Share

Tanda Tanya

Auteur: Ima Mulya
last update Dernière mise à jour: 2021-02-28 13:53:08

 Gea terpesona dengan keindahan kamar tersebut yang sudah dihiasi sedemikian rupa. Bahkan di atas ranjang juga sudah tersebar banyak kelopak bunga mawar. Gea belum pernah melihat ini sebelumnya, walaupun hanya sekedar menonton di televisi.

 Tiba-tiba, pintu kembali terbuka dan lampu dimatikan. 

"Ada apa, ini?" gumam Gea ketakutan, matanya tidak bisa menangkap apa-apa. 

"Tolong, apakah ada orang yang mendengarku!" teriak Gea mulai panik. 

"Jangan takut!" ucap seseorang, yang Gea dengar itu adalah suara seorang pria. 

"Siapa itu?" tanya Gea semakin panik. 

 Tiba-tiba lampu kembali hidup, saat itu Gea sedang berdiri menghadap ranjang. Membelakangi pintu, dia seperti orang yang sedang kebingungan.

"Aku di sini!" Terdengar suara pria itu lagi. 

 Gea segera berbalik dan mendapati seorang pria muda sedang berdiri di depan pintu. Kini pintu tersebut sudah tertutup kembali, entah kapan. Bahkan pintu tersebut tidak mengeluarkan suara. 

"K - kamu, si - siapa?" tanya Gea. 

 Dia memperhatikan pria tersebut dari bawah hingga atas, dia memakai setelan jas berwarna putih. Warna kulitnya putih, hidungnya mancung, bibirnya merah, dan matanya berwarna coklat. Gea yang tidak bisa menggambarkan keseluruhan bentuk wajahnya, hanya bisa mengomentari dengan satu kalimat. TAMPAN. Ya, pria yang kini berdiri di sana sangatlah tampan. 

 Sedangkan pria itu juga memperhatikan Gea. Apa yang dilihatnya tidak seperti dalam bayangannya. Yang pria itu lihat adalah seorang wanita dengan pakaian pengantin putih, rambut yang disanggul tapi sedikit berantakan, dia berdiri memegang seikat bunga. 

"Apa itu istriku?" tanyanya dalam hati. Lantas pria itu berpikir siapa lagi yang ada di sana jika bukan istrinya. Jika diperhatikan, wanita itu juga cantik. 

 Gea merasa risih saat pria asing itu terus memandangnya, dia langsung menunduk dan mundur beberapa langkah saat pria itu mulai berjalan. 

"Jangan takut, aku ini suamimu," kata pria itu yang hampir meledakkan tawanya saat melihat ketakutan di wajah Gea. 

 Gea mengangkat wajahnya dan berhenti. Dia menatap pria itu tidak percaya, yang ternyata adalah suaminya. Jadi benar, jika dia telah menjadi seorang istri.

"Rayyan. Rayyan Williams," ujar pria itu memperkenalkan diri, dia juga menyodorkan tangannya untuk dijabat oleh Gea. 

 Namun Gea tidak berani menjabatnya, dia kembali menunduk. 

"Aku, Ge-"

"Geanata." Potong Rayyan yang sudah mengetahui nama Gea saat ijab kabul tadi. Rayyan menarik tangannya kembali, lantas dia mengalihkan perhatian ke desain kamar.

"Ini bagus," ujarnya memperhatikan. Lalu Rayyan mendekati ranjang dan tersenyum. "Apa yang kau pikirkan saat melihat semua ini, Gea?" tanyanya.

 Kemudian Rayyan mengambil sekuntum bunga yang terletak di atas bantal dan kembali mendekati Gea. 

"Malam ini akan menjadi malam yang indah, bukan?" Rayyan sengaja menggoda Gea dengan menyatukan mawar tersebut ke lengannya. Turun dari bahu hingga ke tangannya. Sampai di punggung telapak tangan Gea, Rayyan mengarahkan bunga itu ke telapak tangannya. Kemudian membimbing Gea untuk menggenggamnya. 

 Gea tersentak saat untuk pertama kalinya ada yang menyentuh tanggannya seperti itu, perlakuannya begitu berbeda. Juga suara lembutnya yang membuat Gea gemetar.

"A - apa maksudmu?" tanya Gea dengan mata yang terpejam, juga nafas yang mulai tidak beraturan. 

"Ada apa? Apa kau tidak suka?" Tidak tanggung-tanggung, Rayyan langsung memeluk Gea dari belakang.

 Sikap dan perlakuan tersebut membuat Gea terkejut, sontak dia melepaskan dirinya dan segera menjauh. 

"Apa yang kau lakukan!?" teriak Gea dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Tidak menyangka, dia akan dipeluk oleh orang yang tidak dikenalnya. 

"Ada apa, Sayang? Kenapa kau marah, aku ini suamimu," ucap Rayyan tanpa rasa bersalah, malah dia tersenyum melihat Gea seperti itu. 

