Seorang pria perawakan tinggi dan berotot diseret memasuki sebuah markas yang terletak di ruangan bawah tanah kediaman kelima Bintara. Pria ia tak bisa meronta lagi, sebab dua orang yang mengapit lengannya jauh lebih besar dan berotot darinya. Pria yang merupakan pimpinan bodyguard David itu didorong hingga tersungkur di depan sepasang kaki yang berdiri tengak dengan sepatu hitam yang mengkilap.
Bodyguard David itu pun mendongkak ke atas, mendapati wajah angkuh Bintara yang memandang remeh dirinya. Bodyguard bernama Dhani itu terbelalak melihat sosok pemuda yang teramat ia kenal. Ternyata yang membuatnya terseret ke ruangan ini adalah Kelvin Bintara anak dari David. "Bagaimana, kau mengenaliku?" tanya Bintara berdecih angkuh setelahnya. Bintara melangkah menuju sebuah kursi hitam yang sangat mewah, lalu duduk bagaikan sedang di singasana. Ia menatap remeh pria yang berlutut di hadapannya dengan raut wajah dingin. "Aku sama sekali tak mengenalmu! Memangnya kau siapa? Kau tak tahu sedang berhadapan dengan siapa, hah? Kau hanya akan menggali kuburanmu dengan menangkap seorang pimpinan bodyguard terhebat di negeri ini," cetus Dhani dengan tawa sumbangnya. Meski begitu, Bintara tahu pria tersebut menyembunyikan getirnya lewat tawa itu. "Tiga tahun yang lalu kau menyuntikkan racun pada tubuhku dan membuangku dengan kejam ke sebuah sungai di tengah hutan. Tidakkah kau mengingat dosa kejimu itu?" ungkap Bintara tersenyum miring. Dhani tampak mulai gelisah, kedua netranya bergerak liar seperti memikirkan sesuatu. "Masih tidak ingin mengaku kau melakukan dosa itu?" tanya Bintara lagi dengan tangan bersedekap. Namun, pria bernama Dhani tersebut tetap diam di tempatnya. Bintara bangkit, Dhani lekas mendongkak menatapnya waspada. "Kupikir perlu reka ulang kejadian agar kau bisa mengingat setiap detik perbuatan dosamu padaku," ucapnya menatap tajam, lalu ia menoleh ke arah anak buahnya. "Ambilkan racunnya," titahnya santai. Dhani mulai bergerak gelisah dan penuh kewaspadaan. Ia bangkit dengan perlahan mengambil ancang-ancang untuk kabur. Bintara tak peduli oleh tindakan pria itu. Ia hanya fokus memasukkan obat ke dalam sebuah suntikan. Dhani bergerak cepat, berlari kencang menuju pintu. Namun, pintu ruangan itu telah terkunci. Dhani mengamuk, menendang keras pintu besi tersebut dengan brutal. Alhasil ia mengerang sakit dan terjatuh seketika. "Jangan main-main denganku, Kelvin! Anak buahku akan segera menghabisimu!" ancam Dhani menatap tajam penuh emosional sambil menekan kakinya yang semakin terasa berdenyut. "Lakukan itu setelah merasakan racun buatanku," sahut Bintara seraya berjalan ke arahnya. "Bocah brengsek! Apa yang mau kau lakukan, hah?!" Dhani berusaha bangkit dengan tubuhnya yang mulai bergetar ketakutan. Ia merapatkan badannya ke dinding sambil sesekali melihat-lihat sesuatu di ruangan itu untuk senjata melawan Bintara. Namun, tak ada yang bisa ia lakukan di sana, sementara Bintara semakin mendekat "Let's try!" ucap Bintara menancapkan jarum suntik itu dengan kasar pada lengan Dhania, membuat pria itu mengerang hebat. "AARRGGH!" Bintara menarik kasar jarum suntik itu, percikan darah sedikit mengotori pipi putihnya. Salah satu anak buahnya langsung memberikan tisu pada Bintara. Senyuman