Sweet Revenge Part 2
Terdengar bunyi suara pintu terbuka, sepasang kaki dengan anggun melangkah menelusuri ruangan. Kaki putih mungil dihiasai dengan sepatu bermerek membuat sang pemilik kaki melangkah dengan elegant. Celana bahan warna hitam senada dengan baju kemeja bewarna putih, rambut tergerai dengan indah membuat semua terpandang kearahnya. Kulit putih bersih, dengan wajah cantik yang dimilikinya tak sedikit para lelaki menaruh hati kepadanya.
Auristela, sesuai dengan namanya dia menjadi bintang emas di manapun dia berada. Hidung bangir, alis tebal tanpa buatan ditambah bibir nya yang tipis, membuat orang yang memandang terkesima.
Senyum tipis tidak lupa dia lemparkan kepada setiap orang yang ditemuinya. Anggukan kepala tanda menghargai tidak luput dia berikan. Sampai keruangan yang dituju, dia berhenti sejenak. Merapikan kemeja dan sedikit kibasan di tas yang ditentengnya, lalu melangkah masuk setelah membuka pintu.
"Selamat pagi," sapanya ramah
"Selamat pagi. Terlambat dua menit, kurang sedetik," jawab Daffin menatap intens kepada wanita di depannya.
"Ah, iyakah? Padahal dari rumah aku berangkat jam tujuh loh," ucap Stella membela diri.
Menaikan salau satu alisnya, Daffin bersidekap, "Jam tujuh bangun tidurkan?" tanya laki-laki berpakaian khas kantoran itu.
"Hehe." Stella hanya tersenyum ringan, lalu menuju kursinya.
"Kasus apa yang akan kita tangani sekarang?" tanya gadis manis itu membuka lembaran map di depannya.
"Hum, kita akan menyidang seorang siswi yang telah melukai teman sekelasnya," jawab Daffin duduk di depan Stela yang dibatasi meja.
"Sebentar, aku baca dulu."
Membaca dengan seksama berkas-berkas yang diberikan Daffin. Gadis itu menghelas napas kasar. Menyandarkan punggung di kursi yang didudukinya. Stela memainkan pena sambil memikirkan sesuatu.
"Apa pengacaranya ada?" tanyanya setelah sejenak berpikir.
"Sepertinya dia dari kalangan bawah, tidak ada pengacara apapun pembela."
Memicingkan mata, Stela seperti merasakan ada sesuatu yang lain dikasus ini. Melihat foto tersangka, dia tahu kalau gadis ini terlihat anak yang baik dan juga beberapa meraih prestasi di kelasnya. Lalu, kenapa dia bisa terlibat kasuh penganiayaan? Namun, itu hanya prediksinya saja. Mungkin saja yang terlihatnya baik dari luar lebih berbahaya dari mereka yang terlihat kasar.
Sedangkan dari pihak korban, berasal dari kalangan atas. Bahkan dituntutan mereka tidak tanggung-tanggung. Minta ganti rugi dengan nominal lumayan berat untuk pihak tersangka.
"Siapkan mobil, kita akan melihat korban tanpa sepengetahuannya!" perinta Stela pada Daffin yang merupakan asistenya. Ya, Stela adalah seorang hakim muda yang sedang menjadi pembincangan di khalayak ramai. Diumurnya yang baru beranjak 28 tahun. Sudah beberapa kasus yang disidangnya.
Sebagai seorang hakim, dia selalu mencari informasi atau bukti sebelum menjatuhkan hukuman pada pihak tersangka. Sebagaimana sumpahnya lima tahun yang lalu, dia akan berusaha bersikap adil, meskipun sidangnya akan berlangsung lama. Walaupun dia tahu, itu semua sudah mejadi pekerjan jaksa dan pengacara. Hanya saja gadis itu tidak akan tenang, jika dia tidak tahu apa kebenaran dari permasalahan yang akan disidangnya.
Karena dicap sebagai hakim yang paling muda, dengan kinerja yang selalu membuahkan prestasi, tidak membuat gadis itu menjadi besar kepala. Apalagi bersingkap angkuh dengan sesama rekan kerjanya.