"Jangan panggil aku sayang, atau aku akan marah. Dan satu hal lagi, aku ini bukan istrimu. Asal kau tahu saja, harusnya yang menikah itu bukan aku!" aku Gea apa adanya, dia tidak peduli jika nanti Oma akan menghukumnya untuk itu. Karena Gea sudah telanjur takut pada pria tampan tersebut.

"Aku tahu," kata Rayyan masih dengan suara yang tenang. 

 Gea tidak mengerti dengan Rayyan, jika dia tahu dirinya adalah bukan pengantin yang sebenarnya. Mengapa dia malah diterima.

"Bersiaplah, kita akan segera makan malam," kata Rayyan melihat arloji di pergelangan tangannya. 

"Makan malam?" ulang Gea memastikan. Baru kali ini ada yang mengajaknya makan malam, biasanya tidak ada yang peduli jika dia makan atau tidak. Tapi apa tidak apa-apa jika dia ikut makan malam bersama keluarga yang lain. 

"Iya, makan malam. Memangnya kamu tidak lapar? Aku tidak ingin melakukannya tanpa tenaga," ucap Rayyan yang ingin berlalu.

"Tunggu!" cegah Gea. "Melakukan apa maksudmu?" tanya Gea mendekati Rayyan yang hampir mendekati sofa. 

"Apa lagi, Gea? Kita ini adalah pengantin baru, dan apa perlu aku mejelaskannya padamu?"

 Mata Gea langsung terbuka lebar, jantungnya kian berpacu. Dia gugup dan takut. 

"Haha …." Rayyan tertawa melihat respons tubuh Gea. "Aku baru mengatakannya, Gea, kenapa kau gugup seperti itu?"

"A - aku tidak ingin melakukan apa-apa," kata Gea dengan wajah polos. 

"Aku tidak memintamu, Gea, karena aku yang akan melakukan semuanya," kata Rayyan tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya. 

"Dasar pria gila!" kata Gea berlalu. 

"Kamar gantinya ada di sebelah kiri, Gea," kata Rayyan saat Gea berdiri di tengah-tengah kamar. 

 Dengan wajah yang memerah, Gea pun mengikuti arah yang ditunjuk Rayyan.

"Haha … dia lucu sekali," kata Rayyan setelah Gea masuk, dia bahkan tidak bisa berhenti tertawa.

"Dasar pria gila! Dia pikir dia itu siapa? Jika pun aku telah menjadi istrinya, aku tidak akan membiarkan dia melakukan apapun padaku," omel Gea kesal. 

 Sesaat Gea kembali ingat jika Rayyan menyuruhnya bersiap-siap untuk makan malam. Gea kembali sadar jika saat ini sedang berada di mana. Dia mengedarkan pandangannya ke ruangan yang dipenuhi dengan lemari-lemari. 

"Tempat apa, ini?" gumam Gea heran. 

 Dia menuju lemari-lemari tersebut, salah satunya lemari pakaian. 

"Pakaian siapa ini, mewah sekali," ujarnya takjup. Lalu Gea melihat ke sebelahnya lagi, ada lemari sepatu, tas, juga perhiasan. Yang terakhir, Gea melihat meja rias mewah yang terdapat banyak alat make up di atasnya. 

"Apa kau perlu bantuan?" tanya Rayyan yang tiba-tiba sudah menyandarkan tubuhnya di pintu. 

 Gea terkejut dan hampir saja dia menjerit.

"Sedang apa kau di situ? Mau mengintipku?"

"Aku hanya ingin memastikan saja jika kau baik-baik saja. Ternyata benar saja, kau malah tidak tahu harus berbuat apa," kata Rayyan tersenyum.

 Gea heran, Rayyan selalu saja tersenyum, dan itu membuatnya gila. Gea jadi berpikir, bagaimana perasaan setiap wanita yang melihat Rayyan tersenyum seperti ini, ya? Senyumnya benar-benar mempesona.

"Keluarlah!" kata Gea mengusir. 

 Rayyan tidak peduli, lantas dia masuk dan menuju lemari pakaian.

"Kau mau apa?" tanya Gea mengekor. 

 Rayyan tidak menjawab, dia memilih sebuah gaun berwarna hitam dan medekatkannya pada Gea. Rayyan seperti sedang menimbang-nimbang apakah pakaiannya cocok atau tidak.

"Tidak usah seperti itu, pakaian ini tidak pantas di tubuhku," kata Gea dengan suara yang rendah.

"Pakai, ini!" kata Rayyan yang tidak peduli dengan ocehan Gea. 

 Gea masih bergeming, bahkan dia belum menerima gaun tersebut.

"Apa perlu aku yang gantikan?" tanya Rayyan yang membuat Gea refleks meraih gaun tersebut, lalu dia berlari ke arah lain. 

"Jangan mengintipku!" teriak Gea yang ingin berganti pakaian. 

