Virgolin menahan tawa mendengar percakapan ketiga pria yang ada di depannya. "Gila banget mereka. Sampai segitunya memperhatikan gue."Jabrig semakin mendekati Virgolin. "Nyonya sedang apa di sini?!" tanyanya basa basi dengan nada suara lebih lunak. "Apa tidak takut sendirian di sini?!"Virgolin mundur satu langkah ke belakang, bahkan punggungnya sampai menempel pada batang pohon yang dingin. "Wanita ini ketakutan," ucap si Kamal yang dari tadi tidak bersuara.Jabrig semakin penasaran dengan wajah Virgolin yang tidak terlalu jelas terlihat karena tertutup syal lalu tiba-tiba tanpa aba-aba, Jabrig dengan kasar menarik syal Virgolin secepat kilat. Sreet!Rambut panjang terurai serta wajah cantik Virgolin langsung nampak terlihat dengan jelas di depan Jabrig, Kamal dan si Ableh."Wow, ternyata wanita ini sangat cantik!" Jabrig tak berkedip menatap wajah Virgolin."Wanita itu bagai putri," si Ableh ikut memuji."Jangan-jangan wanita ini hantu," berbeda dengan si Kamal yang punya pendap
Setelah puas menangis, Virgolin dan Airin mencari tempat duduk yang aman dibawah pohon yang tidak terlalu besar."Bagaimana ceritanya, kamu bisa ada di hutan ini?!" tanya Airin masih diselimuti kebingungan. "Ceritanya panjang," jawab Virgolin serak. "Aku tersesat dikejar tiga orang gila.""Dikejar orang?!" tanya Airin was-was melihat ke sekitarnya yang gelap."Mereka sudah pergi!" Airin bernapas lega. "Aku lebih takut bertemu manusia dibanding bertemu dengan binatang. Manusia lebih buas daripada binatang."Virgolin menghapus sisa-sisa air mata yang yang masih menggenang di kelopak mata. "Lalu kamu sendiri, kenapa ada di sini?!" "Ceritanya panjang," jawab Airin setelah menghela napas, wajahnya menyiratkan kesedihan. "Kenapa?!" tanya Virgolin. "Aku difitnah, diusir dari rumahku sendiri." jawab Airin sedih. "Sekarang aku tidak punya tempat tinggal lagi.""Difitnah?!" Airin mengangguk. "Fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Temanku sendiri tega fitnah aku dengan menyebarkan cerita aku
Walau kesadaran Airin belum sempurna, tapi tangannya refleks menarik tangan kanan Virgolin agar cepat bersembunyi di balik pohon."Ssstttt!" Airin menempelkan jari telunjuknya di bibir.Terlihat seorang pria dewasa ke luar dari rimbunnya ilalang dengan tangan membawa beberapa ekor ayam hutan.Airin dan Virgolin bernapas lega, ternyata orang tersebut hanya numpang lewat. Setelah orang itu pergi menjauh, keduanya ke luar lagi dari tempat persembunyian. "Aku ingin mandi," ucap Virgolin. "Tubuhku kotor dan lengket.""Kita cari sungai. Kalau tidak salah, ke arah sana ada sungai kecil," tunjuk Airin ke sebelah kiri. Setelah mengambil bawaannya masing-masing, Virgolin dan Airin pergi mencari sungai untuk membersihkan diri setelah semalaman berpetualang di antara rimbunnya pohon bambu dan beceknya tanah sisa-sisa air hujan.Samar-samar terdengar suara gemericik air dari kejauhan. Virgolin dan Airin semakin mempercepat langkahnya berharap cepat sampai ke sungai. "Wow! Indah banget!" seru Vi
"Ambil saja!" Pisceso bangun dari duduk. "Te-terima kasih tuan. Terima kasih banyak!" Pemilik warung tak hentinya mengucapkan terima kasih.Si Codet mencari akal untuk menghalangi Pisceso pergi, di ambilnya golok besar yang ada di atas meja. "Kau tidak sekalian membayar makananku?!" tanyanya tegas sambil memperlihatkan golok besarnya."Bukan kewajibanku membayar makananmu, tapi kalau kau memang kelaparan dan tidak punya uang serta minta dengan cara baik-baik, dengan senang hati akan ku bayar makanan mu.""Kurang ajar! Kau menghinaku!" bentak si Codet tersinggung. "Siapa bilang aku tidak punya uang, hah?!""Lho, bukannya tadi minta makanan mu dibayar, berarti kau tidak punya uang," Pisceso masih menjawab dengan kepala dingin. "Kurang ajar kau!" Si Codet mengayunkan goloknya ke tubuh Pisceso, tapi dengan gerakkan manis Pisceso bisa menghindar sehingga semakin menyulut emosi si Codet."Rupanya ini orang mencari masalah, lihat saja apa yang akan aku lakukan," bisik hati kecil Pisceso.