Sedangkan Daffin, sosok lelaki tampan dengan tinggi 175 cm warna kulit sawo matang, kumis tipis dengan rahang yang menawan. Mendampingi Stela dari awal pertama menjabat sebagai hakim di pengadilan tempat dia sekarang mencari rupiah.
Sosok Stela yang wibawa dengan umurnya masih terbilang muda, membuat lelaki itu kagum dengan atasannya itu. Benar kata orang, umur belum tentu bisa menentukan siapa yang akan lebih dewasa sebelum waktunya. Seperti Dafin yang yang tujuh tahun lebih tua dari Stela.
Memakan waktu 15 menit, mereka sampai di rumah sakit tempat di mana korban dirawat. Memakai masker dengan selendang pink muda, tidak lupa kaca mata hitam menambah berkelas penampilannya. Stela berjalan bersisian dengan Dafin.
Tidak akan ada yang menyangka jika mereka rekan kerja. Berjalan bersisian, membuat mereka disangka sepasang kekasih yang sempurna. Sebelum mereka memasuki ruangan, terdengar sayup-sayup pembicaraan dari dalam.
Memberi isyarat, Dafin paham apa maksud dari Stela. Entah kebetulan atau memang Dwi Fortuna berpihak kepadanya, perawat datang untuk mengganti infus dari si korban.
"Hahaha, akhirnya kita juga bisa menyingkarkan si Cupu itu," seru Sari, kepada teman-teman yang menjenguknya.
"Kamu hebat, Sar. Dengan sedikit drama, sekarang hidupnya Ambar terancam masuk penjara," balas temannya dengan pongah.
"Makanya, jangan bermain dengan Sari." Mengibaskan rambutnya.
"Eh, tapi kamu beneran nggak sakitkan?" tanya Sena meraba kaki temanya."Ya enggak lah, semua ini hanya rekayasa biar perempuan itu ditangkap,"
"Lalu, apa dokter tidak curiga?"
"Kamu lupa siapa aku? Mama aku akan lakukan semua yang membuat anaknya bahagia," jawab Sari dengan bangga.
"Bukankah, ini keterlaluan, Sar. Harusnya, jangan sampai segitunya. Kasiankan, jika dia masuk penjara, mada depannya bakalan hancur," ujar Sena menasehati Sari.
"Kalau tidak mau masuk penjara, ya dia harus bayar denda donk. Lagian, kenapa sekarang kamu kasian sama dia. Biarin saja dia masuk penjara," tandas Sari membuat Sena terdiam.
Padahal di hatinya dia tidak membenarkan perbuatan temannya. Lagi-lagi uang adalah segalanya, Sena tidak bisa membantah ucapan temannya karena Sari sering membantunya ketika dia kesulitan.
Tanpa sepengetahuan mereka, perawat yang masuk menggantikan impus adalah Stela, Hakim yang memutuskan perkara mereka.
Setelah, mendapatkan apa yang dia mau. Sepasang rekan kerja itu kembali menuju tempat kerja mereka. Dengan senyum puas, Stela sudah yakin apa yang akan diputuskannya. Inilah, kenapa gadis itu bekerja keras sebelum menjadi hakim di persidanganya. Dia tidak mau menjatuhkan hukuman salah sasaran. Sudah cukup, di masa lalunya hukum berat sebelah.
Dafin yang memperhatikan Stela, hanya tersenyum tipis. Melihat ketelitian atasannya itu, membuat laki-laki menyimpan sedikit rasa padanya.
Bintang bawa bulan menari,Iringi ,,,"Asallamualaikum, Bu,' jawabnya mengangakat telepon.
"Mau makan siang di mana, Nak?"
"Maunya Ibu di mana, hihi?"
"Kebiasaan ditanya, malah nanya balik."
"Hehe, iya, Bu. Aku makan di rumah, ini udah dijalan juga," jawab Stela tersenyum.
"Baiklah, Ibu tunggu. Hati-hati kamu sayang."
"Miss you, Mom. Muach. Asallamualaikum."
"Walaikumsalam." Sambungan terputus.
"Langsung menuju rumah ya, Bang," ucap Stela pada Dafin. Walaupun dia adalah atasan Dafin, tetapi gadis itu tetap menghormati orang yang lebih tua darinya.