"Apa kau tidak akan mandi dulu!" teriak Rayyan.

 Mendengar itu, Gea baru sadar jika dia tidak mandi sejak pagi tadi. 

"Apa dia mencium bauku? Apa aku ini bau? Ya ampun, ini memalukan sekali," gumam Gea sambil mencium badannya sendiri. Lantas dia mencari-cari di mana letak kamar mandi.

"Keluarlah, kamar mandinya ada di arah sini!" Kembali Rayyan berteriak, dia seperti tahu apa yang sedang dipikirkan Gea. Tidak mungkin sampai sejauh ini dia terus menebak, pikir Gea.

"Apa dia paranormal kali, ya?" 

 Gea segera keluar dengan wajah tertunduk malu. 

"Kamar mandinya ada di sebelah sini, Sayang," kata Rayyan menunjuk ke arah luar yang masih berada di dalam ruangan tersebut, saat Gea lagi-lagi kebingungan. Ada begitu banyak pintu di ruangan ini. Namun, letak kamar mandinya berada lurus dari arah masuk pertama, sedangkan ruangan ganti berada di sebelah kiri.

 Gea lari terbirit-birit dengan membawa serta gaunnya. 

"Aku tidak yakin dia bisa memakai kamar mandi tersebut," kata Rayyan menerka dan ingin kembali ke dalam. 

 Ternyata benar saja, beberapa detik kemudian dia mendengar Gea berteriak. Segera Rayyan menyusulnya. 

"Ada apa?" tanyanya sedikit cemas. 

 Tapi hampir saja Rayyan tertawa saat melihat Gea terduduk di lantai kamar mandi dengan tubuh yang sudah  basah kuyup, air keluar di mana-mana. Bahkan air dingin, panas, hangat, menyatu jadi satu. Pasti Gea tidak mengerti dengan tombol-tombol otomatis tersebut. Namun, Rayyan tidak tega menertawakan Gea saat melihat wajah gadisnya yang begitu sedih.

"Sudah, tidak apa-apa. Pakai ini saja," kata Rayyan menyalakan shower. "Aku tunggu di luar," katanya berlalu.

 Rayyan jadi tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan Gea selama ini, padahal rumah ini fasilitasnya serba mewah. Mengapa hanya menghidupkan air saja Gea tidak bisa. 

 Selesai mandi dan berganti pakaian, Gea kembali ke ruang ganti. Dia mendapati Rayyan yang sedang duduk di sebuah sofa sambil membaca majalah. 

"Kau sudah selesai?" tanya Rayyan saat tahu Gea tiba.

"Iya," sahut Gea singkat.

"Biar ku tebak, kau pasti bingung tidak tahu mesti melakukan apa sekarang. Benar begitu, kan?" Tebak Rayyan yang diakui Gea dengan anggukan kepala. 

"Tidak masalah, ayo kemari!" Rayyan menarik tangan Gea untuk mendekati meja rias dan mendudukinya di sana. "Pejamkan matamu!" Perintahnya yang segera dipatuhi Gea. 

 Dengan telaten, Rayyan merapikan rambut Gea. Rambut yang panjangnya sepinggul itu, dia biarkan terurai begitu saja. Tidak hanya itu, Rayyan juga merias wajah Gea secantik dan senatural mungkin. Ini tidak terlalu sulit, karena aslinya Gea juga memiliki wajah yang cantik. Tidak dirias saja Gea sudah begitu cantik di matanya. 

"Sudah selesai," kata Rayyan beberapa menit kemudian.

 Gea membuka matanya perlahan, dia masih duduk menghadap cermin. 

"Apa ini aku?" tanya Gea saat Rayyan merias wajahnya begitu baik, bahkan ini lebih cantik dari dandanan perias pengantin tadi pagi.  

"Ayo, kita turun!" Ajak Rayyan kemudian. Tapi sebelum itu, Rayyan juga mengambil sepasang high, tidak terlalu tinggi. Takutnya Gea tidak bisa berjalan memakai itu. 

"Coba pakai ini," kata Rayyan yang sudah berjongkok dan bersiap memakaikan high tersebut pada kaki Gea. 

"Aku tidak bisa memakainya," kata Gea cepat.

"Benarkah?" tanya Rayyan mendongak ke atas.

 Gea menggangguk dan Rayyan segera bangun.

"Kalau begitu pilihlah apa yang bisa kamu pakai," kata Rayyan. 

 Gea akhirnya memilih sandal yang datar. "Pakai yang ini saja, ya," pintanya. 

"Terserah kamu saja," sahut Rayyan. 

 Tiba di luar kamar, Rayyan mengangkat lengannya ke pinggang dan menatap Gea penuh arti.

"Ada apa?" tanya Gea tidak paham. 

"Ayo," kata Rayyan. Namun, Gea masih bingung dengan maksudnya. Lantas Rayyan meraih lengan Gea dan mengaitkan ke lengannya. Gea terkejut dan ingin melepaskan, namun Rayyan semakin mengeratkan. 