Tak jauh berbeda dengan Virgolin, Kamal pun tertegun melihat wanita yang kemarin dikejarnya bersama Ableh dan Jabrig sekarang malah berada di rumahnya bersama dengan kakaknya, Sima. Airin hampir saja menumpahkan wadah air yang ada di tangannya begitu melihat Kamal. "Astaga, bukankah ini laki-laki yang hampir saja membuat Virgolin celaka? Kenapa dia ada di sini?!" gumamnya bertanya-tanya sendiri. Kamal tersadar dari raa terkejutnya langsung berpura-pura menanyakan keadaan Sima. "Kenapa kakimu?!""Tadi terpeleset di jalan. Untung ada dua wanita ini yang menolongku," jawab Sima."Ini airnya," Airin menaruh wadah berisi air di samping kaki Sima yang bengkak. "Bantu aku membersihkan tanah yang menempel di kakinya," pinta Virgolin pada Airin. Tak ada yang bersuara lagi, Virgolin dan Airin fokus dengan apa yang sedang dikerjakannya sedangkan Kamal hanya berdiri mematung sibuk dengan pikirannya."Kakimu terkilir," ucap Virgolin. "Cari orang yang bisa menyembuhkan patah tulang."Sima merin
"Sialan, kenapa aku harus bertemu dengan orang seperti ini?!" gerutu Virgolin. "Lebih baik kita cepat bertindak sebelum ada orang datang," ucap si Kamal menatap mesum pada Virgolin. "Aku sudah tidak tahan melihat kulitnya yang putih mulus itu!"Melihat pergerakan dari kedua pria jahat yang ada di depannya, Virgolin segera ambil ancang-ancang untuk berlari. "Ya Tuhan, tolong aku."Dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada, Virgolin berusaha lari menjauhi Kamal dan Jabrig. "Wanita itu kabur!" "Cepat! Cepat kejar!" seru si Jabrig. Drama kejar-kejaran pun dimulai lagi. Virgolin pontang panting berlari sekuat tenaga menghindari dua orang yang otaknya telah terbalut mesum melihat kecantikan tubuhnya. Bluuugh!Sial sungguh sial. Virgolin jatuh. Kakinya terantuk akar pohon yang melintang timbul di atas tanah. Tubuhnya telungkup menghadap tanah lembab. Tawa berderai ke luar dari bibir Jabrig dan Kamal melihat Virgolin tak berdaya di atas tanah. "Sudah ku bilang, jangan kau sia-siakan tena
"Ada apa?!" tanya Pisceso melihat Virgolin nampak tercengang. "I-itu," tunjuk Virgolin pada ular yang di dekat Airin. "U-ular," ucapnya gagap."Hah, ular?!" Airin langsung melihat ke samping. Seekor ular mendesis melihat tajam ke arahnya dengan tubuh tanpa kaki seakan mau meloncat. Sreet!Pisceso secepat kilat menarik pedang panjang kesayangannya dan menebas kepala ular sampai terpisah dari tubuhnya. Virgolin berdiri terpaku menatap ular yang tidak ada kepala dalam hitungan detik. Begitu cepat gerakkan Pisceso sampai tidak bisa melihat ular sudah tidak punya kepala."Jangan takut, ularnya sudah mati," ucap Pisceso santai seakan tidak terjadi apa-apa. "Kau menebasnya?!" "Harus ditebas sebelum ular itu menyerang temanmu," jawab Pisceso. "Kau mau temanmu yang mati dipatuk ular berbisa?!"Airin juga kaget dengan gerakkan Pisceso yang begitu cepat menebas kepala ular. "Luar biasa, gerakannya cepat sekali.""Ayo cepat, kamu harus membersihkan tanganmu itu," ucap Pisceso membuyarkan ke
Roxy tak kalah waspada dari Pisceso. Reputasinya dipertaruhkan, balas dendam atas kematian saudaranya yang mati diujung pedang Pisceso benar-benar harus dibalas tuntas sampai titik penghabisan. Virgolin dan Airin saling berpegangan erat. Jantung keduanya berpacu bak kereta api ekspres yang sedang meluncur menjelajahi rel, berdetak bergemuruh seakan mau ke luar dari tempatnya.Bul menyenggol lengan si Jul. "Kita taruhan siapa yang bakalan menang. Pemimpin kita atau si Pangeran Pisceso itu?!""Mereka sepertinya seimbang. Pemimpin kita jago dalam bermain pedang, tapi Pangeran Pisceso juga tak kalah mahir dalam mengayunkan pedangnya bahkan namanya terkenal karena keahliannya dalam bermain pedang.""Betul juga apa yang kau bilang. Kali ini pemimpin kita mendapat lawan yang seimbang," Bul setuju dengan penilaian Jul."Menang atau kalah, kita jangan lepaskan wanita cantik itu!" tunjuk Jul pada Virgolin dengan kedua matanya.Bul memukul kepala Jul. "Otakmu isinya perempuan saja. Pemimpin ki