Selama dalam perjalanan menuju rumah. Stela diam menghadap jendela mobil. Dia masih belum menyangka bakalan berada di fase ini. Tidak mudah baginya untuk bisa mencapai di titik ini. Banyak pengalaman yang merubah hidupnya, apalagi setelah kejadian yang membuatnya langsung menjadi sosok yang keras.
Ada harapan dan impian yang harus dia penuhi untuk orang yang disayanginya. Semua itu sekarang sudah hampir terwujud, tinggal beberapa langkah lagi maka buah dari perjuangannya selama ini akan tercapai. Senyum tipis tersungging dibibir manisnya itu. Satu kalimat yang selalu menjadi pemicu semangatnya selama ini, hingga mengantarkannya ke titik sukses yang dirasakannya sekarang.
"Jangan biarkan dunia menindasmu, tetapi jadikanlah dunia budakmu."
Next
Sweet Revenge Part 3Tidak lama mereka pun sampai di rumah Stela. Aroma masakan ibu tercium harum di Indra penciumannya, tidak lupa mengucapkan salam gadis itu masuk ke rumah lalu menuju ruang dapur di mana ibunya berada. Dafin yang sudah biasa kerumah Stela mengikuti kemana langkah kaki gadis itu pergi, tidak seperti di kantor Stela terlihat lebih lembut dibandingkan dengan sikapnya waktu dalam bekerja."Ummmm, harum sekalii. Pasti nikmat sekali ini." Pujinya mencium aroma makanan di atas meja."Pasti nikmat, kalau nggak nikmat mana mungkin kamu ketagihan." Mencubit pipi putrinya."Ibuuuu, sakiiiit ih." Mengusap pipi yang dicubit Ibunya.Dafin tersenyum simpul melihat kelakuan anak dan ibu itu. Mereka sangat akrab sekali. Tidak seperti dia yang telah kehilangan kedua orang tuanya diwaktu usianya beranjak 15 tahun."Daf, ayo duduk makan. Nanti kamu nggak kebagian sama Stela," ejek Bu Arum kepada Dafin, teman putrinya."Ngg
Sweet Revenge Part 4Memakai baju kebanggaanya, Stela terlihat begitu menawan. Membuat Dafin semakin terpukau dengan kemistri atasannya itu. Berjalan dengan kepala sedikit terangkat, Stela dengan penuh keyakinan akan memutuskan hasil persidangan nanti."Bukti sudah kamu berikan pada pembela?" tanyanya dalam perjalanan."Semua bukti sudah aman. Ibu tinggal melihat bagaimana reaksi mereka ketika nanti bukti kita tunjukan," jawab Dafin."Baguslah, memang harusnya seperti itu."Memasuki ruangan persidangan, semua mata sudah pasti tertuju padanya. Stela tanpa senyuman menuju kursi di mana tempatnya berada. Menatap satu persatu yang hadir, Hakim itu langsung memulai acara persidangannya.Diawali dengan tuntutan penggugat, Jaksa penuntut mulai menanyai terdakwa. Pertanyaan demi pertanyaan diajukan. Ruri, seorang mahasiswi dari Universitas ternama telah dituduh melakukan penganiayaan pada teman sekampusnya.Mencoba mebela di
Sweet Revenge Part 5"Aaaak." Stela berteriak kesakitan ketika rambutnya dijambak oleh seseorang."Berani sekali kau menjatuhkan hukuman kepada anakku. Kau pikir dengan siapa kau berhadapaan hah!""Aaaak." Stela semakin meringis kesakitan ketika rambutnya semakin kuat dijambak."Rasakan kau, berani bermain-main denganku, hum." Dengan emosi Tati Ibunya Sari semakin menjambak rambut Stela. Orang yang telah Stela jatuhi hukuman penjara selama empat tahun lamanya."Hei, apa-apan ini!" teriak Dafin yang melihat kejadian di dekat mobilnya."Satpam-satpaaaam!" lagi Dafin berteriak memanggil satpam.Dua orang satpam datang kearah sumber arah suara. Lalu melepaskan ibu Tati dan menjauhinya dari Stela."Apa-apaan ini hah? Kamu bisa dijatuhi hukuman karena tindak kekerasan." Teriak Dafin dengan penuh emosi. Segera pemuda itu memeluk Stela yang rambutnya berantakan."Bawa dia, Pak." Perintah Dafin kepada kedua Bapak Satpam.