"Ayo!" Ajak Rayyan lagi. 

 Akhirnya Gea pasrah saja, meskipun berada dalam posisi seperti ini membuatnya tidak nyaman. 

"Kita akan makan di mana?" tanya Gea. 

"Di rumah ini, bersama keluargamu, memang di mana lagi," sahut Rayyan.

 Gea tiba-tiba berhenti, membuat kening Rayyan mengerut.

"Ada apa?" tanyanya heran. 

"Apa tidak salah, Rayyan mengajakku makan malam bersama keluarga. Pasti Oma dan yang lain tidak setuju dan mengejekku. Tapi jika aku tidak menuruti, maka Rayyan akan curiga," ucap Gea dalam hati.

"Ada apa, Gea?" Rayyan kembali bertanya.

"Ah, tidak ada," kilah Gea dan kembali melanjutkan langkahnya. 

"Semoga semuanya baik-baik saja," harap Gea sebelum ia berhadapan dengan keluarganya. 

 Di luar dugaan Gea, ada banyak pelayan yang menyambut saat mereka menuruni anak tangga. 

"Selamat malam, Tuan dan Nona," sapa mereka bersamaan. 

 Gea yang disapa Nona hampir saja pingsan dari tempatnya berdiri. Gea lebih takut jika panggilan tersebut, Oma dan yang lain akan mendengarnya, sudah pasti mereka akan menyiksanya. Selama ini, para pelayan tidak dibolehkan untuk menyapa Gea dengan sebutan Nona di depan orang lain. Namun, para pelayan biasanya memanggil Nona Gea jika tidak ada anggota keluarga yang mendengarnya. Tapi apa tidak apa-apa memanggilnya seperti itu di depan, Rayyan? Apakah kini karena Rayyan sudah menjadi suaminya, sehingga hal tersebut dikecualikan?

 Masih menjadi pertanyaan bagi Gea, saat kini tanpa sadar mereka telah tiba di ruang makan. Untuk kedua kalinya, Gea dibuat terkejut. Kini, seluruh keluarga besar Kumar berdiri saat melihat mereka tiba, termasuk Oma. Seperti penyambutan Tuan Besar saja. 

 Bahkan Gea melihat ada dua kursi kosong yang biasa di duduki oleh Paman Burhan dan Bibi Andini dibiarkan begitu saja.

"Kenapa diam saja, Gea. Ayo silakan duduk, jangan biarkan suamimu menunggu," kata Oma ramah. 

 Gea yang tidak tahu menahu apa-apa hanya bengong dengan sikap ramah Oma dan juga mereka yang selalu memasang senyum. 

"Ayo, sayang," kata Rayyan membuyarkan lamunan Gea. 

 Mendengar panggilan sayang dari Rayyan, membuat mereka saling pandang. Gea langsung menduduki kursi tersebut, biasanya dia hanya bisa melihat tanpa bisa merasakan kenyamanan duduk di atas sana. Karena Gea selalu duduk di atas lantai.

"Ada apa, ini? Aku merasa ada yang tidak beres dengan orang-orang yang ada di sini. Tidak mungkin mereka bersikap seramah ini hanya karena aku telah menikah." Pikir Gea dalam hati.

Related chapter

  • Sweet Dreams   Rayyan Williams

    Rayyan Williams merupakan pemuda terkaya di kota J. Suatu hari, Tuan Williams memberinya satu wasiat sebelum akhirnya beliau koma."Ray, Ayah ingin kamu berjanji untuk menikahi seseorang," kata Tuan Williams."Apapun itu, Ayah, akan Ray lakukan," jawab Rayyan tulus."Kamu harus menikah dengan salah satu cucu Kumar, sahabat Ayah."Hanya itu saja pesan dari Tuan Williams, beliau juga tidak menyebutkan siapa nama cucu keluarga Tuan Kumar yang harus dinikahi Rayyan. Akhirnya, Rayyan menyuruh seseorang untuk mencari tahu seluk beluk keluarga tersebut. Setelah mengetahuinya, Rayyan pun mengirimkan undangan pada Nyonya Mellany, yaitu Oma Gea.Nyonya Mellany yang sudah begitu akrab dan sangat mengenali Tuan Williams, pun tidak bisa menolak lamaran tersebut. Rayyan sempat berpikir jika Nyonya Mellany menerima pinangannya lantaran dia adalah orang kaya. Karena saat itu Nyonya Mellany tidak meminta untuk bertemu dengan Rayyan terlebih dahulu, dan beliau t

