat bahwa ibumu masih menyimpan perasaaan pada ayahmu. Hanya saja ibumu mempertimbangkan banyak hal hingga tak ingin menuruti kemauan hatinya. Salah satunya juga trauma yang ibumu miliki, Bin. Ibumu pasti takut jikalau ayahmu kembali seperti yang dulu dan menyakiti kalian lagi. Maka jalan satu-satunya yang bisa kau ambil adalah menyakinkan ibumu bahwa pemikiran buruk

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 105. SINDIRAN SOAL PERNIKAHAN

    Laras tertangkap saat mencoba melarikan diri ke luar kota bersama dengan anak buahnya. Berita tentang penangkapan itupun masuk berita pada pagi hari ini. Viona dan Bintara menatap layar televisi di rumah sakit. Tampak Laras dengan tampilan berantakan diborgol polisi. Tatapan wanita itu sangat kosong dan tubuhnya sangat lesu. Viona sudah mengetahui hal itu sejak ia bersama dengan ibunya di mobil.“Ibu pasti sangat tertekan hingga mentalnya terguncang. Ibu sangat mengerikan ketika membentakku di mobil waktu itu. Sorot matanya tak wajar, antara takut dan juga marah yang membumbung tinggi.” ungkap Viona.Bintara mengusap pundak kekasihnya dengan lembut dan memeluknya dari samping. “Mungkin kau sedih melihat ibuku seperti itu, Sayang. Tapi itulah yang terbaik untuk ibumu. Tak ada yang bisa mengendalikan ibumu selama ini. Dia terus saja membuat rencana-rencana jahat yang merugikan keluargaku, aku, dan juga dirimu. Aku tak ingin menyaksikan dan merasakan kesakitan keluargaku lagi karena dia,

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 104. MENGANCAM NYAWA

    Viona tak tahu kemana ia akan dibawa, tetapi ibunya terlihat sangat tenang. Walau bersama sang Ibu, tetapi Viona merasakan kekhawatiran yang luar biasa. Apakah ini normal? Mengapa ia justru merasa tak akan ketika bersama dengan ibunya sendiri? Viona menoleh ke belakang, tampak sebuah mobil mengikuti mereka. Bukan mobil Bintara, tetapi mobil anak buahnya.“Bu, sepertinya kita diikuti,” ucap Viona.“Tenang, Viona. Anak buah ibu adalah mantan pembalap dulunya. Dia lihai untuk menghindari kejaran itu. Kau tenang saja, mereka tak akan menemukan kita setelah ini,” sahut Laras tersenyum penuh arti.“Memangnya kita akan ke mana, Bu?”“Tentu saja ke tempat yang tenang dan tak ada siapapun yang dapat menemukan kita,” sahut Laras.“Mengapa tak ke kantor polisi saja? Mereka tak akan macam-macam kalau kita ke kantor polisi, Bu,” ucap Viona memberi saran.“Diam kau, Viona! Jangan sekali-sekali kau sebut nama tempat itu! Ibu tak ingin mendengar tempat terkutuk itu!” Hardik Laras dengan tatapan tajam

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 103. HASUTAN LARAS

    Usai membayar ganti rugi, Laras pun dibebaskan oleh polisi. Ia keluar dari kantor polisi dengan keadaan yang berantakan. Tatapannya kosong, eyeliner-nya luntur, dan rambutnya berantakan. Laras tak peduli dengan tatapan orang-orang padanya. Sesaat dirinya seperti tak memikirkan apa-apa, lalu tiba-tiba ia teringat kembali dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Bagaimana bahagianya ia berselfi dengan David, kedatangan Hendrik yang tiba-tiba merusak suasana, dan hadirnya Bintara yang menjadi akhir dari hubungan dengan suaminya.“Semua ini gara-gara Bintara! Dia pasti telah menyusun rencana ini untuk menghancurkan hidupku! Cih, baiklah. Lihat bagaimana aku bisa menghancurkan hidupmu Bintara! Lihat! Aku bahkan tak peduli meski harus mengorbankan putri Marvin itu!”Laras memesan taksi. Ia menunggu di pinggir jalan dengan berbagai rencana yang saling berlalu lalang di kepalanya. Berbagai kemungkinan buruk pun terbayang-bayang. Apa yang akan dilakukan David setelah ini? Menceraikannya atau