Bintara tersungging melihat Dhani terkapar dengan mulut terbuka lebar karena tak bisa bernapas sedikit pun. "Bagaimana rasanya? Apa itu terlalu menyakitkan untukmu?" tanya Bintara sambil berjongkok di depan Dhani. "Tapi aku tak sejahat dirimu. Aku tak akan membuangmu ke mana-mana. Aku akan memanfaatkanmu untuk balas dendamku berikutnya. Jika kau tak ingin mati, maka turutilah semua yang aku perintahkan. Kau menerima kesepatakan ini? Jika kau menerima, maka aku akan memberimu penawar racun itu. Waktumu hanya tersisa lima belas menit lagi. Pikirkan sekarang juga dengan cepat." Dhani terus menerus menekan tenggorokannya dengan mata terbelalak tak dapat bernapas. Pria itu perlahan mencoba merangkak mendekati Bintara yang telah kembali duduk di kursinya. Dhani menyentuh kaki Bintara dengan tangan bergetar. "A-aku b-bers-sedia," ucapnya susah payah. Bintara tersenyum penuh kemenangan. "Berikan penawarnya," titah Bintara. Salah satu anak buahnya membawakan sebuah cairan dalam tabung kecil dan meminumkannya pada Dhani. Usai meminum cairan tersebut, Dhani menutup erat matanya. Ia tak sadarkan diri seketika. Di sisi lain, David mengerahkan beberapa anak buahnya untuk mencari informasi tentang kejadian tiga tahun yang lalu. David masih tak percaya jikalau Bintara memang masih hidup setelah diberikan racun mematikan oleh anak buahnya dan dibuang ke sungai. David dan sang istri menunggu di ruang tengah dengan perasaan teramat cemas. Mereka sama-sama tak bisa berangkat bekerja dengan tenang selagi informasi tentang Kelvin belum ditemukan. Tak lama beberapa anak buah David muncul dan memberi hormat. Mereka akan memberikan informasi yang mereka dapatkan. "Bagaimana? Apa kalian menemukan informasi tentang kejadian itu? Apa sungguh ada yang menyelamatkan Kelvin?" "Maaf, Tuan. Kami tak mendapatkan informasi apapun terkait peristiwa tiga tahun lalu di tempat itu. Selain karena kami membuangnya di sungai dalam hutan, pada saat itu kami juga sangat berhati-hati melakukan tugas kami sehingga tak ada satu pun orang yang melihat apa yang kami lakukan, Tuan. Tapi ...." "Tapi apa?! Awas saja kalian tak membawa informasi apapun!" bentak David dengan mata berkilat marah. "Kami menemukan informasi terkait sumber kekayaan yang dimiliki oleh Kelvin atau Bintara saat ini. Salah satu sahabatku mengatakan jikalau dulunya perusahan Bintara Corp bernama Grastar Corp yang dipimpin oleh seorang pria tua bernama Walan Mung. Menurut informasi umum terkait pemindahan kekuasaan, Kelvin Bintara adalah anak angkat dari Walan Mung. Diketahui Walan Mung tak memiliki keturunan sehingga ia mengalihkan seluruh kekayaannya atas nama Kelvin Bintara," tutur anak buah David dengan detail. Laras dan David tercengang hingga mereka tak bisa berkata apa-apa selain helaan napas berat. David mengurut kepalanya yang pening sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk menghadapi kenyataan ini. "Berarti pria tua bernama Walan Mung itu yang menyelamatkan Kelvin dari sungai itu dan mengangkat Kelvin menjadi anaknya. Kelvin baru muncul di hadapan publik setelah Walan Mung meninggal dunia?" ucap Laras menyimpulkan. "Benar, Nyonya. Walan Mung sudah meninggal satu tahun yang lalu," sahut pria itu lagi. Tiba-tiba Dhani datang dengan raut