    Dernière mise à jour : 2021-02-28
  • Sweet Dreams   Pembohong Terbesar

    Setelah mengantar Rayyan ke kamar, Oma kembali ke bawah menemui mereka semua."Mulai sekarang tidak ada yang memandang rendah Gea, apalagi sampai menghinanya di depan Rayyan. Kalian tahu kan bagaimana kedudukan, Rayyan? Bahkan kita tidak ada bandingannya dengan dia!" tegas Oma."Baik, Oma," sahut mereka kompak."Baiklah, sekarang kalian bersiap untuk makan malam," kata Oma berlalu.Setelah Oma pergi, mereka langsung marah-marah."Kok jadi gini, sih? Masak hanya karena Gea sudah menikah, dia bisa langsung tinggi derajat," protes Bibi Meyli."Sebenarnya aku juga tidak terima, sih. Tapi mau bagaimana lagi, suami Gea itu orang kaya. Mana kalah lagi sama keluarga kita.""Iya, benar. Atau setidaknya kita baikin Gea di depan Rayyan saja.""Nah, aku setuju itu," kata Bibi Meyli tersenyum licik.Tiba di ruang makan, Oma menyuruh agar kursi Bibi Andini dan Paman Burhan dikosongkan."Andin, kalian pindah ke kur

    Dernière mise à jour : 2021-03-01
  • Sweet Dreams   Tidur Denganku

    Gea menyusul Rayyan ke balkon, berdiri di dekat pria itu."Kau lihat, mereka banyak sekali," kata Rayyan menengadah ke langit.Gea pun ikut melihat ke atas."Iya, banar."Mereka melihat bintang bersama tanpa ada yang bersuara, sibuk dengan pikiran masing-masing. Gea yang seperti baru saja menemukan sesosok teman dalam diri Rayyan, terkadang ia merasa kehadiran pria itu adalah pengobat sepi.Terkadang Rayyan seperti bermain dengannya, tetapi jika serius aura wajah Rayyan berubah lain. Raut wajahnya memang berubah-ubah, sulit ditebak.Tanpa sadar, kini Gea beralih menatap Rayyan. Bintang di atas sana memang sangat indah, tapi wajah Rayyan lebih indah dari apapun."Ada apa?" tanya Rayyan tiba-tiba."Hmm?" Gea yang tidak fokus tidak tahu Rayyan berkata apa."Apa kau menemukan bintang di wajahku?" tanya Rayyan menatap Gea."Mana ada bintang di wajahmu?" Kekeh Gea."Lalu kenap

    Dernière mise à jour : 2021-03-01
  • Sweet Dreams   Layani Aku Di Ranjang

    Keesokan paginya, Gea bangun tanpa mendapati Rayyan di sampingnya."Kemana dia? Apa dia sudah pergi?" tanya Gea bingung."Apa kau mencariku?" Terdengar suara Rayyan yang sedang berdiri di dekat jendela, sambil menatap Gea."Kenapa kau berdiri di situ?" tanya Gea terkejut. Sejak kapan Rayyan bangun, apa dia tidak tidur semalam? Gea menatap jam dinding di kamarnya, melihat waktu masih terlalu pagi."Menunggu istriku bangun," jawab Rayyan kemudian mendekati Gea dan duduk di sisinya. "Bagaimana tidurmu? Apa begitu nyenyak?" tanya Rayyan menatapi wajah Gea."Jangan menatapku seperti itu, Rayyan," kata Gea berpaling. Dia malu karena wajahnya masih sangat berantakan, dia barus saja bangun tidur.Rayyan tersenyum. Menikmati wajah malu Gea adalah ketagiahannya."Apa kau tidak ingin ke kamar mandi?" tanya Rayyan membuat Gea kembali sadar."Iya, aku lupa." Kekeh Gea menuruni ranjang.Gea memas

    Dernière mise à jour : 2021-03-01
  • Sweet Dreams   Takut Ketahuan

    Pagi ini Gea tidak diizinkan keluar oleh Rayyan, mereka juga sarapan pagi di kamar. Rayyan hanya tidak ingin Gea terus menerus merasa takut saat berhadapan dengan keluarganya."Jadi bagaimana kita makan, sedangkan sofanya hanya satu saja?" tanya Gea."Seperti semalam," sahut Rayyan santai."Apa maksudnya aku harus duduk di pangkuanmu?""Nah, itu kau tahu. Jika kau tidak ingin suamimu yang tampan ini duduk di lantai, maka duduklah di atasku," kata Rayyan menepuk kedua pahanya.Gea yang mendengar lantai, mendadak dia duduk di atasnya."Hei, apa yang kau lakukan?" tanya Rayyan yang membimbing Gea untuk berdiri kembali."Ma - maaf," ucap Gea terbata-bata.Rayyan tahu, itu semua karena Gea belum terbiasa dengan suasana baru ini. Jadi Gea masih melakukan sesuatu yang seperti kebiasaannya sehari-hari. Rayyan jadi menyesal, mengapa Tuan Williams tidak mengatakan ini sebelumnya. Harusnya Gea tidak semenderita