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 102. SEMPURNA

    “Apa benar semua itu, Laras?” David bertanya dengan nada dingin.Laras langsung bersujud di hadapan David sambil menangis tersedu untuk meminta ampun.“Mas, maafin aku. Aku nggak bermaksud membohongimu. Aku awalnya tak tahu jikalau Sonny adalah anak dari Hendrik. Aku pikir memang anak kita karena kita juga melakukan hubungan suami istri, bukan?”“Tapi kau tak bicara apapun setelah mengetahui Sonny bukan anakku! Kau menipuku hingga hari ini, Laras! Bahkan kau menikahiku karena orang tuamu memiliki dendam terhadap keluargaku? Pantas saja kau selalu memaksaku untuk mengalihkan kepemilikan perusahaan atas namamu dan juga Sonny. Begitu aku bangkrut, kau akan pergi dan bahagia dengan pria itu!” bentak David dengan tatapan berapi-api.Laras semakin menangis sambil menangkup kedua tangannya di hadapan wajah. Ia memohon pada David dengan sejadi-jadinya bahwa ia sangat menyesali perbuatannya. “Aku mohon maafkan aku, Mas. Kali ini saja maafkan aku. Aku memang awalnya menuruti permintaan orang tu

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 101. KEJUTAN UNTUK LARAS

    Laras berdandan dengan sangat cantik malam ini. Ia menggenakan gaun hitam selutut yang ketat dan lipstick yang tebal merah merona. Belum lagi highheel yang ia pakai membuatnya merasa bak modal di depan cermin ketika mematut dirinya sendiri. Laras sangat bangga dengan penampilannya malam ini. Hari ini adalah hari ulang tahunnya, Laras merasa jikalau David pasti sudah menyiapkan kejuatan ulangtahun untuknya, membayangkan saja sudah membuat Laras kegirangan bukan main.David sudah menunggu di dalam mobil. Ia menoleh ke arah pintu, Laras dan Sonny belum kunjung keluar juga. David memutuskan untuk menelepon Bintara untuk memastikan rencana mereka hari ini seperti apa.“Halo, Yah?’’“Halo, Bintara. Jadi gimana, Ayah dan Laras beserta Sonny akan segera berangkat ke restaurant itu. Kapan kalian akan datang? Takutnya setelah selesai makan, kalian baru datang. Timingnya nanti tidak tepat, Nak. Apa perlu Ayah kasih kode nanti lewat pesan?”“Tidak perlu, Yah. Kami sudah stand by di parkiran resta

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 100. MEMBUAT MUSUH MULAI GOYAH

    Rusmini datang bersamaan dengan Laras yang datang ke kantor. Laras mencoba tak peduli dengan wanita yang ia anggap musuh berat tersebut. Begitu pula dengan Rusmini yang memilih acuh tak acuh dengan raut wajah yang sangat tenang. Begitu mereka memasuki kantor, setiap karyawan yang mereka lewati lebih memilih menyapa Rusmini. Jika dibandingkan 7:3 yang menyapa mereka. Tentunya banyak yang menyapa Rusmini. Hal itu membuat hati Laras terasa terbakar. Mereka memasuki lift yang sama. Laras sengaja melakukanya karena ada sesuatu yang ingin ia ucapkan pada Rusmini.“Kemarin suamiku mengajak aku dan putraku makan bersama di hari ulang tahunku. Lega rasanya mendengar dia masih memperhatikanku. Aku pikir dia kepincut dengan janda rendahan di sekitarnya,” ucap Laras dengan nada menyindir.Rusmini tersenyum tenang mendengarnya. “Syukurlah dia tak kepincut janda di luar sana. Jadi ketika dia ingin kembali padaku, aku tak ragu untuk menerimanya.”Laras menatap nyalang Rusmini di sampingnya. “Kau tak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status