Sekitar pukul delapan, Stela terlihat bermenung di dalam kamarnya. Memikirkan akan hasil persidangan besok, membuatnya menjadi tidak tenang. Namun ucapan Dafin juga membuatnya jadi dilema. Semuanya jadi serba salah, antara keinginan hatinya atau ucapan lelaki itu."Hmmm." Gumam gadis itu memandang ke arah jalanan. Kamarnya yang terletak di lantai atas, membuatnya dengan leluasa memandang ke luar. Rumah dengan gaya minimalis itu sengaja dibuat tingkat dua oleh Stela.Rumah yang selalu dia idamkan sejak kecil, sekarang sudah terwujud dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Satu persatu impiannya mulai terwujud, membuat Ibunya bahagia dan segala keinginan wanita yang dicintainya itu selalu dia usahakan.Memandang layar pipih ditangannya, stela menghela nafas pelan. Gadis itu benar-benar terlihat kuatir. Menyalakan layar ponsel, jemari lentiknya mengeser nomor kontak seseorang, menekan beberapa deretan huruf, dia mengirimkan pesan kepada nomor
Sweet RevengeDalam keheningan mereka terdiam dengan pikiran masing-masing. Di sebuah danau yang sangat indah dipandang, dengan cahaya matahari pagi yang memantul dengan indahnya menimbulkan warna pelangi.Sebuah mobil X-Pander terparkir di tepi danau. Stela hanya terdiam duduk di sebelah laki-laki yang berpakaian jas hitam dan celana dasar. Memandang layar pipih ditangannya, Dafin berdecak lalu mengusap kasar wajahnya.Sedangkan gadis di sampingnya terlihat biasa saja, seolah-olah tidak ada kejadian. Memandang Stela, Dafin mengatupkan rahangnya seperti menahan emosi."Kenapa kamu tidak mendengarkan perkataanku?" tanya Dafin pelan.Gadis itu hanya diam membisu menghadap kedepan. Entah pemandangan di luar sana membius Stela, atau memang gadis itu enggan menjawab pertanyaan dari Dafin.Melihat Stela hanya diam, Dafin seperti payah menahan emosinya. Kenapa perempuan yang dikenalnya ini sangat keras kepala. Jika saja dia sama-sama laki-lak
"Tumben berantakan sekali," ejek Stela ketika melihat Dafin datang ke kantor dengan muka lusuh. "Mana telat juga, hahaha." Tawa gadis itu membuncah melihat seorang Dafin yang biasanya selalu rapi dan disiplin sekarang seperti seseorang yang tidak terurus.Dafin hanya mendecak pelan mendapat cemoohan dari Stela. Laki-laki itu sedikit kewalahan karena sikap sepupunya. Rumah yang berantakan pas dia pulang dari rumah RW. Ditambah dengan teriakan gadis itu ketika dia berada di dapur. Alhasil, Dafin tidak bisa tidur semalaman gara-gara Selvi.Mau marah, tapi tidak bisa. Gadis yang tinggal bersamanya sekarang sudah dia anggap adik sendiri, karena waktu dia berumur 15 tahun Dafin sudah serumah dengan sepupunya.Berada dalam asuhan paman, membuat laki-laki itu tahu arti kehidupan. Meskipun tinggal dengan keluarga sendiri, tetapi tidak senyaman tinggal bersama orang tua kandung. Dafin di didik menjadi laki-laki yang keras dan teguh. Sehingga membuatnya mampu
Sweet RevengePart 9 MerinduSetelah nasi uduknya mendidih, Dafin mengangkatnya dan menyalin kedalam tempat nasinya yang terlihat unik. Seketika laki-laki itu teringat dengan Stela. Meraih ponsel yang berada di atas meja, jarinya mencari nomor Stela dan menyambungkan panggilan.Tidak berapa lama, panggilan via vidio call itupun tersambung. Memamerkan hasil masakannya, Dafin dengan bangga mengatakan kalau dia adalah koki terhebat. Alih-alih dapat pujian, laki-laki itu malah dapat ejekan dari wanita yang sekarang berada di ponselnya.Dafin yang menerima ejekan, bukannya marah tetapi malah juga ketawa. Sehingga tanpa dia sadari seorang gadis berdiri kaku di belakangnya. Dafin yang tidak sadar dengan kehadiran Selvi, masih tetap bercanda dengan Stela.Selvi melangkah pelan kembali ke kamar, dengan perasaan yang kecewa. Dia meremas kain seprai yang membentang kasurnya. Perasaanya kecewa ketika melihat Dafin terlihat akrab dengan wanita lai