    Dernière mise à jour : 2021-03-02
  • Sweet Dreams   Aku Hanya Pengganti

    Gea segera berlari ke kamarnya mendahului Rayyan, tiba di dalam, dia menelengkupkan kepalanya di atas kasur. Gea menangis, meratapi nasib malang yang tidak berpihak bahagia padanya."Ada apa, Gea? Kenapa kau menangis?" tanya Rayyan lembut menyentuh bahu Gea.Gea bangkit dan menepis tangan Rayyan."Apa pedulimu aku menangis atau tidak? Kau pikir kau itu siapa? Bahkan setelah jadi suami, kau tetap saja tidak bisa jadi pelindungku!" teriak Gea dengan deraian air mata. "Kau ingin pergi bukan? Jadi pergilah sekarang, pergi!" Gea mengusir Rayyan, menunjuk jarinya ke arah pintu.Rayyan masih bergeming, masih menatap tingkah Gea. Rayyan senang, setidaknya Gea mulai bisa mengungkap isi hatinya. Permintaan yang sejak tadi Gea pendam, akhirnya gadis itu mengakui melalui kemarahan dan ego yang besar."Pergi, Rayyan! Aku bilang pergi!" teriak Gea sekali lagi."Aku hanya akan pergi jika kau baik-baik saja, Gea," k

    Dernière mise à jour : 2021-03-02
  • Sweet Dreams   Permintaan Pertama

    Rayyan kembali ke rumahnya untuk menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya ia laksanakan lebih awal. Setelah bertemu dengan ayahnya, seperti hal biasa yang dilakukan Rayyan ketika pulang ke rumah, segera Rayyan menuju ruang kerjanya.Rayyan membuka beberapa berkas yang terdapat di atas meja, laporan yang diberikan Leon sejak pagi tadi."Ternyata ini alasan mereka menindas istriku selama ini," gumam Rayyan kesal setelah dia membaca isi tersebut. "Baiklah, akan kutunjukkan pada kalian apa akibatnya," kata Rayyan kesal sambil meremas kertas dalam genggamannya.Rayyan segera menghubungi Leon."Apa saja yang kita punya untuk pekerjaan selanjutnya?"[Apa saja yang anda inginkan, Bos]"Bagus, temui aku 15 menit lagi."Setelah sambungan terputus, Rayyan melihat arloji di pergelangan tangannya."Apa dia sudah bangun?" gumam Rayyan bertanya.Tentu saja perayaan untuk Gea. Sejak dia meninggalkan

    Dernière mise à jour : 2021-03-02
  • Sweet Dreams   Meyusun Rencana

    "Dan pikirkan juga apa yang akan terjadi jika nama Gea muncul," kata Oma yang membuat mereka semakin takut.Tentu saja nama mereka tersingkir jika nama Gea digunakan. Tanpa bisa dicegah, satu persatu perusahaan yang dulunya berada di bawah kuasa mereka akan kembali beralih atas nama Gea.Ini mimpi buruk. Untuk pertama kalinya mereka takut pada sesuatu yang selama ini takut pada mereka. Membayangkan itu semua terjadi, membuat mereka syok dan sedikit-sedikit mulai mencemaskan diri masing-masing. Apalagi mereka semua masing-masing memiliki anak, apa yang akan diberikan pada anak-anak mereka? Bagaimana jika Gea terlibat? Akankah mereka masih dianggap? Mengingat jika selama jni mereka tidak menganggap Gea ada."Lalu apa yang akan kita lakukan, Oma?" tanya Bibi Meyli semakin cemas."Itulah mengapa kalian ada di sini," jawab Oma tenang. "Jika kalian menginginkan kerja sama itu, maka Gea akan hadir. Tapi jika kalian ingin menyembunyikan ini, m

    Dernière mise à jour : 2021-03-18

Latest chapter

  • Sweet Dreams   Hadiah Spesial Malam Pertama

    "Kemarilah, Gea. Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu."Rayyan meraih tangan Gea dan memutarnya, hingga membelakangi dirinya. Rayyan mengeluarkan sapu tangan berwarna hitam dari saku celananya, tanpa persetujuan, dia mengikat ke mata Gea."Rayyan, kenapa kau menutup mataku," protes Gea kesal. Sedikit tidak suka saat Gea harus menghadapi rasa penasaran yang mendalam."Karena ini hadiah spesial, Gea. Ayo mulai berjalan!"Rayyan membimbing langkah Gea dengan menuntunnya untuk sampai pada tempat tujuan mereka. Gea yang begitu penasaran sudah tidak sabar untuk membuka matanya dan segera melihat apa yang Rayyan siapkan untuknya. 5 menit kemudian, mereka berhenti. Rayyan meninggalkan Gea sendirian di tengah-tengah ruangan."Buka matamu, Gea, dan temukan aku." Rayyan meleset bak anak panah setelah memberi instruksi pada Gea."Rayyan, apa yang ingin kau tunjukkan sebenarnya?"Gea membuka ikatan matanya dengan segera, mata