pucatnya dan memberikan hormat pada David. "Kemana saja kau, Dhani?" tanya David. "Maaf, Tuan. Saya perlu ke rumah sakit dan tak memiliki kesempatan untuk mengabari. Maafkan keteledoran saya, Tuan," ucap Dhani menunduk hormat. "Sudahlah. Anak buahmu sudah berhasil menemukan informasi terkait kekayaan Bintara. Ternyata benar pimpinan Bintara Corp itu adalah putraku bersama Rusmini. Dia diselamatkan oleh seorang pria tua bernama Walan Mung dan dari pria tua itulah kekayaannya berasal. Aku yakin kemunculan Kelvin adalah untuk membalaskan dendamnya pada kita. Untuk itu, aku meminta padamu, Dhani, erahkan seluruh anak buahmu untuk menyelidiki dan memantau pergerakan Kelvin mulai dari sekarang!" tegas David dengan sorot mata penuh ambisi."Mereka merundungku lagi karena aku membela kekasihku yang dijahili."Setelah membisu cukup lama, Kelvin Bintara akhirnya buka mulut perihal alasan dirinya dirundung hingga nyaris kehilangan nyawa.Rusmini, sang ibu mengepalkan tangan kuat-kuat. Ia beranjak dari kursi ingin pergi membuat perhitungan pada para pelaku. Namun, David, suaminya malah menghalangi."Aku tak mau kau memperpanjang masalah ini, Rus." Mendengar ucapan suaminya barusan membuat Rusmini menatap tak percaya suaminya. "Apa kau bilang? Tak mau memperpanjang?" tanya Rusmini, lalu menunjuk anaknya yang terbaring di ranjang rumah sakit. "Anak kita hampir mati, Mas! Ini sudah tidak bisa dibiarkan. Kita sebagai orang tua harus mengambil tindakan tegas terhadap para pelaku perundungan itu," cetusnya tegas."Tapi salah satu dari mereka adalah anak dari rekan bisnisku. Aku tak mau kehilangan kesempatan bekerja sama dengan perusahan ayahnya hanya karena anak itu. Aku akan dalam kerugian besar!"Rusmini semakin memuncak amarah
Seorang pria tua sedang memandangi sebuah lukisan yang sangat besar di ruangan pribadinya. Pada lukisan tersebut terlihat sebuah pemandangan alam yang hijau, aliran air yang sangat indah, dan beberapa ekor kuda yang sedang memakan rumput. Di atas tebing terdapat seorang pendekar dengan pakaian berwarna hitam. "Sudah lima ratus tahun berlalu, tetapi tak ada seorang pun yang bisa membebaskanmu dari belenggu portal air itu. Apakah aku harus menunggu ratusan tahun lagi untuk bertemu denganmu, Anakku?" Pria tua itu adalah seorang guru ilmu beda diri yang telah hidup ratusan tahun. Ia mempertahankan hidupnya hingga pada zaman ini untuk menemui putranya yang merupakan seorang pendekar. Lima ratus tahun yang lalu Pendekar Bintara berhasil dilumpuhkan oleh lawan, sehingga rohnya dibelenggu di dalam sebuah sungai dengan portal air yang sangat kuat. Tak ada yang bisa memecahkan portal tersebut kecuali seorang pemuda yang dalam keadaan sekarat dan masuk ke dalam sungai itu saat gerhana matahar
Sebuah mobil Ferrari hitam melintas di jalanan dengan kecepatan sedang. Seorang pemuda dengan setelan jas dan kacamata hitam duduk di kursi penumpang sambil mengamati sebuah tab yang ada di tangannya. Pada tab tersebut terpampang jelas potret sang ayah yaitu David yang tersenyum lebar ketika adiknya diangkat menjadi Walikota. Senyum sinis Kelvin tampilkan ketika melihat berita yang tengah menjadi perbincangan public tersebut, sebab David mampu mengalahkan lawannya yang sangat berpengalaman."Tak kusangka aku anak dari pria jahat ini," ucapnya. "Senyum lebarmu akan memudar secara perlahan setelah kedatanganku, Tuan David," lanjutnya dingin.Akhirnya mobil yang membawa Bintara a.k.a Kelvin sampai di depan sebuah gedung perusahaan yang sempat menjadi harapan besarnya dulu. Dulu, Bintara berharap bisa bekerja di sana untuk melanjutkan bisnis ayahnya. Namun, setelah tahu fakta bahwa ia tak diharapkan membuatnya membuang angan-angan tersebut.Bintara keluar dari mobil di dampingi oleh asist