Sweet RevengeSetelah memastikan kondisi Selvi membaik, Dafin bersiap-siap untuk bekerja. Libur seharian membuatnya jadi merindukan Stela. Hanya berkabar lewat ponsel, tidak membuat laki-laki itu bisa melepaskan rindu.Setelah berpamitan, Dafin mengendarai mobilnya menuju kantor. Pakaian rapi dengan rambut berminyak sisiran ala kekinian dia merasa dirinya sudah tampil serapi mungkin. Tidak lupa dia menyemprotkan farfum lembut kesukaan gadis pujaannya.Sayangnya, sampai sekarang Dafin belum berani untuk mengungkapkan perasaanya pada Stela. Dia takut, nanti perasaan mereka tidak sama dan menimbulkan kerenggangan antara hubungan baik mereka saat ini.Ponsel Dafin bergetar, terlihat ada pesan chat yang masuk. Membacanya, Dafin tersenyum sumringah lalu membelokkan mobilnya ke arah sebuah kafe.Tidak berapa lama, mobil itu sudah terparkir di tempatnya. Keluar dan berjalan menuju kafe, kemistri pemuda itu memang membuat kaum hawa terpikat. Farfum lembut y
Sweet RevengeSetelah memastikan kondisi Selvi membaik, Dafin bersiap-siap untuk bekerja. Libur seharian membuatnya jadi merindukan Stela. Hanya berkabar lewat ponsel, tidak membuat laki-laki itu bisa melepaskan rindu.Setelah berpamitan, Dafin mengendarai mobilnya menuju kantor. Pakaian rapi dengan rambut berminyak sisiran ala kekinian dia merasa dirinya sudah tampil serapi mungkin. Tidak lupa dia menyemprotkan farfum lembut kesukaan gadis pujaannya.Sayangnya, sampai sekarang Dafin belum berani untuk mengungkapkan perasaanya pada Stela. Dia takut, nanti perasaan mereka tidak sama dan menimbulkan kerenggangan antara hubungan baik mereka saat ini.Ponsel Dafin bergetar, terlihat ada pesan chat yang masuk. Membacanya, Dafin tersenyum sumringah lalu membelokkan mobilnya ke arah sebuah kafe.Tidak berapa lama, mobil itu sudah terparkir di tempatnya. Keluar dan berjalan menuju kafe, kemistri pemuda itu memang membuat kaum hawa terpikat. Farfum lembut y
Sweet RevengePart 9 MerinduSetelah nasi uduknya mendidih, Dafin mengangkatnya dan menyalin kedalam tempat nasinya yang terlihat unik. Seketika laki-laki itu teringat dengan Stela. Meraih ponsel yang berada di atas meja, jarinya mencari nomor Stela dan menyambungkan panggilan.Tidak berapa lama, panggilan via vidio call itupun tersambung. Memamerkan hasil masakannya, Dafin dengan bangga mengatakan kalau dia adalah koki terhebat. Alih-alih dapat pujian, laki-laki itu malah dapat ejekan dari wanita yang sekarang berada di ponselnya.Dafin yang menerima ejekan, bukannya marah tetapi malah juga ketawa. Sehingga tanpa dia sadari seorang gadis berdiri kaku di belakangnya. Dafin yang tidak sadar dengan kehadiran Selvi, masih tetap bercanda dengan Stela.Selvi melangkah pelan kembali ke kamar, dengan perasaan yang kecewa. Dia meremas kain seprai yang membentang kasurnya. Perasaanya kecewa ketika melihat Dafin terlihat akrab dengan wanita lai