  • Sweet Dreams   Ulang Tahun Yang Tertunda

    Pukul 8 malam, Peggy mengajak Gea ke suatu tempat, yang katanya adalah tempat acara yang akan mereka hadiri dilangsungkan. Meskipun awalnya Gea sempat menolak karena tidak ingin pergi tanpa Rayyan, tapi Peggy menguatkan tekadnya untuk terus membujuk dengan berbagai alasan."Ini acara penting, Gea, kita masih bisa pergi tanpa, Rayyan," desak Peggy."Tapi aku belum mengatakan apapun pada, Rayyan. Bagaimana jika dia pulang ke rumah tapi aku tidak ada, bagaimana jika dia mencariku kemana-mana?" Gea hanya memikirkan bagaimana nanti paniknya Rayyan ketika tidak menemukan dirinya."Ponsel Rayyan dari tadi dimatikan, kita tidak bisa menghubunginya dan mengatakan hal sebenarnya," keluh Gea putus asa ketika panggilan yang kesekian kalinya tidak dapat terhubung.Akhirnya Peggy mencari cara lain. "Tunggu, kita bisa menghubungi Leon bukan?" Peggy memberi ide."Hu uh." Gea mengangguk setuju."Baiklah, tunggu sebentar. Aku minta nom

  • Sweet Dreams   Persiapan

    Rayyan nyatanya tidak pulang ke rumah atau pun pergi ke kantor, melainkan Rayyan berkunjung pada sebuah hotel megah berlantai 20. Hotel yang biasanya hanya dihuni oleh para pejabat tertinggi dengan tamu yang maksimum, Rayyan tersenyum sambil terus melangkah. Aura yang dipancarkan Rayyan begitu indah, mata setiap wanita yang melewati tak berkedip sekali pun."Selamat pagi, Tuan." Seorang wanita yang bertugas di meja resepsionis menyapa Rayyan dengan berdiri sopan. Gadis itu tiba-tiba tersipu malu saat menatap Rayyan. "Dia tampan sekali," pujinya dalam hati."Berapa luasnya lantai teratas di hotel ini?" tanya Rayyan sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh area yang bisa ditangkap oleh penglihatannya."Maaf?" Wanita itu sedikit tidak fokus pada pertanyaan Rayyan barusan, karena ia sedang terpesona dengan ketampanan pemudah itu.Rayyan menatap gadis di hadapannya dengan tatapan dingin dan kening yang mengerut. Kemudian Rayyan tersenyum sinis

  • Sweet Dreams   Ciuman Pagi Hari

    Keesokan paginya, Rayyan pamit pada Gea, dengan alasan pergi ke kantor agar Gea tidak melarang dirinya."Pagi ini aku akan pulang," ucap Rayyan ketika baru saja selesai mandi.Gea yang saat itu sedang merapikan tempat tidur, menoleh pada Rayyan. Dalam hati Gea berpikir, kenapa Rayyan tidak mengajaknya pulang serta?"Mau kemana memangnya?" tanya Gea menegakkan badannya, berdiri berhadapan dengan Rayyan."Aku harus ke kantor, Gea. Memangnya mau kemana lagi." Rayyan menduduki ranjang sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.Gea ikut duduk, mengambil alih handuk dan aktivitas Rayyan. Bila alasan pekerjaan, Gea bisa mengatakan apa. Meskipun ingin melarang, tetap saja tidak memungkinkan. Gea tidak ingin menyekap Rayyan dalam rumahnya."Tapi tetap sarapan di sini, kan?" tanya Gea. Seakan berpisah lama, Gea hanya tidak ingin melewati sarapan pagi bersama suaminya, apalagi ini adalah sarapan pagi bersama di rumah ini

  • Sweet Dreams   Tidak Memberi Hadiah

    Gea dan Rayyan kembali ke kamar mereka, kamar pengantin yang sempat mereka tempati hanya semalam. Tidak ada yang berubah, semua masih tertata sama saat Gea meninggalkan kamar tersebut. Bahkan di ruang ganti, Gea menemukan banyak tumpukan hadiah dari Rayyan yang belum sempat ia buka."Cukup berat untuk hari ini, Gea. Aku pikir kau tidak bisa sebaik itu untuk menghadapi semuanya," ujar Rayyan menghempaskan badannya di atas ranjang. Tubuhnya tidak lelah memang, hanya saja menghadapi suasana mencekam seperti tadi sangatlah membuat tenaga berkurang.Gea ikut berbaring di sisi Rayyan."Jangan berkata seperti itu, Rayyan, kau lihat sendiri kan, betapa aku bisa menguasai semuanya. Bahkan aku menambahkan beberapa kalimat yang diajarkan, Peggy. Kurang apa lagi coba?" Gea memuji dirinya sendiri dengan bangga. Bisa berdiri tegak dan menghadapi keluarganya dengan keberanian, adalah hal yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Juga merupakan sesuatu yang