Bintara mengantar Viona ke rumahnya usai selesai berbelanja. Sepanjang jalan Bintara terus memikirkan tentang hubungan Viona dan Laras. Jika benar mereka anak dan ibu, akan menjadi masalah besar untuk Bintara dalam rencana balas dendamnya."Vi, bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Bintara menoleh sekali ke arah gadis di sampingnya."Seperti dengan siapa saja. Tanyakan puluhan pertanyaan, aku akan menjawab dengan senang hati untuk kekasih tampanku ini," sahut Viona membuat Bintara tersenyum."Yang kau temui di mall itu sungguh ibumu?"Viona langsung menoleh ke arah Bintara. "Kau melihat ibuku? Mengapa tak menghampiri kami? Jika kau menghampiri kami, aku akan mengenalkan kekasihku pada ibuku," kometar Viona cemberut."Hanya belum siap. Oh, jadi dia benar ibumu," sahut Bintara tersenyum kecut."Tak apa. Aku bisa mengenalkanmu pada ibu tiriku saja," sahut Viona."Ibu tiri?" tanya Bintara bingung.Viona mengangguk dengan raut wajah tiba-tiba sendu. "Ibu kandungku bercerai dengan papaku da
Seorang pria perawakan tinggi dan berotot diseret memasuki sebuah markas yang terletak di ruangan bawah tanah kediaman kelima Bintara. Pria ia tak bisa meronta lagi, sebab dua orang yang mengapit lengannya jauh lebih besar dan berotot darinya. Pria yang merupakan pimpinan bodyguard David itu didorong hingga tersungkur di depan sepasang kaki yang berdiri tengak dengan sepatu hitam yang mengkilap.Bodyguard David itu pun mendongkak ke atas, mendapati wajah angkuh Bintara yang memandang remeh dirinya. Bodyguard bernama Dhani itu terbelalak melihat sosok pemuda yang teramat ia kenal. Ternyata yang membuatnya terseret ke ruangan ini adalah Kelvin Bintara anak dari David."Bagaimana, kau mengenaliku?" tanya Bintara berdecih angkuh setelahnya.Bintara melangkah menuju sebuah kursi hitam yang sangat mewah, lalu duduk bagaikan sedang di singasana. Ia menatap remeh pria yang berlutut di hadapannya dengan raut wajah dingin."Aku sama sekali tak mengenalmu! Memangnya kau siapa? Kau tak tahu sedan
Bintara mengantar Viona ke rumahnya usai selesai berbelanja. Sepanjang jalan Bintara terus memikirkan tentang hubungan Viona dan Laras. Jika benar mereka anak dan ibu, akan menjadi masalah besar untuk Bintara dalam rencana balas dendamnya."Vi, bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Bintara menoleh sekali ke arah gadis di sampingnya."Seperti dengan siapa saja. Tanyakan puluhan pertanyaan, aku akan menjawab dengan senang hati untuk kekasih tampanku ini," sahut Viona membuat Bintara tersenyum."Yang kau temui di mall itu sungguh ibumu?"Viona langsung menoleh ke arah Bintara. "Kau melihat ibuku? Mengapa tak menghampiri kami? Jika kau menghampiri kami, aku akan mengenalkan kekasihku pada ibuku," kometar Viona cemberut."Hanya belum siap. Oh, jadi dia benar ibumu," sahut Bintara tersenyum kecut."Tak apa. Aku bisa mengenalkanmu pada ibu tiriku saja," sahut Viona."Ibu tiri?" tanya Bintara bingung.Viona mengangguk dengan raut wajah tiba-tiba sendu. "Ibu kandungku bercerai dengan papaku da