"Tumben berantakan sekali," ejek Stela ketika melihat Dafin datang ke kantor dengan muka lusuh. "Mana telat juga, hahaha." Tawa gadis itu membuncah melihat seorang Dafin yang biasanya selalu rapi dan disiplin sekarang seperti seseorang yang tidak terurus.Dafin hanya mendecak pelan mendapat cemoohan dari Stela. Laki-laki itu sedikit kewalahan karena sikap sepupunya. Rumah yang berantakan pas dia pulang dari rumah RW. Ditambah dengan teriakan gadis itu ketika dia berada di dapur. Alhasil, Dafin tidak bisa tidur semalaman gara-gara Selvi.Mau marah, tapi tidak bisa. Gadis yang tinggal bersamanya sekarang sudah dia anggap adik sendiri, karena waktu dia berumur 15 tahun Dafin sudah serumah dengan sepupunya.Berada dalam asuhan paman, membuat laki-laki itu tahu arti kehidupan. Meskipun tinggal dengan keluarga sendiri, tetapi tidak senyaman tinggal bersama orang tua kandung. Dafin di didik menjadi laki-laki yang keras dan teguh. Sehingga membuatnya mampu
Sweet RevengeDalam keheningan mereka terdiam dengan pikiran masing-masing. Di sebuah danau yang sangat indah dipandang, dengan cahaya matahari pagi yang memantul dengan indahnya menimbulkan warna pelangi.Sebuah mobil X-Pander terparkir di tepi danau. Stela hanya terdiam duduk di sebelah laki-laki yang berpakaian jas hitam dan celana dasar. Memandang layar pipih ditangannya, Dafin berdecak lalu mengusap kasar wajahnya.Sedangkan gadis di sampingnya terlihat biasa saja, seolah-olah tidak ada kejadian. Memandang Stela, Dafin mengatupkan rahangnya seperti menahan emosi."Kenapa kamu tidak mendengarkan perkataanku?" tanya Dafin pelan.Gadis itu hanya diam membisu menghadap kedepan. Entah pemandangan di luar sana membius Stela, atau memang gadis itu enggan menjawab pertanyaan dari Dafin.Melihat Stela hanya diam, Dafin seperti payah menahan emosinya. Kenapa perempuan yang dikenalnya ini sangat keras kepala. Jika saja dia sama-sama laki-lak
Sekitar pukul delapan, Stela terlihat bermenung di dalam kamarnya. Memikirkan akan hasil persidangan besok, membuatnya menjadi tidak tenang. Namun ucapan Dafin juga membuatnya jadi dilema. Semuanya jadi serba salah, antara keinginan hatinya atau ucapan lelaki itu."Hmmm." Gumam gadis itu memandang ke arah jalanan. Kamarnya yang terletak di lantai atas, membuatnya dengan leluasa memandang ke luar. Rumah dengan gaya minimalis itu sengaja dibuat tingkat dua oleh Stela.Rumah yang selalu dia idamkan sejak kecil, sekarang sudah terwujud dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Satu persatu impiannya mulai terwujud, membuat Ibunya bahagia dan segala keinginan wanita yang dicintainya itu selalu dia usahakan.Memandang layar pipih ditangannya, stela menghela nafas pelan. Gadis itu benar-benar terlihat kuatir. Menyalakan layar ponsel, jemari lentiknya mengeser nomor kontak seseorang, menekan beberapa deretan huruf, dia mengirimkan pesan kepada nomor
Sweet Revenge Part 5"Aaaak." Stela berteriak kesakitan ketika rambutnya dijambak oleh seseorang."Berani sekali kau menjatuhkan hukuman kepada anakku. Kau pikir dengan siapa kau berhadapaan hah!""Aaaak." Stela semakin meringis kesakitan ketika rambutnya semakin kuat dijambak."Rasakan kau, berani bermain-main denganku, hum." Dengan emosi Tati Ibunya Sari semakin menjambak rambut Stela. Orang yang telah Stela jatuhi hukuman penjara selama empat tahun lamanya."Hei, apa-apan ini!" teriak Dafin yang melihat kejadian di dekat mobilnya."Satpam-satpaaaam!" lagi Dafin berteriak memanggil satpam.Dua orang satpam datang kearah sumber arah suara. Lalu melepaskan ibu Tati dan menjauhinya dari Stela."Apa-apaan ini hah? Kamu bisa dijatuhi hukuman karena tindak kekerasan." Teriak Dafin dengan penuh emosi. Segera pemuda itu memeluk Stela yang rambutnya berantakan."Bawa dia, Pak." Perintah Dafin kepada kedua Bapak Satpam.