  • Sweet Dreams   Pembacaan Surat Wasiat

    Beberapa orang baru saja turun dari pesawat, seorang perempuan dan 4 orang pria. Leon yang sejak tadi berada dalam mobil, mengarahkan fokusnya pada sosok pria tinggi yang terlihat cukup familiar. Segera Leon menghubungi Rayyan dan mengatakan hal tersebut.Beberapa minggu kemudian, di rumah mewah Tuan Kumar, mereka sedang duduk gelisah sambil menunggu seseorang yang sangat penting."Kenapa mereka lama sekali." Oma terlihat cemas, meremas jemari tangannya beberapa kali."Mungkin mereka tidak akan datang, Oma.""Iya, Oma. Ini sudah lebih dari 15 menit dari jadwal yang diperkirakan.""Oma, yakin mereka pasti akan datang," ucap Oma.Tidak lama kemudian, perhatian mereka teralihkan pada suara tapak sepatu beberapa orang. Suara tersebut sangat bervariasi, diperkirakan antara wanita dan pria."Selamat siang, Nyonya Mellany." Wanita yang berdiri paling depan menyapa Oma."Selamat siang."Lantas tatapan wan

  • Sweet Dreams   Menahan Gejolak Rasa

    Hari yang ditunggu-tunggu oleh semua keluarga Kumar semakin dekat, bukan menunggu hari baik, tapi menunggu hari penentuan nasib mereka. Dan pada hari ini, sebuah fakta yang selama ini disembunyikan, telah Rayyan siapkan.Sebelumnya, tanda-tanda yang disampaikan Leon tentang keberadaan pengacara Tuan Harun, membuat Rayyan kebingungan. Pasalnya pengacara tersebut bukan seperti yang ada dalam bayangannya."Ada suara wanita yang kami tafsirkan, Bos. Dan kemungkinan, dia memang pengacara tersebut." Leon menyampaikan.Rayyan terkejut, dia berpikir itu hal yang konyol. "Apa kau yakin dia seorang gadis?" tanyanya tidak percaya. Bahkan pertanyaan Leon dianggapnya gurauan semata."Saya sangat yakin, Bos." Leon mengangguk mantap.Rayyan melihat tidak ada keraguan di wajah Leon, lantas untuk apa dia meragukan. "Bagaimana kau mendapatkan keyakinan seperti itu, Leon?"Leon pun bercerita, mereka telah banyak memasang mat

  • Sweet Dreams   Tingkah Rayyan Di Pagi Hari

    Elle baru saja keluar dari kamarnya, suasana sepi membuatnya bosan. Lantas dia memilih keluar dengan berjalan-jalan di sekitar. Rasanya seperti mimpi dirinya bisa kembali lagi ke rumah itu. Elle tersenyum, menyadari kini satu masalah telah usai. Dirinya tidak harus bersembunyi lagi seperti yang sudah-sudah.Namun, tiba-tiba senyuman Elle menjadi pudar ketika ia bertemu dengan Citra. Elle menatap Citra dari kejauhan, gadis itu sedang duduk sendirian. Kepalanya mengarah lurus ke depan."Aku begitu penasaran kenapa Citra tidak bisa mengingat semuanya. Aku harus bertanya lebih banyak padanya," gumak Elle. Lantas dia pun mendekati Citra."Kau sedang apa di sini, Citra?"Citra tersentak dengan memegang jantungnya. "Elle, kau mengagetkanku," gerutunya kesal.Elle tersenyum dan mengambil tempat duduk di samping Citra."Bagaimana keadaanmu sekarang, Citra?""Apa aku terlihat sakit. Aku tidak suka dengan pertanyaan semacam itu."

  • Sweet Dreams   Ancaman

    "Kita sudah melangkah sejauh ini, Rayyan. Dan kerjasama kita hanya sampai di sini saja," kata Tuan Keano. Mereka bertemu untuk yang terakhir kalinya hari itu.Memang pada awalnya Tuan Keano sudah mengatakan pada Rayyan, jika kerja sama mereka hanya sampai pada terbongkarnya kejahatan Bibi Andini dan Bibi Meyli."Mengapa keakraban kita hanya sebatas pekerjaan saja, Tuan Keano?" tanya Gea yang juga berada di tempat yang sama. Seakan dia merasa tidak rela untuk berpisah dengan pria tersebut."Iya, Tuan Keano. Kami sangat berharap akan mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan anda kembali," timpal Rayyan. Sejujurnya Rayyan merasa suka menjalin hubungan dengan pria itu.Tuan Keano tersenyum sekilas. "Jangan bersikap terlalu berlebihan, Gea, Rayyan. Meskipun ini telah selesai, tetapi tidak ada penyelesaian dalam sebuah hubungan hanya dengan perpisahan.""Apa maksud anda kita akan tetap berhubungan?" tanya Gea memastikan."Saya

Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status