Sebuah mobil Ferrari hitam melintas di jalanan dengan kecepatan sedang. Seorang pemuda dengan setelan jas dan kacamata hitam duduk di kursi penumpang sambil mengamati sebuah tab yang ada di tangannya. Pada tab tersebut terpampang jelas potret sang ayah yaitu David yang tersenyum lebar ketika adiknya diangkat menjadi Walikota. Senyum sinis Kelvin tampilkan ketika melihat berita yang tengah menjadi perbincangan public tersebut, sebab David mampu mengalahkan lawannya yang sangat berpengalaman."Tak kusangka aku anak dari pria jahat ini," ucapnya. "Senyum lebarmu akan memudar secara perlahan setelah kedatanganku, Tuan David," lanjutnya dingin.Akhirnya mobil yang membawa Bintara a.k.a Kelvin sampai di depan sebuah gedung perusahaan yang sempat menjadi harapan besarnya dulu. Dulu, Bintara berharap bisa bekerja di sana untuk melanjutkan bisnis ayahnya. Namun, setelah tahu fakta bahwa ia tak diharapkan membuatnya membuang angan-angan tersebut.Bintara keluar dari mobil di dampingi oleh asist
Seorang pria tua sedang memandangi sebuah lukisan yang sangat besar di ruangan pribadinya. Pada lukisan tersebut terlihat sebuah pemandangan alam yang hijau, aliran air yang sangat indah, dan beberapa ekor kuda yang sedang memakan rumput. Di atas tebing terdapat seorang pendekar dengan pakaian berwarna hitam. "Sudah lima ratus tahun berlalu, tetapi tak ada seorang pun yang bisa membebaskanmu dari belenggu portal air itu. Apakah aku harus menunggu ratusan tahun lagi untuk bertemu denganmu, Anakku?" Pria tua itu adalah seorang guru ilmu beda diri yang telah hidup ratusan tahun. Ia mempertahankan hidupnya hingga pada zaman ini untuk menemui putranya yang merupakan seorang pendekar. Lima ratus tahun yang lalu Pendekar Bintara berhasil dilumpuhkan oleh lawan, sehingga rohnya dibelenggu di dalam sebuah sungai dengan portal air yang sangat kuat. Tak ada yang bisa memecahkan portal tersebut kecuali seorang pemuda yang dalam keadaan sekarat dan masuk ke dalam sungai itu saat gerhana matahar
"Mereka merundungku lagi karena aku membela kekasihku yang dijahili."Setelah membisu cukup lama, Kelvin Bintara akhirnya buka mulut perihal alasan dirinya dirundung hingga nyaris kehilangan nyawa.Rusmini, sang ibu mengepalkan tangan kuat-kuat. Ia beranjak dari kursi ingin pergi membuat perhitungan pada para pelaku. Namun, David, suaminya malah menghalangi."Aku tak mau kau memperpanjang masalah ini, Rus." Mendengar ucapan suaminya barusan membuat Rusmini menatap tak percaya suaminya. "Apa kau bilang? Tak mau memperpanjang?" tanya Rusmini, lalu menunjuk anaknya yang terbaring di ranjang rumah sakit. "Anak kita hampir mati, Mas! Ini sudah tidak bisa dibiarkan. Kita sebagai orang tua harus mengambil tindakan tegas terhadap para pelaku perundungan itu," cetusnya tegas."Tapi salah satu dari mereka adalah anak dari rekan bisnisku. Aku tak mau kehilangan kesempatan bekerja sama dengan perusahan ayahnya hanya karena anak itu. Aku akan dalam kerugian besar!"Rusmini semakin memuncak amarah