Sweet Revenge Part 4Memakai baju kebanggaanya, Stela terlihat begitu menawan. Membuat Dafin semakin terpukau dengan kemistri atasannya itu. Berjalan dengan kepala sedikit terangkat, Stela dengan penuh keyakinan akan memutuskan hasil persidangan nanti."Bukti sudah kamu berikan pada pembela?" tanyanya dalam perjalanan."Semua bukti sudah aman. Ibu tinggal melihat bagaimana reaksi mereka ketika nanti bukti kita tunjukan," jawab Dafin."Baguslah, memang harusnya seperti itu."Memasuki ruangan persidangan, semua mata sudah pasti tertuju padanya. Stela tanpa senyuman menuju kursi di mana tempatnya berada. Menatap satu persatu yang hadir, Hakim itu langsung memulai acara persidangannya.Diawali dengan tuntutan penggugat, Jaksa penuntut mulai menanyai terdakwa. Pertanyaan demi pertanyaan diajukan. Ruri, seorang mahasiswi dari Universitas ternama telah dituduh melakukan penganiayaan pada teman sekampusnya.Mencoba mebela di
Sweet Revenge Part 3Tidak lama mereka pun sampai di rumah Stela. Aroma masakan ibu tercium harum di Indra penciumannya, tidak lupa mengucapkan salam gadis itu masuk ke rumah lalu menuju ruang dapur di mana ibunya berada. Dafin yang sudah biasa kerumah Stela mengikuti kemana langkah kaki gadis itu pergi, tidak seperti di kantor Stela terlihat lebih lembut dibandingkan dengan sikapnya waktu dalam bekerja."Ummmm, harum sekalii. Pasti nikmat sekali ini." Pujinya mencium aroma makanan di atas meja."Pasti nikmat, kalau nggak nikmat mana mungkin kamu ketagihan." Mencubit pipi putrinya."Ibuuuu, sakiiiit ih." Mengusap pipi yang dicubit Ibunya.Dafin tersenyum simpul melihat kelakuan anak dan ibu itu. Mereka sangat akrab sekali. Tidak seperti dia yang telah kehilangan kedua orang tuanya diwaktu usianya beranjak 15 tahun."Daf, ayo duduk makan. Nanti kamu nggak kebagian sama Stela," ejek Bu Arum kepada Dafin, teman putrinya."Ngg
Sweet Revenge Part 2Terdengar bunyi suara pintu terbuka, sepasang kaki dengan anggun melangkah menelusuri ruangan. Kaki putih mungil dihiasai dengan sepatu bermerek membuat sang pemilik kaki melangkah dengan elegant. Celana bahan warna hitam senada dengan baju kemeja bewarna putih, rambut tergerai dengan indah membuat semua terpandang kearahnya. Kulit putih bersih, dengan wajah cantik yang dimilikinya tak sedikit para lelaki menaruh hati kepadanya.Auristela, sesuai dengan namanya dia menjadi bintang emas di manapun dia berada. Hidung bangir, alis tebal tanpa buatan ditambah bibir nya yang tipis, membuat orang yang memandang terkesima.Senyum tipis tidak lupa dia lemparkan kepada setiap orang yang ditemuinya. Anggukan kepala tanda menghargai tidak luput dia berikan. Sampai keruangan yang dituju, dia berhenti sejenak. Merapikan kemeja dan sedikit kibasan di tas yang ditentengnya, lalu melangkah masuk setelah membuka pintu."Selamat pagi," sapa